1. Penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian ;
2. Penyediaan aparat ,tenaga kesehatan,pekerja sosial,dan pembimbing rohani;
3. Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerja sama program
pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban; 4.
Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi , keluarga dan teman korban Pasal 13 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004.
Kererasan dalam rumah tangga merupakan masalah sosial, sehingga diharapkan setiap orang yang mendengar, melihat atau mengetahui terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya yang sesuai dengan batas kemampuannya untuk :
1. Mencegah berlangsungnya tindak pidana;
2. Memberikan perlindungan kepada korban;
3. Memberikan perlindungan darurat;
4. Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan Pasal 15
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Dalam hal ini disebut dengan perintah perlindungan adalah penetapan yang
dikeluarkan oleh pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban
B. Peran Aparat Penegak Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004.
Salah satu terobosan hukum yang dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
adalah mengenai peran-peran Aparat Penegak Hukum, khususnya kepolisian, advokat dan pengadilan dalam memberikan perlindungan dan pelayanan bagi
korban kekerasan dalam rumah tangga terutama sekali dengan diaturnya mengenai mekanisme perlindungan dari pengadilan demi keamanan korban.
1. Peran Kepolisian Pasal 16-20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Saat kepolisian menerima laporan mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga
,aparat kepolisian harus segera menerangkan mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan pelayanan dan pendampingan. Selain itu, sangat penting pula bagi
pihak Kepolisian untuk memperkenalkan identitas mereka serta menegaskan bahwa kekerasaan dalam rumah tangga adalah sebuah kejahatan terhadap
kemanusiaan sehinga sudah menjadi kewajiban dari kepolisian untuk melindungi korban.
Setelah menerima laporan dari korban mengenai terjadinya kekerasaan dalam rumah tangga, langkah-langkah yang harus diambil kepolisian adalah:
a. memberikan perlindungan sementara pada korban.
b. Meminta surat penetapan perintah perlindungan dari korban.
c. Melakukan penyidikan.
Sehingga dengan adanya jaminan seperti ini hendaknya para korban dari kekerasan dalam rumah tangga tidak lagi takut untuk mengungkapkan kekerasan
yang sebenarnya menimpanya. Dan segera untuk melapor kepada pihak kepolisian
agar kekerasan yang menimpanya dapat segera diselidiki sesuai dengan peraturan. Sehingga tidak lagi menjadi suatu yang disimpan-simpan dan tertutup dari
masyarakat. Tidak menganggap bahwa aparat kepolisian akan menimbulkan permasalah baru dalam rumah tangga yang mengalami konflik tersebut.
Polisi sebagai aparat kepolisian juga harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan dalam penaganan korban kekerasan dalam rumah tangga diatur
dalam pasal 16 sampai 20 Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Apabila aparat kepolian sudah menjalankan fungsinya dengan baik, maka
diharapkan korban dari kekerasan dalam rumah tangga tidak lagi malu untuk melaporkan tindak kekerasan yang terjadi terhadap dirinya.
2.Peran Advokat pasal 25 Advokat sebagai propesi yang membela masyarakat yang bermasalah atau
berbenturan dengan hukum juga harus selalu siap dalam menyelesaikan masalah atau perkara mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Hal ini diatur
dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004, dimana dalam hal memberikan perlindungan pelayanan bagi korban maka advokat wajib:
a. Memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai hak-hak
korban dan proses peradilan ; b.
Mendampingi korban di tingkat penyidikan ,penuntutan dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap
memaparkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya; atau
c. Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping
dan pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagai mana mestinya. Sehingga dalam hal ini advokat juga memiliki peran yang sangat penting
dalam proses terciptanya kebenaran dan penegakan hukum dalam perkara-perkara kekerasan dalam rumah tangga. Advokat membantu korban untuk mengatakan
yang sebenar-benarnya tentang kekerasan atau hal-hal apa saja yang menimpanya, sehingga dapat mempermudah bagi korban untuk menyelesaikan masalah yang
menimpanya. 3.Peran Pengadilan
Peran Pengadilan dalam penyelesian kekerasaan dalam rumah tangga sangat dibutuhkan, sehingga Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga tidak luput mengatur bagaimana peran pengadilan dalam memberikan perlindungan terhadap korban, khususnya
mengenai pelaksanaan mekanisme perintah perlindungan. Seperti telah disebutkan diawal tadi, bahwa kepolisian harus meminta
surat penetapan perintah perlindungan dari peradilan. Maka setelah menerima permohona itu, pengadilan harus;
a. Mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban
dan anggota keluarga lain Pasal 28 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. b.
Atas permohonan korban atau kuasanya, pengadilan dapat mempertimbangan untuk menetapkan suatu kondisi khusus yakni pembatasan gerak pelaku,
larangan memasuki tempat tinggal bersama ,larangan membuntuti, mengawasi atau mengintimidasi korban Pasal 30 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004.
Apabila terjadi pelanggaran perintah perlindungan,maka korban dapat me- laporkan hal ini ke kepolisian, kemudian secara bersama-sama menyusun laporan
yang ditunjukkan kepada pengadilan. Setelah itu, pengadilan wajib memanggil pelaku untuk mengadakan penyelidikan dan meminta pelaku untuk membuat
pernyataan tertulis yang isinya berupa kesanggupan untuk mematuhi perintah perlindungan. Apabila pelaku tetap melanggar surat pernyataan itu, maka
pengadilan dapat menahan pelaku sampai 30 hari lamanya Pasal 38 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004
Dalam memberikan perlindungan terhadap korban ini, Aparat Penegak Hukum dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan
pendamping dan pembimbing rohani untuk mendampingi korban. Yang secara tegas telah di uraikan dalam Pasal 21 sampai Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23
tahun 2004. `
kemudian dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, menyampaikan adanya peran -
peran profesi tambahan selain peran dari aparat kepolisaan ,advokat dan peran pengadilan. Dimana dalam peran ini berguna bagi proses peradilan dan juga
proses kepentingan pemulihan korban pasal 39 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Korban dapat memperoleh pelayanan dari:
1.Peran Tenaga Kesehatan Setelah mengetahui adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga, maka petugas
kesehatan berkewajiban untuk memeriksa kesehatan korban, kemudian membuat laporan tertulis mengenai hasil pemeriksaan serta membuat visum et repertum
atau surat keterangan medis lain yang memiliki kekuatan hukum untuk dijadikan alat bukti.
2.Peran Pekerja Sosial Dalam melayani korban kasus kekerasan dalam rumah tangga, ada beberapa hal
yang harus dilakukan oleh pekerja sosial : a.
Melakukan konseling untuk menguatkan korban; b.
Menginformasikan mengenai hak-hak korban; c.
Mengantarkan korban kerumah aman shelter; d.
Berkoordinasi dengan pihak kepolisian, dinas sosial dan lembaga lain demi kepentingan korban.
3.Peran Pembimbing Rohani Demi kepentingan korban, maka Pembimbing Rohani harus memberikan
penjelasan mengenai hak, kewajiban, dan memberikan penguatan iman serta takwa.
4.Peran Relawan Pendamping.
Sementara itu, salah satu terobosan hukum lain dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 adalah diaturnya mengenai perihal peran dari Relawan Pendamping.
Menurut undang-undang ini, ada beberapa hal yang menjadi tugas dari Relawan Pendamping, yakni :
a. menginformasikan mengenai hak korban untuk mendapatkan seorang atau
lebih pendamping; b.
mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan atau tingkat pemeriksaan pengadilan dengan membimbing korban agar dapat memaparkan
kekerasan yang dialaminya secara objektif dan lengkap; c.
mendengarkan segala penuturan korban; d.
memberikan penguatan korban secara psikologis maupun fisik.
C. Efektipitas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tangga.