Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai bulan Mei 2004 dan dilakukan di kawasan hutan Gunung Salak, Jawa Barat yang secara administratif termasuk wilayah Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Bogor Gambar 3.1. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tingkat gangguan hutan, yaitu a hutan tidak terganggu
dikonsentrasikan di wilayah RPH Gunung Bunder, b hutan kurang terganggu dikonsentrasikan di daerah Cidahu dan c hutan sangat terganggu di daerah
Cisarua Tabel 3.1 dan Gambar 3.2. Pengambilan sampel juga dilakukan di hutan konsensi Unocal pada lima
ketinggian tempat berbeda 1021 m dpl; 1110 m dpl; 1239 m dpl; 1349 m dpl dan 1400 m dpl dengan kondisi hutan relatif tidak terganggu. Titik pengambilan
sampel dipilih pada lapangan panas bumi Unocal yang terdapat lampu penerangannya dan merupakan lokasi perburuan kumbang lucanid oleh
masyarakat Tabel 3.3. Pelaksanaan penelitian
a. Analisis vegetasi dan pengukuran faktor lingkungan
Pada masing-masing titik pengambilan sampel kumbang lucanid pada tiga tingkat gangguan hutan dilakukan analisis vegetasi. Vegetasi yang diukur pada
tingkat pohon tumbuhan berkayu dengan diameter batang 20 cm, tiang tumbuhan berkayu dengan diameter antara 10-20 cm, pancang tumbuhan
berkayu dengan tinggi 1,5 m dan diameter batang 10 cm dan tumbuhan bawah semai tumbuhan berkayu tinggi 1,5 m, dan tumbuhan tidak berkayu
Marjokorpi 2003. Metode analisis vegetasi yang digunakan adalah metode plot dan
ditempatkan secara sistematis. Pada hutan tidak terganggu, hutan kurang terganggu dan hutan sangat terganggu dibuat 6 jalur transek dengan panjang
masing-masing 220 m. Jarak satu jalur transek dengan yang lain berkisar antara 500 - 1000 meter. Pada setiap jalur transek ditempatkan 6 plot yang berukuran 20
m x 20 m dengan jarak antar plot 20 m Gambar 3.3 a. Total jumlah plot pada setiap tipe habitat pada tiga tingkat gangguan hutan sebanyak 36 plot untuk
pengamatan masing-masing tingkat pohon, tiang, pancang dan tumbuhan bawah.
34 Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian di Gunung Salak, Jawa Barat
1021 m dpl 1400 m dpl
1349 m dpl 1110 m dpl
1239 m dpl
c Gambar 3.2 Tipe habitat yang dijadikan lokasi penelitian, a hutan tidak
terganggu, b hutan kurang terganggu dan c hutan sangat terganggu di Gunung Salak.
a
b
Tabel 3.1 Perbedaan tiga tipe habitat berdasarkan tingkat gangguan pada lokasi penelitian kumbang lucanid di hutan Gunung Salak
Variabel Hutan tidak terganggu
Htt Hutan kurang terganggu
Hkt Hutan sangat terganggu
Hst Akses
masyarakat terhadap hutan
Relatif jarang, jika ada hanya pengambilan maka-
nan ternak. Tidak ditemu- kan tunggul pohon hasil pe-
nebangan kalau ada hanya pohon roboh karena proses
alami. Tidak dijumpai bekas tempat pengergajian kayu
dalam hutan Ada, masayarakat me-
lakukan penebangan dan pengambilan kayu. Di-
temukan tunggul kayu hasil penebangan dan
bekas tempat pengergaji- an kayu dalam hutan
Sering, masyarakat me- lakukan penebangan dan
pengambilan kayu. Ditemukan tunggul kayu
hasil penebangan dan
bekas tempat pengergaji- an kayu dalam hutan
Alih fungsi hu- tan menjadi
ladang Belum ada
Belum ada Sudah ada, lahan hutan
yang dijadikan ladang ditanami berbagai macam
tanaman seperti pisang, sayuran dan lain-lain.
