PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

(1)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN

MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

(Skripsi)

Oleh

FATIMAH TRIYANINGSIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN

MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Oleh

Fatimah Triyaningsih

Kesempatan interaksi dengan sesama siswa akan lebih mengembangkan

kemampuan siswa dalam mengomunikasikan gagasannya mengenai materi yang sedang dibahas. Oleh sebab itu, sebaiknya guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang membuat siswa nyaman untuk berinteraksi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu variasi model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar adalah penggunaan model pembelajaran E3DU dan LC5E.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa pada pembelajaran fisika dengan menggunakan model

pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar siswa

menggunakan skor gain dan N-gain sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan Independent Sample T Test.


(3)

Fatimah Triyaningsih Berdasarkan hasil analisis data N-gain, rata-rata hasil belajar kognitif (produk)

pada model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan pada model pembelajaran LC5E sebesar 0,64. Persentase rata-rata hasil belajar kognitif (proses) pada model

pembelajaran E3DU diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 94,29% dan

mendapat nilai <70,00 sebesar 5,71%, sedangkan pada model pembelajaran LC5E diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 91,43% dan mendapat nilai <70,00 sebesar 8,57 %. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran LC5E.


(4)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN

MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Oleh

FATIMAH TRIYANINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN E3DU DAN MODEL PEMBELAJARAN LC5E PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Nama Mahasiswa : Fatimah Triyaningsih Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022030

Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. Dr. Abdurrahman, M.Si. NIP 19580603 198303 1 002 NIP. 19681210199303 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc.

Sekretaris : Dr. Abdurrahman, M.Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(7)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Fatimah Triyaningsih

NPM : 0813022030

Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jl. Cendana II No:15 Desa Fajar Baru, Kec: Jati Agung, Kab: Lampung Selatan.

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan,

Fatimah Triyaningsih NPM. 0813022030


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 18 November 1990, sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Tarjono dan Ibu Retno Dumilah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995 di TK Al-Azhar 6

Jatimulyo, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 05 Jatimulyo dan tamat pada tahun 2002. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di MTs N 2 Bandar Lampung hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikannya di MAN 1 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai pengurus Biro BBQ FPPI FKIP tahun 2009/2010, pengurus Biro RTP FPPI FKIP tahun 2010/2011, serta pernah terdaftar sebagai pengurus Biro RTP Birohmah tahun 2011/2012. Pada tahun 2011/2012, penulis juga aktif sebagai pengurus Ruang Baca Pendidikan MIPA. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Fisika Dasar 1 dan Fisika Dasar 2 pada tahun 2010/2011.


(9)

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sindang Pagar Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat selama 40 hari dan pada tahun yang sama pula penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Sumber Jaya kabupaten Lampung Barat selama 3 bulan.


(10)

MOTTO

1. “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”

(Q.S. Asy-Syura: 20) Jadi sanggupkah kita jika tidak mendapat suatu bagianpun diakhirat…?

jika ingin mendapatkan akhiratmu namun tak melupakan duniamu maka

2. “Kenalilah Allah disaat lapang, niscaya Allah akan mengenalimu

disaat sempit” (HR. Tirmidzi)

Dunia ini adalah cobaan maka kesempitan merupakan suatu kepastian, hanya tinggal bagaimana manusia itu mengambil keputusan

karena

3. “Ada perbedaan antara manusia yang mendapat deraan lalu menyerah dan putus asa, dengan manusia yang menyikapinya secara positif untuk

kemudian bangun lagi dan mulai memperbaiki hidup”

(Muhammad Izza Ahsin Sidqi) Maka temukanlah kekuatanmu

untuk menjadi seorang pemenang dunia dan akhirat, dan bagiku

4. “Kekuatan itu akan semakin bertambah saat melandasi langkah-langkah kita dengan nama Allah, untuk Allah dan karena Allah”


(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt atas segala nikmat luar biasa, sehingga manusia dapat mempelajari dan meneliti segala ciptaan-Nya yang luar biasa. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah sabar dalam mendidik dan

membesarkanku serta mendo’akan yang terbaik untuk kehidupanku.

2. Adik-adik dan Mba-mba’ku yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi untuk kesuksesanku.

3. Keluarga besar yang senantiasa menantikan keberhasilanku. 4. Para pendidik yang ku hormati.


(12)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena kasih sayang dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran LC5E dan Model Pembelajaran E3DU pada Materi Listrik Dinamis” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembimbing Akademik, Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.


(13)

6. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Selaku Pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Supriyanto, SH, MM. selaku Kepala SMA Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan.

9. Bapak Farid Densa, S.TP. selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10.Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan. 11.Siswa-siswi kelas X1 dan X2 SMA Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan. 12.Sahabat seperjuangan di Lebai Famz: Abi Sarah, Umi Laras, Mimi Tina, Pipi,

Nenek Henni, Kakak Tata, Ukhti Dewi. Yuk, kita terus perbaiki diri agar dapat selalu lebai (lebih baik).

13.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2008: Lis, Niluh, Diana A, Rani, Siska, DJ, Hervin, Icha, Echi, Happy, Diana Sari, Sinka, Ninik, Theo, Anna, Fathin, Salva, Dio, Ismu, Nouval, Bayu, Johan, Mario, Fahrudin, Husni, Nurrohman, Mardian, Wira, Widi, Ahmadi, Arif . Terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya.

14.Kakak tingkat 2006, 2007 serta adik-adik tingkat angkatan 2009, 2010 dan 2011. Terimakasih atas bantuannya dan teruslah berjuang!!

15.Teman - teman di FPPI, Terima kasih atas kebersamaan dan ukhuwah yang selalu terjaga, tetap bejuang sahabat!!!

16.Temen - temen pengurus refrensi; Pipi, Mb’Dian, Mb’Desy, Mb’Erlida, Retna, Melita, Mei, dan Dila


(14)

17.Temen-temen KKN dan PPL diSindang pagar: Ayu, Aulia, Eni, Elvina, Yusi, Doni, Endriyan dan Azis.

