4.Kekerasan Ekonomi , berupa:
a. tidak memberi napkah pada istri; b. memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomis untuk mengontrol
kehidupan istri; c. membiarkan istri bekerja untuk kemudian penghasilannya dikuasai oleh
suami. Misalnya memaksa istri menjadi “wanita panggilan”.
5. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga Menurut UU Nomor 23 Tahun 2004.
Bentuk-bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, tercantum dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9,
yaitu: 1
Kekerasan fisik , yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004.
2 Kekerasan Psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilanggnya kemampuan untuk bertindak,rasa tidak berdaya
dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang Pasal 7 Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2004.
3 Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. Selain itu juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu Pasal 8 Undang -Undang Nomor 23 Tahun 2004.
4 Penelantaran rumah tangga juga dimasukkan dalam pengertian kekerasan ,
karena setaip orang dilarang menelantarkan dalam lingkup rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran tersebut juga berlaku bagi setiap
orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dangan cara membatasi atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah, sehingga korban dibawah kendali orang tersebut Pasal 9 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004.
6. Perspektif Kriminologi
Secara umum, istilah kriminologi identik dengan perilaku yang dikategorikan sebagai suatu kejahatan. Kejahatan dimaksudkan disini adalah suatu tindakan
yang dilakukan orang orang dan atau instansi yang dilarang oleh suatu undang- undang. Pemahaman tersebut diatas tentunya tidak bisa disalahkan dalam
memandang kriminologi yang merupakan bagian dari ilmu yang mempelajari suatu kejahatan.
Secara etimologi, kriminologi berasal dari kata crime yang artinya adalah kejahatan dan logos yang artinya adalah ilmu. Jadi secara etimologi, kriminologi
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk beluk kejahatan. Hal inilah yang dimungkinkan timbulnya suatu pemahaman tersebut
diatas yang senantiasa mengidentikkan kriminologi dengan perilaku kejahatan. Selain secara etimologi, ada berbagai macam bentuk definisi dari
kriminologi yang dikembangkan oleh para ahli hukum diantaranya adalah:
1 Mr. W.A Bonger
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menyelidiki gejala - gejala kejahatan seluas-luasnya.
18
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menentukan faktor-faktor yang menjadi sebab mushabab dari terjadinya kejahatan dan penjahat.
2 J. Constant
19
dan tingkah laku yang tidak senonoh, sebab musabab dan akibat-akibatnya.
3 Noach
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-gejala kejahatan
20
18
W.A Bonger, Pengantar Tentang Kriminologi terjemahan R.A Koenoen, Jakarta: Penerbit PT. Pembangunan , 1962, halaman. 7.
19
B. Bosu, Sendi-Sendi Kriminologi, Surabaya: Usaha Nasional, 1982, halaman.12.
4 Hurwitz
Kriminologi dipandang sebagai suatu istilah global atau umum untuk suatu lapangan ilmu pengetahuan yang sedemikian luas dan beraneka ragam, sehingga
tidak mungkin dikuasai oleh seorang ahli saja.
21
Kriminologi merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang dilakukan individu dan bangsa-bangsa yang berbudaya sehingga objek penelitian
kriminologi ada 2 yakni perbuatan individu tat und täter dan perbuatan kejahatan.
5 Wilhelm Sauer
22
Kriminologi merupakan tiap kelakuan yang merugikan merusak dan asusila yang menimbulkan kegoncangan yang sedemikian besar dalam suatu masyarakat
tertentu sehingga masyarakat itu berhak menceladan mengadakan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan jalan menjatuhkan dengan sengaja suatu
nestapa penderitaan terhadap pelaku kejahatan.
6 J.M van Bemmelen
23
Kriminologi sebagai suatu keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat sosial. Ilmu ini meliputi:
7 Sutherland
20
Ibid
21
Stephan Hurwitz, Kriminologi, Disadur oleh L. Moeljatno, Jakarta: Bina Aksara, 1986, halaman. 3.
22
Ibid
23
Ibid. halaman. 4.
1. Caraproses membuat undang-undang; 2. Pelanggaran terhadap undang-undang; dan
3. Reaksi terhadap pelanggaran-pelanggaran ini.
24
Dikutip dari stepen hurwits,Hurwits,1986 menyatakan kriminalogi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan dan kelakuan jelek dan tentang
orangnya yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan jelek itu. Dengan kejahatan dimaksudkan pula pelanggaran, artinya perbuatan yang menurut
undang-undang diancam dengan pidana,dan kriminalitas meliputi kejahatan dan kelakuan jelek.
8 Muljatno
25
Kriminalogi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan baik yang dilakukan oleh individu,kelompok atau masyarakat dan sebab musabab
timbulnya kejahatan serta upaya-upaya penanggulangannya sehingga orang tidak berbuat kejahatan lagi.
9 Ediwarman
26
Dalam perspektif kriminologi, ilmu kriminologi hadir sebagai ilmu yang membahas mengenai kejahatan dimana kejahatan merupakan fenomena
pelanggaran hak asasi manusia. Dan apabila dikaitkan dengan kekerasan yang
24
Stephan Hurwitz, Op. Cit, halaman. 5-6.
25
Abdulsyani , Sosiologi Kriminalitas . Bandung: CV. Remadja Karya ,1987, halaman.10.
26
Ediwarman, dkk, Monograf Kriminalogi, Medan,2010, halaman. 6.
dilakukan oleh suami terhadap istri maka ini merupakan salah satu bentuk diskriminasi, khususnya terhadap perempuan.
F.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara untuk mencapai suatu tujuan sehubungan dengan itu, dalam penerapan ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut: 1.Tipe Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer,sekunder,dan tersier yaitu inventarisasi
peraturan mengacu kepada norma-norma yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam hal ini berkaitan dengan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, selain itu juga di pergunakan bahan-bahan tulisan yang berkaitan
dengan persoalan ini. 2.Jenis data.
Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi : 1
Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yaitu undang- undang kekerasan dalam rumah tangga, dan peraturan perundang-undangan
yang relevan.
2 Bahan hukum tersier berupa bahan acuan lainnya yang berisikan informasi
tentang bahan primer berupa tulisanbuku berkaitan dengan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri.
3 Bahan hukum tersier berupa bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan-bahan primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.
3. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
penulisan menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan , yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis, buku-buku, surat kabar,
makalah ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
G.Sistimatika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan penjabaran penulisan,penelitian ini akan dibagi menjadi 5 bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar belakang masalah , perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematik penulisan.
Bab II : Dalam bab ini di uraikan mengenai pengaturan hukum mengenai kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri. Bagian-bagian yang di
uraikan yaitu kajian hukum mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, peran penegak hukum berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2004, serta epektifitas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tanggga. Bab III : Dalam bab ini di uraikan mengenai faktor -faktor penyebab terjadianya
kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri. Bagian-bagian yang diuraikan yaitu faktor-faktor dari perspektif kriminalogi, dari
perspektif keagamaan, serta lingkungan sosial yang ada dalam masyarakat.
Bab IV : Dalam bab ini diulas mengenai penegakan hukum terhadap tindak pidana kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri. Yaitu
penegakan penal dan non penal, hambatan-hambatan dalam penegakan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri, serta
penanggulangan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri.
Bab V : Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG