STRATEGI MANAJEMEN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI BMT ( Studi Kasus BMT Bina Ikhsanul Fikri dan BMT Beringharjo Yogyakarta)

(1)

SKRIPSI Oleh: Nela Amalia NPM: 20120730175

PRODI MUAMALAT FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Nela Amalia NPM: 20120730175

PRODI MUAMALAT FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

-Sesungguhnya Allah Tidak Mengubah Keadaan

Suatu Kaum Sehingga Mereka Mengubah

Keadaan Yang Ada Pada Diri Mereka Sendiri-

(Terjemahan QS.Ar-ra

d 13 : 11)

TIDAK ADA YANG MENJAMIN HIDUP KITA

WALAU HANYA SATU DETIK !!!


(7)

hidayah-Nya selama ini kepada hamba-Nya.

Ya Allah, dengan berlinang air mata, skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta, Babeh Nurdin Bachtiar dan Mimi Wasniah Mukayah yang tidak bisa saya ceritakan perjuangan mereka dalam menyekolahkan saya hingga jenjang S1, I Love You More More More. Juga untuk kakak ku tersayang teteh Indri Fidianti yang tak lelahhnya

memberikan motivasi dan perjuangannya agar saya mendapat gelar sarjana (S1). Terimakasih untuk Ahmad Ramlan Ripa’i dan sahabat-sahabat ANTIMO (Fina M. Noor Alfiany, Agita Kurnia Dewi, Nurul

Irfany, Intari Endah Setyowati dan Femi Fahria Mufida) selalu membantu dan selalu ada kala suka maupun duka hinggga


(8)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penelitian skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Murabahah Di BMT (Studi Kasus BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta)” ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada program studi Ekonomi Perbankan Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW sosok teladan dalam segala perilaku keseharian yang berorientasi kemulian hidup di dunia dan akhirat.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan , doa dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Mahli Zainudin Tago, MSI selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(9)

meluangkan waktunya untuk memberikan saran, arahan dan bimbingan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta membagikan ilmunya kepada peneliti selama duduk dibangku perkuliahan.

6. Babeh saya Nurdin Bachtiar dan Mimi saya Wasniah Mukayah yang selalu mendoakan yang terbaik untuk saya dan yang selalu memberikan dorongan agar anak perempuannya bisa sukses.

7. Kakak saya Teteh Indri Fidianti dan kakak ipar saya A Bambang Hernawan yang selalu menyemangati setiap harinya yang banyak

membantu, baik secara materil maupun do’a sehingga skripsi ini terselesaikan

8. Nenek tercinta yang telah merawatku dari kecil Alm Ema Juarih terimakasih banyak Ma dan maaf belum bisa membahagiakan Ema dan Mama Tua Mukamad yang selalu mendoakan saya dan merawat saya.. 9. Keluarga yang telah membantu penulis baik do’a, materil maupun

semangat hingga saya bisa menyelesaikan skirpsi ini (Bibi Unasah, Mang Herman, Bibi Tasinih, Mang Noto, Bibi Carnasih, Om Leman, Wa Umang, Wa Ela, Mang Mustika, Bibi Ojah, Mang Encep, Bibi Winda, A


(10)

Bapak Mastur dan Bapak Asmui yang telah membantu saya secara materil

dan do’a

11.Ahmad Ramlan Ripa’i yang selalu saya repotkan, terimakasih untuk d’oa, semangat, kesabarannya, dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini. 12.Sahabat ku “ANTIMO” Agita Kurnia Dewi (Ncun), Fina M. Noor Alfiany

(Pincuk), Nurul Irfany (Gunil), Intari Endah Setyowati (Nok) dan Femi Fahria Mufida (Pemot) terimakasih 4 tahun ini sudah menemani suka maupun duka selama di yogyakarta semoga persahabatan kita sampai nanti.

13.Keluarga ku di Yogyakarta bapak Suparno, ibu Eni Rumaningsih dan Dimas Agung Nugroho terimakasih banyak karna saya bisa tinggal di rumah ibu bapak yang sudah menganggap ku sebagai anak.

14.Sahabat ku Nurul Mutiara Ramdiani dan Alamsyah yang telah membantu saya, terimakasih.

15.Sahabat kecil ku Helda, Devi, Latifah, Sri Meilani, Yuli, Milly, Tantri, dan Rian terimakasih sudah mendoakan saya selama kuliah di Yogyakarta. 16.Sahabat seperjuangan “CONFUSED” Antimo + Anggit, Pahmy dan Julio,

Sahabat OSKD, sahabat EPI D terutaman Ukhty Hilda, Kiki, Dio, Asmarani, Angga, Fadli dll.. semangat untuk kita semua semoga sukses Aamiin.


(11)

Subang-Yogyakarta), Viking Yogyakarta, Viking Ladies, VIP (Viking Independent Pusaka), dan Bobotoh seluruh dunia.

19.Terimakasih kepada BMT BIF Yogyakarta dan BMT Beringharjo Yogyakarta.

20.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan dari semua pihak untuk perbaikan.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Aamiin...

Wassalamu’alaikum wr.wb

Yogyakarta, 22 Agustus2016


(12)

NOTA DINAS ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Kerangka Teoritik ... 18

1. Strategi ... 18

2. Manajemen ... 22

3. Pembiayaan Bermasalah ... 26

4. Murabahah ... 32


(13)

B. Obyek dan Subjek Penelitian ... 45

C. Sumber dan Jenis Data ... 45

D. Populasi dan Sampel ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

F. Teknik Pengecekan Keabslahan Data ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 1 (BMT BIF) ... 51

B. Hasil Penelitian BMT BIF ... 72

C. Gambaran Umum Tempat Penelitian 2 (BMT Beringharjo) ... 86

D. Hasil Penelitian BMT Beringharjo ... 100

BAB IV PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

Gambar 3.2 ... 72 Gambar 3.3 ... 95 Gambar 3.4 ... 101


(15)

Tabel 1.2 ... 7

Tabel 1.3 ... 10

Tabel 1.4 ... 11

Tabel 3.1 ... 55

Tabel 3.2 ... 69

Tabel 3.3 ... 69


(16)

(17)

ABSTRAK

STRATEGI MANAJEMEN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI BMT

(Studi Kasus pada BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta) Oleh : Nela Amalia

NIM : 20120730175

Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi karena dalam jasa keuangan tentu ada resiko dimana yang dimaksud dengan resiko adalah potensi adanya kerugian, dimana salah satu resiko yang ada dalam keuangan ialah kredit macet atau pembiayaan bermasalah.Murabahah merupakan salah satu produk yang ada di BMT Bina Ikhsanul Fikri (BIF) dan BMT Beringharjo Yogyakarta yang cukup diminati masyarakat. hal ini dikarenakan karakternya yang profitable, mudah dalam penerapannya serta dengan risk factor yang ringan untuk diperhitungkan.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta dalam mencegah dan menangani anggota yang pembiayaannya bermasalah, khususnya pembiayaan murabahah.Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif dimana penelitian ini diawali dengan observasi kemudian wawancara dengan informan dan melakukan analisis data yang diperoleh dari hasi wawancara serta dokumentasi.Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa dapat ditarik kesimpulan antisipasi BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta agar nasabah tidak bermasalah dalam melakukan pembiayaan yaitu dengan analisa yang kuat dengan menggunakan analisis 5C (Character, Capacity, Capital, Condition,Colletaral). Strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaan murabahah BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu penanganannya menggunakan surat peringatan (SP). SP, SP1, SP2, dan SP3 (sita jaminan). Akan tetapi biasanya dilakukan secara kekeluargaan dan monitoring setiap bulannya.

Kata Kunci : Srategi, Manajemen Risiko, Pembiayaan Bermasalah,


(18)

ABSTRACT

THE MANAGEMENT STRATEGY OF TROUBLED FINANCING FOR MURABAHAH PRODUCT AT BMT

(Sharia Microfinance Institution) By : Nela Amalia

Student No : 20120730175

The background of this research is the existence a risk factor in financial service, whereas the risk factor stated here refers to potential loss such as bad credit and troubled financing. Murabahah is of the products of BMT Bina Ikhsanul Fikri (BIF) and BMT Beringharjo Yogyakarta which receives high interest from society. It receives such attention because its character is profitable, it is easy to implement, and it is preferable for its low risk factor. The objective of this research is to identify the strategy of BMT BIF and BMT Beringharjo Yogyakarta in preventing and handling their troubled financings, especially for their Murabahah financing. This research used qualitative approach which was initiated by observation and followed with interview with some informants and proceeded to documentation. The research resulted that the anticipation taken by BMT BIF and BMT Beringharjo Yogyakarta in preventing troubled financing is done by conducting thorough analysis of 5C (Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral). The strategy to handle Murabahah troubled financing at BMT BIF and BMT Beringharjo Yogyakarta is in accordance to the Standard Operational Procedure (SOP); which was handled using memorandums (SP): SP, SP1, SP2, and SP3 (collateral seizure). However, those procedures are usually done in amicable manner and is through monthly monitoring.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di dunia khususnya di Indonesia tidak terlepas dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku usaha, salah satunya melalui jasa keuangan perbankan. Bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan melalui fungsinya memiliki fungsi strategis dalam rangka menunjang perekonomian nasional.

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M Dawan Rahardjo, A.M Saefuddin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya adalah Baitul Tamwil – Salman, Bandung, yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho Gusti (Antonio, 2001: 25).

Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI)


(20)

dan Perbankan di Cisarua Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia (Antonio, 2001: 25).

Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan sebagai Bank Umum Islam pertama yang beroperasi di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh pendirian bank-bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Namun, karena lembaga ini masih dirasakan kurang mencukupi dan belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut sebagai Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dibentuk (Danupranata, 2013: 33).

Sebelum adanya lembaga simpan pinjam syariah, masyarakat menengah ke bawah dalam menambah modal usahanya dengan cara meminjam kepada rentenir atau perbankan konvensional yang mana beban bunga cukup tinggi serta mengakses sumber pendanaan yang cukup sulit bagi kalangan menengah ke bawah, sehingga masyarakat tidak mampu memenuhi prosedur perbankan tersebut. Mengetahui fenomena tersebut Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menetaskan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil di kalangan masyarakat (Sudarsono, 2008: 107).


(21)

investasi, dan simpanan sesuai dengan pola syariah yang berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. BMT merupakan lembaga keuangan syariah bukan bank yang berdiri berdasarkan prinsip syariah Islam, dengan bergerak dalam upaya memberdayakan umat. Baitul Maal berarti lembaga sosial yang bergerak dalam bidang menggalang Zakat, Infaq, Shadaqah dan dana sosial lainnya, sedangkan Baitul Tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat yang berupa simpanan serta menyalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan usaha dengan sistem jual beli, bagi hasil maupun jasa (Ridwan, 2005: 126).

BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan didirikannya cabang-cabang di kota-kota besar di Pulau Jawa dan dibantu dengan adanya Kantor Cabang Pembantu (KCP). Dengan adanya beberapa cabang ini sudah menandakan bahwa kedua BMT tersebut banyak diminati masyarakat. BMT BIF memiliki 1 kantor pusat dan 12 kantor cabang di Yogyakarta yaitu:

1. Cabang Rejowinangun (sekaligus pusat), Kotagede Yogyakarta 2. Cabang sleman, Berbah Sleman

3. Cabang Nitikan, Umbulharjo Yogyakarta 4. Cabang Baciro, Baciro Yogyakarta 5. Cabang Plered, Plered Bantul


(22)

7. Cabang Demangan, Demangan Yogyakarta

8. Cabang Parangtritis, Sidomulyo Bambanglipuro Bantul 9. Cabang Gunungkidul, Wonosari Gunungkidul

10.Cabang Sleman Kota, Wadas Tridadi Sleman 11.Cabang Brosot,Galur Kulon Progo

sedangkan BMT Beringharjo memiliki 1 kantor pusat dan memiliki 3 kantor cabang di Yogyakarta yaitu:

1. Cabang Gamping, Ringroad Barat Gamping Sleman (sekaligus pusat) 2. Cabang Pabringan, Komplek Masjid Muttaqien Pasar Beringharjo

Yogyakarta

3. Cabang Kauman, Kauman Yogyakarta

4. Cabang Malioboro, jl Malioboro Yogyakarta (www.bmt-bif.co.id dan

http:///bmtberingharjo.com)

Munculnya ide untuk mendirikan BMT BIF ini karena melihat banyak pengusaha kecil potensial tetapi tidak terjangkau oleh bank, selain itu juga karena selama ini dakwah Islam belum mampu menyentuh kebutuhan ekonomi umat. Sehingga seringkali kebutuhan modalnya dicukupi oleh rentenir dan lintah darat yang suku bunganya sangat besar dan juga merupakan praktek riba serta sangat memberatkan masyarakat, karena masyarakat diharuskan membayar bunga tambahan dari dana yang dipinjam. Keprihatinan ini mendorong untuk berdirinya BMT BIF. (www.bmt-bif.co.id)


(23)

Kepedulian terhadap dhuafa dan kegelisahan terhadap kondisi yang sering dimanfaatkan oleh tengkulak/rente dan pemodal dengan jalan tidak wajar, serta keinginan yang kuat untuk menegakkan dan menebarkan ekonomi syariah di tengah masyarakat. Tak hanya bantuan modal dan dana simpanan yang diberikan, menginspirasi berdirinya BMT Beringharjo. BMT Beringharjo juga terus memberikan motivasi spiritual kepada anggota binaannya. Dan bersama dengan anggota mewujudkan kemaslahatan dan keberkahan dengan ekonomi syariah. (http://bmtberingharjo.com)

Dalam jasa keuangan tentu ada resiko dimana yang dimaksud dengan resiko adalah potensi adanya kerugian, dimana salah satu resiko yang ada dalam keuangan ialah kredit macet atau pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) yaitu perbandingan antara pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan. Rasio ini mengindentifikasi bahwa semakin tinggi rasio NPF menunjukkan semakin buruk kualitas pembiayaannya.


(24)

Tabel 1.1 : Non Performing Financing (NPF)/Pembiayaan Bermasalah pada BMT BIF Yogyakarta

Tahun Lancar Diragukan Macet NPF %

2010 520,793,789 169,067,511 69,461,264 604,275,510 6,5%

2011 457,233,161 122,321,542 62,936,014 642,481,718 4,13%

2012 535,637,529 169,055,062 71,205,240 775,897,831 3,39%

2013 716,197,628 262,533,679 71,977,551 1,050,708,858 3,40%

2014 1,061,209,54 297,947,634 120,116,27 1,479,273,766 3,33%

2015 1,126,434,092 346,162,698 122,760,292 1,595,357,082 3,19% Sumber : Laporan data NPF BMT BIF Yogyakarta 2010-2015 (data diolah kembali


(25)

Tabel 1.2: Non Performing Financing (NPF)/Pembiayaan Bermasalah pada BMT Beringharjo Yogyakarta

Sumber : Laporan data NPF BMT Beringharjo Yogyakarta 2010-2015

olektibilitas Des '10 % Des '11 % Des '12 % Des '13 % Des '14 % Des '15

et 663,000,000 1.99 830,000,000 2.08 1,886,738,251 3.74% 2,706,922,429 4.18% 3,370,192,318 4.30% 4,202,342,661 gukan 980,000,000 2.94 824,000,000 2.07 572,071,855 1.13% 528,619,925 0.82% 1,140,704,972 1.46% 1,108,160,845 Lancar 760,000,000 2.28 903,000,000 2.26 890,278,291 1.76% 563,156,931 0.87% 736,577,293 0.94% 1,514,398,874 Diperhatikan 568,000,000 1.71 635,000,000 1.59 745,285,350 1.48% 1,290,665,610 1.99% 959,585,028 1.22% 827,277,439

car 30,340,000,000 91.08 36,684,000,000 92.00 46,380,786,007 91.89% 59,741,240,322 92.15% 72,186,530,452 92.08% 77,219,085,562 Outstanding 33,311,000,000 100 39,876,000,000 100 50,475,159,754 100.00% 64,830,605,217 100.00% 78,393,590,063 100.00% 84,871,265,381

Tunggakan 2,972,000,000 3,192,000,000 4,094,373,747 5,089,364,895 6,207,059,611 7,652,179,819


(26)

Pembiayaan bermasalah akan mengakibatkan berkurangnya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Jika PPAP menurun maka pendapatan

(cost) akan menurun pula. NPF yang tinggi menurunkan laba yang diterima oleh Bank atau BMT. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang dibagikan juga semakin berkurang sehinga pertumbuhan tingkat return saham Bank atau BMT akan mengalami penurunan (Wangsawidjaja, 2012: 118).

Seperti halnya di dalam perbankan, pembiayaan bermasalah juga dimungkinkan terjadi di BMT, mengingat fungsi perbankan secara garis besar tidak berbeda dengan BMT. Pembiayaan bermasalah muncul sebagai akibat adanya resiko yang melekat pada hampir keseluruhan aktivitas perbankan maupun BMT. Tidak sedikit yang memilih pembiayaan produk

Murabahah karena produk ini memiliki karakter profitable, mudah dalam penerapan, serta dengan risk factor yang ringan untuk diperhitungkan, akan tetapi terkadang tidak sedikit yang mencederai perjanjian atau akad yang telah disepakati.

