Pemeriksaan Dekstromethorphan Hbr Dalam Obat Tradisional Cina Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri Uv” .

(1)

PEMERIKSAAN DEKSTROMETHORPHAN HBr DALAM

OBAT TRADISIONAL CINA SECARA KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

TUGAS AKHIR

OLEH:

YULIA HASANAH NST

NIM 102410020

PROGRAM STUDI DIPLOMAIII

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Adapun judul tugas akhir ini adalah “Pemeriksaan Dekstromethorphan HBr dalam Obat Tradisional Cina secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri UV” .

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Masfria, M.S., Apt., yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik.

5. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suwandi, Apt., MM., selaku Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

6. Ibu Lambok Oktavia SR. Emkes., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Balai Besar POM Medan.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Balai Besar POM yang telah membantu kami dalam melaksanakan PKL( Praktek Kerja Lapangan)


(4)

8. Ayahanda Abdul Kholik Nasution, B.E., dan Ibunda Suryani Erni Lubis yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, serta kepada saudara kandung penulis abangda Anwar, Adik-adik tercinta Dina dan Zahra yang selalu membantu dan memberikan semangatnya kepada penulis.

9. Devi, Anisa, Arahman, Dedek, Ika, Yola, Vitta, Ledang, Nita, Nofemi, Indri, Herliana. Selaku sahabat-sahabat penulis yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan semangatnya kepada penulis.

10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun. Penulis juga berharap tugas akhir ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, April 2013 Penulis

Yulia Hasanah Nst NIM 102410020


(5)

Pemeriksaan Dekstromethorphan HBr dalam Obat Tradisional Cina Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri Ultraviolet

Intisari

Penggunaan obat tradisional merupakan salah satu alternatif yang di tempuh oleh masyarakat dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan. Usaha ini ditempuh dengan asumsi bahwa jamu relatif lebih murah, mudah didapat dan mempunyai efek samping yang kecil. Melihat hal tersebut tidak menutup kemungkinan adanya bahan kimia obat (BKO) yang sengaja ditambahkan kedalam jamu tersebut. Dekstromethorphan adalah derivat dari morfin sintetik yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek batuk sama dengan kodein. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa adanya obat sintetik dekstromethorphan HBr dalam obat batuk tradisional cina. Isolasi dekstromethorphan HBr dari obat batuk tradisional cina dilakukan dengan menggunakan fase gerak yaitu: methanol-amonia25% (100:1,5). Dan baku pembanding berupa dekstromethorphan HBr.Kemudian filtrat yang dihasilkan dianalisis dengan cara kromatografi lapis tipis dan bercak noda baik pada sampel dan baku yang memiliki harga Rf sama kemudian di kerok,untuk dilanjutkan pemeriksaanya dengan cara spektrofotometri Ultraviolet, menggunakan etanol sebagai pelarut. Dari hasil pemeriksaan dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT) diperoleh bercak kromatogram baik pada dekstromethorphan HBr (baku) dan sampel dengan harga Rf= 0,81. Sedangkan hasil pemeriksaan dengan cara spektrofotometri Ultraviolet diperoleh panjang gelombang dekstromethorphan HBr (baku) adalah 280,2 nm dan pada sampel adalah 280,6 nm. Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa obat batuk tradisional cina tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia obat (BKO) dekstromethorphan HBr.

Kata kunci: Dektromethorphan HBr, Obat tradisional, Kromatografi Lapis Tipis, Spektrofotometri UV


(6)

HBr Dekstrometorphan examination in Traditional Chinese medicine In Thin Layer ChromatographyandUltravioletSpectrophotometry

Abstract

The use of traditional medicine is one of the alternatives in the travel by the public in an effort to improve health. The efforts taken by the assumption that the herbs are relatively cheap, easy to obtain and has little side effects. Seeing this did not rule out the existence of chemicals, drugs (BKO) who deliberately added to the herbs. Dekstrometorphan is a synthetic derivative of morphine which work by increasing the threshold of the central excitatory reflex cough with codeine. The purpose of this study was to examine the synthetic drugs dekstromethorphan HBr in traditional Chinese cough medicine. HBr dekstrometorphan isolation of traditional Chinese cough medicine is done by using the mobile phase: methanol-ammonia 25% (100:1,5). And a reference standard HBr.Kemudian dekstrometorphan filtrate was analyzed by thin layer chromatography and staining both the sample and the standard that has the same Rf price then scraped, for pemeriksaanya followed by ultraviolet spectrophotometry, using ethanol as a solvent. From the results of examination by thin-layer chromatography (TLC) chromatograms obtained either spot on dekstrometorphan HBr (raw) and sampled at a price of Rf = 0.81. While the results of the examination obtained by spectrophotometry Ultraviolet wavelengths dekstrometorphan HBr (raw) was 280.2 nm and 280.6 nm in the sample is. Based on the experiments that have been done, it can be concluded that the traditional Chinese cough medicine does not qualify because it contains chemicals, drugs (BKO) dekstromethorphan HBr.

