Sedangkan 16 lainya kurang bisa memahami. Hal ini dikarenakan oleh siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan memperhatikan
penjelasan guru. Alternative pemecahan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan perhatian kepada siswa yang kurang dapat
menerima pelajaran. Sesuai dengan pendapat Dimyati 1994 bahwa perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas
yang dilakukan. Sebanyak 88 siswa dapat meningkatkan keaktivan mereka, hal ini dikarenakan pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar pada materi pencemaran lingkungan dengan metode investigasi kelompok, siswa
dituntut untuk aktif bertanya, mengemukakan pendapat, melakukan pengamatan baik didalam maupun diluar kelas, melakukan penyelidikan,
memecahkan masalah, serta berfikir kritis. Melalui pembelajaran ini juga dapat menambah kepedulian siswa
terhadap lingkungan, sebanyak 92 dari jumlah siswa menyatakan peduli terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan kebanyakan dari siswa hidup di
lingkungan yang tidak jauh dari gedung sekolah mereka, yang berarti di sekitar mereka juga banyak terdapa sungai-sungai yang tercemar, terutama
di karenakan limbah yang mengalir dari pabrik gula.
4. Observasi kinerja guru
Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran dan kinerja guru, baik sebagi fasilitator maupun sebagai motivator. Guru
sebagai pendidik juga harus memiliki kemampuan melaksanakan kompetensi keguruan. Berdasarkan Undang-undang RI no.14 tahun 2005
guru diharuskan memiliki kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Maka kinerja guru yang diamati dalam penelitian ini juga mengacu pada ketentuan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi secara umum, kinerja guru dalam pembelajaran menunjukan kategori baik. Pada kelas perlakuan guru telah
mampu menerapkan model investigasi kelompok sesuai dengan tahapan- tahapannya sesuai dengan rencana pembelajaran. Guru dalam melakukan
proses pembelajaran diantaranya saat pendahuluan dilakukan dengan baik, mengingatkan kembali siswa pada pelajaran, menyampaikan tujuan
pembelajaran, serta memotivasi siswa dalam memecahkan masalah. Begitu juga pada kelas pembanding, guru telah mampu
menerapkan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Selain pada tahap pendahuluan, pada tahap inti guru
juga telah melakukannya dengan baik sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran yang ada di rencana pembelajaran. Begitu juga saat kegiatan
penutup, guru memberikan penguatan, serta membimbing siswa dalam menyimpulkan dan menutup pelajaran.
Berdasarkan data pada tabel 9 tentang observasi kinerja guru, dapat kita lihat bahwa kinerja guru pada kelas pembanding memiliki nilai yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja guru pada kelas perlakuan. Hal ini terjadi karena guru belum pernah melakukan pembelajaran luar
kelas yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sehingga guru mengalami kesulitan ketika mengelola kelas pada saat siswa melakukan
kegiatan pengamatan maupun dalam mengelola waktu. Pada pertemuan kedua terlihat kinerja guru pada kelas perlakuan
mengalami kenaikan tetapi masih tetap lebih rendah jika dibandingkan dengan kinerja guru pada kelas pembanding. Guru dikelas pembanding
mengajarkan materi dengan menggunakan metode yang biasa digunakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya tidak memanfaatkan lingkungan
sekitar sekolah, sehingga guru lebih mudah dalam melakukan pengelolaan kelas maupun pengelolaan waktu.
Kinerja guru pada kelas pembanding memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas perlakuan, sedangkan aktivitas dan hasil
belajarnya berbanding terbalik, yakni kelas perlakuan lebih baik dari pada kelas pembanding. Pada penilaian yang mencakup kompetensi
paedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian, kinerja guru di kedua menunjukan nilai yang sama, sedangkan yang menjadi berbeda
adalah pada kompetensi profesional dimana guru dikelas pembanding mendapat nilai yang lebih tinggi di bandingkan dengan guru di kelas
perlakuan. Guru di kelas perlakuan mendapat penilaian yang kurang baik pada poin pengelolaan kelas dan pengaturan waktu. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar melalui metode pembelajaran investigasi kelompok lebih
memberikan kebebasan waktu dan ruang belajar kepada siswa, khususnya dalam kegiatan pengamatan di lingkungan sekolah. Jumlah kelompok yang
tidak sedikit, serta lingkungan sekolah yang luas mempersulit guru dalam proses pengawasan, sehingga siswa lebih sulit dikoordinir di bandingkan
dengan kelas pembanding yang melakukan pembelajaran di dalam kelas. Luasnya area sekolah juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
lebih luas menjelajah, sehingga guru mengalami kesulitan dalam mengatur waktu pembelajaran, akibatnya waktu pembelajaran menjadi
lebih lama. Hal ini dapat diatasi dengan cara guru hendaknya lebih rinci dalam membagi waktu dalam pembelajaran.
Waktu untuk pengamatan diluar kelas harus mendapat porsi yang lebih banyak, sehingga lebih mempermudah guru dalam mengkoordinir
siswa. Meskipun kinerja guru dikelas perlakuan mendapat skor lebih rendah dari kelas pembanding namun tidak demikian dengan hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa dikelas perlakuan lebih tinggi. Hal ini dikarenakan siswa secara langsung mengamati dan mengalami sendiri
materi yang dipelajari, sehingga pembelajaran menjadi lebih nyata, terekam lebih kuat dalam ingatan, dan hasil belajar menjadi lebih tinggi.
5. Hasil wawancara guru