9 yang baik. Karena adanya faktor daya beli pangan yang rendah, keterbatasan
waktu untuk mengolah makanan atau mempersiapkan makanan. Keluarga masyarakat miskin tidak dapat mengkonsumsi beraneka ragam pangan, meskipun
mereka dekat dengan pasar yang menyediakan kebutuhan pangan dan memiliki pengetahuan gizi yang baik pula.
Pengetahuan gizi dapat mempengaruhi keragaman konsumsi pangan penduduk. Namun demikian pengaruh positif ini dapat ditiadakanberubah oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah daya beli atau ekonomi, ketersediaan waktu untuk membeli, mengolah dan menyiapkan makanan,
preferensi atau kesukaan pangan, kepercayaan terhadap jenis pangan, dan ketersediaan
pangan. Selain
faktor tersebut,
review Hardinsyah
2007 menyebutkan ada faktor lain yang berpengaruh terhadap keragaman konsumsi
pangan, yaitu pendidikan gizi, paparan media masa dan pengalaman gizi, usia kedua orang tua, dan partisipasi ibu dalam kegiatan sosial.
b. Pendapatan
Menurut Harper et al. dalam Suhardjo 1989 ada empat faktor yang
mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yag dikonsumsi, yaitu: produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, pengeluaran untuk pangan rumah tangga,
pengetahuan gizi, dan tersedianya pangan. Pengeluaran pangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah subsidi pangan oleh pemerintah, pangan yang
dibagi-bagikan ke masyarakat, jumlah dan ragam pangan yang dibeli, harga pangan di pasar, persediaan pangan yang dapat diterima di pasaran, jumlah
pendapatan yang dikeluarkan untuk pangan serta pendapatan rumah tangga. Dari hasil penelitian Martianto dan Ariani 2004, variabel pendapatan atau daya beli
masyarakat merupakan faktor utama dalam konsumsi pangan. Dari hasil penelitiannya, ditemukan bahwa pada kondisi sebelum krisis ekonomi, konsumsi
pangan mengalami peningkatan, dan sebaliknya pada saat krisis ekonomi konsumsi pangan mengalami penurunan.
Menurut Madanijah 2006, disebutkan bahwa konsumsi pangan merupakan kumpulan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh
seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Banyak faktor yang
10 berpengaruh,
diantaranya adalah
faktor ekonomi
dan harga.
Perubahan pendapatan secara perlahan-lahan dapat mempengaruhi perubahan konsumsi
pangan. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Namun sebaliknya
rendahnya pendapatan akan menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi.
Semakin tinggi penghasilan semakin menurun bagian penghasilan yang dialokasikan untuk membeli pangan. Bila penghasilan keluarga semakin
membaik, maka jumlah uang yang dialokasikan untuk pembelian pangan meningkat, sampai tingkat tertentu dimana uang pembeli pangan itu tidak
bertambah secara berarti atau dianggap tetap dan tidak banyak berubah. Hal tersebut sesuai dengan teori Engel yang menyatakan bahwa semakin sejahtera
seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli pangan Sumarwan 2003.
Menurut Khumaidi 1989, faktor ekonomi merupakan determinan penting yang mewarnai kebiasaan makan. Pada masyarakat dengan tingkat ekonomi yang
tinggikuat, akan mempunyai kebiasaan makan yang cenderung beras, dan ada kecenderungan mengkonsumsi lebih dari cukup. Sementara bagi masyarakat
dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah mempunyai kebiasaan makan yang mempunyai nilai gizi kurang dari angka kecukupan baik jumlah maupun mutunya.
Pada wilayah perkotaan ditemukan adanya peningkatan pendapatan atau daya beli, diikuti oleh munculnya masalah gizi lebih dan disertai dengan gejala
penyakit degeneratif Susanto, 1994. Sejalan dengan pendapat Khumaidi, Hardinsyah 2007 dalam reviewnya
menyebutkan bahwa pendapatan merupakan determinan yang dikenal luas dalam model perilaku konsumen, dan model penawaran pangan. Rumah tangga sebagai
satuanunit primer penghasil pendapatan merupakan unit primer konsumsi pangan. Pandangan umum mengenai hubungan antara pendapatan dan keragaman
konsumsi pangan berasal dari bukti empiris bahwa ada perbedaan pola konsumsi pangan pada kelompok masyarakat menengah ke atas dan menengah ke bawah.
Pangan sumber energi bahan pangan pokok, lebih utama dipilih kelompok
11 menengah ke bawah, sedangkan kelompok menengah atas pola konsumsinya lebih
beragam dengan lebih banyak mengkonsumsi pangan sumber protein dan vitamin.
c. Faktor Budaya