18.Semua jajaran karyawan dan tentor BKB Nurul Fikri yang telah memberikan ilmu dan motivasi baik langsung maupun tidak langsung,

19.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Fajar Baru, Juli 2012 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 7

1. Model pembelajaran LC5E ... 7

2. Model pembelajaran E3DU ... 14

3. Hasil Belajar ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 21

C. Hipotesis ... 26

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 27

B. Sampel Penelitian ... 27

C. DesainPenelitian ... 27


(16)

xvi

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Analisis Instrumen ... 33

H. Teknik Pengumpulan Data ... 35

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Instrumen Penelitian ... 43

a. Uji Validitas ... 44

b. Uji Reliabilitas ... 44

2. Tahapan Pelaksanaan ... 45

a. Kelas Eksperimen 1 ... 45

b. Kelas Eksperimen 2 ... 47

3. Hasil Pengumpulan Data ... 50

4. Hasil Uji Data Penelitian ... 52

a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Homogenitas ... 53

c. Uji Independent Sample T Test ... 53

5. Keputusan Hipotesis ... 55

A. Pembahasan ... 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 Silabus E3DU ... 72

2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) E3DU ... 79

3 LKK SMA Kelas E3DU ... 101

4 Kunci jawaban LKK SMA Kelas E3DU ... 117

5 Silabus LC5E ... 133


(17)

xvii

7 LKK SMA Kelas LC5E ... 161

8 Kunci jawaban LKK SMA Kelas LC5E ... 177

9 Buku Siswa ... 193

10 Kisi-Kisi Pretest dan Post Test ... 202

11 Rubrik Penilaian Hasil Belajar ... 207

12 Lembar Pretest dan Post Test ... 212

13 Lembar Penilaian (LP) 1: Produk ... 215

14 Kunci Lembar Penilaian (LP): 1 ... 217

15 Lembar Penilaian (LP) 2: Proses, Hukum Ohm (E3DU) ... 220

16 Lembar Penilaian (LP) 2: Proses, Hukum Ohm (LC5E) ... 221

17 Data Hasil Uji Coba Soal di Kelas XI IPA1 ... 222

18 Data Hasil Uji Validitas Butir Soal ... 223

19 Data Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 224

20 Data Rekapitulasi Nilai Kognitif Produk Siswa ... 225

21 Data Uji Normalitas Nilai Hasil Siswa ... 226

22 Data Uji Homogenitas Nilai Hasil Siswa ... 226

23 Data Sampel Tidak Berhubungan ... 227

24 Data Rekapitulasi Nilai Kognitif Proses Siswa ... 228

25 Surat Keterangan Penelitian ... 230


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perlakuan yang diberikan pada kelas X1 dan X2 ... 23

3.1. Data Hasil Belajar Siswa (test) ... 36

3.2. Data Rekapitulasi N-gain Siswa ... 36

4.1. Hasil Uji Validitas Soal ... 44

4.2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 44

4.3. Kenaikan Hasil Belajar Siswa ... 51

4.4. Hasil Uji Normalitas N-Gain ... 52

4.5. Hasil Uji Homogenitas N-Gain ... 53


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Fase Pelaksanaan Pembelajaran Model Siklus ... 9

2.2 Diagram Paradigma Pemikiran ... 25

3.1. Desain Eksperimen One-Group Pretest-Post Test Design ... 28

4.1 Grafik Presentase Hasil Belajar N-Gain ... 57


(20)

(21)

(22)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kualitas belajar para siswa. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan secara profesional. Agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka salah satu strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Suatu model pembelajaran tidak dapat diterapkan pada semua meteri sehingga guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru fisika di SMA Al-Huda Jati Agung diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada materi listrik dinamis ditahun 2010-2011 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal tersebut disebabkan karena siswa masih malu untuk mengungkapkan gagasannya, masih ragu-ragu dalam mengemukakan permasalahan serta siswa belum mampu menyampaikan ide atau pendapatnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang siswa kelas X SMA Al-Huda Jati Agung diperoleh gambaran bahwa siswa menganggap


(23)

2 pelajaran fisika sebagai pelajaran yang sulit, membosankan, serta banyak menghafal rumus. Ketika diberikan permasalahan yang tidak sesuai dengan contoh, siswa masih bingung bagaimana menyelesaikannya.

Berbagai usaha telah dilakukan guru dalam mengatasi permasalahan di atas, diantaranya memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya diluar jam pelajaran, tetapi usaha itu belum mampu merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Siswa yang menjawab pertanyaan guru,

cenderung didominasi oleh beberapa orang. Akibatnya pada saat diadakan tes, sebagian besar siswa masih mendapat nilai di bawah rata-rata, hal ini secara langsung mempengaruhi rendahnya hasil belajar yang mereka peroleh.

Agar siswa merasa nyaman mengikuti kegiatan pembelajaran sebaiknya siswa diajak untuk berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada dalam kelas. Kesempatan interaksi dengan sesama siswa akan lebih mengembangkan kemampuan siswa dalam mengomunikasikan ide atau gagasannya mengenai materi yang dibahas. Oleh sebab itu pembelajaran fisika hendaknya dirancang dengan baik.

Model pembelajaran yang sesuai untuk merangsang siswa berinteraksi dalam kelas adalah model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran learning cycle 5E. Hal ini disebabkan siswa memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengemukakan pendapatnya dan siswa akan menemukan konsep berdasarkan pemahamannya sendiri. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk menerapkan konsep yang telah mereka temukan.


(24)

3 Tahap-tahap kegiatan pembelajaran E3DU yaitu: mengembangkan pemikiran dari suatu fenomena (explore), membuat hipotesis atas konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang diberikan (diagnose), merancang tes pribadi untuk mengetahui kebenaran konsep yang telah ditemukan (design), mendiskusikan informasi yang didapat (discuss), menerapkan konsep yang dimiliki dari kegiatan pembelajaran (use).