Produk murabahah, dari aspek kemampuan membayar angsuran nasabah maka pembiayaan digolongkan menjadi:

1. Lancar yaitu apabila pembayaran angsuran tepat waktu, tanpa tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan keuangan secara teratur dan akurat, serta dokumentasi perjanjian piutang lengkap.

2. Kurang lancar yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin yang telah mencapai 90 (Sembilan puluh) hari. Diragukan yaitu apabila terdapat tunggakan


(27)

pembayaran angsuran pokok dan margin yang telah mencapai 180 (seratus delapan puluh) hari.

3. Macet yaitu apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan margin yang telah mencapai 270 (dua ratus tujuh puluh) hari (Kasmir, 2004: 82).

Pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah terdapat beberapa pembiayaan di antaranya: pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad

Mudharabah dan Musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan akad

Murabahah, pembiayaan berdasarkan akad Qard, pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad Ijarah

atau sewa beli pengambilan hutang berdasarkan akad Hawalah. Menurut salah satu karyawan BMT BIF salah satu bentuk pembiayaan yang begitu dominan di BMT BIF Yogyakarta yaitu Murabahah dan menurut karyawan BMT Beringharjo pembiayaan Murabahah tidak begitu dominan. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua obyek untuk mengetahui strategi manajemen pembiayaan bermasalah pada akad murabahah di masing-masing BMT tersebut.


(28)

Tabel 1.3: Pembiayaan Berdasarkan Akad pada BMT BIF Yogyakarta pada tahun 2015

No Akad Pembiayaan Jumlah %

1 Murabahah 48,193,509,543 67%

2 Mudharabah 1,739,401,243 2%

3 Musyarakah 4,118,660,743 5%

4 Qordul Hasan 1,405,131,243 1%

5 Hiwalah 12,332,666,243 17%

6 Ijarah 5,650,615,343 7%

7 Al Qard 222,444,087 0%


(29)

Table 1.4 : Pembiayaan Berdasarkan Akad pada BMT Beringharjo Yogyakarta tahun 2015

No Akad

Pembiayaan Jumlah %

1 Murabahah 5,425,326,735 11,00%

2 Mudharabah 5,919,878,620 13,00%

3 Musyarakah 34,661,925,810 74,00%

4 Ijarah 1,031,719,543 2,00%

5 Al Qard 66,611,109 0,00%

Total 47,105,461,817 100%

Dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Strategi Manajemen Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Pembiayaan Murabahah” yang mana perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta dalam mengatasi pembiayaan bermasalah. Upaya tersebut bisa berupa mengantisipasi dan penanganan terhadap nasabah dalam pembiayaan bermasalah.


(30)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana antisipasi BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta agar anggota tidak bermasalah dalam melakukan pembiayaan?

2. Bagaimana strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaan murabahah BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta?

3. Apa persamaan strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada produk murabahah di BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta?

4. Apa perbedaan strategi penaganan pembiayaan bermasalah pada produk murabahah di BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sistem yang diterapkan BMT untuk mengantisipasi anggota agar tidak bermasalah dalam melakukan pembiayaan.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaan murabahah di BMT BIF dan BMT Bringharjo Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui persamaan strategi penanganan pembiayaan bermasalah pada produk murabahah di BMT BIF dan BMT Beringharjo

4. Untuk mengetahui perbedaan strategi penanganan pembiayaan pada produk murabahah di BMT BIF dan BMT Beringharjo


(31)

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik kegunaan akademisi maupun praktisi. Adapun kegunaan penelitian ini adalah;

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini sebagai kontribusi ilmiah guna memperkaya ilmu pengetahuan di bidang Manajemen Ekonomi Islam, terkait dengan masalah strategi dalam menangani pembiayaan bermasalah dengan tidak mengesampingkan aturan atau prinsip Syariah Islam

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman saat melakukan penelitian, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh oleh peneliti baik diperoleh diperkuliahan maupun dari proses penelitian khususnya pada dunia kerja nanti.

b. Bagi Lembaga atau Instansi Syariah

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi lembaga keuangan syariah khususnya BMT yang ada di


(32)

Yogyakarta agar dalam menyelesaikan masalah, khususnya yang berhubungan dengan penyelesaian pembiayaan masalah harus menggunakan strategi yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Serta diharapkan menjadi bahan acuan bagi lembaga keuangan lain agar lebih meningkatkan sikap kehati-hatian dalam mengambil keputusan tentang pembiayaan.

c. Akademisi/Bagi Lembaga Pendidikan

Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan sebagai referensi atau

literature yang bermanfaat bagi mahasiswa dan serta staf pengajar yang ingin mengetahui lebih dalam tentang manajemen pembiayaan Murabahah bermasalah.

E. Tinjauan Pustaka

Tak dapat dipungkiri bahwa penelitian tentang BMT pada umumnya dan pembiayaan bermasalah pada khususnya sudah sangat banyak dilakukan sebelumnya. Upaya untuk melakukan penelitian ini menjadi penting untuk mendeskripsikan penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini. Penelitian yang mengenai pembiayaan bermasalah yang ditulis oleh:

Peneliti oleh Nur Inayah (2009) dalam skripsi yang “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Murabahah di BMT


(33)

BIF Yogyakarta”. Penelitian ini untuk mengetahui strategi BMT BIF dalam menangani nasabah yang pembiayaannya bermasalah, khususnya pada pembiayaan murabahah. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan, yang mana data yang diperoleh dari observasi dan wawancara langsung kepada pegawai bagian pembiayaan dan nasabah BMT BIF, serta dokumentasi dari lembaga tersebut. Selain itu penelitian ini ditunjang oleh adanya data primer dan sekunder yang diperoleh dari beberapa literatur yang terkait dengan permasalahan yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan menguraikan data-data yang telah dikumpul. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dalam penanganan terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah, BMT BIF menggunaka cara-cara yang lebih bersifat kekeluargaan, seperti melakukan silaturrahim, pembinaan

reshedulling, memberi peringatan, kemudian sita jaminan. Untuk sita jaminan, BMT BIF belum pernah menerapkannya kepada nasabah yang sudah bermasalah, sekali pun nasabah tersebut sudah macet pembiayaannya.

Penelitian oleh Novianti (2014) dalam skripsi “ Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Yang Disebabkan Force Majeure Pihak Nasabah”.

Penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis penanganan pembiayaan

murabahan bermasalah yang disebabkan force majeure pihak nasabah di Bank Tabungan Negara Syariah dan hambatan dalam penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk murabahah yang disebabkan force majeure pihak


(34)

nasabah di BTN Syariah cabang Malang. Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris dan pendekatan yuridis sosiologis. Metode ini dipakai untuk mengkaji penanganan pembiayaan murabahah bermasalah yang disebabkan force majeure pihak nasabah di BTN Syariah. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa penanganan pembiayaan murabahah bermasalah disebabkan force majeure pihak nasabah terdapat dua upaya penanganan, yakni upaya penyelamatan dan upaya penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah. Adapun hambatan dalam penanganan pembiayaan murabahah bermasalah yang disebabkan force majeure

pihak nasabah berasal dari faktor internal dari pihak bank dan faktor eksternal dari nasabah. Dalam rangka meminimalkan dari dampak adanya pembiayaan

murabahah bermasalah yang disebabkan force majeure yang bersifat relatif, maka diharapkan bank mengoptimalkan manajemen resiko dan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Penelitian oleh Listanti, Dzulkirom, dan Topowijono (2015) dalam

jurnal “Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada

Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus pada KJKS BMT Mandiri Sejahtera

Karangcangkring”). Dalam jurnal tersebut tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui proses pemberian pembiayaan murabahah, perkembangan

Non Performing Financing (NPF) dan upaya yang dilakukan KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Gresik Jawa Timur dalam menangani pembiayaan bermasalah. Dalam penelitian ini menggunaka penelitian deskriptif


(35)

dengan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa yang sedang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah tidak hanya datang dari nasabah melainkan pihak internal yang kurang teliti dalam analisa awal dan survei sebelum pemberian pembiayaan dan upaya yang dilakukan dalam menangani pembiayaan bermasalah adalah dengan teguran, rescheduling dan restructuring serta pihak BMT tidak pernah melakukan sita jaminan karena benar-benar menerapkan syariah dan tindakan manusiawi meski dinilai kurang efisien.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari beberapa penelitian di atas. Bahwasannya Penelitian ini merupakan penelitian yang berbeda karena di sini peneliti akan menggunakan dua objek yaitu BMT Bina Ihsanul Fikri dan BMT Beringharjo.

Peneliti memilih obyek di BMT BIF dan BMT Beringharjo karena kedua BMT tersebut termasuk BMT yang besar di Yogyakarta. BMT BIF dan BMT Beringharjo menjadi BMT pilihan sebagian besar masyarakat Yogyakarta, baik dari kalangan atas maupun kalangan menengah ke bawah.


(36)

F. Kerangka Teori 1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Thomson Jr. dkk., (2005) dalam IBI, (2015: 125) mengatakan strategi suatu perusahaan merupakan panduan bagian dari tindakan proaktif manajer untuk memperbaiki posisi pasar dan kinerja finansial perusahaan serta reaksi yang diperlukan terhadap perkembangan dan kondisi pasar yang berubah dan tidak diharapkan. Strategi aktual perusahaan tersebut mencakup proaktif dan reaktif yang meliputi:

1) Faktor eksternal : kondisi persaingan dan industri, preferensi pembeli, kondisi politik, ekonomi, peraturan, teknologi, dan pertimbangan lingkungan.

2) Faktor internal : kekuatan dan kelemahan perusahaan serta kemampuan bersaing.

3) Strategi : bentuk strategi yang mesti ditinggalkan dan strategi proaktif serta strategi reaktif.

Perusahaan atau lembaga keuangan harus menyikapi situasi yang selalu berubah dengan memperhatikan faktor eksternal dan internalnya, mengubah fitur strategi yang ada, melakukan inisiatif baru secara terus-menerus terhadap fitur strategi sebelumnya sebagai bentuk


(37)

karena itu, manajemen mesti melihat dan mengamati situasi perusahaan dengan melakukan analisis dan berpikir strategis guna memposisikan diri di market place melalui pendekatan bisnis yang tepat (IBI, 2015: 125).

Menurut Thomson zjr. Dkk. (2005) dalam (IBI, 2015: 127) ada delapan tugas manajerial dalam upaya perusahaan melaksanakan strategi: 1) Membangun suatu organisasi dengan kompetensi, kemampuan, dan

sumber daya untuk melaksanakan strategi sukses.

2) Mengatur sumber daya dari belakang guna pelaksanaan strategi yang baik dan pengoperasian yang berkualitas.

3) Memulai kebijakan dan prosedur yang memudahkan pelaksanaan strategi.

4) Mengambil kebiasaan yang baik dan berusaha keras demi perbaikan yang berkelanjutan dan memikirkan bagaimana caranya agar aktivitas rantai nilai dilakukan.

5) Menempatkan informasi dan pengoperasian sistem yang memungkinkan personalia perusahaan melaksanakan peran strategi mereka dengan lancar.

6) Mengaitkan hadiah dengan insentif secara langsung untuk pencapaian strategis target finansial serta pelaksanaan strategi yang baik.

7) Membentuk lingkungan dan budaya kerja guna mencocokkan dengan strategi yang ada.

8) Mendesak kepemimpinan internal yang diperlukan untuk mendorong penerapan ke masa depan dan menyempurnakan strategi yang sedang dilakukan

b. Penyusun Strategi

Penyusun strategi adalah individu-individu yang paling bertanggung jawab bagi keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi. Penyusun strategi membantu sebuah organisasi mengumpulkan, menganalisis, serta mengorganisasi informasi. Mereka melacak kecenderungan-kecenderungan industri dan


(38)

mengevalusi kinerja korporat dan individual, mencari peluang-peluang pasar, mengidentifikasikan ancaman terhadap bisnis dan mengembangkan rencana aksi yang kreatif. Para perencana strategi umumnya berperan sebagai pendukung atau staf. Biasanya ditemukan di level manajemen atas, mereka memiliki otoritas yang sangat besar untuk membuat keputusan di dalam perusahaan atau lembaga keuangan. (David, 2009: 15)

c. Strategi Analisis Kelayakan Pembiayaan

Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut :

1) Character

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standing.

Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar. 2) Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada

akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan

kredit yang disalurkan.

3) Capital

Calon anggota pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya dengan baik. Pengusaha harus dapat menyisihkan


(39)

skala usahanya dapat ditingkatkan. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila usaha calon anggota pembiayaan yang sebagian besar struktur permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri) maka hal ini akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.

4) Colleteral

Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. untuk mengatasi kemungkinan sulitnya pembayaran maka perlu dikenakan jaminan. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5) Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalani. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit bermasalah relatif kecil. (Kasmir, 2012 : 95-97)

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut :

1) Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari-harinya maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah

2) Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3) Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi,konsumtif atau produktif,


(40)

4) Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

5) Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik. Dengan demikian, jika salah satu usahanya merugiakan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6) Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atauakan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperoleh.

7) Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi. : (Kasmir, 2012 : 95-97)

2. Manajemen Risiko a. Pengertian Risiko

Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang kita umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, adapun pendapat para tokoh tentang risiko antara lain: (Djojosoedarso, 2003: 2).


(41)

1) Menurut ArthurWilliams dan Richard, M.H

“Suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode

tertentu”

2) Menurut A. Abas Salim

“Ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss)”

3) Menurut Soekarto

“Ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa”

4) Menurut Herman Darmawi

“Probabilitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang

diharapkan”

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga/tidak diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian

b. Macam-macam Risiko

Risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara, antara lain: (Djojosoedarsono, 2003: 3-4)


(42)

1) Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan dalam:

a) Risiko murni adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya dapat disengaja.

b) Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadi ketidakpastian memberikan keuntungan kepadanya.

c) Risiko fundamental adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang.

d) Risiko khusus adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri yang umumnya mudah diketahui penyebabnya.

e) Risiko dinamis adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan (dinamika masyarakat dibidang ekonomi, ilmu dan teknologi.

2) Menurut sumber/penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan ke dalam: (Djojosoedarso, 2003: 3-4)

a) Risiko intern adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawannya sendiri, kecelakaan kerja, miss manajemen dan sebagainya.

b) Risiko ekstern adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga,


(43)

c. Manajemen Risiko Pada Lembaga Keuangan Syariah 1) Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan lembaga keuangan syariah (Wangsawidjaja, 2012: 86). 2) Jenis-jenis Risiko Kredit (Pembiayaan)

Dalam mengelola unit bisnis selalu dihadapkan dengan risk return (risiko dan pendapatan). Adanya beberapa jenis risiko yang berhubungan dengan bisnis perbankan. Di antaranya adalah: (Muhamad, 2002: 309)

a) Risiko Kredit (credit risk) b) Risiki Likuiditas (liquidity risk)

c) Risiko Tingkat Bunga (interens rate risk)

d) Nilai Tukar Valuta Asing (foreight exchange rate risk) e) Risiko Operasional (operational risk)

3) Manajemen Risiko di Lembaga Keuangan Syariah

Risiko kegiatan pada lembaga keuangan syariah ialah risiko kredit (risiko pembiayaan). Risiko bagi lembaga keuangan syariah dalam pemberian fasilitas pembiayaan adalah tidak kembalinya pokok pembiayaan dan tidak mendapat imbalan, ujrah, atau bagi hasil


(44)

perbankan syariah dan nasabah penerima fasilitas disamping itu, juga terdapat risiko bertambah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perbankan dan bertambahnya waktu untuk penyelesaian non performing financing (NPF) serta turunnya kesehatan pembiayaan perbankan (kolektibilitas pembiayaan menurun) (Wangsawidjaja, 2012: 89).

3. Pembiayaan Bermasalah a. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2014: 85).

b. Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah “suatu kondisi pembiayaan, di

mana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian, atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensi loss


(45)

Menurut Robert H.Behrens, (Commercial Problem Loan Bankers Publishing Company, Boston Page 46) dalam buku (Prabowo, 2012:129) faktor penyebab pembiayaan bermasalah antara lain:

1) Adversity

Perubahan dari siklus usaha (Business Cycly) di luar kontrol bank dan nasabah, seperti: bencana alam, sakit dan kematian.

2) Mismanagement

Ketidakmampuan nasabah mengelola kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan sesuai dengan cara-cara kegiatan usaha yang sehat dari hari-hari.

3) Fraud

Ketidakjujuran debitur dalam memberikan informasi dan laporan-laporannya tentang kegiatan usahanya, posisi keuangan, hutang-piutang, persediaan, dan lain-lain.

c. Upaya-upaya Untuk Mengantisipasi Risiko Pembiayaan atau Pencegahan Pembiayaan Bermasalah

Lembaga keuangan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan wajib menempuh cara-cara


(46)

yang tidak merugikan lembaga tersebut serta kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya. (Wangsawidjaja, 2012: 94)

Untuk mengurangi risiko pembiayaan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga berpengaruh terhadap kesehatan lembaga tersebut, maka penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan upaya-upaya yang bersifat represif ialah: (Wangsawidjaja, 2012: 94-96)

1) Upaya-Upaya yang Bersifat Preventif

a) Memelihara Kesehatan dan Meningkatkan Daya Tahan Lembaga Keuangan Syariah

Untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahan maka lembaga keuangan syariah diwajibkan menyebar risiko dengan mengatur penyaluran pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada satu nasabah penerima fasilitas atau kelompok nasabah penerima fasilitas tertentu.

b) Kelayakan Penyaluran Dana

Lembaga keuangan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Upaya yang


(47)

wajib dilakukan oleh lembaga keuangan syariah sebelum memberikan pembiayaan, yaitu lembaga keuangan syariah harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya sebelum bank syariah menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas (Wangsawidjaja, 2012: 94-96).

2) Upaya-Upaya yang Bersifat Represif / Kuratif

Upaya-upaya penanggulangan yang bersifat represif adalah upaya-upaya penanggulangan yang bersifat penyelamatan dan penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) (Wangsawidjaja, 2012: 101).

d. Penyelamatan dan Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat dibagi dalam: (Arifin, 2002: 222) 1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan,lemahnya


(48)

tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap,permodalan yang tidah cukup.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dan lain-lain.

Penyelamatan pembiayaan (restrukturisasi pembiayaan) adalah istilah teknis yang biasa dipergunakan di kalangan perbankan terhadap upaya dan langkah-langkah yang dilakukan perbankan dalam mengatasi pembiayaan bermasalah.

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan perbankan dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, (Wangsawidjaja, 2012: 447). Sebagai konsukuensi dari adanya berbagam bentuk pembiayaan di lembaga keuangan syariah maka restrukturisasi tersebut dilakukan dengan memperhatikan karakteristik dari masing-masing bentuk pembiayaan. Seperti pada bentuk pembiayaan murabahah antara lain: (Wangsawidjaja, 2012: 447-449)

1) Penjadwalan kembali (rescheduling)

Restrukturisasi dilakukan dengan memperpanjang jangka waktu jatuh tempo pembiayaan tanpa mengubah sisa kewajiban


(49)

Dengan restrukturisasi tersebut maka jumlah pembayaran angsuran nasabah penerima fasilitas menjadi lebih ringan karena jumlahnya lebih kecil daripada jumlah angsuran semula, namun jangka waktu angsurannya lebih panjang dari pada angsuran semula 2) Persyaratan kembali (reconditioning)

Restrukturisasi dilakukan dengan menetapkan kembali syarat-syarat pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang haus dibayarkan kepada bank syariah atau BMT.

3) Penataan kembali (restructuring)

Penataan kembali, yaitu perubahan persyaratan pembiayaan yang antara lain meliputi:

a) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank atau BMT. b) Konversi akad pembiayaan.

c) Konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka Waktu Menengah.

d) Konversi pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara pada perusahaan nasabah yang dapat disertai dengan rechedulling atau


(50)

4. Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya / harga pokok (cost) barang tersebut ditambah

mark-up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik

murabahah adalah bahwa penjual harus memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost) tersebut.

Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN (Dewan Syarian Nasional) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarkan dengan harga yang lebih sebagai laba (Wiroso, 2005: 13).

Dalam jual beli juga sangat diharapkan adanya unsur suka sama suka. Apabila pembeli tidak menyukai barang yang akan dibeli, dan pembeli menyatakan batal sebelum akad diijabkan, maka jual beli itu tidak sah dan harus diterima dengan lapang dada oleh masing-masing pihak.


(51)

Terdapat pada firman Allah tentang jual beli yang berbunyi : 











...

Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba” (QS. Al-Baqarah (2):275)

















































Artinya: “Hai orang-oramng yang beriman janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan batil. Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka rela diantaranya..”

(QS. Annisa (4): 29)

b. Ketentuan Jual Beli Murabahah

Fatwa Dewan Syariah Nasional yang terkait dengan transaksi murabahah antara lain adalah:

1) Nomor 4/DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April 2000 Tentang

Murabahah,

2) Nomor 13/DSN-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000 Tentang Uang Muka Dalam Murabahah,


(52)

3) Nomor 16/DSN/-MUI/IX/2000 Tanggal 16 September 2000 Tentang Diskon Dalam Murabahah,

4) Nomor 17/DSN/-MUI/IX/2000 Tanggal 16 sepetember 2000 Tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran, dan

5) Nomor 23/DSN-MUI/III/2000 Tanggal 28 Maret 2002 Tentang potongan Pelunasan Dalam Murabahah (Wiroso, 2005: 45). c. Rukun dan Syarat Murabahah

1) Rukun murabahah, yaitu meliputi: orang yang menjual, orang yang membeli, sighat, dan barang atau sesuatu yang diakadkan (Wiroso, 2005: 16).

2) Syarat dalam murabahah

a) Syarat orang yang melakukan pembiayaan (1) Mengetahui harga pertama (harga pembelian) (2) Mengetahui besarnya keuntungan

(3) Modal hendaknya berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis

(4) Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan riba tersebut terhadap harga pertama

(5) Transaksi pertama haruslah sah secara syara’ (Wiroso, 2005: 17).


(53)

(1) Barangnya harus ada.

(2) Barangnya berupa harta yang jelas harganya. (3) Barangnya dimiliki sendiri, artunya terjaga.

(4) Barang itu dapat diserahkan sewaktu akad (Wiroso, 2005: 20). d. Jenis Pembiaayan Murabahah

Murabahah dapat dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu :

1) Murabahah tanpa pesanan, penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruhi atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.

2) Murabahah berdasarkan pesanan, pada murabahah ini pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah baru melakukan pengadaan barang dan melaukan transaksi jual beli murabahah setelah ada nasabah yang memesan untuk membeli. Murabahah dalam pesanan ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu murabahah berdasarkan pesanan bersifat mengikat. Salah satu cara mengikat nasabah adalah bank syariah meminta uang muka kepada nasabah dan harus disetor ke bank syariah dan murabahah

berdasarkan pesanan bersifat tidak mengikat dalam hal ini setelah bank membeli barang sesuai dengan pesanan pembeli, nasabah boleh membatalkan barang yang dipesan tersebut. (Wiroso, 2005: 37).


(54)

e. Tujuan/Manfaat Pembiayaan Berdasarkan Akad Murabahah 1) Bagi Bank/BMT

Manfaat pembiayaan murabahah bagi bank atau BMT adalah sebagai salah satu bentuk penyaluran dana untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk margin.

2) Bagi Nasabah

Sedangkan manfaat bagi nasabah penerima fasilitas adalah merupakan salah satu cara untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari bank atau BMT. Nasabah dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.

f. Analisis dan Identifikasi Risiko Pembiayaan Berdasarkan Akad Murabahah

Risiko bagi bank dalam pembiayaan murabahah antara lain berupa risiko pembiayaan (credit risk) yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi atau default, dan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar jika pembiayaan atas dasar akad murabahah


(55)

5. BMT

a. Pengertian BMT

Baitul Maal wat Tamwil (BMT), atau sering juga disebut

“Koperasi Syariah”, merupakan lembaga keuangan syariah yang

berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggotanya dan biasanya beroperasi dalam skala mikro. BMT juga dikenal sebagai jenis lembaga keuangan syariah pertama yang dikembangkan di Indonesia.

BMT yang pertama kali berdiri bernama “Baitat Tamwil Salman”.

Lembaga ini didirikan pada tahun 1980 oleh beberapa aktivis mahasiswa ITB. Pendiri BMT tersebut menginspirasi kelompok masyarakat untuk mendirikan lembaga sejenis. Hingga akhir 2015 telah terdapat sekitar 3.200 BMT di seluruh Indonesia (Yaya, Martawireja dan Abdurahim. 2009: 22).

BMT termasuk Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola syariah yang berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. BMT merupakan lembaga keuangan syariah bukan bank yang berdiri berdasarkan prinsip syariah I s l a m , dengan bergerak dalam upaya memberdayakan umat. Baitul Maal berarti lembaga sosial yang bergerak dalam bidang menggalang


(56)

Tamwil ini bergerak dalam penggalangan dana masyarakat yang berupa simpanan serta menyalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan usaha dengan sistem jual beli, bagi hasil maupun jasa (Ridwan, 2005: 126). b. Organisasi

Untuk memperlancar tugas dan kegiatan BMT, maka diperlukan struktur yang mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil BMT tersebut. Struktur dan tugas organisasi BMT meliputi :

1) Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok : memegang kekuasaan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.

2) Dewan Syariah : mengawasi dan menilai operasional BMT.

3) Pembina Manajemen : untuk membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya.

4) Manajer : menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.

5) Pemasaran : untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk BMT.

6) Kasir : melayani nasabah.

7) Pembukuan : untuk melakukan pembukuan atas asset dan omzet BMT (Soedarsono, 2008: 103).


(57)

Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh berbeda dengan BPRS, yakni menggunakan 3 prinsip :

1) Prinsip bagi hasil

Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pinjaman dengan BMT. Akad-akad yang menggunakan bagi hasil : Al-Mudharabah, Al-Musyarakah, Al-Muzara’ah dan Al-Musaqah.

2) Sistem jual beli

Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana. Akad-akad jual beli : Bai’al

-Murabahah, Bai’as-Salam, Bai’al-Istishna dan Bai’Bitsaman Ajil. 3) Sistem non-profit

Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non-komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya. Akad tersebut ialah Al-Qardhul Hasan.

4) Akad bersyarikat


(58)

berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian keuntungan/kerugian yang disepakati bersama. Akad-akadnya ialah : Al-Musyarakah dan

Al-Mudharabah.

5) Produk pembiayaan

Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam di anatara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjam meminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu. Produk-produk pembiayaan : Pembiayaan al-Murabahah (MBA), Pembiayaan

al-Bai’Bitsaman Ajil (BBA), Pembiayaan al-Mudharabah (MDA) dan Pembiayaan al-Musyarakah (MSA) (Soedarsono, 2008: 106).

d. Penghimpun dana

1) Penyimpanan dan penggunaan dana a) Sumber dana BMT

Asal sumber dana BMT adalah : dana masyarakat, simpanan biasa, simpanan berjangka atau deposito dan lewat kerja antara lebaga atau institusi. Dalam penggalangan dana BMT biasanya terjadi transaksi yang berulang-ulang, baik penyetoran maupun penarikan.

b) Kebiasaan penggalangan dana


(59)

dana biasanya variatif, penyandang dana rutin temporal-deposito minimal RP 1.000.000,- sampai Rp 5.000.000,-. c) Pengambilan dana

Pengambilan dana meliputi : Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap, pengambilan dana tidak rutin tetapi tertentu, pengambilan dana tidak tertentu, pengambilan dana sejumlah tertentu tapi pasti.

d) Penyimpanan dan penggalangan dalam masyarakat dipengaruhi: Memperhatikan momentum, mampu memberikan keuntungan, memberikan rasa aman, pelayanan optimal dan profesionalisme.

2) Penggunaan dana

a) Penggalangan dana digunakan untuk :

Penyaluran melalui pembiayaan, Kas tangan dan ditabungkan di BPRS atau di Bank Syariah.

b) Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada : Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap, penggunaan dana BMT yang rutin tidak tetap, penggunaan dana BMT yang tidak tentu tapi tetap dan penggunaan dana BMT tidak tentu.


(60)

Pengangsuran yang rutin dan tetap, pengangsuran yang tidak rutin dan tetap, pengangsuran yang jatuh tempo dan pengangsuran yang tidak tentu (kredit macet).

d) Klasifikasi pembiayaan : (1) Perdagangan.

(2) Industri rumah tangga.

(3) Pertanian/ peternakan/ perikanan. (4) Konveksi.

(5) Kontruksi.

(6) Percetakan dan jasa-jasa lainnya. e) Jenis angsuran :

(1) Harian. (2) Mingguan. (3) 2 Mingguan. (4) Bulanan.

(5) dan Jatuh tempo.

f) Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT :

Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan, merevisi segala kegiatan pembiayaan, pemindahan akad baru dan mencarikan donator yang bisa menutup pembiayaan.


(61)

ZIS masyarakat dan lewat kerjasama anatara BMT dengan Lembaga Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah

(BAZIS).

b) Dalam penyaluran dana ZIS :

Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya membantu, pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu dalam membayar SPP, penutupan terhadap pembiayaan yang macet karena faktor kesulitan pelunasan dan membantu masyarakat yang perlu pengobatan (Soedarsono, 2008: 108).


(62)

BAB II

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Sugiyono (2010: 14) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposif

dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi lapangan secara langsung, kemudian membuat jadwal untuk wawancara dengan beberapa informan dan melakukan analisis data penilaian kerja karyawan. Analisa juga dilakukan terkait kinerja marketing/strategi marketing yang berlaku. Agar penelitian ini bisa dilakukan dengan baik dan tuntas, dilakukan juga analisa terkait SOP.


(63)

B. Obyek dan subyek Penelitian 1. Obyek

BMT BIF dan BMT Beringharjo Yogyakarta 2. Subyek

Manajer Marketing, Marketing/AO (Account Officer) dan Anggota

C. Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data ang didapat secara langsung. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan interview atau wawancara terstuktur. Wawancara akan dilakukan kepada pihak manajer marketing, marketing/AO (Account Officer) dan anggota 2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat tidak secara langsung. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen dan aktivitas marketing.


(64)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010:115).

Dalam penelitian kualitatif ini tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Sperdley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor),dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiono, 2010: 398). Populasi dalam penelitian ini adalah Manajer Marketing, Marketing/AO (Account Officer) dan Anggota

2. Sampel

Merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh oleh populasi (Sugiyono: 2010: 116). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (teknik penelitian sampel dengan pertimbangan tertentu, maka sampel dibatasi pada pihak yang berkait dengan pelaku yang menangani pembiayaan bermasalah yaitu Manajer Marketing dan Marketing/AO (Account Officer) di BMT BIF dan BMT Beringharjo


(65)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penjelasannya sebagai berikut:

a. Observasi

Dari observasi tersebut peneliti dapat mengamati perilaku manajemen marketing dan memahami makna dari perilaku kerja mereka. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi terus terang, yaitu penelitian dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. (Sugiyono, 2010: 405).

b. Wawancara

Wawancara sebagai cara untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonsentrasikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini obyek wawancara adalah manajer marketing BMT BIF dan BMT Bringharjo Yogyakarta, karyawan di bidang marketing atau yang menangani bidang pembiayaan bermasalah dan anggota pembiayaan bermasalah (Soeratno dan Arsyad, 1998: 120).


(66)

c. Dokumentasi

Pengumpulan data sekunder yang berupa data-data nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah di BMT BIF dan BMT Bringharjo Yogyakarta dan mencari sumber lain berupa buku, majalah, jurnal dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data yang ada pada peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2006 : 247). Teknik trianggulasi ini digunakan sebagai pemeriksaan dan pengecekan data hasil dari pengamatan yang memanfaatkan sumber dan metode.

Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber, trianggulasi sumber digunakan untuk pengecakan data tentang keabsahannya, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen dengan memanfaatkan berbagai sumber data informasi sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal ini penulis membandingkan data dokumen dengan data hasil wawancara, dan juga membandingkan hasil wawancara dengan wawancara lainnya.


(67)

G. Teknik Analisis Data

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono, 2010: 431).

2. Data display (penyajian data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi. Dalam mendisplaikan data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. 3. Conclusion drawing/ verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke


(68)

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2010: 438).


(69)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) Yogyakarta

a. Sejarah BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) Yogyakarta

BMT BIF merupakan lembaga keuangan syariah yang menitik beratkan pada pemberdayaan ekonomi kelas bawah yang didirikan dan dimiliki oleh masyarakat pada tahun 1996 di daerah Gedong Kuning Yogyakarta. (File BMT BIF Yogyakarta)

Munculnya ide untuk mendirikan BMT BIF ini karena melihat banyak pengusaha kecil potensial tetapi tidak terjangkau oleh bank, selain itu juga karena selama ini dakwah Islam belum mampu menyentuh kebutuhan ekonomi umat, sehingga seringkali kebutuhan modalnya dicukupi oleh rentenir dan lintah darat yang suku bunganya sangat besar dan juga merupakan praktek riba serta sangat memberatkan masyarakat, karena masyarakat diharuskan membayar bunga tambahan dari dana yang dipinjam. Keperihatinan ini mendorong untuk berdirinya BMT BIF. (File BMT BIF Yogyakarta)


(70)

Pembentukan BMT BIF diawali dengan dibentuknya panitia kecil yang diketuai oleh Ir. Meidi Syaflan (ketua ICMI gedong kuning), dan beranggotakan M. Ridwan dan Irfan. Panitia ini berfungsi mempersiapkan segala sesuatunya sampai BMT BIF ini dapat berdiri. Salah satu tugas awalnya adalah survey tempat dan lokasi pasar gedong kuning sebagai bahan untuk diteliti, kemudian untuk dijadikan alternatif tempat atau lokasi BMT BIF. (File BMT BIF Yogyakarta)

Pada tanggal 1 Maret 1996 ditetapkan sebagai tanggal operasional BMT BIF, tetapi pada tanggal tersebut ternyata BMT BIF belum dapat beroperasi seperti yang telah direncanakan, karena adanya sebab tertentu. Akhirnya BMT BIF mendeklarasikan diri berdiri dan mulai beroperasi pada tanggal 11 Maret 1996, kemudian pada tanggal 15 Mei 1997, lembaga keuangan syariah ini memperoleh badan hukum No. 159/BH/KWK.12/V/1997. (File BMT BIF Yogyakarta)

Pada prinsipnya usaha BMT BIF dibagi menjadi dua yaitu

Baitul Maal (usaha sosial) dan Baitul Tamwil (usaha bisnis). Usaha sosial ini bergerak dalam penghimpunan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) serta mentasyarufkannya kepada delapan ashnaf. Skala prioritasnya dimaksud untuk mengentaskan kemiskinan melalui program ekonomi produktif dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang etika bisnis serta bantuan sosial, seperti beasiswa anak asuh,


(71)

asuransi, karena BMT BIF mengadakan kerja sama dengan Asuransi Takaful. (File BMT BIF Yogyakarta)

Sedangkan usaha bisnisnya bergerak dalam pemberdayaan masyarakat ekonomi kelas bawah dilakukan dengan intensifikasi penarikan dan penghimpunan dana masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka, kemudian disalurkan dalam bentuk pembiayaan kepada pengusaha kecil, dengan sistem bagi hasil. (File BMT BIF Yogyakarta)

b. Visi dan Misi BMT BIF Yogyakarta

Adapun visi dan misi BMT BIF Yogyakarta seabgai berikut: (Profile lembaga keuangan syariah BMT BIF Yogyakarta)

1) Visi

Lembaga keuangan syariah yang sehat dan unggul dalam memberdayakan umat.

2) Misi

a) Menerapkan nilai syariah untuk kesejahteraan bersama

b) Memberikan pelayanan yang terbaik dalam jasa keuangan mikro syariah

c) Mewujudkan kehidupan umat yang Islami 3) Tujuan


(72)

c) Menyediakan permodalan Islami bagi usaha mikro 4) Motto

“ Adil dan menguntungkan”

c. Strategi BMT BIF Yogyakarta

Strategi di BMT BIF Yogyakarta sebagai berikut: (Profile lembaga keuangan syariah BMT BIF Yogyakarta)

1) Penguatan Basis Anggota

Pengembangan jumlah anggota dan perluasan jangkauan pasar merupakan upaya untuk memperkuat bisnis.

2) Kedekatan Anggota

Upaya membangun kedekatan dengan anggota akan menciptakan hubungan bisnis transparan dan adil.

3) Proaktif

Meningkatkan inovasi produk dan layanan secara menyeluruh merupakan upaya kami untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis. 4) Penguatan Jaringan

Membangun aliansi strategis dengan berbagai entitas bisnis syariah akan meningkatkan volume bisnis.


(73)

Kunci keberhasilan bisnis sangat tergantung kualitas SDMnya. Tekad kami adalah melahirkan SDM unggul dan berakhlak.

d. Pengalaman Kerjasama Kelembagaan 10 Tahun Terakhir Tabel 3.1

Pengalaman kerja sama BMT BIF Yogyakarta

No Waktu Kegiatan Sumber Nilai

1. 2005 Kerjasama Modal Kerja

BSM 125.000.000

2. 2005-2015

Penguatan Modal Agro Bisnis

Menegkop UKM 1.000.000.000 3.

2006-2007

Penguatan Modal dan Kelembagaan

DIY/Micra/Mercy Corp

500.000.000 4. 2007 Kerjasama Modal

Kerja

PT. PNM 500.000.000 5. 2008 Sukuk Syariah Menegkop UKM 200.000.000 6. 2008 Kerjasama Modal

Kerja

BTN Syariah 2.000.000.000 7. 2010 Sarjana Wirausaha

Muda

LPDB 1.000.000.000

8. 2010 Program Recovery Gempa

GTZ 350.000.000

9. 2011 Modal Kerja LPDB 5.000.000.000

10. 2011 Modal Kerja BMI 1.000.000.000

11. 2011 Modal Kerja BSM 1.000.000.000

12. 2012 Modal Kerja BNI Syariah 1.000.000.000 13. 2013 Modal Kerja Inkopsyah 2.500.000.000 14. 2013 Modal Kerja BTN Syariah 1.950.000.000 15. 2013 Modal Kerja BNI Syariah 2.000.000.000

16. 2013 Modal Kerja BSM 5.000.000.000

17. 2013 Modal Kerja Inkopsyah 5.000.000.000 18. 2013 Modal Kerja Panin Syariah 5.000.000.000 19. 2014 Modal Kerja Panin Bank

Syariah

5.000.000.000


(74)

e. Produk BMT BIF Yogyakarta

Produk-produk di BMT BIF Yogyakarta sebagai berikut: (Profile lembaga keuangan syariah BMT BIF Yogyakarta)

1) Produk Penghimpunan Dana(Funding)

Dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakatnya, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (Selanjutnya akan disebut KSPPS) BMT BIF mengembangkan produk penghimpunan dana kedalam :

a) Tabungan Wadiah

Tabungan wadi’ah adalah titipan dana yang setiap waktu dapat ditarik pemilik atau anggota dengan cara mengeluarkan semacam surat berharga pemindahbukuan atau transfer dan perintah membayar biaya lainnya. Tabungan wadi’ah dikenakan biaya administrasi, namun karena dana yang dititipkan diperkenankan untuk diputar oleh BMT kepada penyimpanan dana dapat dibagikan semacam bagi hasil sesuai dengan jumlah dana yang ikut berperan di dalam pembentukan laba dan rugi BMT. Tabungan wadi’ah terbagi menjadi dua, yaitu:

i. Wadiah amanah


(75)

barang titipan tersebut, jika barang-barang tersebut berupa surat-surat berharga, sertifikat dan lain-lain. ii. Wadiah dhamanah

Produk ini bersifat tabungan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak BMT sebagai pihak yang dititipi dan dikembalikan dalam bentuk mata uang yang tidak sama asal nilainya sama bahkan nasabah dapat menerima jasanya.

a) Tabungan Mudharabah

Tabungan Mudharabah yaitu simpanan umum di mana KSPPS BMT BIF memiliki kewenangan penuh untuk mengelolanya sesuai dengan prinsip syariah. Atas produk ini penyimpan akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan. Untuk kemudahan BMT BIF memberikan pilihan variasi jenis tabungan yang berakad mudharabah dikembangkan ke dalam berbagai variasi tabungan, yakni :

i. Tabungan Umum (Tabif)

Tabungan Tabif merupakan simpanan anggota yang penarikannya dilakukan setiap saat untuk keperluaan sehari-hari.


(76)

Tabungan qurban merupakan tabungan yang digunakan untuk pelaksanakan ibadah qurban atau aqiqah. Tabungan ini penyetorannya dapat dilakukan harian atau bulanan, sedangkan pengambilannya hanya dilakukan menjelang Idul Qurban atau pada saat aqiqah.

iii. Tabungan Pendidikan (Tapen)

Tabungan pendidikan ini digunakan untuk keperluan biaya pendidikan baik dari tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi, dengan penyetorannya dapat dilakukan secara harian atau pun mingguan. Pengambilannya sendiri dilakukan pada saat membutuhkan biaya pendidikan yang sebelumnya telah disesuaikan dengan kesepakatan. Namun di BMT BIF hanya menyediakan satu produk tabungan pendidikan, yaitu tabungan Siarif.

Tabungan Siarif merupakan tabungan yang digunakan untuk keperluan biaya pendidikan dari TK sampai dengan SD. Adapun ketentuan tabungan Siarif sebagai berikut: setoran tidak ditentukan, pengambilannya 1 tahun sekali dan harus melalui


(77)

iv. Tabungan Haji

Tabungan haji merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk persiapan ibadah haji. Penyetorannya dapat dilakukan dengan cara harian atau pun mingguan dan waktu pengambilannya pada pelaksanaan ibadah haji. Adapun ketentuan haji adalah sebagai berikut: setoran awal minimal Rp 1.000.000,- setoran perbulannya Rp 500.000,- tidak bisa diambil sewaktu-waktu dengan jangka waktu pengembaliannya pada saat pelaksanaan ibadah haji tiba.

v. Tabungan Walimah(Tawal)

Tabungan walimah ini digunakan untuk keperluan pernikahan atau walimahan, khitanan dan semacamnya. Penyetorannya dilakukan secara harian atau mingguan dan pengambilan tabungan pada saat menjelang walimah atau sejenisnya.

b) Deposito Mudharabah

Deposito Mudharabah yaitu simpanan yang jangka waktu pengambilannya sudah dipastikan. Atas dasar produk ini penyimpan akan mendapatkan bagi hasil, yang


(78)

Deposito yang tersedia untuk pilihan waktunya yaitu minimal 3 bulan, dengan nilai nomimal Rp 500.000,- c) Sertifikat Bagi Hasil atau Obligasi Syariah

Sertifikat Bagi Hasil atau Obligasi Syariah yaitu sejenis surat berharga atau obligasi syariah. Dengan jangka waktu minimal satu tahun. Penyimpan akan mendapatkan bagi hasil setiap bulan yang umumnya lebih besar dari deposito. Penyimpan dapat memilih sendiri calon peminjam (Muqoyyadah) namun kelayakan usahanya tetap menjadi kewenangan KSPPS BMT. Jangka waktu minimal satu tahun dengan nilai minimal Rp 1.000.000,-

d) Penyertaan Musyarakah

Penyertaan Musyarakah yaitu sejenis sertifikat pendiri yang besarnya akan ditetapkan setiap tahunnya. Pemegang rekening, merupakan pemilik yang terbatas atas KSPPS BIF, karena mereka tidak dapat dipilih menjadi pengurus, tetapi dapat memilih dalam setiap musyarakah

akhir tahun. Jangka waktu minimal satu tahun dan hanya dapat diambil setelah disetujui dalam forum musyawarah tahunan. Besarnya satu lembar penyertaan setiap tahun


(79)

harga per lembar Rp 1.000.000,- Masyarakat dapat memiliki lebih dari satu, namun suaranya tetap sama. e) Sertifikat Pendiri

Sertifikat pendiri yaitu simpanan pokok anggota, sebagai pemilik modal pada saat awal KSPPS BMT didirikan. Pemegang rekening ini merupakan pemilik KSPPS BMT BIF secara mutlak, karena dapat dipilih dan memilih dalam forum musyawarah akhir tahun. Sertifikat ini tidak dapat dipindahtangankan, sehingga KSPPS BMT BIF secara otomatis akan menjadi pembeli langsung jika yang bersangkutan mengundurkan diri. Besarnya satu sertifikat seharga Rp 250.000,- dan dapat memiliki lebih dari satu lembar, tetapi suara dalam rapat tetap sama. Anggota baru, akan terus dikembangkan dengan cara mengangsur sesuai dengan kesanggupan.

f) Wakaf Tunai

Wakaf Tunai yaitu wakaf dalam bentuk uang yang diserahkan kepada Panti Asuhan dan diinvestasikan di KSPPS BMT BIF. Setiap bulan hasil investasinya disalurkan untuk membiayai atau beasiswa sekolah anak-anak Panti Asuhan. Besarnya wakaf tunai untuk


(80)

masing-i. SD : Rp 1.000.000,- ii. SLTP : Rp 2.500.000,- iii. SLTA : Rp 7.500.000,-

Dana wakaf ini sebagaimana kedudukan wakaf sendiri tidak akan habis dan akan terus bergulir, sehingga jika penerima beasiswa wakaf yang pertama telah selesai sekolahnya, maka akan dialihkan kepada anak yang lain. 1) Produk Penyaluran Dana

BMT bukanlah sekedar lembaga keuangan non bank yang bersifat sosial. BMT juga sebagai lembaga bisnis dalam rangka memperbaiki perekonomian umat. Sesuai dengan hal itu maka dana yang dikumpulkan dari anggota harus disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada anggotanya.

Pinjaman dana kepada anggota disebut juga dengan pembiayaan. Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan BMT kepada anggotanya untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari anggotanya.

Orientasi pembiayaan yang diberikan BMT adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan anggota dan BMT. Sasaran pembiayaan ini adalah semua ekonomi seperti pertanian, perdagangan, industri rumah tangga dan jasa.


(81)

Untuk menjangkau umat sampai pada lapisan yang paling bawah, dalam bidang pembiayaan, KSPPS BMT BIF mengembangkan produknya dalam:

a) Jual Beli (Murabahah)

Jual Beli (Murabahah) yaitu penyediaan barang modal atau barang konsumtif oleh KSPPS BMT BIF kepada peminjam. Atas dasar akad ini KSPPS BMT BIF akan mendapatkan keuntungan yang besarnya dihitung atas dasar kesepakatan. Adakalanya jual beli ini diawali dengan akad sewa beli (Ijarah munthahia bit tamlik).

Adapun persyaratan atas produk ini sebagai berikut: i. Fotocopy KTP suami istri

ii. Fotocopy Kartu Keluarga iii. Surat jaminan

iv. Surat izin usaha

v. Slip gaji bagi karyawan

vi. Minimal pembiayaan Rp 300.000,- vii. Marginnya 2% - 2,5%

b) Bagi Hasil (Mudharabah Musyarakah) i. Mudharabah


(1)

Ya paling sekedar pemberitahuan aja kalo gini kalo terlambat dikasih tau entah surat peringatan apa-apa tapi kan dikasih tau sama petugas oh ini keterangan terlambatnya kan segini-segini.

12.Apa yang menjadi jaminan Bapak/ Ibu ketika melakukan pembiayaan?

Kalo jaminan ya ga ada cuman syarat-syaratnya aja kalo jaminan ya ga ada. Ya karena keterpercayaan ya keuntungannya disitu sih karena kita mitra udah lama itu kan nabungnya udah lama jadi kan kalo jaminan oh aku mau ini jaminannya ga ada tapi yo persyaratan dari BMT nya yo dipenuhi juga kaya keluarga siapa yang bertanggung jawab itu kan kalo jaminan ga ada.

13.Apa langkah-langkah Bapak/ Ibu apabila terjadi keterlambatan mengangsur atau macet?

Ya kalo ada ditutup kalo ga ada ya nyicil-nyicil kalo ada ya semoga harapannya mah ada buat nutup gitu kalo yang belum ya nanti ga tau pemberitahuan dari BMT nya gimana.

14.Berapa penghasilan ibu/ bapak setiap bulan ?

Kalo penghasilan ya namanya juga jualan kan mba kadang rame kadang sepi yaudah resiko jualan ya makanya tadi kan orang-orang kadang terlambat ya alasannya ya itu namanya orang jualan ya pas rame untung kalo sepi ya nunggak itu kan kaya gitu.


(2)

(3)

(4)

(5)

Curriculum Vitae

Nama : Nela Amalia

Tempat tanggal lahir : Subang, 8 November 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Pasirjati Ds. Pusakajaya Kec. Pusakajaya RT/RW 018/004 Kab.Subang 41255 Jawabarat

Email : nelaamal@yahoo.co.id

 Pendidikan Formal

- TK Baiturrahman (1998-2000)

- SD Negeri Balebat (2000-2006)

- MTs Negeri Pusakanagara (2006-2009)

- SMA Negeri 1 Pamanukan (2009-2012)

- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2012-2016)  Pendidikan Non Formal

- Kursus Komputer  Pengalaman Organisasi :

- Anggota Dokter Kecil SD Negeri Balebat - Team Kesenian Degung SD Negeri Balebat - Team Paduan Suara SD Negeri Balebat - Bendahara OSIS MTs Negeri Pusakanagara

- Mayoret Marching Band MTs Negeri Pusakanagara - Ketua Pratami Penggalang Mts Negeri Pusakanagara


(6)

- Anggota Pramuka SMA Negeri Pamanukan

- Anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri Pamanukan - Anggota Teater Jejak SMA Negeri Pamanukan

 Pelatihan :

-Magang di Bank Syariah Mandiri KCP Pamanukan

 Prestasi :

- Juara 2 LCTP (Lomba Cerdas Tangkas Penggalang) Se-Kecamatan Pusakanagara

- Juara Harapan 2 Paduan Suara SD Negeri Balebat Se-Kabupaten Subang - Juara 1 Lomba Marching Band Se-Kecamatan Pusakanagara

 Kemampuan : Ms. Word, Ms.Excel, Internet