Pendekatan Pendekatan mencakup frekuensi pendekatan dan arah pendekatan Chaffin et

Berdasarkan hipotesis ikatan sosial Cooper dan Berstein 2000, betina sebagai anggota tetap dalam kelompok matrifokal saling menelisik satu sama lain dan dengan anak-anak lebih sering daripada antarjantan dan antara jantan dan anak-anak. Sebaliknya, jantan menelisik betina lebih sering dan lebih lama daripada betina menelisik jantan. Jantan dan betina lebih sering menelisik anak-anak daripada sebaliknya. Anak-anak lebih lama menelisik yang lebih tua daripada sebaliknya. Penelitian pada monyet Assam M. assamensis , menelisik lebih berfungsi dalam memantapkan dan memelihara ikatan sosial afiliatif daripada sebagai mekanisme spesifik untuk kawin dan fungsi resiprok Cooper dan Berstein 2000.

2.4. Pendekatan Pendekatan mencakup frekuensi pendekatan dan arah pendekatan Chaffin et

al 1995. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan non-agonistik per jam observasi fokus. Pendekatan didefinisikan sebagai pergerakan satu individu untuk jarak yang tercapai tangan terhadap individu lain dari berbagai arah. Hasil pendekatan dibuat skor sebagai positifnetral jika salah satu dari diad melakukan kontak tubuh positif menelisik, berimpitian, atau kontak non-agonistik lainnya, atau duduk dalam jangkauan tangan selama 10 detik pendekatan netral. Tanpa pendekatan jika penuju meninggalkan proksimitas dalam 10 detik dan tidak membuat kontak. Pendekatan negatif jika tertuju menjauh, ancaman gigi oleh salah satu partisipan, dan atau ancaman oleh tertuju. Jika penuju mengancam, perjumpaan diberi skor sebagai ancaman. Arah pendekatan adalah tendensi pendekatan oleh dominan vs. subordinan yang ditunjukkan dengan indeks atasbawah Chaffin et al. 1995. Definisi Istilah 1. Aspek karakteristik kelompok 1 Ukuran kelompok: jumlah individu dalam suatu kelompok Chalmer 1980. 2 Komposisi kelompok: jumlah individu setiap kelompok umur dan jenis kelamin pada suatu kelompok Chalmer 1980. 3 Pertumbuhan kelompok: perubahan ukuran kelompok selama waktu tertentu karena faktor natalitas, mortalitas, dan migrasi Alikodra 2002. 4 Daerah jelajah: luas area yang dijelajahi monyet kelompok monyet selama hidup kelompok tersebut Collinge 1993. 5 Jelajah harian: jarak yang ditempuh monyet kelompok monyet dalam satu hari Collinge 1993. 2. Aspek Karakteristik Dominansi 1 Dominansi: kemampuan untuk mengintimidasi individu lain dalam suatu konflik dan kemampuan untuk mendapatkan prioritas yang lebih untuk akses terhadap berbagai sumber, seperti pakan, ruang, dan kawin Collinge 1993, Bramblett 1994. Individu yang memperoleh akses terhadap sumber lebih banyak dibandingkan dengan individu lain disebut dominan, sedangkan yang memperoleh akses lebih sedikit disebut subordinan Collinge 1993. 2 Sistem sosial despotik: sistem sosial dengan keuntungan dalam memanfaatkan sumber secara kuat dimiliki oleh individu peringkat tinggi, dengan interaksi sosial bersifat asimetris Matsumura 1998, Hemelrijk 1999. 3 Sistem sosial egaliter: sistem sosial dengan keuntungan dalam memanfaatkan sumber tersebar merata pada semua peringkat dan interaksi sosialnya bersifat simetris Matsumura 1998, Hemelrijk 1999. 4 Hierarki dominansi: keseluruhan susunan individu dominan dan subordinan dalam kelompok Martin dan Bateson 1999. 3. Aspek tingkah laku sosial 1 Tingkah laku agonistik: tingkah laku yang berkaitan dengan agresi Collinge 1993. Dalam tingkah laku agresif, individu dibedakan menjadi dua, yaitu penyerang dan korban. Agresi mencakup agresi ringan ancaman dengan membuka mulut, ancaman dengan suara, serangan mendadak dan agresi berat mengusir, memukul, mencakar, menggigit perry 1996, Matsumura 1998. 