Pada model pembelajaran learning cycle 5E dilakukan kegiatan-kegiatan

yaitu membangkitkan minat siswa (engagement), siswa berinteraksi dengan

lingkungan (exploration), siswa menyampaikan gagasan yang mereka miliki melalui kegiatan diskusi (explaination), siswa mengaplikasikan konsep yang mereka dapatkan (elaboration) dan terdapat suatu tes akhir untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa (evaluation).

Listrik dinamis merupakan salah satu materi pada mata pelajaran fisika yang terdapat di kelas X semester 2. Alasan mengapa topik ini dipilih adalah karena guru mata pelajaran fisika kelas X SMA Al-Huda Jati Agung berencana membelajarkan topik ini dengan pembelajaran

konvensional sehingga ingin dicari model pembelajaran yang lebih efektif.

Untuk melihat mana yang lebih efektif antara model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis, maka perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka telah dilakukan suatu penelitian yang berjudul

“Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran E3DU dan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E”.


(25)

4 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran learning cycle 5E?

2. Apakah hasil belajar siswa dengan mengunakan model

pembelajaran E3DU lebih tinggi daripada model pembelajaran learning cycle 5E?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan

menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran learning cycle 5E.

2. Mengetahui manakah yang lebih tinggi antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran learning cycle 5E.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih dan


(26)

5 sesuai dengan materi pembelajaran fisika, terutama pada materi pokok listrik dinamis.

2. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran fisika disekolah.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa dan ketrampilan siswa untuk saling bekerjasama dalam hal kebaikan.

4. Sebagai bahan literatur bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis dalam ruang lingkup yang lebih luas.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X1 dan X2 SMA Al-Huda Jati Agung semester genap tahun ajaran 2011/2012 2. Model Pembelajaran E3DU merupakan suatu model

pembelajaran yang menyoroti pentingnya diagnosis sebelum terbentuknya kelompok. Saat pembelajaran akan dimulai,

pengajar harus mendapatkan gambaran tentang konsep yang telah dimiliki siswa. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajarannya yaitu: mengembangkan pemikiran dari suatu fenomena (explore), mendiagnosis konsep yang dimiliki (diagnose), merancang tes untuk mengukur kemampuan yang dimilikinya (design), mendiskusikan informasi yang didapat (discuss), menerapkan konsep untuk memecahkan masalah (use).


(27)

6 3. Model Pembelajaran learning cycle 5E merupakan model

pembelajaran yang menuntut siswa berperan aktif untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang akan dicapai. Tahap - tahapan kegiatan yang harus dilaluinya yaitu membangkitkan minat siswa (engagement), berinteraksi dengan lingkungan (exploration), menyampaikan gagasan dalam diskusi

(explaination), mengaplikasikan konsep-konsep (elaboration) dan tes akhir (evaluation ).

4. Hasil Belajar yang dimaksud oleh peneliti adalah kemampuan koognitif siswa setelah mengikuti pembelajaran fisika yang ditunjukkan dengan nilai tes hasil belajar.

5. Materi pembelajaran yang akan diberikan pada penelitian ini adalah materi listrik dinamis.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoretis

1. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

Model pembelajaran learning cycle 5E atau dalam penulisannya disingkat LC5E adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa tidak hanya sebagai pendengar. Hal ini didukung oleh pendapat Fajaroh (2008: 1)

Model pembelajaran siklus belajar merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif .

Pada model pembelajaran LC5E siswa diajak untuk berfikir dan membangun pemahaman melalui tahap-tahap pembelajaran yang telah mereka lewati, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam melaksanakan pembelajaran tersebut.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tiap fase dalam LC5E mewadahi pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Siswa mempelajari materi dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dibangun dari pengalaman siswa.


(29)

8 Dikutip dari Astrina (2011: 29) menyatakan bahwa LC5E pada mulanya terdiri dari fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Pada tahap eksplorasi, pebelajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam atau perilaku sosial, dan lain-lain.

Pada fase pengenalan konsep terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni aplikasi konsep, pebelajar diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving

(menyelesaikan masalah-masalah nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut.

Menurut Wena yang dikutip oleh Astrina (2011: 31) lima tahapan dalam model siklus belajar adalah:

1. Engagement, yaitu tahap pembangkitan minat, merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha

membangkitkan dan mengembangkan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan memberikan respon atau jawaban, yang akan dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan.


(30)

9 2. Exploration, merupakan tahap kedua dalam siklus belajar. Pada

tahap ini dibentuk kelompok kecil oleh guru, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Tujuan dari tahap ini adalah mengecek pengetahuan siswa apakah sudah benar atau masih salah.

3. Explanation, merupakah tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan kalrifikasi atas penjelasan siswa, dan saling

mendengar secara kritis penjelasan antar siswa dan guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan atas konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai bahan diskusi.

4. Elaboration, yaitu tahap keempat siklus belajar. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan dan mengaplikasikan konsep yang baru dipelajari dalam situasi baru.

5. Evaluation, yaitu tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.

Berikut disajikan diagram visual fase pelaksanaan pembelajaran model siklus belajar:

Gambar 2.1 Diagram fase pelaksanaan pembelajaran menggunakan model siklus belajar diadaptasi dari Fajaroh (2008: 1)


(31)

10 Pada fase awal (engagement) bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya Pada fase ini, guru memperkenalkan pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya

memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan memberikan

pertanyaan, memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari, membaca, demonstrasi, atau aktivitas lain yang digunakan untuk

membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Fase ini juga diigunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari.

Pada fase exploration, dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. Pada fase ini juga siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran

langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.

Pada fase explanation, guru harus mengajak dan mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang


(32)

11 dipelajari selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih formal untuk menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa.

Pada fase elaboration, bertujuan untuk membawa siswa menggunakan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Fase ini dapat meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, dan membuat keputusan.