Keywords: Dektrometorphan HBr, traditional medicine, Thin Layer Chromatography, UV spectrophotometry


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional dimasyarakat memiliki kecendrungan untuk kembali ke alam dengan memanfaatkan berbagai tanaman obat, karena obat sintesis dirasakan terlalu mahal serta efek samping yang cukup besar sehingga konsumsi obat tradisional cenderung semakin meningkat (Yuliarti, 2008).

Dewasa ini diketahui ada beberapa produsen jamu yang menambahkan zat kimia sintesis dalam produk jamu mereka. Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya konsumen obat tradisional dan efeknya yang bereaksi cepat didalam tubuh. (Soeparto, 1999).

Salah satu jamu yang beredar dipasaran yang ditambahkan BKO ialah jamu obat batuk. Bahan kimia obat tersebut salah satunya adalah Dekstrometorphan HBr. Dekstrometrophan HBr digunakan untuk meningkatkan ambang rangsang refleks batuk. Efek samping dari dekstromethorphan HBr sendiri yaitu dapat menyebabkan rasa ngantuk, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung-usus. Menyadari hal tersebut, bahwa kandungan bahan kimia obat dalam jamu dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin melakukan pemeriksaan dekstromethorphan HBr dalam sediaan tablet obat tradisional cina secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV. Menurut Moffat (2004) baik metode spektrofotometri UV dan Kromatografi lapis tipis merupakan metode


(8)

yang dapat digunkan untuk mengidentifikasi dekstromethorphan HBr, karena metode ini paling mudah digunakan dan memberikan hasil yang baik pada pemeriksaan secara kualitatif.

1.2Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

a. Untuk mengetahui apakah pada salah satu obat batuk tradisional cina yang beredar dipasaran mengandung bahan kimia obat dekstromethorphan HBr. b. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan bahan kimia obat dari obat batuk

tradisional cina.

1.2.2 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari pemeriksaan Dekstrometorphan HBr dalam obat batuk Tradisional Cina secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri ultraviolet adalah, agar mengetahui bahwa pada salah satu jamu obat batuk yang beredar di pasaran mengandung dekstrometorphan HBr sehingga hasil pengujiannya dapat menjaga keamanan konsumen.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 1994).

Obat tradisional telah diterima secara luas di negara berkembang dan di negara maju. Di Republik Rakyat Cina penggunaan obat dan penyembuhan secara tradisional telah dikenalkan berabad-abad yang lalu. Catatan historis tentang pengobatan cina kuno telah dikenal semenjak Dynasty Shang sekitar 1800 tahun sebelum masehi dan telah mempunyai pengalaman sampai sekarang, dan telah memasuki pasar dunia, termasuk Indonesia (Suyono, 1996).

Obat tradisional cina / Traditional Chinse Medicine (TCM) memiliki akar sejarah yang lebih tua, dan telah menjadi bagian dari budaya cina. TCM telah cukup lama beredar dan digunakan oleh sebagian masyarkat Indonesia. Produk TCM yang akan diedarkan di indonesia harus terdaftar dan memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di indonesia. Bahan dasar TCM adalah menggunakan tanaman atau hewan yang telah dikeringkan dengan sinar matahari secara langsung. TCM juga mengelompokkan simplisia berdasarkan properti yang dimilikinya. Properti tersebut adalah mencakup teknik


(10)

pengolahan, rasa, organ tubuh yng berhubungan dengan mekanisme kerja, kontraindikasi dan dosis penggunaan (Yanfu, 2003).

Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisonal haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya, pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisioanl yang senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku (Dirjen POM, 1940).

