Kewajiban dan Sanksi Hukum Kewajiban dan Keharusan Hukum

2.5.3 Kewajiban Hukum

1. Kewajiban dan Sanksi Hukum

Perilaku yang diperintahkan oleh sebuah sistem sosial adalah perilaku yang wajib dilakukan oleh individu. Seorang individu wajib berperilaku dengan cara tertentu, jika perilaku diperintahkan oleh tata sosial. Jika suatu perilaku diperintahkan, sama halnya seorang individu memiliki kewajiban untuk berperilaku dengan cara tertentu. Karena tatanan hukum merupakan tatanan sosial, maka perilaku yang wajib dilakukan oleh individu adalah perilaku yang langsung atau tak langsung harus dilakukan terhadap individu lain. Hans kelsen berpendapat kewajiban ini; atau jika kewajiban itu hanya bisa dipenuhi dengan bekerja sama antara kedua individu itu, pelanggaran kewajiban ini yaitu jika kerja sama tidak berlangsung.

2. Kewajiban dan Keharusan Hukum

konsep kewajiban hukum memberikan perintah kepada setiap individu yang memiliki kewajiban untuk wajib memenuhi perintah melalui tatacara perilaku sesuai dengan tatanan sosial. Perilaku yang diperintahkan oleh sistem sosial adalah perilaku yang wajib dilakukan oleh individu. Seorang wajib berperilaku dengan cara tertentu jika perilaku diperintahkan oleh tata sosial. Suatu perilaku yang diperintahkan sama halnya mengatakan seorang individu memiliki kewajiban untuk berperilaku dengan cara tertentu.Hans Kelsen 2006:131 www.djpp.depkumham.go.idfilesartikelbahasaperundangan.pdf , di unduh pada hari selasa, 18 juli 2011 Berbeda dengan konsep kewajiban hukum, keharusan hukum tidak mengatakan apakah dilaksanaknnya tindakan paksa merupakan isi dari kewajiban hukum, pemberian ijin positif ataupun sebagai pemberian wewenang. Ketiga hal ini tercakup didalamnya . Jika kata dicegahnya suatu kejadian yang tidak dikehendaki. Sedangkan pertanggungjawaban absolut merupakan kejadian yang tidak dikehendaki, tidak dapat dibedakan apakah maksud si pelaksana bersifat jahat secara subjektif, yakni apakah kejadian itu disengaja dengan tujuan menimbulkan luka, atau sebaliknya malah bermaksud melakukan perbuatan baik.

2.6 Bahasa Peraturan Perundang-undangan

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Penerapan Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Mendukung Iklim Usaha dan Investasi

1 132 147

ASAS NETRALITAS MEDIASI HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

0 4 17

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI MEDIASI Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi.

0 2 12

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI MEDIASI Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Mediasi.

1 1 19

PENDAHULUAN Model Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Perundingan Bipartit Dalam Perspektif Perlindungan Terhadap Pekerja.

0 1 25

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI BIPARTIT DAN TRIPARTIT DI KOTA PADANG.

0 0 5

ANALISIS YURIDIS TERHADAP UNDANGUNDANG NO. 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI PERUNDINGAN BIPARTIT.

0 0 1

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UU NOMOR 2 TAHUN 2004

0 0 13

BAB II PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN HUBUNGAN INDUSTRIAL D. Pengertian Hubungan Industrial Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Hubunga

0 2 16

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Yuridis Penerapan Undang-Undang No.2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Mendukung Iklim Usaha dan Investasi

0 5 29