2 Frekuensi agresi: frekuensi ancaman dan serangan per jam Chaffin et al. 1995. Mengancam didefinisikan sebagai menatap dengan berbagai tingkah laku yang menyertainya, seperti membuka mulut, merendahkan kepala, telinga diarahkan ke belakang, vokalisasi deheman. Terjangan kurang dari dua meter dimasukkan sebagai mengancam Menyerang mencakup mengusir, menampar atau menggigit, atau menggigit dengan ganas. Menggigit dengan ganas didefinisikan sebagai menggigit non-ritual dan intensitasnya tinggi, diberi skor jika tingkah laku agresif ini dilakukan dengan gerakan kepala yang berulang menghasilkan luka pada lawan. 3 Rekonsiliasi: afiliasi yang dilakukan oleh penyerang dan korban segera setelah terjadinya konflik Kutsukake dan Castles 2001. 4 Tendensi berekonsiliasi: tendensi pihak pertama untuk berasosiasi dengan pihak kedua, diukur sebagai persentase dari pasangan yang berasosiasi Chaffin et al. 1995. 5 Aliansikoalisi: kerjasama dalam agresi oleh dua individu atau lebih dalam menghadapi pihak ketiga Perry 1996. Koalisi kadang-kadang terjadi pada dua individu yang mengusir atau menunjukkan muka mengancam dengan mulut terbuka terhadap individu ketiga. Secara umum, partner koalisi berada dalam kontak fisik satu sama lain mengancam pihak ketiga. Mereka berdampingan, berangkulan, atau melakukan suatu punjian. Punjian didefinisikan sebagai satu atau lebih individu berdiri di atas kepala yang lain, menatapmengancam individu lain. Anggukan didefinisikan sebagai seekor monyet memajukan kepalanya ke arah partner koalisi dan kemudian menatap atau mengancam lawan; anggukan merupakan tingkah laku umum yang digunakan untuk merekrut partner. 6 Pada aliansi tipe konservatif: dua individu dominan melawan individu subordinan http:life.bio.sunysb.edubio3594_26_02 . html. 7 Aliansi tipe jembatan: individu dominan bekerja sama dengan individu subordinan melawan individu peringkat menengah http:life.bio.sunysb.edu bio3594_26_02.html. 8 Aliansi tipe revolusioner: individu-individu subordinan melawan individu dominan http:life.bio.sunysb.edubio3594_26_02 . html. 9 Menelisik: tindakan mengambil kotoran atau lainnya dari rambut dan kulit dengan menggunakan jari atau gigi Rasmussen 1993. Menelisik merupakan bentuk komunikasi sentuhan yang secara intensif sudah dipelajari karena mempunyai peranan yang menonjol dalam kehidupan harian kebanyakan spesies primata Collinge 1993. Individu yang menelisik individu lain disebut penelisik, sedangkan individu yang ditelisik resipien disebut tertelisik Chalmer 1980. Penelisikan yang dilakukan sendiri disebut menelisik diri, sedangkan yang dilakukan untuk individu lain disebut menelisik silang Chalmer 1980. 10 Pendekatan: pergerakan satu individu untuk jarak yang tercapai tangan terhadap individu lain dari berbagai arah Martin dan Bateson 1999. Individu yang mendekati disebut penuju, sedangkan individu yang didekati disebut tertuju. Pendekatan disebut positif jika salah satu dari diad melakukan kontak tubuh positif penelisikan, berimpitian, atau kontak non-agonistik lainnya. Pendekatan disebut netral jika diad duduk dalam jangkauan tangan selama 10 detik. Pendekatan disebut negatif jika tertuju menjauh, ancaman gigi oleh salah satu partisipan, dan atau ancaman oleh tertuju. Tanpa pendekatan terjadi jika penuju meninggalkan proksimitas dalam 10 detik dan tidak membuat kontak Martin dan Bateson 1999. 