2.1.1 Penggolongan Obat Tradisional

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) obat bahan alam yang lebih dikenal dengan obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni:

a. Jamu

Jamu adalah ramuan dari, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu sebagai warisan budaya bangsa harus tetap dilestarikan dengan fokus utama pada aspek mutu dan keamanannya.

b. Obat Herbal Terstandar

Obat herbal tersetandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis, dan bahan bakunya telah terstandarisasi. Obat herbal terstandar merupakan obat tradisional yang biasanya disajikan dalam bentuk ekstrak.

c. Fitofarmaka

Fitofarmakan adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dengan hewan


(11)

percobaan dan telah melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku produknya telah distandarisasi (Wasito, 2011).

2.1.2 Bentuk Sediaan Obat Tradisional

Agar lebih mudah diterima dan digunakan oleh masyarakat maka dibuat bentuk sediaan obat tradisional yang beragam untuk tujuan dan penggunaan yang bermacam-macam. Antara lain sebagai berikut:

a. Sediaan Padat/Kering

Adapun jenis-jenis obat tradisional sediaan padat adalah: Tablet, serbuk,pil, pastiles, kapsul, parem, pilis dan koyok.

b. Sediaan Semi Padat

Adapun jenis-jenis obat tradisional sediaan padat adalah: Dodol/jenang, krim, salep.

c. Sediaan Cair

Adapun jenis-jenis sediaan cair adalah: Sirup, emulsi, suspensi, elikisir.

2.2 Batuk

2.2.1 Pengertian Batuk

Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab. Refleks batuk lazimnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernafasan, yang terletak dibeberapa bagian dari tenggorokan. Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi (Halim, 1996).


(12)

2.2.2 Penyebab Batuk

Refleks batuk dapat timbul akibat radang (infeksi saluran pernafasan), alergi(asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu), perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi (gas, bau). Penyebab lain dari batuk antara lain peradangan pada paru-paru dan akibat dari suatu efek samping obat (Tan dan Kirana, 1987).

2.2.3 Jenis-Jenis Batuk

1. Batuk produktif

Merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu dan sebagainya) dan dahak dari batang tenggorokan. Maka, jenis batuk ini tidak boleh ditekan.

2. Batuk Non Produktif

Bersifat kering tanpa adanya dahak, batuk kering umumnya muncul menjelang akhir gejala flu atau akibat iritasi debu dan rokok (Tan dan Kirana, 1987).

2.2.4 Pengobatan Batuk

Terapi batuk hendaknya dimulai dengan pemberian antibiotik terhadap infeksi bakterial dari saluran pernafasan untuk mengetahui penyebab batuknya. Kemudian dilakukan pertimbangan apakah perlu dilakukan terapi guna menghilangkan atau mengurangi gejala batuk.


(13)

2.3 Dekstromethorphan

Dekstromethorphan (d-3-metoksi-N-metilmorfinan) adalah derivat dari morfin sintetik yang bekerja sentral dengan meningkatkan ambang rangsang reflek batuk sama dengan kodein. Potensi antitusifnya lebih kurang sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein dan 1-metorfan, dekstromethorphan tidak memiliki efek analgesik, efek sedatif, efek pada saluran cerna dan tidak mendatangkan adiksi atau ketergantungan. Dekstromethorphan efektif untuk mengontrol batuk patologik akut dan kronis. Dekstromethorphan juga memiliki efek antiinflamasi ringan. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada penyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP (Munaf, 1994).

2.3.1 Struktur Dekstromethorphan HBr

Gambar I : Struktur Dekstromethorphan HBr

Nama Kimia : 3-Metoksi-17-Metil-9α, 13α, 14α,-Morfinan Hidrobromida Rumus Empiris : C18H25NO.HBr.


(14)

Pemerian : Hablur hampir putih atau serbuk halus, bau lemah. Melebur pada suhu lebih kurang 126o disertai penguraian.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan kloroform, tidak larut dalam eter (Ditjen POM, 1995).

2.3.2 Efek Farmakologis

Dekstromethorphan HBr mempunyai efek antidepresan (penekan batuk) yakni bekerja langsung pada pusat batuk di otak untuk menekan refleks batuk (Harkness, 1989).

2.3.3 Metabolisme

Absorpsi peroral cepat, kadar puncak plasma dicapai pada waktu 30-60 menit setelah pemberian. Metabolisme terutama terjadi di hepar, dan metabolitnya diekskresikan melalui ginjal.

2.3.4 Efek Samping

Efek samping yang ditimbulkan ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termenung, pusing, nyeri kepala, dan gangguan pada lambung-usus.

2.3.5 Dosis

Dekstromethorphan tersedia dalam bentuk sirup, tablet berisi 10-20 mg/ml. Dosis dewasa 10-20 mg setiap 4-6 jam, maksimum 120 mg/hari. Meninggikan dosis tidak akan membantu kuatnya efek yang diberikan, tetapi dapat memperpanjang kerjanya sampai 10-12 jam, dan ini dapat dimanfaatkan untuk mengontrol batuk malam hari. Dosis anak 1 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi 3-4 kali sehari (Munaf, 1994).


(15)

2.4 Pemeriksaan Dekstromethorphan HBr Dalam Obat Tradisional Cina Secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Ultraviolet 2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahan kimia obat yang terdapat dalam sediaan obat tradisional adalah dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dilanjutkan dengan spektrofotometri UV untuk melihat spektrumnya. Di antara berbagai jenis kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi (Sthal, 1985).

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan, menurut Rohman, 2007 ada beberapa keuntungan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis yaitu:

a. KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase gerak.

b. Berbagai macam teknik untuk optimasi pemisahan seperti pengembang konvensional, 2 dimensi, dan pengembang bertingkat.

c. Proses KLT dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja Keberhasilan munculnya profil senyawa target dipengaruhi oleh; ketetapan sistem kromatografi yang digunakan yakni, fase diam, fase gerak, jenis pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak kembali dan metode visualisasi yang dipilih.


(16)

2.4.1.1 Komponen KLT a. Fase diam

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KlT dalam shal efisiensinya dan resolusinya (Rohman, 2009).

Kebanyakan penjerap yang digunakan adalah silika gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa poliamida dan lain-lain. Dapat dipastikan bahwa silika gel paling banyak digunakan. Namun adahal yang perlu diperhatikan karena silika gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap pemisahanya (Stahl, 1985).

b. Fase gerak

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut yang bergeak didalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler pada pengembang secara menaik (ascending) Sistem yang paling sederhana ialah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.

c. Aplikasi (Penotolan) Sampel

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak yang kecil dan sesempit


(17)

mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan ditotolkan lebih dari 15 µl. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda.

d. Deteksi Bercak

Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak bewarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia dengan cara penyemprotan dengan menggunakan reaksi kimia sehingga bercak menjadi jelas. Kadang-kadang lempeng dipanaskan terlebih dahulu untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas warna bercak. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan fluoresensi sinar ultraviolet. Lapisan tipis sering mengandung indikator fluoresensi yang ditambahkan untuk membantu penampakan bercak bewarna pada lapisan yang telah dikembangkan. Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang, biasanya sinar ultraviolet. Indikator fluoresensi yang paling sering digunakan ialah sulfida anorganik yang mampu memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm (Rohman, 2009).

2.4.2 Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditramnisikan atau yang diabsorbsi. Suatu spektrofotometer tersusun


(18)

dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan suatu alat untuk mengukukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkhar, 2008).

2.4.2.1 Spektrofotometri UV

Spektrofotometri UV adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrofotometri UV biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur panjang gelombang tertentu.

Spektrum ultraviolet dan cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak mempunyai derajat spesifikasi yang tinggi. Tetapi, spektrum tersebut sesuai untuk pemeriksaan kuantitatif dapat bermanfaat sebagai tambahan untuk identifikasi (Ditjen POM, 1995).

Spektrofotometri UV dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Dasar dari spektrofotometri ultraviolet adalah penyerapan molekuler elektronik dalam larutan. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm. Jadi, spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri


(19)

atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm.

2.4.2.2 Instrumen Spektrofotometer UV

Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang di serap oleh atom atau molekul disebut spektrofotometer. Jenis spektrofotometer yang tersedia berbeda-beda, tergantung pada cahaya yang digunkan, apakah berkas cahaya tunggal atau berkas sampel dan pembanding secara terpisah, dan apakah pengkurannya dilakuakan pada panjang gelombang tetap atau memindai spektrum pada berbagai panjang gelombang (Cairns, 2008).