Pada gambar siklus belajar LC5E di atas, terlihat bahwa evaluation dilakukan penilaian terhadap seluruh pembelajaran, evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi pebelajar melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong pebelajar

melakukan investigasi lebih lanjut. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus-menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap pengetahuan dan kemampuannya.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Pada fase evaluasi juga dilakukan tes untuk mengukur ketuntasan siswa. Jika dalam evaluasi belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum, maka siswa harus mengulang konsep


(33)

12 yang belum dipahami. Apabila siswa mengalami kesulitan, siswa dapat bertanya pada sumber belajar lain, seperti guru, teman, dan sebagainya. Jika siswa mencapai KKM, maka siswa dapat melanjutkan ke bab selanjutnya.

Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, LC5E dapat dimplementasikan dalam pembelajaran bidang sains.

Implementasi LC5E dalam pembelajaran menempatkan guru sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama pengembangan perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan) sampai evaluasi. Efektifitas implementasi LC5E biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes.

Menurut Hudojo dalam Massofa (2008: 9) Implementasi LC5E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:

1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan

dikonstruksi dari pengalaman siswa.

2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.

3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.


(34)

13 Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.

Menurut Cohen dan Clough dalam Massofa (2008: 9) menyebutkan bahwa penerapan model LC5E memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan LC5E:

1. Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran 2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna

Kekurangan LC5E:

1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran

2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran

3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi

4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihan, maka butuh peran guru dan siswa dalam menyukseskan proses pembelajaran yang akan berlangsung, karena kekuatan terbesar untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran adalah kesadaran siswa maupun guru untuk terus belajar dan mencapai yang terbaik.


(35)

14 2. Model Pembelajaran E3DU

Pada model pembelajaran E3DU, guru dapat membantu siswa untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep sains yang siswa miliki. Peran Pengajar adalah untuk memperhatikan indikator pemahaman awal, kesalahpahaman, gagasan yang muncul, dan ide-ide asli yang ada untuk memilih strategi pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran E3DU menyoroti pentingnya diagnosis sentral dalam membentuk kemitraan antara pengajar dan pelajar untuk mengetahui kesalahan konsep yang siswa miliki tentang fenomena sains.

Sebelum pembelajaran dimulai, pengajar harus menemukan cara untuk mendapatkan gambaran tentang konsep yang telah dimiliki oleh siswa secara keselurahan sehingga guru harus mempertimbangkan terlebih dahulu pengetahuan dan pengalaman siswa, mengidentifikasi kesalahan konsep yang dimiliki siswa secara umum, merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sehingga didapatkan konsep-konsep sains yang benar, memandu pelajar untuk mengembangkan pengetahuan yang baru siswa miliki dalam fenomena yang berbeda. Siswa dapat belajar dari pengalaman sehingga menghasilkan konsep yang lebih akurat, lebih ahli, lebih terkonsep.

Keberhasilan pembelajaran tergantung pada kemampuan guru untuk memandu siswa melalui proses aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara siswa mengajukan pertanyaan, berdikusi dan menguji kelayakan ide–ide yang mereka miliki. Model pembelajaran E3DU


(36)

15 melibatkan siswa untuk merasakan pengalaman yang sebenarnya sehingga mereka tergerak untuk berpikir sebagai ilmuwan dan melakukan penelitian.

Pengajaran model E3DU ditemukan oleh McComas (1995), yang menegaskan bahwa guru perlu mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, sehingga dibutuhkan interaksi antara siswa dan guru untuk mengetahui konsep yang benar. Model pembelajaran E3DU adalah pengembangan dari model pembelajaran siklus belajar. Model

pembelajaran E3DU memiliki 5 fase yang terdiri dari guru menganalisis konsep sains yang telah dimiliki siswa secara pribadi, memandu

eksplorasi, membimbing kemajuan proses individual, memberi tantangan dari ide yang telah dimiliki siswa. Dasar pemikiran dari model E3DU adalah guru memainkan perannya dalam membimbing siswa secara mandiri untuk mecapai tujuan tertentu.

Menurut Shope dan Chapman (2001) dalam Shope Richard E (2006: 1) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan dalam model pembelajaran E3DU adalah:

1. Explore: Students explore the phenomenon: in the form of a discrepant event, a visual display, a hands-on activity, an observation, or exposure to a variety of information sources, print, videos, film clips, internet sites. Object is to think toward proposing explanations of the phenomenon, selecting from a substrate of ideas.

2. Diagnose: Evoke expression of students' personal conceptions; assess how students see alternative conceptions as plausible; select strategy that brings misconceptions to student awareness; guide student to search for more accurate explanations.


(37)

16

3. Design: Students design personally-relevant tests of their ideas; create a context for a crucial experiment or prediction to test strength or weakness of a proposed explanation in both its explanatory and predictive value. The process of thinking out a personally-relevant test allows the students to explore the phenomenon in new ways.

4. Discuss : Students discuss the implications. If the results suggest that a new conception is needed to replace a misconception, such alternative ideas are considered. Students may come up with their own ideas or their readiness may be open to exposure to a new theory presented by the teacher or other information source.

5. Use : Students apply new understanding; place the new

conception in relation to other related knowledge; may also lead to a new cycle that further confirms or disconfirms the validity of the new conception.

Pada zona explore siswa diberi kesempatan untuk menggali fenomena yang telah diberikan oleh guru sehingga siswa menghasilkan pertanyaan, membuat dugaan, dan mengusulkan penjelasan sehingga siswa dapat menggali fenomena tersebut secara mendalam. Guru mendengarkan berbagai pertanyaan, hipotesis, dan penjelasan-penjelasan yang

dikemukakan oleh siswa untuk mendapatkan wawasan tentang potensi perubahan konseptual dan mengembalikan pertanyaan yang diajukan siswa dengan pertanyaan yang lebih terkonsep.

Zona konstruktif yang terdiri dari (diagnose, design, discuss), dimana siswa menggunakan alat laboratorium untuk melakukan penyelidikan ilmiah sesuai pemahaman yang mereka miliki, merancang tes untuk mengukur kemampuan yang telah dimilikinya serta mendiskusikan ide yang telah dimiliki. Dalam zona ini, peran guru adalah mengamati kemajuan yang telah dicapai siswa dan sebagai pemandu untuk


(38)

17 menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki dari kegiatan yang telah dilakukan.