11 Arah pendekatan: tendensi untuk mendekati individu dominan versus subordinan, ditunjukkan sebagai indeks atasbawah Chaffin et al. 1995. 4. Aspek reproduksi 1 Pemilihan pasangan kawin: pola tingkah laku pada satu jenis kelamin yang dapat meningkatkan probabilitas perkawinan fertil dengan individu tertentu pada jenis kelamin yang berbeda Soltis et al. 1997. 2 Gangguan: gangguan terhadap aktivitas kawin oleh anak dari induk yang sedang kawin Dixson 1977. MATERI DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus Gambar 4, Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara, dari bulan Januari-Desember 2004. Materi dan Alat Materi Penelitian Materi penelitian adalah Monyet Hitam Sulawesi Macaca nigra Kelompok Rambo II KRII sebesar 51 ekor dan Kelompok Rambo I KRI sebesar 51 ekor di CA Tangkoko-Batuangus. Alat Penelitian Alat untuk penelitian meliputi: binokuler, pita, jam, stop watch, lembar pengamatan, senter, penghitung counter tangan, kamera, alat ukur, kompas, dan alat perekam. Metode Penelitian Mengingat besarnya ukuran kelompok dan banyaknya aspek yang diteliti, pengambilan data dibantu oleh seorang staf teknisi dari Balai KSDA Manado, dua orang jagawana Resort KSDA Tangkoko, dan empat orang mahasiswa Universitas Sam Ratulangi. Tingkah laku didasarkan pada pengamatan interaksi antarindividu. Agar monyet tidak terganggu dengan kehadiran peneliti, maka dilakukan habituasi sebelum pengambilan data. Habituasi dilakukan dengan mengikuti kelompok target setiap hari sampai kelompok tersebut tidak terganggu lagi dengan kehadiran peneliti. Habituasi terhadap KRII dilaksanakan pada awal bulan Januari selama tiga hari. Kelompok ini sudah sangat terhabituasi dan sering digunakan dalam penelitian dan sering diikuti turis, sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk menghabituasinya. KRI memerlukan waktu yang lebih lama. Identifikasi kelompok dan habituasi sudah dimulai pada bulan Mei, dan baru setelah enam minggu kelompok ini menjadi terhabituasi dengan peneliti. Prinsip pengamatan interaksi adalah who does what to whom. Dengan demikian langkah berikutnya setelah habituasi, identifikasi setiap individu-target berdasarkan ciri-ciri khasnya dan pemberian nama berdasarkan ciri-ciri khas tersebut, sehingga mudah diingat. Identifikasi jantan dewasa KRII dilakukan pada awal bulan Januari, sedangkan jantan dewasa KRI dilakukan pada bulan Juli. Gambar 4 Peta lokasi penelitian Karakteristik Kelompok 1. Ukuran dan Komposisi Kelompok Ukuran kelompok diperoleh dengan menghitung seluruh anggota KRII dan KRI. Penghitungan dilakukan secara reguler setiap bulan, sehingga diperoleh juga gambaran pertumbuhan kelompok. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan penghitung tangan pada saat kelompok monyet menyeberang jalan atau pada saat turun dari pohon tidur. Penghitungan dilakukan selama minimal 10 kali dan jumlah tertinggi ditetapkan sebagai ukuran kelompok yang bersangkutan. Komposisi kelompok diperoleh dengan identifikasi seluruh anggota kelompok 51 ekor untuk KRII dan 51 ekor untuk KRI menurut umur dan jenis kelaminnya. Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri-ciri khas setiap individu secara seksama dengan menggunakan binokuler. Ciri-ciri yang digunakan dalam identifikasi meliputi ukuran tubuh besar, kecil, warna rambut, bentuk bagian-bagian tubuh, kecacatan, bekas-bekas luka pada muka, tangan, kaki, telinga, dan bagian tubuh lainnya, bercak pada muka dan telinga, dan tingkah laku. Setelah identifikasi dilakukan, setiap bulan dilakukan sensus untuk seluruh anggota kelompok, sehingga dapat diketahui jika terjadi imigrasi atau emigrasi antarkelompok. Pengamatan komposisi kelompok pada KRII dilakukan pada awal penelitian bulan Januari dan akhir penelitian bulan Desember. Untuk KRI, pengamatan dilakukan pada bulan Juli dan Desember secara tidak kontinyu. Pengelompokan umur didasarkan pada fase perkembangan individu yaitu bayi, anak, remaja, dan dewasa Chalmers 1982. Ciri-ciri masing-masing fase didasarkan pada ciri-ciri yang dideskripsikan oleh Altman 1981 dan penelitian pendahuluan yang sudah dilakukan Saroyo 2002a. Perkiraan umur didasarkan pada ciri-ciri fisik dan studi pustaka pada beberapa penelitian pada monyet hitam Sulawesi maupun monyet Sulawesi lainnya Okamoto et al. 2000. Keempat kelompok umur tersebut dirinci sebagai berikut ini. 1 Kelompok bayi berumur 0-1 tahun. Bayi mempunyai muka berwarna putih, warna yang membedakannya dengan kelompok umur lain. Warna muka putih ini digunakan sebagai pedoman dalam menetapkan fase bayi. Rentang umur bayi dimulai dari waktu lahir, diasuh oleh induknya, sampai dengan masa sapihan. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan mengamati organ genitalia luar. Bayi jantan mempunyai penis yang panjang bila dibandingkan dengan ukuran tubuhnya, sehingga sangat mudah diamati. 2 Kelompok anak yaitu fase yang dimulai setelah bayi sampai sebelum dewasa. Individu pada kelompok ini biasanya sudah disapih dan tidak lagi dibawa induknya, serta mempunyai fase reproduksi yang belum matang. Umumnya kelompok umur ini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan mengamati organ genitalia luarnya. 3 Kelompok remaja mempunyai ukuran tubuh sedikit lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh anak dan sedikit lebih kecil kecil dibandingkan dengan pada yang dewasa. Terdapat dimorfisme seksual pada ukuran tubuhnya, yaitu jantan lebih besar daripada betina. Pada jantan remaja, warna rambut pada bahu dan tangan mulai menunjukkan warna seperti dewasa yaitu hitam terang. Ukuran tubuhnya kira-kira di antara jantan anak besar atau betina dewasa dengan jantan dewasa. Karakteristik seks sekundernya belum berkembang sempurna. Skrotum mulai membesar, dan biasanya memisahkan diri dari kelompok anak, tetapi belum bergabung dengan kelompok dewasa. Pada betina remaja, ukuran tubuh mendekati ukuran dewasa tetapi puting susu masih pendek seperti pada jantan dan berwarna putih. Tanda lain adalah mulainya tanda-tanda estrus tetapi siklusnya belum teratur. Umur jantan remaja berkisar 5-7 tahun, sedangkan betina remaja berkisar 4-5 tahun. 4 Kelompok dewasa ditunjukkan dengan pertumbuhan tubuh yang penuh dan kematangan reproduksi. Pada monyet hitam Sulawesi, jantan mencapai kedewasaan setelah berumur kira-kira 7-8 tahun, sedangkan betina kira-kira 5 tahun. Pada jantan, dewasa ditunjukkan dengan perkembangan penuh pada organ genitalia dan karakteristik seks sekunder. Skrotum jantan dewasa mempunyai ukuran yang besar dan berwarna merah. Warna rambut pada bahu dan tangan berwarna hitam terang. Ukuran tubuh jantan dewasa lebih besar dibandingkan dengan pada betina. Secara praktis, betina dewasa adalah individu yang sudah menunjukkan ciri-ciri estrus dengan pembengkakan daerah ischial, sedang hamil, atau sudah pernah melahirkan dan secara mudah dapat dibedakan dengan betina fase sebelumnya dengan melihat warna puting susunya. Pada betina dewasa, puting susu panjang dan sering menggantung, serta berwarna pink.

2. Pertumbuhan Kelompok