Adapun komponen-komponen dari spektrofotometri UV-Vis menurut Khopkar (2007) antara lain:

a. Sumber cahaya: sebagai sumber cahaya atau lampu biasanya digunkan lampu deuterium untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang antara 350-900 nm).

b. Monokromator: digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum.

c. Sel absorbsi: Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa gelas tidak tembus cahaya.


(20)

d. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang dengan menggunkan alat tabung pengganda elektron.


(21)

BAB III

METODE PERCOBAAN 3.1 Tempat Pengujian

Pengujian dekstromethorphan HBr dalam obat tradisional cina secara kromatografi lapis tipis dan Spektrofotometri UV, dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di jalan willem Iskandar Pasar V Barat 1 No. 2 Medan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah lampu UV, syringe 100 dan 50u1, beker gelas, gelas ukur, plat KLT silika GF 254 nm, pipet volum, chamber, spatula,

timbangan anlitik, kertas perkamen, kertas saring, vial, seperangkat Spektrofotometri.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah jamu tradisional cina sediaan tablet.

3.3 Pereaksi Khusus

Adapun pereaksi yang digunkana antara lain adalah, natrium hidroksida 1N, etanol, metanol, amonia 25%.

3.4 Prosedur 3.4.1 Larutan Baku

Sebanyak 2 mg dekstromethorphan HBr BPFI ditimbang seksama, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan etanol hingga garis tanda.


(22)

3.4.2 Larutan sampel

- Sejumlah 20 tablet yang telah digerus halus, dimasukkan kedalam corong pisah.

- Ditambahkan 20 ml air, dikocok sampai homogen. - Ditambahkan dengan larutan NaOH 1N sampai pH 9. - Diekstraksi 3 kali, setiap kalinya dengan larutan kloroform.

- Diambil ekstrak kloroform, dikumpulkan kedalam cawan penguap. - Diuapkan di atas penangas air hingga hampir kering.

- Dilarutkan dengan 5ml etanol.

3.4.3 Identifikasi

Cara Kromatografi Lapis Tipis menggunakan:

Fase diam : Silika gel GF254

Fase gerak : Metanol:amonia 25% (100:1,5)

Penjenuhan : Kertas saring

Volume penotolan : Masing-masing larutan 50 µl Jarang rambat : 15 cm

Penampak bercak : Cahaya ultraviolet 254 nm. Prosedur :

- Ditotolkan larutan baku dan sampel secara terpisah masing-masing 50 µl diatas plat KLT.

- Dimasukkan plat ke dalam chamber yang telah jenuh dengan fase gerak metanol:amonia 25% (100:1,5).


(23)

- Diangkat dan keringkan.

- Diamati dengan cara visual, sinar UV 254 nm. - Dihitung harga Rf.

Cara Spektrofotometri UV:

- Diamati bercak yang setara dengan baku dektromethorphan HBr.

- Ditandai senyawa yang mempunyai harga Rf dan warna yang sama dengan baku dektromethorphan HBr.

- Dikerok bercak tersebut.

- Dilarutkan masing-masing hasil kerokan denagn 5 ml etanol. - Disaring, diambil filtratnya.

- Dibuat panjang gelombang antara 200-300nm. Dengan cara yang sama dilakukan spektrofotometri menggunakan larutan etanol sebagai pelarut.

3.5 Persyaratan

Berdasarkan keuputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66/MENKES /SK/VII/1994 menyatakan bahwa obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO).


(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pemeriksaan Dekstromethorphan HBr dalam obat tradisional Cina secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri Ultraviolet diperoleh hasil yang dapat dilihat dalam tabel 1 dan 2 dibawah ini:

Tabel 1. Harga Rf sampel dan baku secara Kromatografi Lapis Tipis dengan fase gerak Metanol:Amonia 25% (100:1,5)

Dekstromethorphan HBr Sampel Rf 0,81 0,81

Tabel 2. Spektrum UV dari sampel dan baku pada fase gerak Metanol:Amonia 25% (100:1,5)

Nama Zat Absorbansi Panjang gelombang

Sampel 0,105 280,6

Dekstrometrophan

HBr (Baku) 0,136 280,2

4.2 Pembahasan

Dilihat dari hasil pemeriksaan secara Kromatografi Lapis Tipis dengan menggunakan fase gerak metanol:amonia 25% (100:1,5) menunjukkan sampel positif mengandung Dekstromethorphan HBr karena harga Rf sampel dengan Dekstromethorphan HBr (baku) sama yaitu dengan harga Rf= 0,81. Untuk memperjelas hasil KLT bercak noda sampel dan baku dengan harga Rf tersebut kemudian dikerok dan dilanjutkan pemeriksaanya dengan menggunakan


(25)

Spektrofotometri UV. Dimana dari hasil spektrum panjang gelombang baku dektrometorphan HBr = 280,2 nm dan sampel = 280,6 nm.

