BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sumber alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Sumber alam ini dapat
digunakan sebagai obat dan hal ini telah diketahui oleh masyarakat sejak jaman dahulu sebagai bahan obat tradisional atau lebih dikenal dengan sebutan jamu.
Obat tradisional dalam bentuk jamu dikemas sama seperti obat moderen dan dihasilkan oleh industri.
Komposisi jamu yang ada pada umunya terdiri dari beberapa macam simplisia yang satu sama lain saling berinteraksi, mendukung maupun
menetralisasikan. Itulah sebabnya daya kerja jamu tidak dapat diharapkan secepat efek obat dalam bentuk kimia murni yang dapat dengan langsung ditujukan
kepada penyakit. Sebagai imbangan terhadap kurang cepatnya efek, sebaliknya tidak pernah atau jarang sekali terdengar kecelakaan jamu yang langsung fatal.
Dewasa ini diketahui ada beberapa produsen jamu yang menambahkan zat kimia sintetis dalam produk jamu mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan
semata-mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh. Jamu-jamu tersebut pun sudah
berubah sifat begitu memasuki arena perdagangan. Jamu sudah dianggap barang komoditi yang dengan sendirinya berupaya mendatangkan keuntungan sebanyak
Universitas Sumatera Utara
mungkin. Makin cespleng, makin laris. Hal tersebut lah yang memunculkan hasrat para produsen untuk memberi kesan manjur serta mujarab, sehingga jamu-jamu
tersebut ditambahkan bahan kimia Soeparto, 1999; Tjokronegoro, 1993. Salah satu bentuk jamu yang beredar di pasaran, yang sering dicemari oleh
BKO ialah jamu asam urat. Bahan kimia obat tersebut salah satunya adalah fenilbutazon. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati reumatoid artritis dan
sejenisnya, yang biasanya ditambahkan pada jamu yang klaim keguaannya ditunjukkan untuk mengobati asam urat, pegal linu, encok serta rematik. Efek
samping dari fenilbutazon sendiri yaitu reaksi alergi berupa reaksi kulit, anemia aplastik dll serta dapat menyebabkan ritasi lambung sampai menimbulkan
pendarahan lambung. Menyadari hal tersebut, bahwa kandungan bahan kimia obat dalam jamu dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin sekali
melakukan identifikasi Fenilbutazon dalam sediaan Obat Tradisonal bentuk kapsul secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible.
Adapun pengujian dilakukan oleh penulis di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.
1.2 Tujuan