Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi

14 Karies profunda ini dapat dibagi atas: a Karies profunda stadium I, karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai. b Karies profunda stadium II, masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa. c Karies profunda stadium III, pulpa telah terbuka, dijumpai bermacam- macam radang pulpa Rasinta Tarigan, 1993 : 42.

2.1.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi

1 Faktor Dalam a Gigi dan Saliva Komposisi gigi sulung terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan di bawah email. Permukaan email lebih banyak mengandung mineral dan bahan- bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies Ismu Suwelo, 1992 : 15. Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. morfologi gigi sulung dapat ditinjau dari dua permukaan untuk membersihkan sendiri self cleaning. a. Permukaan oklusal Permukaan oklusal gigi tetap memiliki fissure lekukan yang bermacam- macam dengan kedalaman yang beragam pula. Bonjol gigi molar sulung relatif tinggi sehingga lekukan menunjukkan gambaran curam dan relatif 15 dalam. Penelitian yang dilakukan oleh Bosser terhadap anak usia 2-8 tahun telah dapat menentukan kriteria kedalaman fissure lekukan gigi sulung. Lekukan gigi sulung yang dalam lebih mudah terkena karies gigi Ismu Suwelo, 1992 : 17. b. Permukaan halus Permukaan fasial dan permukaan lingual gigi sulung mempunyai bentuk khas yang berbeda dengan gigi tetap. Permukaan tersebut di daerah 13 bagian tengah panjang gigi lebih menonjol dan daerah 13 bagian servikal relatif lebih masuk ke dalam. Hal demikian memudahkan terjadinya deposisi makanan di daerah itu yang sulit dibersihkan. Gigi geligi berjejal crowding dan saling tumpang tindih over lapping akan mendukung timbulnya karies, karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Pada umumnya susunan gigi molar sulung rapat, sedangkan gigi insivius sulung renggang. Anak dengan susunan gigi berjejal lebih banyak menderita karies dari pada yang mempunyai susunan gigi yang baik. Saliva berperan dalam menjaga kelestarian gigi. Banyak ahli menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies, ini terbukti pada penderita xerostomia produksi ludah yang kurang dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam waktu singkat Ismu Suwelo, 1992 : 18. Saliva disekresi oleh tiga pasang kelenjar saliva besar yaitu glandula parotieda, glandula submandibularis dan glandula sublingualis serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi kelenjar anak-anak masih bersifat belum konstan, karena kelenjarnya masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Saliva 16 berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, pelarut dan anti bakteri. Saliva memegang peranan lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu yang berhubungan dengan karies gigi, sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies yang tinggi Ismu Suwelo, 1992 : 19. b Mikroorganisme Streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu lebih dahulu merusak lapisan luar permukaan email. Selanjutnya Laktobacillus mengambil alih peranan pada karies yang lebih merusakan gigi. Mikroorganisme menempel di gigi bersama dengan plak. Plak terdiri dari mikroorganisme 70 dan bahan antara sel 30. Plak akan tumbuh bila ada karbohidrat, sedangkan karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat Ismu Suwelo, 1992 : 21. c Substrat Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Makanan akan mempengaruhi keadaan di dalam mulut secara lokal selama pengunyahan dan setelah ditelan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan masa pre- dan pasca- erupsi Ismu Suwelo, 1992 : 23. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies gigi Ismu Suwelo, 1992 : 25. 17 d Waktu Pengertian waktu di sini adalah kecepatan terbentuknya karies gigi serta lama dan frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Karies gigi merupakan penyakit kronis, kerusakan berjalan dalam periode bulan bahkan tahun Ismu Suwelo, 1992 : 27. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun Kidd Edwina, 1992 : 9. 2 Faktor Luar a Umur Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor risiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor risiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat pengaruhnya Ismu Suwelo, 1992 : 28. b Suku Bangsa Keadaan tulang rahang berhubungan dengan prosentase karies. suku bangsa dengan rahang sempit seperti pada suku aborigin, menjadikan gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi prosentase karies Rasinta Tarigan, 1993 : 17. 18 c Letak Geografis Perbedaan prevalensi karies ditemukan pada penduduk yang geografis letak kediamannya berbeda seperti lamanya matahari besinar, suhu, cuaca, air keadaan tanah dan jarak dari laut. Kandungan flour 1 ppm dalam air akan berpengaruh terhadap penurunan karies Ismu Suwelo, 1992 : 28. d Kultur Sosial Penduduk Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah karies Ismu Suwelo, 1992 : 29. e Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obtek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 127. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek yang diterimanya. Sikap itu belum merupakan tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 130. Tindakan atau praktek yaitu suatu respon seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek, bisa bersifat positif atau tindakan secara langsung dan bersifat negatif atau sudah tampak dalam tindakan nyata Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 120. 19 Fase perkembangan anak usia pra sekolah masih sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peran ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian juga keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usia pra sekolah masih sangat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku ibunya Ismu Suwelo, 1992 : 30. 2.1.3 Karbohidrat 2.1.3.1 Sumber-sumber Karbohidrat

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MAKANAN BERSERAT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI

4 22 174

Hubungan Konsumsi Jenis Makanan Kariogenik fengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di Sdn Krandon Kudus

0 2 5

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak Tk Pembina Mojosongo Surakarta.

0 6 6

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dan Menggosok Gigi Pada Anak Serta Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Karies Gigi Di Paud Taman Ceria Surakarta.

0 6 16

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

0 0 15

HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN JAJANAN ANAK TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Anak Terhadap Kejadian Karies Gigi di Tk Aisyiyah Kateguhan Sawit Boyolali.

0 1 12

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat Dan Frekuensi Makan Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Penyakit Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di TK ABA 52 Semarang.

0 0 1