partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya Rohman, 2009.
Kebanyakan penjerap yang digunakan adalah silika gel. Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat binder yang dimaksud untuk memberikan
kekuatan pada lapisan, dan menambha adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalium sulfat. Tetapi biasanya dalam perdagangan
silika gel telah diberi pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendir, dan diberi nama dengan kode silika gel G Sastrohamidjojo, 1985.
b. Fase Gerak
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya
kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan, bila diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume
total 100, misalnya, benzena-kloroorm-asam asetat 96 50:40:10.
c. Bejana Pemisah dan Penjenuhan
Bejana harus dapat menampung pelat 200x200 mm dan harus tertutup rapat. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih
yang lebarnya 18 – 20 cm dan panjangnya 45 cm ditaruh pada dinding sebelah- dalam bejana berbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat
kejenuhan bejana dengan uap pelarut pengembang mempunyai pengaruh yang nyata pada pemisahan dan letak bercak pada kromatogram Stahl, 1989.
Universitas Sumatera Utara
d. Aplikasi Penotolan Sampel
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit
mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µ l. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda.
e. Deteksi Bercak
Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak bewarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia dengan mereaksikan
bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Kadang-kadang lempeng dipanaskan terlebih dahulu untuk mempercepat
reaksi pembentukan warna dan intensitas warna bercak. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan fluoresensi sinar
ultraviolet. Lapisan tipis sering mengandung indikator fluoresensi yang ditambahkan untuk membantu penampakan bercak tanwarna pada lapisan yang
telah dikembangkan. Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain, biasanya sinar
ultraviolet. Indikator fluoresensi yang paling berguna ialah sulfida anorganik yang memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm. Indikator fluoresensi terdapat
dalam penjerap niaga dan lapisan siap pakai sekitar 1 dan tampaknya tidak berperan dalam proses kromatografi Rohman, 2009; Gritter, 1991.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Spektrofotometri UV-Visible
Spektrum ultraviolet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spektrum
tersebut sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat spektrum tersebut bermanfaat sebagai tambahan untuk identifikasi Ditjen POM, 1995.
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Dasar dari spektrofotometri ultraviolet-
visible adalah penyerapan molekuler elektronik dalam larutan. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200 – 400 nm, sementara sinar tampak
mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm. Jadi, spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas
suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200 – 800 nm.
2.5.2.1 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis
Komponen-komponen dari spektrofotometer UV-Vis meliputi sumber- sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.
i. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV
pada panjang gelombang dari 190 – 350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang
gelombang anatar 350 – 900 nm ii.
Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan
dipilih oleh celah slit. Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga
Universitas Sumatera Utara
kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum.
iii. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber
sinar melewati 2 kompartemen, suatu larutan blanko dapat digunakan dalam suatu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum
sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan
sampel atau pereaksi Rohman, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat Pengujian
Identifikasi Fenilbutazon dalam sediaan Obat Tradisonal bentuk Kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible pengujiannya
dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan BBPOM di Medan yang bertempat di jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No.2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer, gelas ukur, vial, pipet tetes, corong pisah, corong, chamber, kertas saring, hair drier, batang pengaduk,
spektrofotometer Shimadzu UV Prose-1800.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah NaOH 2N, HCl 0,2N, kloroform, aseton, etanol, akuadest, sampel jamu, baku pembanding Fenilbutazon 0,1.
3.4 Prosedur
3.4.1 Larutan Uji
Sampel jamu dikeluarkan dikeluarkan dari bungkusnya, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 50 ml akuades, diaduk sampai larut. Lalu
ditambahkan NaOH 2 N sampai pH 9-10. Test pH larutan dengan kertas indikator. Dikocok larutan selama 30 menit dengan alat shaker lalu disaring dengan corong
pisah. Ditambahkan HCl 0,2 N sampai pH 3-4. Cek pH dengan kertas indikator. Ditambahkan 20 ml kloroform, dikocok di dalam corong pisah. Setelah memisah
sempurna, pisahkan bagian bawah dan atasnya. Hal tersebut dilakukan sampai 4
Universitas Sumatera Utara
kali. Hasil ekstraksi dikumpulkan dalam beaker gelas. Hasil ekstraksi dikeringkan menggunakan hair dryer. Dilarutkan ekstrak kering dengan menggunakan etanol 5
ml. A
3.4.2 Larutan Baku
Dibuat larutan Fenilbutazon 0,1 bv dalam etanol. Ditimbang 0,0252 g Fenilbutazon lalu dilarutkan dalam 25 ml etanol. B
3.4.3 Identifikasi 3.4.3.1 Secara Kromatografi Lapis Tipis
Larutan uji dan Larutan baku masing-masing ditotolkan secara terpisah dan dilakukan kromatografi lapis tipis sebagai berikut :
Lempeng : Silika gel 60 F 254
Eluen : kloroform : aseton 4:1
Penjenuhan : Dengan kertas saring
Volume penotolan : 50 µl
Jarak rambat : 15 cm
Penampak bercak : Cahaya ultraviolet 254 nm
3.4.3.2 Secara Spektrofotometri
Bercak baku dan bercak senyawa pada plat KLT yang memiliki harga Rf sama dikerok. Hasil kerokan dimasukkan kedalam erlenmeyer terpisah. Larutkan
masing-masing dalam 5 ml etanol. Kemudian filtrat nya disaring. Filtrat diperiksa secara spektrofotometri pada panjang gelombang 200-300 nm. Dengan cara yang
sama dilakukan spektrofotometri menggunakan larutan etanol sebagai pelarut.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada pengujian identifikasi bahan kimia obat pada sediaan Obat Tradisonal bentuk kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri
UV-Visible, didapatkan hasil bahwa sediaan jamu yang diperiksa positif mengandung bahan kimia obat BKO Fenilbutazon. Dimana harga Rf untuk baku
fenilbutazon ialah 0,86 sedangkan harga Rf untuk sampel jamu yang diperiksa ialah 0,8667.
Bentuk kromatogram hasil kromatografi, perhitungan harga Rf serta hasil pengukuran panjang gelombang maksimum baku pembanding fenilbutazon
dan sampel secara spektrofotometri UV-Visible dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan