mungkin. Makin cespleng, makin laris. Hal tersebut lah yang memunculkan hasrat para produsen untuk memberi kesan manjur serta mujarab, sehingga jamu-jamu
tersebut ditambahkan bahan kimia Soeparto, 1999; Tjokronegoro, 1993. Salah satu bentuk jamu yang beredar di pasaran, yang sering dicemari oleh
BKO ialah jamu asam urat. Bahan kimia obat tersebut salah satunya adalah fenilbutazon. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati reumatoid artritis dan
sejenisnya, yang biasanya ditambahkan pada jamu yang klaim keguaannya ditunjukkan untuk mengobati asam urat, pegal linu, encok serta rematik. Efek
samping dari fenilbutazon sendiri yaitu reaksi alergi berupa reaksi kulit, anemia aplastik dll serta dapat menyebabkan ritasi lambung sampai menimbulkan
pendarahan lambung. Menyadari hal tersebut, bahwa kandungan bahan kimia obat dalam jamu dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin sekali
melakukan identifikasi Fenilbutazon dalam sediaan Obat Tradisonal bentuk kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible.
Adapun pengujian dilakukan oleh penulis di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari identifikasi sediaan Obat Tradisional bentuk kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible adalah untuk
mengetahui apakah pada salah satu jamu asam urat yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat fenilbutazon.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari identifikasi Fenilbutazon dalam sediaan Obat Tradisional bentuk kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan
Spektrofotometri UV-Visible adalah agar mengetahui bahwa pada salah satu jamu asam urat yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat fenilbutazon
sehingga jamu tersebut tidak lagi dikonsumsi dan beredar di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian galenik atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman Depkes RI, 1994.
Obat herbal Indonesia lebih dikenal dengan nama jamu dan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan POM RI juga digolongkan dalam
jamu. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga jenis
yaitu : 1.
Jamu, yang merupakan obat tradisional warisan nenek moyang. 2.
Obat herbal terstandar, yang dikembangkan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dan uji pra klinis serta standarisasi bahan baku.
3. Fitofarmaka, yang dikembangkan berdasarkan uji klinis, standarisasi
bahan baku dan sudah bisa diresepkan dokter Harmanto, 2008
2.2 Kapsul
Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak; bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan. Waktu hancur bagi kapsul adalah tidak lebih dari 15 menit.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Persyaratan Kapsul
i. lsi kapsul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Keseragaman bobot untuk kapsul yang berisi obat tradisional kering Tidak lebih dari 2 kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari
bobot isi rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih
besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang tertera pada daftar berikut.
Bobot rata-rata isi kapsul
Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata A
B
120 mg atau kurang ± 10
± 20 ≥ 120 mg
± 7,5 ± 15
Timbang satu kapsul, keluarkan isi kapsul timbang bagian cangkangnya hitung bobot isi kapsul. Ulangi penetapan terhadap 19 kapsul dan hitung bobot
rata-rata isi 20 kapsul. Untuk kapsul yang berisi obat tradisional cair : tidak lebih dari satu kapsul
yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 7,5 dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi
rata-rata lebih besar dari 15 . Timbang satu kapsul, keluarkan isi kapsul, cuci cangkangnya dengan eter P. Buang cairan, biarkan hingga tidak berbau eter dan
ditimbang hitung bobot isi kapsul. Ulangi penetapan terhadap 9 kapsul dan hitung bobot isi rata-rata 10 kapsul.
ii. Kadar air isi kapsul : Tidak lebih dari 10 .
Universitas Sumatera Utara
iii. Angka lempeng total : Tldak lebih dari 10
4
. iv.
Angka kapang dan khamir : Tidak lebih dari 10
3
. v.
Mikroba Patogen : Negatif. vi.
Aflatoksin : Tidak lebih dari 30 bpj. vii.
Bahan tambahan : Pengawet : Tidak lebih dari 0,1.
Pengawet yang diperbolehkan : 1. Metil p - hidroksi benzoat Nipagin;
2. Propil p - hidroksi benzoat Nipasol; 3. Asam sorbat atau garamnya;
4. Garam natrium benzoat dalam suasana asam; 5. Pengawet lain yang disetujui.
viii. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar ditempat kering dan terlindung dari sinar matahari Depkes RI, 1994.
2.2.2 Jenis-jenis Kapsul
Secara umum, kapsul dibedakan menjadi dua yaitu kapsul gelatin keras dan kapsul gelatin lunak.
2.2.2.1 Kapsul Gelatin Keras
Cangkang kapsul kosong dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Gelatin bersifat stabil di
udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembap atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena
itu kapsul gelatin yang lunak dimana mengandung lebih banyak uap air daripada
Universitas Sumatera Utara
kapsul keras, pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras gelatin
mengandung uap air antara 9 – 12 . Bilamana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan tinggi, penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan
kapsul keras ini akan rusak dari bentuk kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian dari uap air yang terdapat dalam
kapsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul ini menjadi rapuh serta mungkin akan remuk bila dipegang.
2.2.2.2 Kapsul Gelatin Lunak
Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik.
Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk
kering. Kapsul lunak bentuknya bagus dan lebih mudah ditelan oleh pasien.
2.2.3 Pengawasan dan Pengemasan Kapsul
Kapsul-kapsul hasil produksi skala kecil ataupun skala besar tidak hanya diuji tentang kadar dan keseragamannya saja, tetapi juga harus dilakukan
pemeriksaan secara visual maupun elektronik, supaya tidak terdapat suatu kekurangan pada penampilannya.
Kapsul biasanya dikemas dalam wadah dari plastik, beberapa berisi kantung bahan pengering untuk mencegah terjadinya absorpsi kelebihan uap air
oleh kapsul. Kapsul lunak mempunyai kecendrungan yang lebih besar dibandingkan dengan kapsul keras untuk melunak dan melekat satu sama lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Kapsul-kapsul ini harus disimpan pada tempat yang dingin dan kering. Pada kenyataannya semua kapsul tahan lama disimpan dalam wadah yang tertutup
dengan segel di tempat dingin dengan kelembapan rendah Ansel, 1989.
2.3 Penyakit Asam Urat
2.3.1 Fisiologi Asam Urat
Asam urat adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang ditandai dengan gangguan linu-linu terutama di
daerah persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian.
Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di aderah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah Krisnatuti, 2004.
Apabila kadar asam urat dalam darah naik, berakibat terganggunya metabolisme tubuh. Penyakit asam urat adalah penyakit sendi yang berhubungan
dengan metabolisme tubuh. Penyakit ini menyerang sendi tulang sehingga kelihatan membengkak, bewarna merah, panas, terasa nyeri pada kulit, sakit
kepala dan penderitanya tidak punya nafsu makan Nooryani, 2007.
2.3.2 Penyebab Asam Urat
Normalnya, asam urat sebagai hasil samping dari pemecahan sel terdapat dalam darah karena tubuh secara berkesinambungan memecah dan membentuk sel
yang baru. Kadar asam urat meningkat atau abnormal ketika ginjal tidak sanggup mengeluarkannya melalui air kemih.
Peningkatan asam urat dalam darah disebut dengan hiperurisemia. Berdasarkan penyebabnya, hiperurisemia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Universitas Sumatera Utara
primer dan sekunder. Hiperurisemia primer biasanya tidak diketahui penyebabnya, tetapi sebagian besar disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan. Sedangkan hiperurisemia sekunder disebabkan adanya komplikasi dengan penyakit lain seperti anemia hemolitik, kelainan ginjal, kegemukan dan
sebagainya Utami, 2003. Kurang lebih 20-30 penderita asam urat atau gout terjadi akibat kelainan
sintesa purin dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam darah. Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik purin yang
berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan purin asam nukleat tubuh. Dalam serum, urat terutama berada dalam bentuk natrium urat, sedangkan
dalam saluran urin, urat dalam bentuk asam urat. Kadar asam urat normal untuk wanita berkisar 2,4 – 5,7 mgdl dan untuk pria berkisar 3,4 – 7 mgdl. Jika kadar
asam urat dalam serum melebihi standar diatas maka disebut hiperurisemia. Dan kurang lebih 75 penderita gout terjadi akibat kelebihan produksi
asam urat, tetapi pengeluarannya tidak sempurna Krisnatuti, 2004. Salah satu penyebab meningkatnya asam urat dalam darah adalah semakin
tinggi asupan makanan yang mengandung purin. Akibatnya pembentuka purin dalam tubuh akan meningkat. Asupan purin yang berlebihan berasal dari sumber
sebagai berikut : Makanan kaleng, seperti kornet dan sarden, makanan laut seperti udang, kerang dan kepiting, jeroan seperti hati, ginjal, limfa, babat, usus, paru dan
otak, kacang-kacangan beserta olahannya, melinjo dan emping melinjo, minuman beralkohol, keju, susu, telur, buah-buahan seperti avokad, nenas dan air kelapa
Universitas Sumatera Utara
dan sayuran seperti daun bayam, daun singkong, kangkung, kembang kol dsb Utami, 2003.
2.3.3. Tanda-tanda Asam Urat
Tanda-tanda khas dari penyakit gout adalah terjadinya serangan mendadak pada sendi, terutama sendi ibu jari kaki. Sendi menjadi cepat bengkak, panas dan
kemerah-merahan. Pembengkakan yang khas terjadi di pinggiran sendi yang diserati nyeri, kemudian diikuti dengan meningkatnya suhu badan.
Dalam dunia kedokteran, asam urat memiliki tanda-tanda sebagai berikut : 1.
Dijumpai adanya hiperurisemia. 2.
Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi. 3.
Terdapat tofi yang dibuktikan dengan pemeriksaan kimiawi. 4.
Telah terjadi lebih dari satu kali serangan arthritis akut. 5.
Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari. 6.
Sendi terlihat kemerahan. 7.
Pembengkakan asimetris pada satu sendi. 8.
Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan atau inflamasi
2.3.4 Pengobatan Asam Urat
Pengobatan hiperurisemia dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama yaitu inhibitor xantin oksidase yaitu alopurinol yang berfungsi untuk
menghambat konversi hipoxantin menjadi xantin dan kemudian xantin enjadi asam urat. Golongan kedua yaitu golongan urikosurik yang berfungsi untuk
menurunkan asam urat dalam serum, seperti probenezid, sulfinpirazon, azapropozan, dan benzbromaron Krisnatuti,2004.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Fenilbutazon
Fenilbutazon merupakan derivat dari pirazolon. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati reumatoid artritis dan sejenisnya, kemudian secara berurutan
didapat turunan fenilbutazon ialah oksifenbutazon, sulfinpirazon dan ketofenilbutazon. Fenilbutazon dan oksifenbutazon juga mempunyai efek
antipiretik dan analgesik. Efek antiinflamasi sama dengan salisilat. Efek urikosuriknya lemah dengan menghambat reabsorbsi asam urat melalui tubuli.
Dalam dosis kecil fenilbutazon justru mengurangi sekresi asam urat oleh tubuli Munaf, 1994.
Fenilbutazon mula-mula disintesis bukan dengan maksud untuk digunakan sebagai obat, melainkan untuk digunakan sebagai pelarut bagi amidopirin yang
sukar larut dalam air. Fenilbutazon merupakan asam dengan kekuatan sedang yang mampu membentuk garam misalnya dengan amin. Dalam pengobatan,
disamping bentuk asam bebas juga digunakan terutama dalam bentuk garam natrium dan garam kalsium Ebel, 1979.
2.4.1 Struktur Fenilbutazon
Nama Kimia : 4-Butil-1,2-difenil-3,5-pirazolodinadion
Rumus Empiris : C
19
H
20
N
2
O
2
Universitas Sumatera Utara
Berat Molekul : 308,38
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak putih; tidak berbau.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam aseton
dan dalam eter; larut dalam etanol Ditjen POM, 1995.
2.4.2 Farmakokinetik
Bila diberikan per oral absorbsinya cepat dan sempurna. Konsentrasi tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Dengan dosis terapi 98 fenilbutazon dalam
plasma terikat pada protein plasma, bila konsentrasi lebih tinggi pengikatan dengan plasma protein mungkin hanya 90. Masa paruh fenilbutazon adalah
lama yaitu 50-100 jam. Biotransformasi terjadi di hati oleh sistem mikrosom hati. Ekskresi melalui ginjal dengan lambat.
2.4.3 Efek Samping
Efek samping dari fenilbutazon yaitu 1 Reaksi alergi berupa : reaksi kulit, anemia aplastik, agranulositosis, leukopenia, trombositopeni dll. 2 Iritasi
lambung, dapat menimbulkan pendarahan lambung. Namun, efek samping yang terlalu kuat dapat diperkecil dengan pembentukan garam dengan basa Munaf,
1994.
2.4.4 Dosis
Artritis gout akut : dosisi awal 500-800 mg sehari dalam 2-3 dosis selama 1-3 hari; selanjutnya jika perlu 200-400 mg sehari; lama pengobatan tidak boleh
lebih dari 7 hari. Sediaan fenilbutazon 200 mg, 3 x 1 tablet, terapi tidak boleh lebih dari 7 hari ISFI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Identifikasi Fenilbutazon dalam sediaan Obat Tradisonal bentuk
Kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV- Visible
2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis
Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahan kimia obat yang terdapat dalam sediaan obat tradisonal adalah dengan menggunakan kromatografi lapis
tipis dan dilanjutkan dengan spektrofotometri uv-visible untuk melihat spektrumnya. Di antara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis
tipis disingkat KLT adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi yang kecil untuk
perlengkapan, menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis 15-60 menit, dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit kira-kira 0,1
g. Selain itu, hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, kebutuhan ruangan minimum, dan penanganannya sederhana
Stahl, 1985. Keuntungan lain dari kromatografi lapis tipis ini adalah, dalam
pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis,
peralatan hyang digunakan lebih sederhana. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi
menggunakan sinar ultra violet.
2.5.1.1 Komponen KLT a. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata
Universitas Sumatera Utara
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya Rohman, 2009.
Kebanyakan penjerap yang digunakan adalah silika gel. Silika gel yang digunakan kebanyakan diberi pengikat binder yang dimaksud untuk memberikan
kekuatan pada lapisan, dan menambha adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalium sulfat. Tetapi biasanya dalam perdagangan
silika gel telah diberi pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendir, dan diberi nama dengan kode silika gel G Sastrohamidjojo, 1985.
b. Fase Gerak
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya
kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan, bila diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume
total 100, misalnya, benzena-kloroorm-asam asetat 96 50:40:10.
c. Bejana Pemisah dan Penjenuhan