Panjang tunas Ekstrak Pisang sebagai Suplemen Media MS dalam Media Kultur Tunas Pisang Rajabulu (Musa paradisiaca L. AAB GROUP) In Vitro

ditekan. Penggunaan bahan organik sebagai media tumbuh harus dicari yang konsentrasi optimumnya paling rendah. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa konsentrasi ekstrak pisang yang mendukung untuk perkembangan tunas in vitro pisang Rajabulu adalah sebesar 50 gl. Jadi, ekstrak pisang pada konsentrasi ini dapat digunakan untuk menggantikan fungsi vitamin sintetis yang mahal harganya. Sehingga biaya produksi untuk perbanyakan tunas dapat ditekan. Diduga vitamin yang terkandung dalam buah pisang mendukung pembentukan tunas. Menurut Arditti dan Ernst 1992 bahwa dalam buah pisang terdapat hormon auksin dan giberelin. Watimena et al. 1992 juga menyatakan bahwa setiap buah yang masak terdapat hormon auksin di dalamnya. Salah satu peran auksin dalam kultur jaringan adalah morfogenesis akar dan tunas.

2. Panjang tunas

Tabel 2. Panjang Tunas cm Pisang Rajabulu saat Umur 8 MST Minggu Setelah Tanam Perlakuan 8 MST P1 MS+vitaminkontrol 12.09 a P2 MS+ekstrak pisang 50gl 11.55 a P3 MS+ekstrak pisang 100gl 7.56 b P4 MS+ekstrak pisang 150gl 7.64 b Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata uji BNJ pada taraf 1 Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak pisang terhadap panjang tunas terlihat sangat nyata pada pengamatan 8 MST. Dari Tabel 2 diketahui bahwa antara media kontrol dan media dengan konsentrasi ekstrak pisang 50 gl tidak berbeda nyata pengaruhnya. Sedangkan media dengan penambahan ekstrak pisang 100 gl dan 150 gl menghasilkan tunas yang lebih pendek dibandingkan dengan P2. Media dengan ekstrak buah pisang konsentrasi 50 gl menghasilkan panjang tunas paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Kultur pada media dengan konsentrasi ekstrak lebih tinggi secara morfologis lebih banyak yang tumbuh kerdil dibandingkan dengan yang tumbuh normal. Fajar 1998 melaporkan bahwa penambahan ekstrak pisang 50 gl pada media kultur anggrek Dendrobium in vitro menghasilkan jumlah anakan 1.3 dan tinggi tanaman 8.2 menunjukkan penambahan yang paling baik. Hasil penelitian Muawanah 2005 menunjukkan bahwa penggunaan hyponex dan ekstrak buah pisang memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi planlet anggrek Dendrobium pada taraf perlakuan yang digunakan. Kondisi kultur yang memiliki ukuran planlet paling tinggi yaitu planlet yang ditanam pada media hyponex 1 gl + ekstrak pisang 100 gl. Sementara itu hasil percobaan Hadi 2006 mengenai kultur Anggrek Dendrobium pula, menunjukkan bahwa media Vitabloom 2 gl + vitamin 1.8 cm dan Vitabloom 2 gl + bubur pisang 100 gl 2.4 cm menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan media Vitabloom 1 gl + vitamin 4.1 cm. Ada lagi hasil percobaan perbesaran planlet anggrek Dendrobium oleh Afriani 2006 menunjukkan bahwa media kombinasi Gandasil 2 gl + ekstrak pisang 50 gl menghasilkan planlet paling tinggi 3.2 cm pada 24 MST. Menurut Gunawan 1992 penggunaan bahan organik sebagai bahan tambahan media kultur berbeda pengaruhnya pada tanaman yang berbeda pula. Dari hasil pengamatan terhadap panjang tunas, ekstrak buah pisang pada konsentrasi 50 gl dapat digunakan untuk menggantikan fungsi vitamin sintetis yang biasa digunakan. Vitamin serta hormon auksin dalam ekstrak buah pisang mendukung pertumbuhan memanjang tunas. Di dalam ekstrak buah pisang selain mengandung auksin juga mengandung asam giberelat Arditti dan Ernst, 1992. Menurut Krishnamoorthy 1981 penggunaan asam giberelat dapat meningkatkan panjang batang. Pertambahan panjang batang disebabkan karena asam giberelat dapat meningkatkan aktivitas pembelahan sel di bawah meristem pucuk. Pemanjangan batang terjadi melalui dua proses yaitu pembelahan sel dan pembesaran sel. Sel membesar dan mencapai ukuran maksimum, selanjutnya diikuti oleh pembelahan sel. 3 . Jumlah daun Percobaan yang telah dilakukan menggunakan eksplan hasil sub kultur yang telah dipotong daunnya. Saat kultur umur 1 MST masih belum ada daun yang muncul. Namun, saat 2 MST sudah ada kultur yang memiliki daun yang berjumlah 1-2 daun. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, saat tunas berumur 8 MST media kontrol P1 berbeda nyata dengan P2, dan berbeda sangat nyata dengan P3 dan P4 Tabel 3. Ini berarti bahwa penggunaan ekstrak buah pisang menghasilkan jumlah daun yang berbeda jika dibandingkan dengan penggunaan vitamin yang biasa digunakan. Penggunaan vitamin menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak. Tabel 3. Jumlah Daun Pisang Rajabulu saat Umur 2-8 MST Minggu Setelah Tanam Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 6 MST 8 MST P1MS+vitamin 2.60 a 4.43 a 5.90 a 7.30 a 9.80 a P2MS+eks. pis. 50gl 1.73 c 3.03 b 4.33 a 5.47 a 6.80 b P3MS+eks. pis. 100gl 1.43 c 2.27 c 2.87 c 4.13 c 6.13 c P4MS+eks. pis. 150gl 1.43 c 2.37 c 3.67 c 4.83 c 5.83 c Ket: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata uji BNJ pada taraf 5 Media dengan konsentrasi ekstrak buah pisang 50 gl menghasilkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan media dengan konsentrasi 100 gl dan 150 gl. Percobaan Muawanah 2005 dan Hadi 2006 menunjukkan bahwa pada media kultur Anggrek Dendrobium dengan konsentrasi bubur pisang 100 gl cenderung menghasilkan jumlah daun yang lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Akan tetapi, percobaan Afriani 2006 menunjukkan bahwa pada perbesaran planlet Anggrek Dendrobium, media dengan ekstrak pisang 50 gl menghasilkan planlet paling tinggi dan jumlah daun terbanyak pada 24 MST dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak pisang yang lebih tinggi. Penggunaan pisang sebagai vitamin dalam komposisi media yang ada menghasilkan jumlah daun yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan vitamin yang umumnya digunakan dalam perbesaran kultur jaringan. Walaupun demikian, apabila dilihat dari hasil pengamatan pada 6 MST, diketahui bahwa ekstrak pisang pada konsentrasi 50 gl dapat digunakan untuk menggantikan vitamin sintetis yang biasa digunakan. Sehingga dari segi ekonomi, biaya produksi tunas dapat ditekan. 4 . Panjang daun Tabel 4. Panjang Daun cm Pisang Rajabulu saat Umur 8 MST Minggu Setelah Tanam Perlakuan 8 MST P1 MS+vitaminkontrol 6.60 a P2 MS+ekstrak pisang 50gl 5.89 a P3 MS+ekstrak pisang 100gl 3.78 b P4 MS+ekstrak pisang 150gl 3.95 b Ket: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata uji BNJ pada taraf 1 Hasil pengamatan panjang daun saat 8 MST menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak buah pisang 50 gl pada media memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Pada konsentrasi yang lebih tinggi 100 gl dan 150 gl, ekstrak buah pisang memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap panjang daun dibandingkan dengan kontrol. Kontrol lebih bagus pengaruhnya terhadap panjang daun pisang Rajabulu. Selain itu, daun yang dihasilkan pada media dengan konsentrasi ekstrak buah pisang 50 gl, lebih panjang dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi 100 gl dan 150 gl. Ahmadi 1996 melaporkan bahwa ekstrak pisang pada dosis 50 gl memberikan pengaruh nilai yang tertinggi terhadap parameter panjang daun dan berat basah planlet anggrek dendrobium dibandingkan dengan dosis yang lebih tinggi. Muawanah 2005 melaporkan bahwa respon pertambahan panjang daun kultur anggrek Dendrobium canayo paling lambat didapatkan pada komposisi media dengan ekstrak pisang 300 gl, pertambahan panjang daun selama 8 minggu pengamatan berlangsung hanya 1 mm. Diduga konsentrasi pisang yang terlampau tinggi tidak mendorong pembelahan sel yang dapat mendorong pertambahan panjang daun. Demikian pula hasil penelitian Widiastoety dan Syafril 1993 memperlihatkan bahwa pada penambahan bahan nabati air kelapa 300 mll pada media kultur in vitro anggrek Dendrobium terjadi penurunan pertumbuhan planlet, yang diduga karena konsentrasi air kelapa yang ditambahkan dalam medium terlampau tinggi. Konsentrasi yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan tanaman seperti pecahnya dinding sel lisis dan juga plasmolisis. Pada pengamatan terhadap panjang daun, diketahui bahwa ekstrak buah pisang pada konsentrasi 50 gl dapat digunakan untuk menggantikan fungsi vitamin sintetis yang biasa digunakan. Hal ini disebabkan vitamin dan hormon auksin dalam ekstrak buah pisang mendukung pertumbuhan memanjang daun. Widiastoety dan Syafril 1993 menyatakan bahwa terjadinya pertumbuhan panjang, lebar dan jumlah daun disebabkan oleh adanya pembesaran atau pemanjangan sel, yang tidak terlepas dari pengaruh aktivitas auksin yang terkandung dalam ekstrak buah pisang. Auksin sangat berpengaruh terhadap plastisitas dan elastisitas dinding sel, viskositas sitoplasma dan aktivitas enzim. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Bidwell 1974 bahwa fungsi auksin adalah meningkatkan penyerapan air, sehingga sel membesar. Produksi auksin terjadi pada daun yang muda yaitu setelah proses mitosis berakhir dan dilanjutkan dengan pembesaran sel. Menurut Krishnamoorthy 1981 pertambahan panjang dan lebar daun disebabkan oleh pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel baru, serta pemanjangan sel, atau pembesaran sel itu sendiri. Pe rtumbuhan Akar

1. Jumlah akar