Tapi dalam kenyataan yang tumbuh dalam masyarakat kekerasan selalu menimbulkan sebuah kejahatan, dimana seorang yang mendapat kekerasaan
mempunyai kecenderungan melakukan kekerasan kepada orang lain ,sehingga hal ini dapat menjadi suatu kejahatan. Kejahatan–kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang yang mengalami kekerasan sebelumnya akan berjalan tanpa ia sadari didapat dari perilaku yang salah kepada dirinya.
Dalam hal ini kaitannya dengan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri menjadi dasar timbulnya kejahatan lain, misalnya seorang anak yang
melihat ibunya dipukuli oleh ayahnya, mengakibatkan anak tersebut mendapat pembelajaran yang salah dan suatu saat akan melakukan hal yang sama baik
pembalasan kepada ayahnya atau kepada orang lain disekitarnya. Seolah menjadi dendam yang tersimpan dihati anak tersebut. Hal ini berakibat pada penderitaan
baik secara langsung maupun tidak langsung dan akhirnya dapat menimbulkan kejahatan.
3. Hubungan Suami dan Istri
a. Suami. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelamin pria.
Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang suami dan pasangannya
sebagai seorang istri.Suami merupakan pasangan hidup istri dan ayah dari anak- anak , suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga
tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator
dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga.
16
Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelamin
wanita. Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan
pasangannya sebagai seorang suami. Istri merupakan pasangan hidup suami dan ibu dari anak-anak, Istri bertugas membantu suami sebagai pasangan dalam
menjalankan kehidupan rumah tangga, mengurus anak-anak, melayani suami dan sebagai sahabat suami dalam menjalankan serta merencanakan keluarga dengan
sebaik-baiknya. b. Istri.
17
Perkawinan diatur pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dimana pada pasal 1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk Hubungan suami dan istri terikat pada suatu ikatan, yaitu
perkawinan.Ikatan perkawinan ini merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat yang dinamakan rumah tangga.
16
http:id.wikipedia.orgwikiSuami, akses tanggal 19 Mei 2011,jam 21:30.
17
http:id.wikipedia.orgwikiIstri, akses tangal 19 Mei 2011, jam 21:40.
keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa.
Untuk itu Suami istri harus saling membantu dan melengkapi agar masing- masing dapat mengembangkan kepribadiannya untuk mencapai kesejahteraan.
Sehingga hubungan suami istri ini memberikan gambaran yang kuat adanya kehangatan ,rasa aman dan cinta kasih.
Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami, baik dalam kehidupan rumah tangga,maupun dalam pergaulan masyarakat.
Dengan demikian ,segala sesuatu dalam rumah tangga keluarga dapat dirundingakan dan diputuskan bersama oleh suami dan istri. Namun, dalam
kenyataannya mengandung paradoks, artinya dalam kehidupan rumah tangga yang kelihatannya serasi dan bahagia,tindak kekerasan acap kali terjadi. Cukup
banyak kesaksian yang menunjukkan kedua perilaku, baik yang sifatnya menyayangi, maupun yang bersifat kekerasan, terjadi bersama-sama dalam sebuah
rumah tangga. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tujuan perkawinan untuk
mewujudkan keluarga yang bahagia, selalu terhambat oleh berbagai permasalahan yang terjadi antara suami dan istri. Mereka pada umumnya menganggap bahwa
permasalahan rumah tangga merupakan masalah yang sangat pribadi. Selain itu, juga dianggap sebagai hak laki-laki suami atas tubuh istrinya sendiri, yang resmi
dinikahi. Disamping ada suatu anggapan bahwa kekerasan tersebut merupakan cara suami “mendidik”istri. Kemudian juga terdapat anggapan bahwa istri adalah
milik suami, sehingga suami dapat memperlakukan istri sesuka hatinya. Dengan anggapan demikian sikap suami terhadap istri cenderung menjalankan istri
sebagai objek, bukan sebagai subjek atau individu pribadi yang mempunyai hak asasi yang patut dihormati.
Padahal dalam Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa:
1 Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami
dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2 Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3 Suami adalah kepala keluarga dan istri rumah tangga.
Namun, pasal ini tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan “ibu rumah tangga”. Pencantuman istilah tersebut seakan-akan membatasi ruang gerak istri
perempuan hanya diranah domestik saja. Padahal kenyataan banyak kaum istri merambah keranah publik, serta menjalankan profesi sesuai dengan kemampuan
intelektualnya.
4.Bentuk- Bentuk Kekerasan Dalam rumah Tangga Secara Umum.
Dari berbagai kasus yang pernah ada di Indonesia bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi dalam lingkup rumah tangga dapat dikelompokkan
menjadi berikut ini.
1. kekerasan Fisik