Pengujian Bau Lumpur Komposisi Daging Ikan

Sebelum dimasukkan kedalam wadah perlakuan, masing-masing ikan dibius dengan menggunakan MS 222 dan ditimbang kemudian diberi tagging untuk mengenali masing-masing ikan. Pemberian tagging dilakukan secara steril agar tidak terjadi infeksi selama perlakuan Lampiran 2. 3.4. Pengamatan 3.4.1. Pengamatan Bobot Perlakuan pemberokan dilakukan selama 60 jam, dimana setiap 12 jam diambil 2 ikan dan ditimbang. Kemudian dihitung selisih bobot awal dengan bobot ikan yang diambil pada setiap 12 jam. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital 2000 g dengan ketelitian 1 g. Laju penyusutan bobot tubuh dihitung dengan menggunakan rumus : penyusutan = 100 × BobotAwal Akhir Bobot - Awal Bobot

3.4.2. Pengujian Bau Lumpur

Ikan yang sudah diambil dagingnya kemudian dikukus selama 30 menit. Masing-masing sampel dibungkus dengan alumunium foil. Hal ini bertujuan agar komposisi kimiawi tubuh tidak hilang pada saat proses pengkukusan. Sampel yang sudah dikukus diujikan kepada para responden untuk dinilai tingkat bau lumpur yang ada pada daging ikan tersebut. Responden yang melakukan uji ini merupakan responden yang semi terlatih sebanyak 33 orang. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan nilai kisaran dari 1 – 5, dimana nilai – nilai tersebut : 1 = Sangat berbau lumpur 2 = Berbau lumpur 3 = Sedikit Berbau lumpur 4 = Sedikit sekali berbau lumpur 5 = Tidak berbau lumpur Pengujian rasa merupakan pengujian yang bersifat sujektif dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk daya penerimaan terhadap makanan Winarno, 1997

3.4.3 Komposisi Daging Ikan

Analisa proksimat dilakukan pada daging ikan yang mengalami penurunan rasa lumpur yang signifikan. Analisa proksimat tersebut meliputi analisa lemak, protein dan kadar air. 3.5 Analisis Statistika Analisa statistika yang digunakan pada pengamatan uji rasa menggunakan statistika non-parametrik yang diuji dengan metode Kruskal-Wallis Steel dan Torrie, 1991 dengan selang kepercayaan 95. H = ∑ + − + 1 3 12 n i 2 i n R 1 nn Keterangan : H : Simpangan Baku n : Jumlah panelis Ri : Rata-rata rangking perlakuan ke-i Jika hasil uji Kruskall – Wallis menunjukan hasil yang berbeda nyata, selanjutnya dilakukan uji Multiple Comparison dengan rumus sebagai berikut Steel dan Torrie, 1991 dengan selang kepercayaan 95 : 1K6 n p Z R R j i + − 2 α Keterangan : R i : Rata-rata rangking perlakuan ke-i R j : Rata-rata rangking perlakuan ke-j K : Banyaknya ulangan N : Jumlah total data Analisa statistika yang digunakan untuk menentukan kadar lemak dan protein pada awal perlakuan digunakan regresi linear sederhana RLS, Y = a + bX Keterangan : Y = Peubah tidak bebas b = Kemiringan X = Peubah bebas a = Intercept

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perbaikan Rasa daging dari Pengaruh Bau Lumpur

Uji rasa dilakukan oleh 33 responden yang sudah terbiasa untuk menentukan rasa dari daging tersebut apakah masih berbau lumpur atau tidak Lampiran 3. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan nilai kisaran dari 1 – 5, dimana nilai terkecil merupakan daging ikan yang memiliki bau lumpur cukup kuat, sedangkan nilai terbesar merupakan daging ikan yang sudah tidak memiliki bau lumpur. Rata - rata pengamatan terhadap uji rasa disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Uji rasa pada daging ikan patin Lama Perlakuan Suhu Fluktuatif Suhu 32 C 0 jam 1,73 ± 0,72 1,61 ± 0,70 12 jam 1.97 ± 0.80 3.17 ± 1.17 24 jam 2.68 ± 1.20 3.20 ± 1.23 36 jam 2.71 ± 1.11 3.68 ± 0.98 48 jam 3.47 ± 0.94 3.88± 0.81 60 jam 3.71 ± 1.02 4.53 ± 0.79 Keterangan : 1 = Sangat berbau lumpur 4 = Hampir tidak bebau lumpur 2 = Berbau lumpur 5 = Tidak berbau lumpur 3 = Sedikit berbau lumpur 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 12 24 36 48 60 Waktu Perlakuan jam P e rb a ika n R a s a D ag ing s k or Suhu 32 C Suhu Fluktuatif Keterangan skor : 1 = Sangat berbau lumpur 4 = Hampir tidak bebau lumpur 2 = Berbau lumpur 5 = Tidak berbau lumpur 3 = Sedikit berbau lumpur Gambar 6. Grafik perbaikan rasa daging ikan patin selama perlakuan