Formulasi Sediaan Krim dari Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) sebagai Pelembab Alami Kulit

(1)

FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI

KECAMBAH KACANG HIJAU (

Phaseolus radiatus

L.)

SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

SKRIPSI

OLEH:

MARIA ULFA

NIM 081524040

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI

KECAMBAH KACANG HIJAU (

Phaseolus radiatus

L.)

SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

MARIA ULFA

NIM 081524040

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI

KECAMBAH KACANG HIJAU (

Phaseolus radiatus

L.)

SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

OLEH:

MARIA ULFA NIM 081524040

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Juli2012 Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195504241983031003

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Pembimbing II, NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra.Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 196005111989022001

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP 195109081985031002

Medan,Juli 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr.Sumadio Hadisahputra,Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi sediaan krim dari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) sebagai

pelembab alami kulit” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadaBapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan ikhlas selama penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada BapakDr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., Ibu Dra.Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Ibu Dra. Saleha Salbi M.Si., Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbingpenulis selama masa pendidikan.

Penulis juga tiada lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga khusus kepadakedua orangtua, Ayahanda Nurdin Yusuf dan


(5)

dan anakku tercinta Reyan el-Fachri atas do’a, dukungan, motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan farmasi ekstensi stambuk 2008, 2009 yang memberikan saran, arahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(6)

FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI

KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

ABSTRAK

Kecambah kacang hijau atau disebut juga tauge merupakan tunas muda dari biji kacang hijau yang disemaikan.Kandungan gizinya yang lengkap dan cara pembuatannya yang mudah membuat kecambah ini banyak dijumpai di pedesaan dan pasar tradisional. Kecambah kacang hijau mengandung energi, protein, karbohidrat, kalsium, potasium, asam folat, fosfor, kalium, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, seng, niacin, dan serat.

Kecambah kacang hijau juga baik untuk kecantikan yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan kulit karena kecambah mengandung kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein yang esensial untuk pergantian kulit.

Telah dilakukan penelitian terhadap sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L) sebagai pelembabalami kulit. Konsentrasi sari kecambah kacang hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.

Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, uji pH, uji emulsi, uji iritasi terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen.Semua krim pelembab stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaanmempunyai pH 6,73-6,80, sediaan krim pelembab yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan ke dalam sediaan krim pelembab maka semakin besar kemampuan sediaan krim pelembab tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(7)

FORMULATION OF CREAM PREPARATIONS GREEN BEAN SPROUTS (Phaseolus radiatus L.)

AS A NATURAL SKIN MOISTURIZER ABSTRACT

Green bean sprouts or bean sprouts also called the young shoots of green beans ware planted. Content of complete nutritional content and easy to make it in order to make these sprouts are often found in rural and traditional markets. Green bean sprouts contain energy, protein, fat, carbohydrates, calcium, potassium, zinc, folic acid, phosphorus, potassium, iron, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, niacin, and fiber.

Green bean sprouts also good for beauty, which helps rejuvenate and smooth the skin, because sprouts contain high levels of vitamin E. Vitamin E is an antioxidant that may protect cells from free radical attack. Based bean sprouts are rich in protein is also believed as essential for the change of skin.

Research has done on green bean sprout extract (Phaseolus radiatus L) as a moisturizer natural skin. Green bean sprouts ekstrct concentration used ware 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, and 15%. Next compared with preparations containing 2% glycerol and blanko.

Several tests have been conducted on the dosage, among others: the homogenity test, pH test, the test emulsion, irritation of the skin test, and the ability of preparations to reduce water evaporation from the skin by using 12 volunteers.

Homogenity test results show that the resulting moisturizing cream preparations are homogen. All the moisturizers stable in storage for 12 weeks. The preparation has a pH of 6.73 to 6.80, moisturizers preparation produced an emulsion type m / a, not irritate the skin not make itch and not make rough skin. Results of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed higher concentrations of extract were added to the sprouts moisturizers dosage, the greater the ability of moisturizers preparation to reduce water evaporation from the skin.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tanaman Kacang Hijau ... 5

2.1.1 Tanaman kacang hijau ... 5

2.1.2 Kecambah kacang hijau ... 5

2.1.3 Taksonomi kacang hijau ... 6


(9)

2.2 Kulit ... 7

2.2.1 Fungsi kulit ... 8

2.2.2 Struktur kulit ... 10

2.2.3 Jenis kulit ... 11

2.3 Krim ... 12

2.4 Kosmetik Untuk Kulit ... 14

2.4.1 Kosmetik pelembab ... 15

2.4.2 Syarat kosmetik pelembab ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Alat-alat Yang Digunakan ... 16

3.2 Bahan-bahan Yang Digunakan ... 16

3.2.1 Teknik pengambilan sampel ... 16

3.3 Sukarelawan ... 16

3.4 Prosedur Kerja ... 17

3.4.1Pengolahan kecambah ... 17

3.4.2Formula standard handcream ... 17

3.4.3Formula yang Dimodifikasi ... 18

2.4.4Pembuatan sediaan cream ... 18

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 19

3.5.1Pemeriksaan homogenitas ... 19

3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 20

3.5.3Penentuan pH sediaan ... 20

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 20


(10)

3.5.6Penentuan kemampuan sediaan untuk

mengurangi penguapan air dari kulit ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 23

4.1.1Homogenitas sediaan ... 23

4.1.2 Stabilitas sediaan ... 23

4.1.3 pH sediaan ... 25

4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 27

4.1.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 28

4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Formula Sediaan Krim ... 19 2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat

Sediaan Selesai Dibuat 1,4,8 dan 12 Minggu ... 24 3. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah dibuat ... 25 4. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama

12 minggu ... 26 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 28 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Dari Kulit ... 29 8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar Sediaan Krim setelah dibuat ... 34

2. Gambar Sediaan Krim setelah penyimpanan 12 minggu ... 35

3. Gambar uji homogenitas ... 36

4. Gambar uji emulsi ... 37

5. Gambar Proses perendaman kacang hijau ... 38

6. Gambar proses pembuatan kecambah kacang hijau setelah proses perendaman selama 12 jam ………... 40

7. Gambar Juice kecambah kacang hijau ... 41

8. Gambar Alat Freeze Dryer... 42

9. Gambar hasil Freeze Dryer ... 43

10. Gambar Alat pH Meter ... 44

11. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit ... 45

12. Perhitungan ... 46

13.Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Masing-masing Sukarelawan ... 47


(13)

FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI

KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT

ABSTRAK

Kecambah kacang hijau atau disebut juga tauge merupakan tunas muda dari biji kacang hijau yang disemaikan.Kandungan gizinya yang lengkap dan cara pembuatannya yang mudah membuat kecambah ini banyak dijumpai di pedesaan dan pasar tradisional. Kecambah kacang hijau mengandung energi, protein, karbohidrat, kalsium, potasium, asam folat, fosfor, kalium, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, seng, niacin, dan serat.

Kecambah kacang hijau juga baik untuk kecantikan yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan kulit karena kecambah mengandung kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein yang esensial untuk pergantian kulit.

Telah dilakukan penelitian terhadap sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L) sebagai pelembabalami kulit. Konsentrasi sari kecambah kacang hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.

Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, uji pH, uji emulsi, uji iritasi terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen.Semua krim pelembab stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaanmempunyai pH 6,73-6,80, sediaan krim pelembab yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan ke dalam sediaan krim pelembab maka semakin besar kemampuan sediaan krim pelembab tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.


(14)

FORMULATION OF CREAM PREPARATIONS GREEN BEAN SPROUTS (Phaseolus radiatus L.)

AS A NATURAL SKIN MOISTURIZER ABSTRACT

Green bean sprouts or bean sprouts also called the young shoots of green beans ware planted. Content of complete nutritional content and easy to make it in order to make these sprouts are often found in rural and traditional markets. Green bean sprouts contain energy, protein, fat, carbohydrates, calcium, potassium, zinc, folic acid, phosphorus, potassium, iron, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, niacin, and fiber.

Green bean sprouts also good for beauty, which helps rejuvenate and smooth the skin, because sprouts contain high levels of vitamin E. Vitamin E is an antioxidant that may protect cells from free radical attack. Based bean sprouts are rich in protein is also believed as essential for the change of skin.

Research has done on green bean sprout extract (Phaseolus radiatus L) as a moisturizer natural skin. Green bean sprouts ekstrct concentration used ware 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, and 15%. Next compared with preparations containing 2% glycerol and blanko.

Several tests have been conducted on the dosage, among others: the homogenity test, pH test, the test emulsion, irritation of the skin test, and the ability of preparations to reduce water evaporation from the skin by using 12 volunteers.

Homogenity test results show that the resulting moisturizing cream preparations are homogen. All the moisturizers stable in storage for 12 weeks. The preparation has a pH of 6.73 to 6.80, moisturizers preparation produced an emulsion type m / a, not irritate the skin not make itch and not make rough skin. Results of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed higher concentrations of extract were added to the sprouts moisturizers dosage, the greater the ability of moisturizers preparation to reduce water evaporation from the skin.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering(Wasitaatmadja, 1997).

Krim adalah sediaan setengah padat,berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar.Bahan yang digunakan mencakup zat emolien,zat sawar (barier),zat pengental dan pembentuk lapisan tipis,zat penutup kulit yang berpori lebar,zat pengemulsi,zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,1985).

Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mengandung lapisan lemak tipis yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindung. Jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit menjadi kering dan bersisik. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Ditjen POM, 1985).

Pada dasarnya, sumber-sumber nabati yang ada di lingkungan kita selain mengandung komponen dasar untuk sumber pangan, sandang dan industri, juga memiliki manfaat bagi dunia farmasi, khususnya untuk kepentingan obat-obatan dan kosmetik.Oleh karena itu bahan alamiah sangat cocok dalam pengolahan


(16)

bahan baku kosmetik, bahan alamiah ini mengandung bahan yang dapat melindungi kulit dan telah banyak digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan untuk masker, pelembab, body lotion, dan sebagainya. (Jaelani, 2009).

Kecambah atau disebut juga tauge merupakan tunas muda dari biji kacang-kacangan yang disemaikan. Rasanya yang enak, kandungan gizinya yang lengkap dan cara pembuatannya yang mudah membuat kecambah ini umum dijumpai terutama di pedesaan dan pasar tradisional. Kecambah mengandung energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, potasium, seng, asam folat, fosfor, Kalium, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, niacin, serat dan glukosa. Glukosa yang terkandung dalam kecambah dapat mengikat air di kult dan mempertahankannya dikulit sehingga bisa dijadikan sebagai pelembab kulit (Kusumo, 2011).

Kecambah atau tauge juga baik untuk kecantikan yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan kulit. Hal ini karena kecambah mengandung kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein yang esensial untuk pergantian kulit.(Kusumo, 2010).

Secara alami vitamin mampu menangkap dan melindungi kulit dari radikal bebas yang sangat reaktif yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kelainan kulit. Vitamin A, B, C, D, dan E jika digunakan secara topikal akan memberikan manfaat yang tak kalah hebatnya dengan suplemen untuk mengobati penyakit dan kelainan kulit tertentu. Sari buah dan sayuran, baik dalam bentuk murni atau


(17)

dicampurkan dalam krim, susu atau face mask, juga memiliki efek yang menguntungkan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Vitamin A yang juga terkandung dalam kecambah berguna untuk mengencangkan kulit, meminimalisir kerut dan garis-garis halus. Vitamin C berguna sebagai sumber antioksidan yang sangat kuat, vitamin C juga sama seperti vitamin A berfungsi untuk mengurangi kerutan di wajah dan juga meningkatkan kehalusan kulit. Karena peranannya dalam mempertahankan kolagen yang dapat mengikat sel-sel satu sama lain. Vitamin B berfungsi untuk menangkal efek penuaan, selain itu vitamin ini dapat membantu memerangi jerawat, meregenerasi kulit sehingga rona kulit menjadi lebih merata (Wirakusumah, 1994).

Berdasarkan zat yang dikandungnya peneliti ingin melakukan penelitian tentang sari kecambah sebagai bahan pelembab alami.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dapat

diformulasikan dalam sediaan krim.

2. Apakahsari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)mampu

mengurangipenguapan air dari kulit.

1.3 Hipotesa

1. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)dapat diformulasikan

dalam sediaan krim.

2. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)mampumengurangi


(18)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasi sediaan krim tipe m/a dengan sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.).

2. Untuk mengetahui kemampuansari kecambah kacang hijau (Phaseolus

radiatus L.)mengurangi penguapan air dari kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.).


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Kacang Hijau

2.1.1 Tanaman kacang hijau

Kacang hijau (Phaseolus radiatusL.) merupakan salah satu komoditas

tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan, setelah kedelai dan kacang tanah (Achyad dan Rasyidah, 2006).

Setiap 100 gram kacang hijau mengandung protein 7 gram, serat 7,6 gram, karbohidrat 19 gram, omega 3 dan omega 6, asam folat, riboflafin, vitamin B, asam pantotenat, dan niasin. Selain itu kacang hijau juga kaya akan mineral seperti potassium, magnesium, phosphor, kalsium, besi, zink dan selenium(Achyad dan Rasyidah, 2006).

2.1.2 Kecambah kacang hijau

Kecambah kacang hijau (tauge) termasuk dalam kelas Dikotyledoneae yaitu tanaman dikotil (memiliki biji berkeping dua). Kecambah dapat tumbuh sepanjang tahun dan dipanen hanya dalam waktu 3-5 hari setelah tanam, mudah tumbuh disegala iklim dan cuaca bahkan ditempat yang tidak terkena sinar matahari sekalipun (Kusumo, 2010).


(20)

2.1.3 Taksonomi kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)

Kacang hijau (Phaseolus radiatus L)diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo :Fabales

Famili : Papilionaceae Genus :Phaseolus

Spesies :Phaseolus radiatus L.

Nama lokal : Kacang Hijau

2.1.4 Kandungan dan Manfaat Kecambah Kacang Hijau

Setiap 100 gr kecambah (tauge) mengandung energi 50 kkal, kalsium 32 mg, potassium 235 mg, besi 897 mg, fosfor 75 mg, seng 960 mg, asam folat 160 mg, vitamin C 20 mg, dan vitamin B 163 mg. Kecambah mengandung senyawa antioksidan yang lengkap seperti vitamin A, vitamin C, dan vitamin E serta glukosa. Kecambah mempunyai vitamin lebih banyak dibandingkan dengan bentuk bijinya. Selama proses berkecambah, kadar vitamin B meningkat 2,5 sampai 3 kali lipat. Demikian juga dengan vitamin E, mengalami peningkatan dari 24-230 mg per 100 gram biji kering menjadi 117-662 mg per 100 gr kecambah. Vitamin C yang tidak terdapat dalam biji kacang mulai terbentuk dari hari pertama berkecambah hingga mencapai 12 mg per 100 gr setelah 48 jam. (Kusumo, 2010)


(21)

berguna sebagai sumber antioksidan yang sangat kuat, vitamin C juga sama seperti vitamin A berfungsi untuk mengurangi kerutan di wajah dan juga meningkatkan kehalusan kulit. Karena peranannya dalam mempertahankan kolagen yang dapat mengikat sel-sel satu sama lain. Vitamin B berfungsi untuk menangkal efek penuaan, selain itu vitamin ini dapat membantu memerangi jerawat, meregenerasi kulit sehingga rona kulit menjadi lebih merata (Wirakusumah, 1994).

Kecambah atau tauge juga baik untuk kecantikan, yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan kulit. Hal ini karena kecambah mengandung kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein yang utama dan esensial untuk pergantian kulit(Wirakusumah, 1994).

Manfaat vitamin E selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stress, meningkatkan fertilitas, meminimalkan resiko kanker dan penyakit jantung koroner vitamin E juga berperan sangat penting untuk kesehatan kulit yaitu mampu menjaga dan meningkatkan elastisitas dan kelembaban kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka

2.2 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan


(22)

sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh(Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wirakusumah, 1994).

Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit (Wirakusumah, 1994).


(23)

Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara 4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit yang berasal dari sebum, keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Tingkat keasaman itu dapat mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya berbagai jasad renik (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut: − Kulit sebagai filter dan pelindung.

Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik, sinar matahari, panas dan dingin.

− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan tubuh.

Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak daya ikat terhadap air akan berkurang.

− Kulit mengatur suhu tubuh.

Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga tubuh tahan akan rasa dingin.


(24)

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut(Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Struktur kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda. Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan hipodermis (subkutan).

a. Lapisan epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki. − Lapisan butir (stratum granulosum)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.


(25)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang

memproduksi pigmen melanin. b. Lapisan dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:

1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).

2.2.3 Jenis kulit


(26)

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).

Istilah krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok : a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O


(27)

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film(lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper adalah air dan fase pendisper adalah minyak(Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM,1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight1995 adalah: 1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit


(28)

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit 4. Bersifat lembut

5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit. Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan

ini(Lachman,1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena

memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung

air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w

untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).

2.4 Kosmetik Untuk Kulit

Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.(Wasitaatmadja, 1997).

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan


(29)

meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.1 Kosmetika pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.2 Syarat dari kosmetika pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu: a. Enak dan mudah dipakai.

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik, pH meter, mikroskop,freezee dryer, juicer, lumpang,

stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling, nipagin, natrium metabisulfit, parfum, sari kecambah kacang hijau, silika gel.

3.2.1 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan kacang hijau dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM,1985):

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan


(31)

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengolahan kecambah

Kacang hijau 1,5 kg dicuci bersih dan direndam selama 12 jam, kemudian ditiriskan dan dimasukkan dalam wadah yg dilapisi kapas basah, ditutup dan dibiarkan selama 48 jam sampai tumbuh menjadi kecambah.(Gambar Proses pembuatan kecambah kacang hijau dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 42).

Diperoleh kecambah sebanyak 5,6 kg, kecambah dibersihkan dan diperoleh kecambah 5 kg, kemudian dihaluskan dengan juicer dan menghasilkan

juice kecambah 3,2 kg, kemudian ditambahkan Natrium metabisulfit 0,1% dan dikeringkan dengan freeze dryer sampai diperoleh sari kecambah 123,71 gram.

3.4.2 Formula Standar Handcream (Young, 1972) Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g Gliserin 1-5 tetes

Nipagin 1 sendok spatula Parfum 3 tetes


(32)

3.4.3 Formula yang dimodifikasi

Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 g

Natrium metabisulfit 0,1 g Ol. citri 3 tetes Air suling ad 100 ml Sari kecambah x %

3.4.4 Pembuatan sediaan krim

Konsentrasi sari kecambah kacang hijau yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5 %, 5 %, 7,5 % , 10 %, 12,5 %, dan 15 % serta gliserin 2 %.Adapun formula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Cara Pembuatan:

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan Natrium metabisulfit dan trietanolamin dikocok sampai larut (massa II). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. sari kecambahdigerus lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.


(33)

Tabel 1. Formula sediaan krim yang dibuat

Komposisi

Formula

Blanko A B C D E F G

Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12 12 12

Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1 1 1

Gliserin (%) - - - 2

Nipagin (mg) 100 100 100 100 100 100 100 100

Natrium Metabisulfit(mg) 100 100 100 100 100 100 100 100

Air suling (ml) ad 100 100 100 100 100 100 100 100

Ol. Citri (tetes) 3 3 3 3 3 3 3 3

Sari kecambah (%) - 2,5 5 7,5 10 12,5 15

-Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5 % Formula B : Konsentrasi sari kecambah 5 %

Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5 % Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10 % Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5 %

Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15 % Formula G : Gliserin 2 % ( Sebagai pembanding )

3.5Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).


(34)

3.5.2 Pengamatan stabilitas sedíaan

Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah, pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.

3.5.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti


(35)

3.5.5Uji iritasi terhadap sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema (Ditjen POM, 1985).

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai seperti pada Lampiran 11, halaman 45.

Cara:

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang diameternya sama dengan diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudian diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah plastik yang lain dilubangi, kain kasa dijahit, dimasukkan silika gel dalam kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika gel dibalikkan, diletakkan di atas pot plastik kemudian wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan. Wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatip transparan


(36)

dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali.Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol serta pengujian yang tanpa diolesi sediaan.


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1 Homogenitas sediaan

Menurut Ditjen POM (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.

Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu formula dengan gliserin 2% dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada kepingan kaca. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 36).

4.1.2Stabilitas sediaan

Menurut Ansel (1989),suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.


(38)

Tabel 2.Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu

No Formula

Pengamatan selama penyimpanan Setelah dibuat Setelah 1 minggu Setelah 4 minggu Setelah 8 minggu Setelah 12 minggu

x y z x y z x y z x y z x y z

1 Blanko - - - -

2 A - - - -

3 B - - - -

4 C - - - -

5 D - - - -

6 E - - - -

7 F - - - -

8 G - - - -

Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding ) x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi perubahan

+ : Terjadi perubahan

Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.


(39)

Dari Tabel 2 halaman 25 dapat dilihat hasil pada sediaan krim blanko, gliserin 2% dan krim kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5% dan 15% stabil selama penyimpanan 12 minggu, dimana pada sediaan krim tidak terjadi perubahan warna, bau, dan pecahnya emulsi serta dapat digunakan sebagai pelembab. Dari hasil pengamatan stabilitas diperoleh bahwa dengan penambahan antioksidan dan pengawet 0,1% sudah cukup untuk menstabilkan emulsi.

4.1.3 pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan, diperolehdata pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai di buat

No Formula

pH

I II III Rata-rata

1 Blanko 6,90 6,80 6,70 6,80

2 A 6,80 6,80 6,70 6,76

3 B 6,90 6,90 6,70 6,83

4 C 6,80 6,90 6,70 6,80

5 D 6,90 6,70 6,80 6,80

6 E 6,80 6,80 6,80 6,80

7 F 6,80 6,70 6,70 6,73


(40)

Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

No Formula

pH

I II III Rata-rata

1 Blanko 6,70 6,70 6,80 6,73

2 A 6,80 6,70 6,70 6,73

3 B 6,70 6,70 6,70 6,70

4 C 6,80 6,80 6,70 6,76

5 D 6,70 6,70 6,80 6,73

6 E 6,70 6,80 6,70 6,73

7 F 6,60 6,60 6,70 6,63

8 G 6,70 6,70 6,70 6,70

Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )

Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, didapatkan bahwa pH dari formula Blanko mempunyai pH 6,80; formula A mempunyai pH 6,76; formula B mempunyai pH 6,83; formula C mempunyai pH 6,80; formula D mempunyai pH 6,80; formula E mempunyai pH 6,80; formula F mempunyai pH 6,73; dan formula G mempunyai pH 6,76. Setelah penyimpanan selama 12 minggu pH yang diperoleh sedikit turun di bandingkan dengan pH setelah dibuat. Semakin tinggi sari kecambah yang ditambahkan dalam sediaan krim, maka


(41)

semakin kecil pH yang di dapat. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5-8, sehingga sediaan diatas memenuhi syarat pH untuk krim pelembab.

4.1.4 Tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru metil dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data penentuan tipe emulsi sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1 Blanko + _

2 A + _

3 B + _

4 C + _

5 D + _

6 E + _

7 F + _

8 G + _

Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula krim dengan konsentrasi sari kecambah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15% gliserin 2%dan blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut.


(42)

Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 37). Ini menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab dari kecambah kacang hijau baik untuk kulit.

4.1.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh data pada Tabel 6.

