Buruh Pemetik Teh di Perkebunan Teh Kaligua” Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara IX Persero Kebun Kaligua Kecamatan Paguyangan Kabupaten
Brebes.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana relasi kerja yang terjalin antara mandor dan buruh pemetik teh
yang ada di Perkebunan Teh Kaligua? 2.
Bagaimana konsekuensi dari relasi kerja yang terjalin antara mandor dan buruh pemetik teh yang ada di Perkebunan Teh Kaligua
C. Tujuan
1. Mengetahui relasi kerja dan posisi buruh yang terjalin antara mandor dan
buruh pemetik teh yang ada di Perkebunan Teh Kaligua. 2.
Mengetahui konsekuensi dari relasi kerja yang terjalin antara mandor dan buruh pemetik teh yang ada di Perkebunan Teh Kaligua.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penulisan ini, baik secara teoretis maupun secara praktis sebagai berikut.
1. Manfaat teoretis a.
Secara teoretis manfaat penulisan ini dapat digunakan untuk memberi sumbangan bagi pengembangan kajian Sosiologi dan Antropologi
kaitanya dengan konsep relasi kerja antara mandor dan buruh pemetik teh di Perkebunan Teh.
b. Hasil dari penulisan ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai acuan dalam
penulisan karya ilmiah yang sejenis. 2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis, diperoleh informasi tentang relsi kerja mandor dan buruh
pemetik teh di Perkebuna Teh Kaligua, serta posisi buruh dalam relasi kerja tersebut.
b. Bagi buruh pemetik teh, diperoleh gambaran tentang adanya hegemoni
sosial dalam relasi kerja yang terjalin antara mandor dan buruh pemetik teh.
c. Bagi pihak perkebunan, dapat dijadikan acuan untuk mengambil
kebijakan yang bersifat adil untuk para buruh pemetik teh.
E. Batasan Istilah
1. Buruh
Buruh adalah seseorang dalam arti individu yang terkait dengan proses ketenagakerjaan Mustofa, 2008:117, sedangkan menurut
Ensiklopedia Nasional Indonesia buruh merupakan orang yang menjual tenaganya demi kelangsungan hidupnya dan tidak memiliki sarana atau
faktor produksi selain tenaganya sendiri serta bekerja untuk menerima upah. Buruh adalah sumber daya manusia yang diperlukan dalam produksi
selain perusahaan dan pemilik modal.
Dalam penelitian ini yang dimaksud buruh adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai pemetik teh baik buruh lepas HLL maupun buruh
setengah tetap HLT yang ada di Perkebunan Teh Kaligua yang berusia sekitar 17 tahun hingga 55 tahun, dan berasal dari beberapa Dusun yang
berada di sekitar Perkebunan seperti, Dusun Taman, Dusun Embel, Dusun Grongongan, Dusun Cipetung Dan Dusun Kalikidang yang merupakan
bagian dari Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. 2.
Mandor Mandor adalah orang yang mengepalai beberapa orang atau kelompok
dan bertugas mengawasi pekerjaan mereka Ensiklopedia Nasioanl Indonesia, Sedangkan dalam penelitian ini, yang dimaksud mandor adalah
seorang laki-laki yang bertugas mengawasi cara kerja buruh dalam memetik pucuk teh dan kemudian menimbang pucuk teh, serta
memberikan upah kepada buruh. Buruh petik berusia sekitar 25 tahun hingga 55 tahun yang mayoritas berasal dari Dusun-Dusun yang sama
dengan buruh yakni Dusun Taman, Dusun Embel, Dusun Grongongan, Dusun Cipetung Dan Dusun Kalikidang. Akan tetapi ada beberapa mandor
yang berasal dari luar Desa Pandansari dan juga dari luar Kecamatan Paguyangan, misalnya mandor yang berasal dari Kecamatan Bumiayu.
3. Relasi Kerja Menurut Damsar 2002:27, bahwa relasi atau hubungan kerja
merupakan jaringan sosial atau suatu rangkaian hubungan yang teratur atau kelompok hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau
kelompok-kelompok. Relasi kerja yang dimaksud dalam penulisan ini adalah relasi kerja yang terjalin antara mandor dan buruh pemetik teh yang
ada di Perkebunan Teh Kaligua. 4. Setrip -
Istilah setrip biasa digunakan oleh semua mandor yang bekerja di Perkebunan Kaligua, istilah setrip biasa buruh petik artikan dengan
pangkat sebagai lambang prestasi. Misalnya seorang mandor yang memiliki golongan 1B -5, itu artinya mandor tersebut merupakan
karyawan dengan golongan 1B dengan pangkat lima, semakin banyak setrip yang mandor dapatkan akan semakin cepat pula mandor tersebut
akan naik golongan 5.
“Sosial” Istilah
“sosial” sering digunakan oleh buruh pemetik teh apabila buruh petik mendapatkan upah tambahan, dengan syarat buruh petik dapat
mencapai target pemetikan pucuk teh sebanyak sekitar 45 kg setiap hari dalam satu minggu. Jika buruh petik dapat memenuhi target tersebut maka
buruh petik biasa menamainya dengan mendapatkan “sosial” satu, satu
“sosial” jumlahnya sebesar Rp 26.000,00 dalam satu minggu.
6. “Min”
Istilah “Min” biasa digunakan oleh buruh pemetik teh, apabila upah
buruh tidak dapat menutup hutang di koperasi, buruh pemetik harus membawa uang dari rumah untuk menutup semua hutang di koperasi,
keadaan tersebut biasa buruh petik katakan dengan istilah “min”.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI