senyawa kimia tersebut dan akan lebih meningkat ketika musim kemarau dimana air di perairan akan mengalami peningkatan suhu Hutchings,1998.
Bau Lumpur
Gambar 3. Proses terjadinya bau lumpur pada ikan Mendeteksi kandungan geosmin dan MIB pada ikan tidak akan sama
seperti mendeteksi kandungan pada air karena ada beberapa efek yang dapat terjadi. Salah satu akan menutupi rasa geosmin pada rasa ikan tersebut tetapi
umumnya akan memberikan rasa pada ikan air tawar, namun efek ini termasuk efek yang kecil. Efek yang paling besar disebabkan oleh lemak yang berada di
daging. Karena geosmin lebih mudah larut pada lemak dibandingkan air Chiou, 1985.
2.2 Arus Terhadap Metabolisme
Metoda yang paling populer dilakukan untuk menghilangkan rasa lumpur pada ikan adalah dengan cara memasukkan ikan ke dalam wadah yang dialiri air
bersih selama 3 hingga 5 hari. Metoda ini terbukti dapat menghilangkan agen-
Alga Biru Hijau Oscillatoria sp. dan Anabaena
sp. Fungi Actinomycetes
Bakteria Streptomyces tendae
Metabolit sampingan : MIB 2 - Methylisoborneol dan
GEOSMIN
Diserap oleh Tubuh melalui Insang
agen penyebab bau lumpur tadi keluar dan ikut terbawa mengalir dalam air bersih Hambal, 2003.
Arus air dalam sistem berpengaruh terhadap terhadap tingkah laku dan sifat fisiologi ikan Suresh dan Lin, 1992. Arus akan menyebabkan ikan akan
banyak bergerak sehingga kerja otot meningkat. Ikan akan membutuhkan energi pada saat melakukan kerja otot. Pada ikan yang diberok, lemak merupakan
bagian yang diubah oleh tubuh menjadi energi Campbell dan Anthony, 1992. Menurut Landau 1992 pada sistem mengalir ikan dapat dipelihara dengan
kepadatan tinggi dan dengan aliran air, bahan organik dan buangan hasil metabolisme dapat dihilangkan dari wadah. Hal ini membuktikan bahwa kadar
oksigen terlarut pada sistem mengalir sangat tinggi sehingga proses matabolisme tubuh juga berjalan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan
Stickney 1993 bahwa pada pada sistem statis permasalahan yang muncul adalah meningkatnya kadar amonia dan penurunan oksigen terlarut.
2.2 Suhu Terhadap Metabolisme
Salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan adalah suhu lingkungan. Hal ini dikarenakan suhu merupakan faktor pengendali
kecepatan reaksi kimia dalam tubuh, termasuk proses metabolisme. Meningkatnya suhu akan mengakibatkan meningkatnya temperatur tubuh,
sehingga akan mempercepat proses metabolisme ikan Forsberg dan Summerfelt, 1992, sehingga nutrient dan energi yang dibutuhkan menjadi lebih
besar. Rata-rata jenis ikan catfish tumbuh dengan cepat pada temperatur 26 -
30°C meskipun relatif cepat pertambahan berat dapat dicapai pada temperatur 24 - 32°C Killambi et al, 1970; Andrews and Stickney 1972; Andrews et al, 1972
dalam Stickney, 1993. Perubahan suhu yang melebihi 3 – 4 C dalam waktu
yang relatif singkat akan menyebabkan perubahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kejutan suhu dan kematian ikan Boyd,1990. Ikan patin dapat
tumbuh secara cepat pada suhu antara 20 – 28 C dan pertumbuhan akan
menurun apabila suhu rendah dibawah 13 C.
Pada ikan yang diberok, lemak merupakan bagian yang diubah oleh tubuh untuk menjadi energi Campbell and Anthony,1982. Proses yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Glukoneogenesis : Protein→ →Asam amino→
→Glukosa→ →Energi
Glikolisis : Glikogen → → Glukosa→
→Energi Lepolisis : Lemak→
→Keton→ →Badan Keton→
→Energi
Ketika ikan tidak diberi pakan maka lemak merupakan substrat yang paling utama untuk proses oksidasi pada jaringan peripheral baik sebagai asam
lemak atau setelah diubah di hati menjadi badan keton. Hal ini berarti tubuh ikan membutuhkan glukosa dalam jumlah yang sedikit untuk mensintesis asam amino
pada otot, karena sumber energi dari proses ini merupakan yang paling jauh untuk sintesis gula dalam darah Campbell dan Anthony, 1992.
III. BAHAN DAN METODE