Lamanya gangguan hutan
Tidak diketahui Sudah berlangsung sejak
tahun 1995 ± 10 tahun Sudah berlangsung sejak
tahun 1990 ± 15 tahun Pengelolaan
hutan Hutan tempat beroperasinya
PLTP Gn. Salak yang dike- lola oleh Unocal, Perhutani
Bogor dan Sukabumi Hutan kawasan wisata
alam yang dikelola oleh Perhutani Sukabumi
Hutan koridor yang menghubungkan Gn. Hali-
mun dan Gn. Salak dike- lola oleh Taman Nasional
Gn. Halimun Salak
Lokasi Hutan RPH Gn. Bunder dan Hutan
Unocal Kab. Bogor dan Sukabumi
Cidahu Kab. Sukabumi Cisarua Kabandungan
Kab. Sukabumi
Pada setiap plot yang berukuran 20 m x 20 m dilakukan pencatatan jumlah jenis dan diameter setinggi dada untuk tingkat pohon. Kemudian pada setiap plot
yang berukuran 20 m x 20 m juga dibuat sub plot berukuran 10 x 10 m untuk pengamatan jumlah jenis dan diameter setinggi dada untuk tiang, 5 m x 5 m
untuk pencatatan jumlah jenis pancang dan 2 m x 2 m untuk pencatatan jumlah jenis tingkat semai dan tumbuhan bawah Gambar 3.3b. Tiap jenis tumbuhan
yang terdapat dalam plot dihitung jenis dan jumlah individunya. Identifikasi spesies di lapangan mengacu pada buku Backer Bakhuizen 1963; 1965; 1968,
Soerjani et al. 1987 dan Heyne 1987. Nama jenis yang belum teridentifikasi dari buku rujukan, maka dibuat spesimen herbarium untuk diidentifikasi lebih
lanjut di Herbarium Bogoriense Bogor. Persentase penutupan tajuk pohon pada setiap plot diperoleh dengan cara
memproyeksikan secara vertikal penutupan tajuk pohon terhadap plot. Proyeksi vertikal terhadap bidang datar tanah ini, kemudian akan diprosentasekan lagi
terhadap luasan plot, sehingga akan didapat nilai penutupan tajuk pada masing- masing plot Ma 2005 Gambar 3.4
Parameter lingkungan yang diamati pada setiap lokasi pengamatan meliputi: volume kayu lapuk dan tebal serasah. Pada lokasi dengan lima
ketinggian tempat di hutan Unocal juga dihitung luas lapangan setiap lokasi pengamatan, jarak lampu ke pinggir hutan dan kekuatan cahaya lampu pada
masing-masing lokasi pengamatan setiap bulan. Sedangkan data iklim yang dicatat adalah curah hujan yang diperoleh dari statsiun klimatologi wilayah I
Darmaga Bogor. Pengukuran volume jatuhan kayu dan ketebalan serasah dilakukan dengan
metode transek. Pada hutan tidak terganggu, hutan kurang terganggu dan hutan Gambar 3.4 Ilustrasi proyeksi vertikal penutupan tajuk pohon
terhadap tanah untuk menghitung persentase penutupan tajuk pohon pada masing-masing plot
yang berukuran 20 m x 20 m.
20 m 20 m
20 Plot 1
Plot 4 Plot 5
20 m
Plot 6 Plot 2
Plot 3
b a
20 m 20 m
20 m 20 m
Keterangan: a penempatan 6 plot yang berukuran 20 m x 20 m pada satu jalur transek dan b pembuatan sub plot pada plot yang berukuran 20 x 20 m 2 m x 2 m; 5 m x 5 m;
dan 10 m x 10 m.
Gambar 3.3 Penempatan plot dalam analisis vegetasi pada masing-masing titik sampel di hutan Gunung Salak
sangat terganggu masing-masing dibuat 6 jalur transek dengan panjang masing masing 220 m dan jarak antar transek pada satu tipe habitat antara 500-1000 m.
Pada lokasi dengan lima ketinggian tempat di hutan konsensi Unocal dibuat satu jalur transek pada masing-masing ketinggian tempat. Pada setiap jalur
transek ditempatkan 6 plot yang berukuran 20 m x 20 m dengan jarak antar plot 20 m. Penempatan plot pada setiap lokasi pengamatan dilakukan secara sistematis
Gambar 3.5
Gambar 3.5 Penempatan plot pada satu jalur transek untuk menghitung volume jatuhan kayu lapuk dan ketebalan serasah pada setiap lokasi
pengamatan di hutan Gunung Salak
Pada setiap plot dilakukan penghitungan volume jatuhan kayu lapuk dan ketebalan serasah. Pengukuran volume jatuhan kayu lapuk menggunakan metode
yang dilakukan oleh Siitonen 1994 yaitu mengukur volume jatuhan kayu yang berdiameter 5 cm, yaitu meliputi jatuhan kayu, pohon roboh dan tunggul pohon
yang roboh atau bekas ditebang. Setiap jatuhan kayu lapuk yang terdapat dalam plot pengamatan diukur panjang, diameter pangkal, diameter tengah dan diameter
ujungnya. Tingkat kebusukan jatuhan kayu lapuk dikelompokkan kedalam 5 kelas Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Tingkat kebusukan jatuhan kayu yang digunakan untuk menghitung volume jatuhan kayu lapuk di hutan Gunung Salak dimodifikasi dari
Rouvinen Kuuluvainen 2002; Endrestol 2003
Kelas Deskripsi 1
Batang kayu masih keras, kambium kelihatan masih segar, kulit kayu melekat kuat, ranting kecil masih banyak pada cabang dan pohon relatif baru jatuh atau pohon mati
berdiri snag 2
Batang kayu masih keras, kulit kayu melekat atau mengelupas dari kayu, apabila ditusuk dengan pisau, menembus kambium kurang dari 2 cm.
3 Batang kayu agak lunak, kulit kayu melekat atau hilang. Apabila ditusuk dengan pisau,
menembus kambium antara 2-5 cm. 4
Batang kayu lunak atau tidak padat, kulit kayu melekat atau terkelupas, hanyalah gumpalan besar yang tertinggal dan apabila ditusuk dengan pisau, menembus seluruh
kambium atau jika ditendang kayu terbelah menjadi potongan besar. 5
Batang kayu sangat lapuk atau hancur dan tidak berbentuk, sebagian besar ditutupi oleh bubuk kayu 85 dan batang kayu hancur jika ditendang
20 m 20 m
Plot 1 Plot 4
Plot 5 Plot 6
Plot 2 Plot 3
20 m
b. Pengambilan sampel kumbang lucanid