Zat pengatur tumbuh Ekstrak Pisang sebagai Suplemen Media MS dalam Media Kultur Tunas Pisang Rajabulu (Musa paradisiaca L. AAB GROUP) In Vitro

juga memerlukan bahan organik lain seperti gula, vitamin, asam amino, myo inositol, zat pengatur tumbuh, dan bahan organik kompleks alami. Dikenal tiga jenis media dalam kultur jaringan, yaitu media padat, semi padat dan media cair. Unsur-unsur hara yang terkandung dalam ketiga media tersebut sama, yang membedakan adalah penggunaan pemadat agar pada media padat dan semi padat. Pemilihan media kultur jaringan tergantung pada spesies tanaman, jaringan atau organ yang akan digunakan dan tujuan dilakukannya kultur jaringan tanaman. Proses perakaran lebih baik dilakukan pada media padat sampai terbentuk tanaman lengkap. Pembentukan bagian tanaman morfogenesis langsung maupun tidak langsung tergantung pada jenis dan konsentrasi yang tepat dari senyawa organik, anorganik dan zat pengatur tumbuh dalam suatu media kultur. Sedangkan media cair umumnya digunakan untuk keperluan suspensi sel, keperluan isolasi dan fusi protoplas Gunawan, 1992. Pemakaian agar merupakan hal yang terpenting mengingat jaringan eksplan harus kontak dengan media tanpa harus tenggelam di dalamnya. Penggunaan agar sebagai pemadat dilakukan agar aerasi lebih mudah. Media pemadat yang sering dipakai dan berhasil dengan baik adalah agar, gelatin, dan gel yang merupakan turunan dari pati dan silica gel Wetherell, 1982.

2. Zat pengatur tumbuh

Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah, dan menimbulkan tanggap secara biokimia, fisiologis dan morfologis Wattimena, 1988. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan dalam kegiatan kultur jaringan adalah auksin, sitokinin, giberelin dan asam absisi Gunawan, 1992. Auksin dan sitokinin ditambahkan dalam media kultur untuk menginduksi perkembangan eksplan. Auksin yang umum digunakan dalam media kultur jaringan adalah IAA indole acetic acid, IBA 3-indolebutyric acid, 2,4D 2,4- dichlorophenoxyacetic acid, dan NAA 1-naphthylacetic acid. Auksin berperan dalam merangsang pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman, dan menyebabkan pertumbuhan pucuk-pucuk baru Wetherell, 1982. Sitokinin terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: zeatin, 2-iP, kinetin dan BAP. Zeatin dan 2-iP N 6 -2-iso-pentenyladenine adalah sitokinin alami dan kinetin secara sintetik adalah turunan sitokinin. Sitokinin berperan dalam pembelahan sel, meningkatkan pembentukan pucuk aksilar dan menghambat pembentukan akar. Sitokinin juga berperan dalam morfogenesis tunas dalam kultur jaringan tanaman terutama inisiasi tunas atau pembentukan pucuk Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992; Salisbury and Ross, 1992 . Vitamin dan Bahan Organik Vitamin adalah bahan organik bagian dari enzim atau kofaktor yang esensial untuk fungsi metabolik Lieberman dan Bruning, 1990. Vitamin diperlukan tanaman untuk pertumbuhan jaringan. Tanaman biasanya menghasilkan vitamin dengan sendirinya, tetapi dalam kultur jaringan vitamin harus ditambahkan pada media sebagai penyedia sumber vitamin yang sangat dibutuhkan tanaman untuk perkembangan jaringan tanaman. Vitamin yang biasanya ditambahkan adalah vitamin B1 thiamine, vitamin B6 pyridoxine dan niasin. Asam amino diperlukan dalam mensintesis protein dan diferensiasi dari jaringan, dan asam amino yang diperlukan asam aspartat, glycine, dan tirosine Gunawan, 1992. Bahan Organik Kompleks Pada pembuatan media kultur jaringan dapat ditambahkan bahan organik kompleks sebagai sumber gula, vitamin, ZPT dan asam amino. Contoh bahan organik kompleks itu adalah “juice” tomat, ekstrak kentang, ekstrak toge, ekstrak ubi, ekstrak pepaya, dan ekstrak pisang. Penggunaan bahan tersebut sebagai bahan tambahan media dapat berbeda pengaruhnya pada tanaman yang berbeda pula Gunawan, 1992. Ekstrak pisang sebagai bahan tambahan media telah dicoba oleh Muawanah 2005 untuk kultur in vitro anggrek Dendrobium canayo. Melihat kandungan vitamin yang dimiliki oleh ekstrak pisang, maka dapat digunakan untuk menggantikan vitamin sintetis yang biasa digunakan dalam media MS. Jenis pisang yang umumnya digunakan sebagai media dalam kultur jaringan yaitu jenis pisang ambon. Bubur pisang yang biasa digunakan berkisar 150-200 gliter. Data PKBT 2007 menunjukkan bahwa vitamin yang terkandung dalam pisang adalah vitamin A, tiamin vitamin B1, riboflavin vitamin B2, piridoksin vitamin B6 dan asam askorbat vitamin C Lampiran 2. Sedangkan gula dalam pisang terdiri atas senyawa 4.6 dextrosa, 3.6 levulosa, dan 2 sukrosa. Menurut Arditti dan Ernst 1992 bahwa dalam buah pisang terdapat hormon auksin dan giberelin. Watimena et al. 1992 juga menyatakan bahwa setiap buah yang masak terdapat hormon auksin di dalamnya. Auksin dalam kultur jaringan, selain berfungsi untuk merangsang pemanjangan sel juga pembentukan kalus, klorofil, morfogenesis akar dan tunas, serta embriogenesis. Penanaman Aseptik 1. Eksplan Eksplan adalah bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur. Eksplan yang digunakan harus dalam keadaan aseptik melalui prosedur sterilisasi dengan berbagai bahan kimia. Dari eksplan aseptik kemudian diperoleh kultur aseptik yaitu kultur dengan hanya satu macam organisme yang diinginkan Gunawan,1992. Eksplan yang digunakan dapat berukuran sangat kecil seperti kelompok sel sampai ukuran cukup besar yang sudah membentuk organ. Eksplan yang berukuran besar mudah terkontaminasi, sedangkan eksplan yang berukuran kecil tingkat pertumbuhannya lebih rendah. Stover dan Simmonds 1987 berpendapat bahwa ukuran eksplan yang baik untuk perbanyakan pisang secara in vitro adalah berkisar antara 0.2 cm – 0.6 cm. Namun, dalam penelitiannya, Pasaribu 1996 memakai eksplan sucker pisang yang berukuran ± 1.5 cm.

2. Sub kultur