Zona aplikasi (use), dimana siswa menunjukkan pengetahuan baru yang telah dimiliki dengan mengaplkasikannya serta menerapkan ilmu

pengetahuan dalam situasi baru, memecahkan masalah baru. Pada fase ini pula guru dan siswa dapat mengevaluasi kemajuan yang telah dimiliki, hal tersebut dapat dilihat dari bisa atau tidaknya siswa menerapkan konsep yang telah didapat dalam situasi yang berbeda.

Model pembelajaran E3DU berorientasi pada perbaikan konsep keliru yang telah siswa miliki melalui mepenyelidikan ilmiah. Carey dalam Shope Richard E (2006: 1) menegaskan bahwa :

Teachers and science educators should be made aware of the important and perhaps surprising consequences of looking at the problem of science education in terms of conceptual change. For example, I have often heard teachers and science educators blame student misconceptions on faulty education at an earlier stage in the curriculum. Rather, student misconceptions are inevitable. Not having the target concepts is not an undesirable stage in students but an absolutely necessary one. Indeed, students will construct intermediate steps and misconceptions that do not conform with the views of developed science, and educators should recognize when these steps constitute progress, not problems.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa guru dan siswa harus sadar akan pentingnya masalah dalam pendidikan sehingga mereka termotivasi untuk terus memperbaiki konsep-konsep yang telah mereka miliki. Sebagai fasilitator bagi siswa, seharusnya guru tidak hanya dapat


(39)

18 menyalahkan konsep-konsep yang telah siswa miliki melainkan harus membimbing siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar dari permasalahan yang sedang dihadapi siswa.

3. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu tindakan perilaku yang kompleks yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri sendiri. Sebagai bentuk tindakan, maka sikap pembelajarlahnyang dapat menentukan perubahan yang terjadi dalam diri sendiri. Hal tersebut didukung oleh pendapat Slameto (2003: 2)

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa merupakan kunci utama dalam menentukan perubahan tingkah laku dan perubahan pengetahuan yang semestinya dimiliki, sehingga siswa harus

memanfaatkan setiap kondisi yang telah diciptakan guru untuk memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Ciri akhir dari proses pembelajaran adalah adanya evaluasi untuk mengetahui bagaimana hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi dalam pembelajaran dikelas tidak hanya dilakukan oleh guru melainkan dapat melibatkan siswa, sehingga siswa dapat menilai sendiri pekerjaan yang telah dilakukannya maupun pekerjaan yang telah dilakukan oleh


(40)

19 temannya. Hal ini tentu dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik, karena siswa dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan sehingga siswa tersebut dapat memperbaikinya.

Hasil belajar siswa dapat dinyatakan dengan nilai berupa angka atau huruf sebagai pernyataan berhasil atau tidaknya siswa didalam proses pembelajaran.Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 200):

Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau simbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa hasil belajar bukan hanya sekedar nilai akhir dari kegiatan-kegiatan pembelajaran, melainkan hasil dari proses kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, sehingga dengan mengetahui hasil belajar membuat siswa paham sampai sejauh mana perubahan sikap dan pengetahuan siswa dari proses pembelajaran.

Dikutip dari Adesanjaya (2011: 1) yang menuliskan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif

(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal


(41)

20 (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

Hasil belajar siswa menyangkut semua perubahan perilaku yang dialami oleh siswa sebagai akibat proses belajar baik sebagai instructional effect maupun nurturants effect. Tingkah laku yang dimaksud dapat berupa keterampilan intelektual (kognitif), keterampilan proses (kognitif dan kinerja), keterampilan psikomotor (kinerja), keterampilan sosial, maupun sikap. Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

Aspek kognitif berkenaan dengan prilaku yang berhubungan dengan berpikir , mengetahui dan memecahkan masalah. Aspek kognitif memiliki enam tingkatan. Dalam Sumiati (2007: 214) aspek kognitif memiliki enam tingkatan sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan mengingat pada materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dapat menyangkut materi yang luas maupun yang sempit.


(42)

21 b. Pemahaman ( comprehension, understanding)

Pemahaman adalah kemampuan memahami arti suatu materi pelajaran seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas suatu pengertian

c. Penerapan (aplication)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan atau

menafsirkan suatu materi yang sudah dipelajari kedalam situasi baru atau situasi yang konkret. Sepeerti menerapkan dalil , metode, konsep, prinsip atau teori.

d. Analisis ( analysis)

Analisis adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu kedalam komponene-komponen atau bagian-bagian sehingga susunanaya dapat dimengerti.

d. Sintesis ( synthesis)

Kemampuan sintesisi menunjukan pada menghimpun bagian kedlam suatu keseluruhan.kemampuan ni adalah semacam

kemampuan merumuskan suatu pola terstruktur baru berdasarkan pada berbagai informasi atau fakta.

e. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan pada maksud atau kriteria tertentu.

Berdasarkan tingkatan di atas, aspek tingkatan tingkatan tersebut memudahkan guru dalam menyiapkan pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal yang akan diujikan kepada siswa.

B. Kerangka Pemikiran

Penelitian tentang perbandingan hasil belajar fisika menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E merupakan

penelitian yang terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model

pembelajaran E3DU sebagai (X1) dan model pembelajaran LC5E (X2), sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y). Hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran E3DU (Y1) dan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran LC5E (Y2).