Salah satu persyaratan dalam obat tradisional yang harus dipenuhi berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 66/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional yaitu tidak boleh mengandung Bahan Kimia Obat (BKO). Bahan tambahan yang biasa digunakan dapat dibedakan menjadi bahan taambahan alami dan bahan tambahan kimia. Bahan tambahan kimia pada umumnya bersifat racun karena itu perlu ada pembatasan penggunaan serta sejauh mungkin agara dihindari (Wasito, 2011).

Bahan Kimia Obat yang ditambahkan kedalam obat tradisional umumnya dimaksudkan untuk menghilangkan gejala sakit dengan segera (seperti pada pegal linu); secara farmakologis menekan rangsang makan pada susunan syaraf pusat (seperti pada obat-obat pelangsing); ataupun meningkatkan aliran darah ke corpus kavernosum dengan segera (seperti pada obat-obat peningkat stamina pria). Umumnya, BKO yang digunakan adalah obat keras (daftar G) yang sebagian besar menimbulkan efek samping ringan sampai berat seperti iritasi saluran pencernaan, kerusakan hati/ginjal, gangguan penglihatan, atau gangguan ritmik irama jantung. Pada efek samping ringan, gangguan/kerusakan yang terjadi dapat bersifat sementara atau reversible. Pada efek samping berat, bisa terjadi gangguan/kerusakan permanen pada jaringan/organ sampai kematian.

Dekstromethorphan HBr merupakan obat yang digunakan untuk melonggarkan saluran pernafasan, dan dapat berkhasiat menekan batuk yang sama kuatnya dengan kodein, tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetik,


(26)

sedatif, semeblit, atau adiktif. Dekstrometorphan HBr juga memiliki efek pengurangan sekret dan inflamasi ringan. Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak.

Berdasarkan hal tersebut, banyak para produsen yang menyalahgunakan obat kimia ini dengan menambahkannya dalam jamu obat batuk tradisional. Hal ini mungkin saja disebabkan kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaanya. Padahal penggunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP (Munaf, 1994).


(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

a. Jamu Obat Batuk Tradisional Cina mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) berupa dekstromethorphan HBr.

b. Jamu Obat Batuk Tradisional Cina yang telah diperiksa baik secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri tidak memenuhi syarat karena mengandung bahan kimia obat.

5.2 Saran

Sebaiknya pada pemeriksaan dektromethorphan HBr tidak hanya terfokus pada satu pengujian saja, melainkan persyaratan lain seperti kadar air, angka lempeng total, angka khamir, mikroba patogen sampai dengan wadah dan persyaratan etiket juga, untuk mencegah peredaran jamu-jamu yang tidak memiliki izin edar, nomor registrasi, sampai dengan yang sudah melewati tanggal kadaluarsa agar jamu-jamu tersebut memang benar-benar aman bila digunakan.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 211.

Anonim. (2008). Obat Tadisional. www. Wikipedia.com. Tanggal akses 10 Mei 2012.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. Hal. 224-250.

Chang, Joseph. 1999. Scientific Evaluation of Traditional Chinese Medicine Under DSHEA (The Dietary Supplement Healthand Education Act): A Conundrum. The Journal of Al;ternative and Complentary Medicine Volume 5, Number 2 pp 181- 189.

Dachriyanus. (2004). Analisi Stuktur Organik. Padang: Andalas Univesity Press. Hal. 1.

Depkes RI. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta: Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: DEPKES RI. Hal. 665-666, 1061.

Donald, C. (2008) Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: ECG. Hal. 155 -156

Egon, Stahl. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 3-17

Halim, D. (1996). Batuk. Jakarta: Universitas Trisakti. Hal. 10.

Harkness, R. (1989). Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 77-78.

Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia press. Hal. 225-226.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2005). Clarke's Analysis of Drugs and Poisons. Edisi Ketiga. London: Pharmaceutical Press. Electronic Version.

Munaf, S. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Palembang: EGC. Hal. 235, 236, 239, 240.

