Koalisi Menelisik Karakteristik Dominasi Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkok-Batualis, Sulawesi Utara

yang memanfaatkan pohon yang sedang berbuah sebagai sumber pakan monyet serta peringkat dominansi antarkelompok tersebut.

3. Rekonsiliasi

Pengamatan tentang rekonsiliasi dilakukan selama 50 hari dari tanggal 22 Maret sampai dengan 10 Mei pada KRII. Observasi interaksi pascakonflik dilakukan selama 10 menit segera setelah terjadinya konflik antarindividu. Interaksi dan tingkah laku setelah 10 menit diabaikan. Pengambilan data dilakukan dengan mengikuti kelompok dan jika terjadi konflik, maka dilakukan pengamatan terhadap individu-individu yang terlibat tersebut selama 10 menit. Selama interaksi agonistik, dilakukan identifikasi terhadap individu penyerang dan korban, serta bentuk agresi yang digunakan mengancam, menyerang, mengusir lebih dari dua menit, mendorong, bentuk-bentuk kontak fisik lain, dan menggigit. Pengamatan dilakukan terhadap enam jantan dewasa, 14 betina dewasa, tiga jantan remaja, dan satu betina remaja KRII. Total pengamatan interaksi pascakonflik sebanyak 222 kali. Rekonsiliasi yang dimaksud adalah afiliasi yang dilakukan oleh penyerang dan korban segera setelah terjadinya konflik. Interaksi afiliatif mencakup menelisik silang, berimpitan, bersentuhan, kecapan bibir dua arah, menaiki, kontak mulut, bermain, dan panggilan perkawanan. Jika tidak terjadi rekonsiliasi, maka dilakukan pengamatan tingkah laku masing- masing individu. Pengamatan tingkah laku arah diri TAD meliputi menggaruk, menelisik diri, dan goyangan badan. Analisis untuk rekonsiliasi dilakukan secara deskriptif untuk menentukan: individu penyerang dan korban yang menginisiasi rekonsiliasi dan peringkat dalam hierarki dominansi kedua pihak yang terlibat konflik. Jika tidak terjadi rekonsiliasi, maka ditentukan bentuk-bentuk tingkah laku arah diri TAD untuk masing-masing individu.

4. Koalisi

Koalisialiansi diamati jika dua atau lebih individu bekerjasama untuk melawan individu lain. Individu yang diamati sebanyak enam jantan dewasa, 14 betina dewasa, tiga jantan remaja, satu betina remaja, dan delapan anak KRII sebanyak 31 kejadian dari tanggal 11 Mei-6 November. Data aliansi diambil jika proses aliansi, individu yang terlibat, dan interaksi pascakonflik atau rekonsiliasi dapat ditentukan dengan pasti. Aliansi yang terlalu kompleks atau tidak jelas individu yang terlibat dalam interaksi pascakonflik diabaikan. Setiap individu yang terlibat dalam koalisi diidentifikasi untuk menentukan peringkat dalam hierarki dominansi dalam kelompok tersebut. Hasil pengamatan koalisi aliansi akan dianalisis secara deskriptif untuk menentukan: jumlah individu yang terlibat, bentuk agresi ringanberat, bentuk aliansinya, faktor penyebab, dan afiliasi pascakonflik dari sebagian individu yang terlibat dalam koalisi.

5. Menelisik

Prinsip pengamatan tingkah laku menelisik adalah menentukan identitas individu penelisik dan individu tertelisik. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan scan sampling Collinge 1993, Martin dan Bateson 1999. Individu yang diamati meliputi lima jantan dewasa dan 15 betina dewasa KRII pada bulan Agustus. Scan sampling dilakukan pada setiap jam dengan durasi 10 menit dan interval satu menit. Penghitungan angka menelisik sosial didasarkan pada hasil pengamatan aktivitas harian. Persentase yang diperoleh merupakan persentase aktivitas menelisik dari total aktivitas harian. Frekuensi setiap individu sebagai penelisik disusun dalam suatu tabel. Dari tabel tersebut dapat dianalisis frekuensi sebagai penelisik atau tertelisik berdasarkan peringkat dominansi. Untuk menguji perbedaan frekuensi sebagai penelisik antarbetina dan antara jantan dan betina digunakan Uji Wilcoxon Sokal dan Rohlf 1996. Langkah-langkah pengujian dilakukan sebagai berikut ini. 1. Menghitung selisih n pasang pengamatan. 2. Mengurutkan angka selisih dari yang terkecil sampai yang terbesar tanpa memperhatikan tandanya. 3. Menjumlahkan urutan positif dan negatif secara terpisah. Jumlah nilai yang harga mutlaknya lebih kecil, dilambangkan dengan T s , dibandingkan dengan nilai dalam tabel T t . 4. Interpretasi hasil: Jika T s T t , maka terima H , Jika T s T t , maka terima H 1 . 5. Untuk ukuran contoh besar n 50 digunakan rumus: dengan T s seperti yang dimaksud di atas. Nilai t s dibandingkan dengan tabel student t. Interpretasi hasil: Jika t s t t , maka terima H 1 , Jika t s t t , maka terima H .

6. Pendekatan