(43)

22 Untuk memperjelas kerangka pemikiran penelitian ini, maka dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 2.2. Diagram Paradigma Pemikiran. Keterangan:

1

X : model pembelajaran E3DU

2

X : model pembelajaran LC5E Y1 : hasil belajar E3DU Y2 : hasil belajar LC5E

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas X1 dan X2, sedangkan materi yang akan diterapkan pada penelitian ini terdiri dari beberapa sub materi pembelajaran yaitu hukum Ohm, rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff. Pada hari pertama dan kedua pembelajaran listrik dinamis, kelas X1 menggunakan model pembelajaran E3DU untuk sub materi hukum Ohm sedangkan kelas X2 menggunakan model pembelajaran LC5E. Sedangkan pada hari ketiga pembelajaran listrik dinamis, kelas X1 menggunakan model pembelajaran E3DU untuk sub materi rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff sedangkan kelas X2 menggunakan model pembelajaran LC5E.

X1

X2

Y1

Y2


(44)

23 Untuk mempermudah pengamatan, perlakuan yang diberikan pada kelas X1 (A) dan kelas X2 (B) diilustrasikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Perlakuan yang diberikan pada kelas X1 (A) dan X2 (B).

Pokok bahasan

Perlakuan Eksperimen E3DU LC5E

1. hukum Ohm A B

2. rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff

B A

Sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing kelas diberikan soal pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dan diakhir kegiatan pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal posttest untuk melihat kemampuan akhir siswa. Dengan begitu, guru dapat mengetahui peningkatan hasil belajar siswa (N-Gain) baik pada kelas X1 maupun X2. Untuk melihat mana yang lebih baik dari kedua model yang telah diterapkan maka guru akan membandingkan N-Gain tersebut.

Kedua model pembelajaran tersebut, tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga pada penelitian ini akan dicobakan kedua model tersebut untuk mengetahui mana yang lebih efektif ketika kedua model pembelajaran itu diterapkan di kelas X1 dan X2 semester genap SMA Al-Huda Jati Agung pada topik listrik dinamis.


(45)

24 Pada model pembelajaran LC5E, siswa diberi kesempatan untuk

melewati beberapa fase seperti guru dapat mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari untuk memotivasi siswa pada pembelajaran tersebut.

Pada fase berikutnya, siswa diberi kesempatan untuk bekerjasama dengan teman-temannya mengenai materi listrik dinamis, menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri kemudian mengaplikasikan konsep dan kecakapan yang telah mereka miliki dalam situasi yang berbeda. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa.

Model pembelajaran E3DU menyoroti pentingnya diagnosis sentral dalam membentuk kemitraan antara pengajar dan pelajar untuk

mengetahui kesalahan konsep yang siswa miliki tentang fenomena sains. Saat pembelajaran akan dimulai, pengajar harus mendapatkan gambaran tentang konsep yang telah dimiliki siswa.

Tahapan-tahapan kegiatan pembelajarannya yaitu: mengembangkan pemikiran dari suatu fenomena (explore), membuat hipotesis atas konsep-konsep yang berkaitan dengan fenomena yang diberikan (diagnose), merancang tes pribadi untuk mengetahui kebenaran konsep yang telah ditemukan (design), mendiskusikan informasi yang didapat (discuss), menerapkan konsep yang dimiliki dari kegiatan pembelajaran


(46)

25 (use). Dari tahap-tahap model pembelajaran E3DU diatas terlihat bahwa siswa diberi kesempatan yang lebih luas dalam bereksperimen.

Berdasarkan uraian diatas, diduga bahwa hasil belajar fisika siswa pada topik listrik dinamis dengan menggunakan model pembelajaran E3DU akan lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model LC5E.

C. Anggapan Dasar

Peneliti memiliki anggapan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Seluruh siswa kelas X1dan X2 semester genap tahun pelajaran

2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan akademis yang relatif sama dalam mata pelajaran fisika.

2. Siswa memiliki hasil belajar fisika yang berbeda-beda.

3. Kelas yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran LC5E dan kelas yang menggunakan model pembelajaran E3DU memperoleh materi, alokasi waktu pembelajaran dan diajar oleh guru yang sama.

4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran E3DU dan menggunakan model pembelajaran tipe LC5E diabaikan.


(47)

26 D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka pikir dan anggapan dasar yang telah diuraikan, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.

2. Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.


(48)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi Peneletian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Al-Huda Jati Agung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

B.Sampel Peneltian

Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, Artinya sampel yang diambil dari populasi sesuai dengan pertimbangan tertentu. Berdasarkan nilai hasil belajar semester satu maka sampel penelitian yang diambil terdiri dari dua kelas yaitu kelas X1 dan kelas X2 SMA Al-Huda Jati Agung pada semester genap Tahun Pelajaran

2011/2012. Pada kelas X1 berjumlah 35 siswa dan kelas X2 berjumlah 35 siswa.

C.Desain Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan desain penelitian berupa

Pre-Eksperimental Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Pada penelitian ini, terdapat dua kelas yang akan diberi perlakuan berbeda dengan beberapa sub topik listrik dinamis yaitu hukum Ohm,

rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff. Untuk sub topik hukum


(49)

28

1

O X1 O2

1

O X2 O2

E3DU terhadap kelas X1 dan model pembelajaran LC5E terhadap kelas X2, sedangkan pada subtopik rangkaian hambatan dan hukum 1 Kirchoff, peneliti akan memberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran LC5E

terhadap kelas X1 dan model pembelajaran E3DU terhadap kelas X2.

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design Keterangan: O1 : nilai pretest

2

O : nilai posttest

1

X : model pembelajaran E3DU

2

X : model pembelajaran LC5E

Sugiyono (2010: 110-111)

D.Variabel Penelelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran E3DU (X1) dan model pembelajaran LC5E (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa dengan menggunakan model E3DU (Y1) dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model LC5E (Y1).


(50)

29 E.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Persiapan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Membuat surat penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian

untuk mendapatkan informasi tentang kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian yaitu dua kelas dari populasi untuk

kelas eksperimen.

d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran antara lain: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, analisis materi pembelajaran, lembar kerja siswa dalam kelompok, dan tes hasil belajar.

e. Memberikan tes awal, yang akan digunakan sebagai nilai dasar siswa dalam menentukan skor peningkatan individu.

f. Menentukan kelompok dengan didasarkan pada nilai dasar siswa yang diperoleh dari tes awal dengan tetap memperhatikan

heterogenitas ras, suku, jenis kelamin, dan asal sekolah.

g. Memberikan penjelasan kepada siswa tentang jalannya kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.


(51)

30 2. Pelaksanaan

A. Model pembelajaran E3DU

1. Explore

Siswa mengeksplorasi fenomena dalam bentuk yang berbeda, seperti melalui tampilan visual, kegiatan eksperimen, observasi, atau

mencari penjelasan dari berbagai sumber informasi seperti: cetak, video, klip film, situs internet. Siswa memberikan penjelasan dari fenomena tersebut berdasarkan ide yang dimilikinya.

2. Diagnose

Guru membangkitkan pemahaman konsep yang telah siswa miliki dan menilai bagaimana siswa mengemukakan konsep yang masuk akal. Memilih langkah pembelajaran yang tepat, untuk menyadarkan siswa terhadap kesalahpahaman konsep yang telah dimiliki; Guru memandu siswa untuk mencari penjelasan yang lebih akurat.

3. Design

Siswa merancang tes yang relevan berdasarkan ide-ide mereka, menciptakan rangka percobaan berdasarkan hipotesis yang mereka buat untuk menguji kebenaran atau kesalahan penjelasan yang telah diusulkan. Dengan adanya tes ini, siswa dimungkinkan


(52)

31 4. Discuss

Siswa berdiskusi mengenai penerapan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Jika hasil diskusi tersebut menunjukan bahwa konsep yang telah ditemukan dapat menggantikan hipotesis yang telah mereka buat maka siswa dapat menerapkannya dan harus siap dengan paparan teori baru yang disajikan oleh guru atau sumber informasi lain.

5. Use

Siswa menerapkan pemahaman yang baru dimiliki, menempatkan konsep baru dan mengkaitkannya dengan pengetahuan lain yang berkaiatan sehingga dapat menyebabkan tahap baru untuk membuktikan ketepatan konsep baru tersebut.

B. Model pembelajaran LC5E

1. Engagement

Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan

keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan dengan mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan memberikan respon atau jawaban, yang akan dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan.


(53)

32 2. Explore

Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok dan diminta untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis, mencoba alternatif pemecahan masalah dengan teman sekelompok. Siswa melakukan pengamatan dan mencatat ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi.

3. Explain

Guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan

klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa dan guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan atas konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai bahan diskusi.

4. Elaboration

Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat

menerapkan dan mengaplikasikan konsep yang baru dipelajari dalam situasi baru.

5. Evaluation

Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru.


(54)

33 F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa soal pretest dan postest. Pretest dan postest yang diberikan kepada siswa pada kelas X1 dan kelas X2 berupa soal essay dengan jumlah dan waktu yang sama. Pada soal pretest diharapkan dapat membimbing siswa untuk dapat memunculkan ide baru, gagasan atau jawaban yang bervariasi, sedangkan pada soal posttest dapat mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar yaitu dengan melihat hasil belajarnya. Dengan adanya pretest dan posttest, peneliti juga dapat melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

G. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian merupakan derajat yang menunjukan dimana suatu tes dapat mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan). Maka sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas yang baik jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang

sebenarnya. Menurut Sukardi (2007: 122) Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu

instrumen valid untuk materi fluida statis maka instrumen tersebut belum tentu valid untuk materi fluida


(55)

34 Untuk menguji validitas instrumen digunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Pada penelitian ini akan digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu:

dimana:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

Arikunto (2008: 72)

Dalam analisis instrumen ini memiliki kriteria pengujian jika korelasi antar item dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen yang telah dibuat dinyatakan valid. Bila korelasi antar item dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen dinyatakan tidak valid.Dan jika r hitung >r tabel dengan

maka koefesien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut

mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

Masrun dalam Sugiyono (2009: 188)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi atau keajekan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk mencari harga reliabilitas suatu instrumen dapat digunakan rumus alpha. Perhitungan ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yaitu:


(56)

35

di mana:

= reliabilitas yang dicari

= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

= Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Andriansyah (201: 29-30), kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

H.Teknik Pengumpulan Data

Selain uji validitas dan reliabititas, kualitas dari suatu instrumen penelitian juga dipengaruhi oleh ketepatan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu, peneliti harus menggunakan instrumen secara tepat dalam pengambilan data.


(57)

36 Pengumpulan data diambil dalam bentuk angka atau nilai yang diperoleh dengan mengadakan pretest dan posttest sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Nilai dari pretest dan posttest dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh peningkatan hasil belajar ketika diberikan perlakuan yang berbeda. Kemudian, peneliti membuat tabel untuk mendata hasil pretest dan postest pada kelas X1 dan X2 sehingga hasil N- Gain dari kedua kelas eksperimen dapat dibandingkan.

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Setelah Semua data terkumpul, kita perlu melakukan teknik analisis data. Untuk mengetahui signifikasi peningkatan hasil belajar siswa maka hasil pretest dan posttest siswa akan diolah secara kuantitaf dengan

menggunakan rumus Normal-Gain. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Secara matematis persamaan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Keterangan: g = N-gain post

S = Skor postest pre

S = Skor posttest

max

S = Skor maksimum

Kategori: Tinggi : 0,7 N-gain 1 Sedang : 0,3 N-gain < 0,7 Rendah : N-gain < 0,3


(58)

37 2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah sampel penelitian yang digunakan terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Menurut Priyatno (2010: 72) pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut: a. Buka lembar kerja/file input normalitas.

b. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Descriptive Statistic Explore.

c. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam dependent list. d. klik plots.

e. Beri tanda centang pada Normality plots with tests,lalu klik continue

f. Klik OK

g. Lihat hasil output untuk uji normalitas pada output Test of Normality

h. Terima H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai sig.> 0.05 dan tolak H0 jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai sig. ≤ 0.05.