Rohman, Abdul. (2009). Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 252, 261-262, 353-354, 360.


(29)

Saifudin, A. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 27,28,.

Sastrohamidjojo, Hardjono. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 29.

Suyono. H. (1996). Obat Tradisional Jamu Di Indonesia. Surabaya: Universitas Air langga. Hal. 15, 26.

Tan, H.T., dan Kirana, R. (1978). Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 619-623.

Yanfu, Zuo. 2007. Science Of Chinese Materia Medica: Publishing House of Shanghai University of Traditional Chinese Medecine.

Yuliarti, N. (2008). Tips Cerdas Mengkonsumsi Jamu. Yogyakarta: Banyu Media. Hal. 1 - 5.

Wasito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indoneisa. Yogyakrta: Ghara Ilmu. Hal. 32, 47,49.


(30)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data dan Perhitungan

a. Data sampel

1. Nama sampel : Yin Qiao ( jin du pian ) Wadah / kemasan : Pot

Kode Registrasi : POM. TI. No 004 509 711 Diimpor : PT Saras Subur Ayoe

Komposisi : lonicera japonica thunb 17,85%, forsythia suspensa vhal 17,85%, platycodon glaucus Bge 10,72%, mentha aevensis L 10,72%, Lophatreum Elatum zoll 7,14%, Schizonepeta multifida briq 7,14%, Glycine max merril 8,93%, Arcitium lappa L 10,72%, Giycryrrhiza uralensis fisch 8,93%.

Khasiat : Dapat mengobati batuk, demam, sakit kepala, dan nyeri tenggorokan.

b. Perhitungan Harga Rf

Rumus Harga Rf :

eluen rambat jarak bercak pusat k jarak titi

Baku Dektrometorphan HBr : 0,81 15

2 , 12

= Sampel Jamu : 0,81

15 5 ,


(31)

Lampiran 2. Hasil kromatogram identifikasi Dekstrometorphan HBr dalam Obat Tradisional Cina pada Fase gerak: metanol:amonia 25% (100:1,5)

Lampiran 3. Hasil spketrum UV dari baku dan sampel pada fase gerak metanol:amonia 25% ( 100:1,5)


(32)

(33)

(34)

Lampiran 4.

Gambar 2. Seperangkat alat spektrofotometri UV-Vis


(1)

Saifudin, A. (2011). Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 27,28,.

Sastrohamidjojo, Hardjono. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 29.

Suyono. H. (1996). Obat Tradisional Jamu Di Indonesia. Surabaya: Universitas Air langga. Hal. 15, 26.

Tan, H.T., dan Kirana, R. (1978). Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 619-623.

Yanfu, Zuo. 2007. Science Of Chinese Materia Medica: Publishing House of Shanghai University of Traditional Chinese Medecine.

Yuliarti, N. (2008). Tips Cerdas Mengkonsumsi Jamu. Yogyakarta: Banyu Media. Hal. 1 - 5.

Wasito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indoneisa. Yogyakrta: Ghara Ilmu. Hal. 32, 47,49.


(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data dan Perhitungan

a. Data sampel

1. Nama sampel : Yin Qiao ( jin du pian ) Wadah / kemasan : Pot

Kode Registrasi : POM. TI. No 004 509 711 Diimpor : PT Saras Subur Ayoe

Komposisi : lonicera japonica thunb 17,85%, forsythia suspensa vhal 17,85%, platycodon glaucus Bge 10,72%, mentha aevensis L 10,72%, Lophatreum Elatum zoll 7,14%, Schizonepeta multifida briq 7,14%, Glycine max merril 8,93%, Arcitium lappa L 10,72%, Giycryrrhiza uralensis fisch 8,93%.

Khasiat : Dapat mengobati batuk, demam, sakit kepala, dan nyeri tenggorokan.

b. Perhitungan Harga Rf

Rumus Harga Rf :

eluen rambat jarak bercak pusat k jarak titi

Baku Dektrometorphan HBr : 0,81 15

2 , 12

= Sampel Jamu : 0,81

15 5 ,


(3)

Lampiran 2. Hasil kromatogram identifikasi Dekstrometorphan HBr dalam Obat Tradisional Cina pada Fase gerak: metanol:amonia 25% (100:1,5)


(4)

(5)

(6)

Lampiran 4.

Gambar 2. Seperangkat alat spektrofotometri UV-Vis