Tabel 6.Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan N

o

Pernyataan Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

1 Eritema - - - - - - - - - - - -

2 Eritema dan papula - - - - - - - - - - - -

3 Eritema, papula dan

vesikula

- - - - - - - - - - - -

4 Edema dan vesikula - - - - - - - - - - - -

Keterangan : - : Tidak terjadi iritasi + : Eritema

++ : Eritema dan papula

+++ : Eritema, papula dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula

Menurut Wasitaatmaja (1997), menyatakan uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data Tabel 6 halaman 28 dapat dilihat, ternyata tidak terlihat adanya efeksamping berupa eritema, papula, vesikula dan edema yang ditimbulkan oleh sediaan. Dari uji iritasi menunjukkan krim pelembab dari kecambah kacang hijau aman untuk


(43)

4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit Tabel 7.Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

No Sukarelawan Persentase pengurangan penguapan air pada masing-masing formula

Blanko A B C D E F G

1 I 10,00 20,00 30,00 30,00 40,00 50,00 50,00 40,00

2 II 10,00 20,00 25,00 30,00 30,00 35,00 45,00 35,00

3 III 12,50 20,83 33,33 45,83 45,83 50,00 58,33 37,50

4 IV 16,67 27,77 38,88 44,44 50,00 50,00 55,55 44,44

5 V 14,28 23,80 28,57 38,09 52,38 57,14 61,90 42,85

6 VI 15,78 21,05 31,57 42,10 42,10 47,36 52,63 42,10

7 VII 10,00 20,00 25,00 45,00 50,00 50,00 55,00 35,00

8 VIII 5,88 23,52 29,41 41,17 47,05 47,05 52,94 41,17

9 IX 6,67 20,00 26,67 33,33 40,00 40,00 40,00 40,00

10 X 11,76 23,52 29,41 41,17 47,05 47,05 52,94 41,17

11 XI 10,52 21,05 26,31 26,31 31,57 47,56 52,63 42,10

12 XII 17,64 29,41 41,17 47,05 52,94 58,82 58,82 41,17

Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun yang berjenis kelamin perempuan, berbadan sehat, tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi dan bersedia menjadi sukarelawan.


(44)

Dari data pada Tabel 7 halaman 29 dapat dilihat bahwa krim dari sari kecambah pada formula A mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 20,00% sampai 29,41%, formula B mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 25,00% sampai 41,17%, formula C mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 26,31% sampai 47,05%, formula D mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 30,00% sampai 52,94%, formula E mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 35,00% sampai 58,82%, dan untuk formula F mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 40,00% sampai 61,90%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko, dimana sediaan dengan penambahan gliserin 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 35,00% sampai 44,44% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 10,00% sampai 17,64%.

Berdasarkan tabel 7 halaman 29 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit, terihat pada formula F dengan konsentrasi 15% merupakan persentase tertinggi pengurangan penguapan air dari kulit. Apabila dibandingkan dengan persentase kemampuan sediaan pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu sediaan sari kecambah dengan konsentrasi 7,5%.

Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit berbeda dari setiap sukarelawan di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat pengujian dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap sukarelawan tidak


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L)dapat diformulasikan

ke dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit serta krim stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.

2. Penambahan sari kecambah kacang hijau kedalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan gliserin 2%, krim dengan konsentrasi sari kecambah 7,5% sudah menyamai kemampuan pengurangan penguapan air dari gliserin sedangkan pada konsentrasi 15% kemampuan pengurangan penguapan airnya jauh lebih baik dan krim masih stabil.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan efek dari sari kecambah kacang hijau sebagai pelembab dengan menggunakan formula yang berbeda.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Achyad, D.E., dan Rasyidah, R. (2006).Kacanghijau.

hijau_phaseolusradiatus.htm. Kamis, 14Desember.

Anief, M.(2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 132.

Ansel, H.C.(1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 491.

Azhara, dan Khasanah.(2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Flash Books. Hal. 21-22.

Balsam, M.S.(1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York. John Willy and Son, Inc. Hal. 179-218.

Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 6.

Ditjen POM. (1979). Formularium Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Kusumo, R.A. (2010). Buah + Sayur = Sehat. Yogyakarta: Pionir Media. Hal.124-128.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 1118.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Ke delapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal.22,355.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.


(47)

Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal. 40.


(1)

Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 37). Ini menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab dari kecambah kacang hijau baik untuk kulit.

4.1.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh data pada Tabel 6. Tabel 6.Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

N o

Pernyataan Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII 1 Eritema - - - - - - - - - - - - 2 Eritema dan papula - - - - - - - - - - - - 3 Eritema, papula dan

vesikula

- - - - - - - - - - - - 4 Edema dan vesikula - - - - - - - - - - - -

Keterangan : - : Tidak terjadi iritasi + : Eritema

++ : Eritema dan papula

+++ : Eritema, papula dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula

Menurut Wasitaatmaja (1997), menyatakan uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data Tabel 6 halaman 28 dapat dilihat, ternyata tidak terlihat adanya efeksamping berupa eritema, papula, vesikula dan edema yang ditimbulkan oleh sediaan. Dari uji iritasi menunjukkan krim pelembab dari kecambah kacang hijau aman untuk digunakan.


(2)

4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Tabel 7.Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

No Sukarelawan Persentase pengurangan penguapan air pada masing-masing formula

Blanko A B C D E F G

1 I 10,00 20,00 30,00 30,00 40,00 50,00 50,00 40,00 2 II 10,00 20,00 25,00 30,00 30,00 35,00 45,00 35,00 3 III 12,50 20,83 33,33 45,83 45,83 50,00 58,33 37,50 4 IV 16,67 27,77 38,88 44,44 50,00 50,00 55,55 44,44 5 V 14,28 23,80 28,57 38,09 52,38 57,14 61,90 42,85 6 VI 15,78 21,05 31,57 42,10 42,10 47,36 52,63 42,10 7 VII 10,00 20,00 25,00 45,00 50,00 50,00 55,00 35,00 8 VIII 5,88 23,52 29,41 41,17 47,05 47,05 52,94 41,17 9 IX 6,67 20,00 26,67 33,33 40,00 40,00 40,00 40,00 10 X 11,76 23,52 29,41 41,17 47,05 47,05 52,94 41,17 11 XI 10,52 21,05 26,31 26,31 31,57 47,56 52,63 42,10 12 XII 17,64 29,41 41,17 47,05 52,94 58,82 58,82 41,17

Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun yang berjenis kelamin perempuan, berbadan sehat, tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi dan bersedia menjadi sukarelawan.


(3)

Dari data pada Tabel 7 halaman 29 dapat dilihat bahwa krim dari sari kecambah pada formula A mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 20,00% sampai 29,41%, formula B mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 25,00% sampai 41,17%, formula C mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 26,31% sampai 47,05%, formula D mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 30,00% sampai 52,94%, formula E mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 35,00% sampai 58,82%, dan untuk formula F mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 40,00% sampai 61,90%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko, dimana sediaan dengan penambahan gliserin 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 35,00% sampai 44,44% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 10,00% sampai 17,64%.

Berdasarkan tabel 7 halaman 29 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit, terihat pada formula F dengan konsentrasi 15% merupakan persentase tertinggi pengurangan penguapan air dari kulit. Apabila dibandingkan dengan persentase kemampuan sediaan pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu sediaan sari kecambah dengan konsentrasi 7,5%.

Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit berbeda dari setiap sukarelawan di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat pengujian dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap sukarelawan tidak sama dan aktivitas yang dilakukan juga berbeda.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L)dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit serta krim stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.

2. Penambahan sari kecambah kacang hijau kedalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan gliserin 2%, krim dengan konsentrasi sari kecambah 7,5% sudah menyamai kemampuan pengurangan penguapan air dari gliserin sedangkan pada konsentrasi 15% kemampuan pengurangan penguapan airnya jauh lebih baik dan krim masih stabil.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan efek dari sari kecambah kacang hijau sebagai pelembab dengan menggunakan formula yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achyad, D.E., dan Rasyidah, R. (2006).Kacanghijau.

hijau_phaseolusradiatus.htm. Kamis, 14Desember.

Anief, M.(2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 132.

Ansel, H.C.(1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 491.

Azhara, dan Khasanah.(2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Flash Books. Hal. 21-22.

Balsam, M.S.(1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York. John Willy and Son, Inc. Hal. 179-218.

Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 6.

Ditjen POM. (1979). Formularium Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Kusumo, R.A. (2010). Buah + Sayur = Sehat. Yogyakarta: Pionir Media. Hal.124-128.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 1118.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Ke delapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal.22,355.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.


(6)

Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal. 40.