(59)

38 b. Uji Homogenitas

Syarat dalam analisis varians adalah homogenitas sampel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kedua kelas eksperimen yang digunakan peneliti mempunyai varian yang homogen atau tidak. Pada penelitian ini dilakukan uji homogenitas menggunakan program SPSS 17 dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

H0 : Kedua sampel mempunyai variansi sama H1 :Kedua sampel mempunyai variansi berbeda

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

1) Buka lembar kerja/file input normalitas.

2) Dari menu utama SPSS, pilih Analyze Compare Means One Way Anova.

3) Masukkan variabel indeks gain ke dalam dependent list dan variabel kelas ke dalam kotak factor.

4) klik options, pilih homogenity of variance test. 5) Klik continue, klik ok.

6) Terima H0 jika nilai sig.> 0,05 dan tolak H0 jika nilai sig. ≤ 0,05. Prayitno (2010: 77- 80)

c. Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik. Pada penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0.


(60)

39 1) Uji T Untuk Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test).

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan.

Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: Hipotesis Pertama

0

H : Tidak ada perbedaan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.

1

H : Ada perbedaan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

Hipotesis Kedua

0

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU sama atau tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.


(61)

40 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t 1

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

O

H diterima jika -t tabel t hitung t tabel

O

H ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(62)

41 2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney. Hipotesis Pertama

0

H : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.

1

H : Ada perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.

Hipotesis Kedua

0

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU sama atau tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.

1

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.


(63)

42 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(64)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E. Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata N-Gain siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC5E sebesar 0,64. Persentase rata-rata hasil belajar kognitif (proses) pada model pembelajaran E3DU diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar

94,29% dan mendapat nilai <70,00 sebesar 5,71%, sedangkan pada model pembelajaran LC5E diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 91,43% dan mendapat nilai <70,00 sebesar 8,57 %.

2. Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran LC5E. Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata N-Gain siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC5E sebesar 0,64.


(65)

63 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut

1. Dalam menerapkan model pembelajaran, harus disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan agar kemampuan dan kompetensi siswa tercapai dengan baik.

2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan strategi agar pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama. Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak dilakukan oleh semua kelompok.

3. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu

memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar, sehingga baik hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses

pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Adesanjaya. 2011. Definisi Hasil Belajar Siswa. Artikel Pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari

http://adesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html

Andriansyah. 2011. Studi Perbandingan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Pada Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. [Tidak Diterbitkan].

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Basri, M. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Buku Ajar. Bandar Lampung: FKIP Universitas Lampung. [Tidak Diterbitkan].

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fajaroh. 2008. Model Pembelajaran Siklus Belajar. Artikel pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari

http://staff.phys.unpad.ac.id/kartika/2011/05/29/pengaruh-prosedur-siklus-belajar-5e-terhadap-hasil-belajar-pada-pokok-bahasan-fluida-statis/

Lia Astrina.2011. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fluida Statis Berbasis Model Siklus Belajar Untuk Siswa Kelas XI SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. [Tidak Diterbitkan].

Massofa. 2008. Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Artikel pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari

http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.


(67)

65 Shope III, Richard E. 2006. The ED3U Science Model: Teaching Science For

Conceptual Change. Artikel Pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari http://theaste.org/publications/proceedings/2006proceedings/Shope_1%20 1%20.htm

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara


(1)

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan

Pada penelitian ini jika data tidak terdistribusi normal maka untuk menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney. Hipotesis Pertama

0

H : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E. 1

H : Ada perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran E3DU dengan model pembelajaran LC5E.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Hipotesis Kedua

0

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU sama atau tidak lebih baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.

1

H : Hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran LC5E.


(2)

42 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO diterima.

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO ditolak.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar

menggunakan model pembelajaran E3DU dan model pembelajaran LC5E. Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata N-Gain siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC5E sebesar 0,64. Persentase rata-rata hasil belajar kognitif (proses) pada model pembelajaran E3DU diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar

94,29% dan mendapat nilai <70,00 sebesar 5,71%, sedangkan pada model pembelajaran LC5E diperoleh rata-rata nilai ≥70,00 sebesar 91,43% dan mendapat nilai <70,00 sebesar 8,57 %.

2. Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran E3DU lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran LC5E. Hal ini didukung dengan perolehan skor rata-rata N-Gain siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran E3DU sebesar 0,72 dan yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LC5E sebesar 0,64.


(4)

63 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut

1. Dalam menerapkan model pembelajaran, harus disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan agar kemampuan dan kompetensi siswa tercapai dengan baik.

2. Pelaksanaan diskusi kelompok membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan strategi agar pembelajaran yang berlangsung tidak begitu menyita waktu yang lama. Salah satunya yaitu dalam presentasi terhadap hasil kerja kelompok tidak dilakukan oleh semua kelompok.

3. Kondisi dan fasilitas sekolah harus bisa dimanfaatkan agar mampu

memberikan kontribusi yang positif bagi proses kegiatan belajar mengajar, sehingga baik hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses

pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adesanjaya. 2011. Definisi Hasil Belajar Siswa. Artikel Pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari

http://adesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html

Andriansyah. 2011. Studi Perbandingan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Pada Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. [Tidak Diterbitkan].

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Basri, M. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Buku Ajar. Bandar Lampung: FKIP Universitas Lampung. [Tidak Diterbitkan].

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fajaroh. 2008. Model Pembelajaran Siklus Belajar. Artikel pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari

http://staff.phys.unpad.ac.id/kartika/2011/05/29/pengaruh-prosedur-siklus-belajar-5e-terhadap-hasil-belajar-pada-pokok-bahasan-fluida-statis/

Lia Astrina.2011. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fluida Statis Berbasis Model Siklus Belajar Untuk Siswa Kelas XI SMA

Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. [Tidak Diterbitkan].

Massofa. 2008. Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Artikel pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari

http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.


(6)

65 Shope III, Richard E. 2006. The ED3U Science Model: Teaching Science For

Conceptual Change. Artikel Pendidikan. Diakses 03 November 2011 dari http://theaste.org/publications/proceedings/2006proceedings/Shope_1%20 1%20.htm

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara