DASAR DASAR ILMU HUKUM

(1)

DASAR DASAR ILMU HUKUM

Pengertian teori hokum

Teori hokum adalah: suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan dengan system konseptual dari aturan-aturan hokum dan putusan-putusan hokum dan system tersebut sebagian yang penting yang dipositifkan atu diberlakukan

Menurut Bruggink teori hokum mempunyai makna ganda.

Dalam arti prodak: keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teoritif di bidang hokum

Dalam arti proses: kegiatan teoritif tentang hokum atau kegiatan penelitian teoritif dibidang hokum itu sendiri

Dalam arti sempit: disebut dengan ilmu hokum dogmatic (dogmatic hokum) atau ilmu hokum Dalam arti luas: ilmu tentang hokum

Menurut satcipto Raharjo menggunakan istilah ilmu hokum dalam arti luas yaitu: sebagai ilmu yang mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hokum, dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan tentang segala hal dan semua seluk beluk mengenai hokum

Menurut Bruggink teori hokum dalam arti luas

Sosiologi hokum: berbicara tentang keberlakuan hokum secara factual atau keberlakuan empiric dari hokum.

Pengertian sosiologi hukum: yaitu teori tentang hubungan antara kaidah-kaidah hukum dengan kenyataan kemasyarakatan

Arah kajiannya: gejala kemasyarakatn Kaidah-kaidah hukum

Dogmatic hukum: ilmu hukum dalam arti sempit Objeknya ilmu hukum

Teori hukum dalam arti sempit: berbicara keberlakuan formal atau normative dari hukum Filsafat hukum: berbicara keberlakuan avaluatif dari hukum

Filsafat hukum adalah meta teori dari teori

Objeknya berada dalam filsafat hukum dan dogmatic hukum

Filsafat hukumadalah induk dari semua disiplin ilmu yuridis sebab filsafat hukum membahas secara mendalam tentang hukum


(2)

- filsafat hukum

- ilmu hukum:- ilmu tentang norma

- ilmu tentang pengertian hukum

- ilmu tentang kenyataan kemasyarakatan: 1. sejarah hukum

2. sosiologi hukum 3. psikologi hukum

4. antropologi hukum 5. perbandingan hukum

Politik hukum adalah: mempelajari dan menyelidiki perubahan-perubahan apakah yang harus diadakan dalam hukum politik agar hukum itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Filsafat hukum adalah: mempelajari hukum lebih mendalam lagi

Sejarah hukum adalah: mempelajari dan menyelidiki hukum ditinjau dari segi sejarahnya, pada hakekatnya terdapat 3 disiplin ilmu hukum sosiologi dalam kerangkanya study hukum yang artinya sering disamakan satu sama lain

Adapun 3 disiplin ilmu hukum sosiologi yaitu:

Socio legal studies: pada prinsipnya menaruh minatnya dalam mempelajari hukum berada pada perspektif ilmu hukum atau ilmu social maupun kombinasi antara keduanya. Dengan demikian studies merupakan bagian terhadap hukum dengan menggunakan pendekatan ilmu hukum dan ilmu social.

Sosiologi hukum: mengkaji kaidah-kaidah positif, dalam fungsinya untuk menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarkat dengan segala keberhasilan dan kegagalannya.

Sociologi logical yurisprudance: alam fikirannya menyatakan hukum yang baik adalah hukum yang yang sesuai dengan hukum yang hidup dimasyarakat.

Psikologi hukum adalah: suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari perhubungan jiwa manusia.

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia.

Perbandingan hukum adalah: mempelajari dan menyelidiki kesamaan-kesamaan dan

perbedaan-perbedaan system hukum dalam berbagai Negara serta mencari apa sebab kesamaan dan perbedaannya.

Antropologi hukum adalah: menyelidiki secara menyeluruh terhadap kehidupan manusia.

Ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan untuk menjelaskan hakekat ilmu hukum Pendekatan dari sudut falsafah ilmu hukum.

Ilmu hukum normative

Perspektif internal ilmu hukum yang mengkaji isi atau materi hukum yang berupa: Larangan: suatu keharusan untuk tidak berbuat karena akibatnya dipandang tidak baik Perintah: suatu keharusan untuk berbuat karena akibatnya dipandang baik

Izin: pembolehan khusus untuk melakukan sesuatu yang secara umum dilarang Pembolehan khusus untuk tidak melakukan sesuatu yang secara umum diharuskan Normalogis

Interprestasi dan sistematis bahan Teori perUUan : - penemuan hukum


(3)

B. ilmu hukum empiris; yaitu ilmu tentang kenyataan hukum dalam masyarakat .

2. pendekatan dari sudut pandang teori hukum

Hukum dibagi atas 3 lapisan utama yaitu Dogmatic hukum

Teori hukum Filsafat hukum.

Ke3 lapisan ilmu hukum tersebut pada akhirnya memberi dukungan pada praktik hukum Praktik hukum meliputi :

Pembentukan hukum Penemuan hukum: Interpretasi hukum Anti anomi

Hukum yang kabur

DHM MENWISSEN: VIER TRADEN OF RACHET. Menurut DHM ada 4 lapisan hukum yaitu:

Recht dogmatic Recht teori Recht

Recht practice

Ilmu hukum dogmatic dan ilmu hukum empiris

Ada beberapa istilah yang digunakan

Recht sweeten schaf. dalam arti sempit: ilmu hukum Dalam arti luas: 3 lapisan ilmu hukum

Dogmatic hukum Teori hukum Filsafat hukum

Recht teorie. Dalam arti sempit: antara dogmatic dan filsafat hukum Dalam arti luas: 3 lapisan ilmu hukum

Dogmatic hukum Teori hukum Filsafat hukum Recht dogmatic Yurisprudance Legal filosofi Legal sience Direecht leear.

Pengertian ilmu hukum dogmatic menurut pandangan tradisional adalah: ilmu hukum in oftimal formal

Pengertian ilmu hukum menurut DHM Men Wisen adalah: memberikan batasan pengertian dogmatic hukum itu sebagai memaparkan, menganalisis dan menginterpretasi hukum yang berlaku dan hukum positif.

Pengertian ilmu hukum menurut M Van Hoeke adalah: cabang ilmu hukum (dalam ari luas) yang memaparkan dan mensistematisasi hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu dari sudut pandang normative.

Tugas dogmatic hukum:


(4)

Menganalisis Mensistematisasi Menginterpretasi

Menilai hukum yang berlaku atau hukum positif.

Sifat dogmatic hukum:

Orang sunggu-sungguh membatasi diri pada satu system hukum tertentu Orang membatasi diri pada satu kaidah hukum tertentu

Orang menutup diri pada system hukum yang lain.

Tujuan dogmatic hukum adalah: untuk memungkinkan penerapan dan pelaksanaan hukum secara bertanggung jawab

Tujuan dogmatic hukumteoritical dan practical.

Ilmu dogmatic hukum memiliki dimensi politik yang berarti antara lain:aspek normative dan aspek factual dari ilmu hukum berjalan saling menyilang.

Proses politiknya mengarah pada Pembentukan hukum atau recht formil Penemuan hukum atau recht vinding : penafsiran hukum

memenuhi kekosongan didalam per UUan konstruksi hukum: analogipersamaannya

penghalusan hukum

argumentasi a contrarioperbedaannya.

Konstruksi hukum secara analogi adalah membuat suatu pengertian hukum yang baru dengan mempergunakan Kata-kata yang sesingkat-singkatnya tetapi mencakup pengertian yang lebih luas.

Skema dogmatic hukum Objeknya Hukum positif nasional Tujuannya teoritical dan practical Perspektifnya internal

Objeknya Hukum positif nasional

Tujuannya Teoritical dan practical

Perspektifnya Internal

Teori kebenaran Teori kebenaran pragmatis

Proposisi Informative, normative dan evaluatif

Menurut Scholten ilmu hukum itu tidak hanya mengenal suatu dimensi memaparkan atau deskriptif tetpi juga suatu dimensi mengkaidahi atau preskreptif atau bersifat normative.

Ciri-ciri ilmu hukum dogmatic sebagi berikut:

memiliki sifat empiris analisis, itu berarti bahwa ia memberikan suatu pemaparan dan analisis tentang isi dan struktur dari hukum yang berlaku.

Ilmu hukum dogmatic mensistematisasi gejala-gejala hukum yang dipaparkan dan dianalisis Ilmu hukum dogmatic menginterpretasi hukum yang berlaku

Relative bersifat normative.


(5)

Empiris Kontemplatif

Objeknya: segala umum hukum positif Kegiatan yuridis

Dogmatic hukum Pembentukan hukum Penemuan hukum Tujuannya: teoritical

Perspektif: external Internal

Teori kebenaran: teori kebenaran korespondensi

Teori kebenaran pragmatis

Proposisi: informative/empiris Informative: normative dan evaluatif Hubungan dogmatic hukum dan teori hukum

Dogmatic hukum dan teori hukum tidak saling tumpah tindih melainkan satu sama lain memiliki telaah sendiri-sendiri.

Dogmatic hukum: mempelajari aturan-aturan hukum dari sudut pandang technical Teori huku: merupakan refleksi dari technical itu.

Dogmatic hukum: berbicara tentang hukum

Teori hukum: berbicara tentang para ilmuan hukum berbicara tentang hukum

Dogmatic hukum: mencoba lewat tehnik-tehnik interpretasi tertentu dalam menafsirkan UU Teori hukum: tidak terarah pada penyelesaian masalah-masalah hukum yang konkrit

Ilmu hukum empiris

Menurut Hars Albert: memandang hukum sebagai suatu fakta social yaitu gejala-gejala kemasyarakatan.

Ilmu hukum empiris dipandang sebagai suatu data empiris yaitu dipaparkan dan dijelaskan. Menurut DHM Men Wisseyn cirri-ciri ilmu hukum empiris sebagai berikut:

Ilmu hukum empiris secara tegas membedakan antara fakta dan norma Gejalanya harus empiris yaitu fakta social

Metodenya adalah metode empiris Bebas nilai

Skema

Bruggink menggambarkan perbedaan antara ilmu hukum empiris dan ilmu hukum normative

Empiris Normative

Hubungan hukum Subjek-objek Subjek-subjek

Sikap ilmuan penonton Partisifan

perspektif External Internal

Teori kebenaran Teori kebenaran

korespondensi Teori kebenaran pragmatis

proposisi informatif Informative, normative dan

evaluatif metode Hanya yang dapat dilihat oleh

panca indera


(6)

moral Kognitif Non kognitif Hubungan antara hukum dan

moral

Pemisahan tegas Tidak

ilmunya Sosiologi hukum

Sejarah hukum Antropologi hukum Psikilogi hukum Perbandingan hukum

Dogmatic hukum Teori hukum Filsafat hukum

Teori kebenaran ada 3

Teori kebenaran korespondensi

Yaitu: isi teori benar jika terjadi kesesuaian antara putusan/proposisi dengan dunia kenyataan Teori kebenaran koherensi

Yaitu: isi teori benar jika putusan atau proposisi diturunkan dengan cara tepat Teori kebenaran pragmatis

Yaitu: isi teori benar jika putusan atau proposisi memenuhi fungsinya

FILSAFAT HUKUM

Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan Filsafat: mencari kebenaran yang radikal. Pengetahuan yaitu segala yang diketahui Pengetahuan ada 2:

Dari Tuhan (wahyu) Dari manusia

Pengetahuan sains itu berfikir secara logika

Pengetahuan sains adalah pengetahuan rasional yang didukung oleh bukti yang nyata atau empiris.

Filsafat hukum hanya rasional tidak empiris

Menurut immanual Rasional: pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan hukum alam Rasional: kebenarn akal yang didukung oleh hukum alam . kebenarn rasional lebih dari yang ditunjukkan.

Logis supra rasional adalah: pemikiran akal hanya mengandalkan argument, tidak didukng oleh hukum alam. Bila argument yang masuk akal ia benar sekalipun melawan hukum alam. Dengan kata lain,


(7)

Istilah filsafat sama dengan legal filosofi of law atau recht filosofi.

Menurut Prof Kusuma Atmaja: adanya istilah legal filosofi tidak sama dengan filsafat hukum.

Istilah filsafat ditinjau dari 2 segi yaitu:

Etimologi

Pengertian filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu menurut asal katanya philosophia ada 2 kata yaitu philo yang berarti cinta dan Phia yang berarti kebijaksanaan atau kebenaran jadi

philosophia yaitu cinta kebenaran. Praktis

Filsafat berarti alam fikiran atu alam berfikir. Berfilsafat adalah berfikir secara radikal atau berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh sampai keakar-akarnya tentang hakekat segala sesuatu sampai menyentuh akar persoalan atau esensinya.

Pengertian filsafat menurut poeja wiyatna yaitu: ia mengatakan bahwa filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya segala sesuatu berdasarkan alam fikiran.

Menurut Hasbullah Bakri: bahwa filsafat adalah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu secara mendalam mengenai tuhan alam semesta, manusia, sehingg. Dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM MENURUT:

Muhadi: filsafat hukum adalah filsafat tentang hukum yaitu filsafat tentang sesuatu dibidang hukum secara mendalam sampai keakar-akarnya secara sistematis.

Gustaf Rudbruch: filsafat hukum adalah cabang filsafat yang mempelajari ilmu hukum yang benar.

Van Apeldorn: filsafat hukum adalah menghendaki jawaban atas pertanyaan apakah hukum itu? Yang menghendaki berfikir secara masak-masak tentang tanggapan kita dan bertanya pada diri sendiri apa yang dianggap hukum.

Ciri-ciri berfikir secara filsafat

Metode Sistematis Koherensi Radika Universal

Ruang lingkup filsafat hukum

Mengapa orang menaati hukum?

Dalam tugas sehari-hari dari filsafat hukum mengahdapi permasalahan yang menyangkut keadilan social dalam masyarakat, seperti antara lain:

Apa sebab Orang menaati hukum Apa sebab Negara menghukum orang Masalah kontrak/ perjanjian

Masalah hak milik

Untuk menjawab pertanyaan ini apa sebab orang menaati hukumdalam kenyataan hukum, hukum mendaapat penrimaan masyarakat dengan alasan yang berlainan.

Takut akan sanksi

Orang yang menaati hukum didukung beberapa teori Teori kedaulatan Tuhan


(8)

Syarat subyektif tidak terpenuhi  batal demi hukum, bila orang tua tidak setuju maka perjanjian dibatalkan. Objek tidak jelas maka perjanjian batak demi hukum

Kebebasan berkontrak 1338 - semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagI mereka yang melakukannya. Sahnya perjanjian sesuai pada 1320, kebebasan berkontrak: kebebasan :

Obyek Dengan siapa Sampai kapan Litijasi anoalitijasi

Prestasi: melakuakn kewajiban Wanprestasi:

tidak melaksanakan kewajiban

melaksanakan sebagai kewajiban tetapi tidak sesuai perjanjian kewajiban tertunda

wanprestasi harus ada waktu yang terlewati

perjanjian: tidak berbuat sesuatu apabila berbuat berarti wan prestasi ex: kredit motor tidak boleh dialihkan

esensial( harus ada subyek, obyek, sepakat) dapat bersifat langsung dan tidak langsung

teori kedaulatan Tuhan yang bersifat langsung, teori ini menerapkan perlunya hukum yang dibuat oleh raja-raja yang menjelmakan dirinya sebagai tuhan didunia dan harus ditaati oleh setiap penduduknya

teori kedaulatan tuhan yang tidak langsung. Yang menganggap raja-raja bukan sebagai tuhan melainkan sebagai wakil tuhan.

Teori perjanjian

Berpendapat bahwa orang menaati dan tunduk pada hukum oleh karena berjanji untuk menaatinya.

Teori kedaulatan Negara

Pada intinya teori ini berpendapat bahwa ditaatinya hukum itu karena Negara menghendakinya Teori kedaulatan hukum

Menurut teori ini hukum mengikat bukan Negara menghendakinya melainkan karena merupakan perumusan dari kesadaran masyarakat

Catatan: sepakat.

Kehendak bebas yang dilaksanakan oleh dua belah pihak. Pihak tanpa ada paksaan, penipuan dan tekanan.

Syarat: subyektif

Syarat: cakap menurut hukum semua dinggap cakap melakukan perjanjian, dianggap cakap melakukan perbuatan Hukum jika sudah dewasa menurut UU 21

Syarat: suatu sebab tertentu ( harus nyata/ tidak boleh teliti), objek yang diperjanjikan jelas Syarat: sebab yang halal (tidak dilarang UU)

Catatan: subyek 1 dan 2 Objek 3 dan 4

Asas Hukum dan Sistem Hukum

Asas hukum tidak dapat dipisahkan dari system Hukum oleh karena asas hukum sangat berperan dalam menerapkan hukum positif.


(9)

Pengertian asas hukum

Pengertian secara umum, Asas: Alas, pedoman, atau dasar

Suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar/ tumpuan berfikir/ berpendapat . Pengertian asas menurut C.W paton:

Asas yaitu suatu alam berfikir yang dirumuskan secara luas dan mendasari adanya suatu norma hukum.

Pengertian asas hukum menurut Eikema Homme yaitu: dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.

Asas hukum dapat diartikan sebagai suatu yang melahirkan aturan-aturan hukum atau peraturan-peraturan hukum sesuai dengan rasiologis/ sesuai dengan cita-cita, jiwa/ tujuan dari aturan hukum itu.

Dengan demikian hukum itu lebih abstrak daripada peraturan hukum.

Asas hukum bukan peraturan namun tidak ada peraturan hukum yang dapat difahami tanpa ada asas didalamnya

Asas hukum merupakan jantungnya peraturan hukum.

Menurut Peton: asas hukum tidak akan pernah habis kekuatannya hanya karena telah melahirkan suatu aturan hukum. Asas hukum tetap saja ada dan terus mampu melahirkan aturan hukum secara berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jadi asas hukum

melahirkan kaidah/ norma hukum atau kaidah hukum melahirkan aturan hukum. Asas hukumkaidah normaaturan hukum

Pentingnya asas hukum, yaitu penting:

Bagi pembuat UU, sebagai asas hukum memberikan garis-garis besar dalam pembentukan hukum positif

Bagi Hakim, karena memberikan bahan yang berguna dalam penafsiran UU

Bagi ilmu hukum, karena asas hukum merupakan hasil peningkatan berbagai peraturan-peraturan hukum dari tingkatan yang rendah.

Unsur dan fungsi asas hukum terhadap system hukum Unsu asas ada 6 yaitu:

Merupakan fikiran-fikiran dasar yang terdapat didalam dan dibelakang system hukum Dirumuskan didalam peraturan perUUan dan keputusan hakim

Berkenaan dengan kebutuhan dan keputusan individual

Mengungkapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan untuk mewujudkannya melalui hukum positif

Bersifat abstrak, abstrak dikonkritkan didalam peraturan hukum Mengandung nilai dan tuntutan etis

Asas hukum ada 2

Asas hukum umum/ asas hukum universal Asas khusus

Asas hukum umum: yang terdapat dalam berbagai bidang ilmu hukum/ lapangan hukum Ex: ada asas yang menyatakan Lex Posteriori. Artinya apabila terjadi pertentangan antara peraturan lama dengan yang baru maka yang digunakan peraturan yang baru. Ex: pemerkosaan dibawa umur (UU perlindungan anak)

Asas hukum khusus: yaitu asas hukum yang berlaku terhadap lapangan-lapangan hukum tertentu. Ex: lapangan Internasional, asas tacta Sunt Se Vand


(10)

Asas kepribadian: yaitu asas manusia yang menginginkan adanya kebebasan individu sebagai subyek hukum penyandang hak dan kewajiban

Asas persekutuan: yaitu menghendaki keutuhan masyarakat persatuan dan kesatuan

Asas persamaan: yaitu manusia menginginkan keadailan yang didepan hukum (equality before the law)

Asas kewibawaan: yaitu memperkirakaan adanya ketidak samaan Asas pemisahan: yaitu yang baik dan yang buruk

Asas objektifitas hakim: yaitu tidak ada hakim yang mengadili perkaranya sendiri

Asas Unus testis nulus testis: 1 saksi bukan saksi (sudah kehilangan keberlakuan), aturan hukum berubah karena mengikuti perkembangan masyarakat.

Asas hukum itu abstrak tidak tertulis: ex: indobio Proreo. Artinya semua orang tau berlakunya hukum.

Asas hukum yang tertulis: ex: presumption of innen cense artinya asas praduga tak bersalah.s

Fungsi asas hukum didalam system hukum

Menjaga konsistensi atau taat asas

Ex: yang berhak mengajukan banding adalah puhak yang berperkara Mengatasi konflik

Ex: apabila terjadi pertentangan umum dan khusus maka yang didahulukan yang khusus Ex: apabila terjadi pertentangan antara peraturan yang tinggi dengan yang rendah maka yang didahulukan adalah peratutan yang tinggi.

Recht udicate proveri tate Hebitur” apa yang diputuskan oleh hukum sudah diangap benar kecuali dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi.

Sebagai alat rekayasa (dalam positif) “social Eiginering”

Ex: dalam perkara perdata orang tidak wajib didampingi kuasa hukum Asas Hukum Yang Melahirkan Peraturan Hukum

Asas audi et alterm partem” dengarkan pihak lain” yang dilahirkan adalah equality before the law

Asas ius curia novit” hakim tau akan hukumnya”: melahirkan dua peraturan hukum

Pasal 10 No 1 UU No 48 tahun 2009: sebagai hakim tidak boleh menolak perkara dengan alasan apapun

Pasal 5 ayat 1 UU No 48 tahun 2009: hukum dan hukum konstitusi wajib menggali aturan-aturan hukum yang hidup dimasyarakat.

Perbedaan asas hukum dengan kaidah perilaku Jenis kaidah hukum:”

Kaidah hukum sebagai kaidah perilaku Kaidah hukum sebagai meta kaidah Kaidah mandiri dan yang tidak mandiri

Berkenaan dengan kaidah perilaku ada pendapat” stig strom Holm” yaitu mengadakan perbedaan antara kaidah primer yang memuat perintah perilaku dan kaidah sekunder yang menetapkan sanksi apa yang harus dikenakan jika perintah perilaku dalam kaidah primer dilarang.


(11)

Menurut Bruggink yaitu kaidah perilaku atau aturan hukum adalah kaidah yang ditujukan pada perbuatan warga suatu masyarakat hukum tertentu seringkali kaidah perilaku dipositifkan artinya ditetapkan oleh orang yang berwenang.

Perbedaan antara asas hukum dan kaidah perilaku.

Asas hukum bersifat umum. Umum dimaksudkan bahwa asas hukum memiliki wilayah penerapan lebih luas ketimbang kaidah perilaku.

Kaidah perilaku bersifat khusus Dikemukakan oleh Paul Scholten

Membuat perbedaan yang prisnsipil antara asas hukum dan aturan hukum yaitu asas hukum dalam penemuan hukum memiliki daya kerja secara tidak langsung

Sedangkan aturan hukum memiliki isi yang jauh lebih konkrit sehingga diterapkan secara langsung

Menurut pendapat Paul Scholten

Asas hukum: tidak dapat kehilangan keberlakuannya

Aturan hukum: bertumpu pada kewibawaan pembentuk UU atau hakim sedangkan pada asas hukum tidak demikian

Menurut Bruggink

Tidak sependapat dengan Paul Scholten yang menyatakan bahwa:

Asas hukum: dapat kehilanyan keberlakuannya jadi antara kaidah hukum dengan asas hukum keduanya dapat kehilanyan keberlakuannya.

Ciri-ciri Hukum Perintah

Larangan Izin Dispensasi Sifat hukum

Bersifat continus/ berkesinambungan Mengatasi konflik

Bersifat lengkap

Unsure system hukum oleh Lawrence H. freedman Substansi hukum: kaidah yang tertulis dan tidak tertulis Struktur hukum: penegak hukum dan sebagainya

Cultur hukum: pola fikir tentang pandangan penegak hukum ………

Aliran hukum alam Positivisme ilmu hukum Utilitirinisme/ Utilisme Mazhab sejarah

Sosiologikal yurisprudens dari masyarakat ke hukum Realism hukum

Aliran hukum bebas Aliran Hukum Alam


(12)

Menurut sumbernya aliran hukum alam dapat dibedakan atas 2 macam yaitu rasional dan irasional:

Aliran hukum yang irasional. Pendukungnya antara lain THOMAS AQUINO. Aliran hukum alam irasional berpendapat bahwa hukum yang berlaku univrersal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung, menurut Aquine mengakui bahwa disamping kebenaran wahyu juga terdapat kebenaran akal menurutnya ada pengetahuan yang tidak dapat ditembus oleh akal dan untuk itulah diperlukan iman. Ada 2 pengetahuan yang berjalan bersama-sama yaitu:

Pengetahuan alamiah yang berpangkal pada akal Pengetahuan iman yang berpangkal pada wahyu ilahi.

Mengenai pengembangan hukum menurut L. Friddmen menggambarkan pemikiran Aquino dengan menyatakan bahwa ada 4 macam hukum:

Lex Eiterna: bahwa hukum abadi yang menguasai dunia. Hukum itu bersumber dari wahyu tuhan dan menjadi dasar bagi semua hukum yang ada.

Lex Difina: hukum ratio tuhan yang ditangkap oleh panca indera manusia atas dasar wahyu yang diterimanya.

Lex Naturalis: merupaakn hukum alam yaitu perwujudan lex eiterna pada ratio manusia. Lex Positifis: yaitu penerapan lex Naturalis dalam kehidupan manusia didunia.

Aliran hukum alam rasional berpendapat: sumber dari hukum alam Universal dan abadi itu adalah ratio manusia. Pandangan ini muncul pada era ketika ratio manusia dipandang terlepas dari tertib ketuhanan . aliran ini berpendapat bahwa hukum alam tersebut muncul dari fikiran manusia sendiri tentang apa yang baik dan buruk yang penilaiannya diserahkan pada moral alam. Menurut aliran alam rational, sumber dari hukum universal dan abadi itu dari ratio manusia karena karakteristik yang membedakan manusia dengan yang lain. Hukum alam menurutnya adalah hukum yang muncul sesuai dengan kodrat manusia. Hukum alam itu diperoleh manusia dari akalnya tetapi tuhanlah yang memberikan kekuatan yang mengikatnya.

Positivisme Hukum

Ini memandang perlunya pemisahan secara tegas antara hukum dan moral, antra hukum yang berlaku. Menurut kacamata positifisme tiada hukum lain kecuali perintah penguasa, bahwa dengan aliran positifisme dikenal dengan nama logisme berpendapat lebih tegas bahwa hukum itu identik dengan undang. Menurutnya satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang, karena undang-undanglah sudah dianggap lengkap dan jelas dalam mengatur semua peraturan hukum. Menurut aliran positive dibedakan dalam 2 corak:

Aliran hukum positive analitis

Menurut aliran hukum positive analitis: yang dipandang sebagai suatu system yang tetap logis dan tertutup, hukum adalah perintah penguasa yang dapat saja bijaksana dan adil atau

sebaliknya. Hal ini dapat dibedakan dalam 2 jenis: Hukum dari tuhan untuk manusia

Hukum yang dibuat oleh manusia, ada 2 yaitu: Hukum yang sebenarnya

Hukum yang tidak sebenarnya Aliran hukum murni

Menurut aliran hukum murni: hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang non yuridis seperti sosiologis, historys dan sebagainya. Pemikiran itulah dikenal dengan teori hukum murni. Hal ini dipelopori oleh Hans Colsen yang ingin menerima hukum apa adanya yaitu berupa peraturan-peraturan yang dibuat dan diakui oleh Negara.


(13)

ALIRAN HUKUM DAN KAIDAH HUKUM

- Pengertian kaidah

- Fungsi kaidah

- Jenis-jenis kaidah

- Proses lahirnya kaidah hukum Asas: wajib secara moral ditaati

Hukum yang bai namanya bersumber dari asas Kaidah dapat digambarkan oleh tingkah laku Hukum : perintah dan larangan, hak dan kewajiban Kaidah isinya hukum

Catatan: tidak ada hukum tanpa norma Norma itu melekat pada UU Perbedaan asas dan norma:

Asas: itu abstrak mengikat, tumbuh berkembang, ditaati ……..: filosofi dari aturan perUUan

Tugasnya: menyelesaikan konflik yang terjadi

Pengertian kaidah: dapat digambarkan sebagai aturan tingkah laku seharusnya dilakukan oleh manusia dalam keadaan tertentu.

Kalangan yuris

Terdapat pandangan yang tersebar luas bahwa protipe dari kaidah hukum adalah perintah (HET BEVEL)

Dalam hal ini ia tidak berkenaan dengan suatu perintah yang ditujukan kepada orang tertentu. Tetapi berkenaan dengan perintah dengan jangkauan umum (bersifat umum) UU Artinya: suatu perintah berlaku bagi semua kejadian yang tercakup dalam kaidah tersebut. Norma: lahir dari asas yang baru.

Jenis kaidah GUSTAV BADBRUCH

1. Kaidah alam, kaidah yang menyatakan tentang apa yang pasti akan terjadi Ex: semua manusia pasti akan meninggal

2. Kaidah kesusilaan, kaidah yang menyatakan tentang sesuatu yang belum pasti terjadi.

Ex: manusia tidak seharusnya tidak membunuh, berarti ada 2 kemungkinan yaitu manusia bias membunuh tetapi bias juga tidak.

………. 1. Kepastian 2. Kemanfaatan 3. Keadilan

Jenis-jenis kaidah PROF. DR. SUDIKNO MERTOKUSUMO

1. Kaidah agama/ kepercayaan 2. Kaidah kesusilaan

3. Kaidah kesopanan 4. Kaidah hukum


(14)

Yang meliputi:

 Aturan hukum tertulis

 Aturan hukumtidak tertulis

Kaidah agama/ kepercayaan

Yaitu aliran tingkah laku yang diyakini oleh penganutnya berasal dari tuhan.

Ex: pemeluk agama Islam meyakini bahwa kaidah agama Islam bersumber dari ALLAH SWT.

 Proses pembentukan  Tuhan  Pelaksanaannya sukarela  Sanksinya dosa

 Daya kerjanya membebani kewajiban  Isinya sikap batin

Tiar Ramon, SH. MH

Advokat – Pengacara – Konsultan

Hukum dan Dosen

 Beranda

Archive for the ‘Pengantar Ilmu Hukum’ Category 11 Mei

PENGANTAR ILMU HUKUM

Posted by tiarramon in Pengantar Ilmu Hukum. 4 komentar BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Ilmu Hukum dan Pengantar Ilmu Hukum 1. Pengertian Ilmu hukum

Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang untuk mengatakan bahwa “batas-batasnya tidak bisa ditentukan” (Curzon, 1979 : v).

Selanjutnya menurut J.B. Daliyo Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang objeknya hukum. Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian, sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan hukum di dalam masyarakat. Ilmu hukum sebagai ilmu


(15)

yang mempunyai objek hukum menelaah hukum sebagai suatu gejala atau fenomena kehidupan manusia dimanapun didunia ini dari masa kapanpun. Seorang yang berkeinginan mengetahui hukum secara mendalam sangat perlu mempelajari hukum itu dari lahir, tumbuh dan

berkembangnya dari masa ke masa sehingga sejarah hukum besar perannya dalam hal tersebut. 2. Pengertian Pengantar ilmu hukum

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.

B. Tujuan dan Kegunaan Pengantar Ilmu Hukum

Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan tentang keadaan, inti dan maksud tujuan dari bagian-bagian penting dari hukum, serta pertalian antara berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum. Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.

C. Kedudukan dan Fungsi Pengantar Ilmu Hukum

Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum. Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk denagan penuh kesungguhan mempelajari hukum.

D. Ilmu Bantu Pengantar Ilmu Hukum

• Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan perkembangan suatu sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh perbedaan waktu

• Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)

• Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick). • Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan sistem hukum antara negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu dengan bangsa yang lain

• Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).

E. Metode Pendekatan Mempelajari Hukum

1. Metode Idealis ; bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu dalam masyarakat


(16)

2. Metode Normatif Analitis ; metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode ini melihat hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang berkaitan dengan peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-peraturan hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat

berupa perbuatan-perbuatan atau tulisan. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.

3. Metode Sosiologis; metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat untuk mengatur masyarakat.

4. Metode Historis ; metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.

5. Metode sistematis; metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem 6. Metode Komparatif; metode yang mempelajari hukum dengan

membandingkan tata hukum dalam berbagai sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.

BAB II

MANUSIA, MASYARAKAT DAN KAIDAH SOSIAL A. Hubungan antara manusia, masyarakat dan kaidah sosial • Manusia sebagai makhluk monodualistik :

Artinya adalah manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan) mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan meninggal dunia di dalam masyarakat. • Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial.

• Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya kepentingan, dimana kepentingan tsb satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran hukum mengatur kepetingan2 tersebut agar kepentingan masing-masing terlindungi, sehingga masing-masing-masing-masing mengetahui hak dan kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan hidup aman, tentram, damai, adil dan makmur.

• Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius). Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan, adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat.

Bagaimana corak dan warna hukum yang dikehendaki untuk mengatur seluk beluk kehidupan masyarakat yang bersangkutanlah yang menentukan sendiri.

Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya tata hukum itu artinya artinya tunduk pada tata hukum hukum itu disebut masyrakat hukum.


(17)

Mengapa masyarakat mentaati hukum karena bermacam-macam sebab (Menurut Utrecht) : • Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai hukum. Mereka benar-benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut

• Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia menganggap peraturan hukum secara rasional (rationeele aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat adanya sanksi hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.

B. Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial) 1. Definisi masyarakat :

• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.

• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.

Unsur masyarakat :

– manusia yang hidup bersama

– berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama – merupakan satu kesatuan

– merupakan suatu sistem hidup bersama.

Dalam masyarakat terdapat pelbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan itu beraneka ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi

kepentingan bersama mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu. Adapun yang memimpin kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat ialah peraturan hidup.

Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan tentram dan damai tanpa gangguan, maka tidap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung). Tata itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup,

sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban.

Tata tersebut sering disebut kaidah atau norma. 2. Kaidah/norma Sosial :

Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang diharapkan.

Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin Kaidah/Norma berisi :

Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh karena akibat2nya dipandang baik.

Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.


(18)

harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.

Kaidah sosial dibedakan menjadi :

1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :

a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan, misalnya :

– Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).

– Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian Lama : Hukum yang ke V).

b.Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga, misalnya :

– Hendaklah engkau berlaku jujur.

– Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.

Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan hidup seperti yang terdapat dalam norma agama misalnya :

– Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat – Jangan engkau membunuh sesamamu

2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut menjadi :

a.Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia, misalnya : – Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua

– Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat.

– Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll (terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi)

b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang punya”.

Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah sosial lainnya :

1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari berbagai segi sbb :

• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.

• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap batin


(19)

manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai dengan aturan sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia pribadi itu baik.

• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom). • Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng pada yang bersangkutan.

• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif) sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif). 2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan

– Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan kewajiban saja.

– Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.

3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan

– Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berasal dari pribadi manusia

– Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia, kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap batin manusia

– Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban, kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia agar tidak menjadi manusia jahat. Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :

– Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan – Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah

– Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat – Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat

– Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)

Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?

Hal ini karena :

– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam pergaulan hidup yang memerlukan perlindungan karena belum mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.

– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum cukup kuat.

BAB III

PENGERTIAN, UNSUR DAN SIFAT-SIFAT HUKUM A. Aneka arti hukum

1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa


(20)

badan-badan yang berwenang 2. Hukum dalam arti para petugas

Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan warga

masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang2 yang bertugas menegakkan hukum.

3. Hukum dalam arti sikap tindak

Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh seorang mahasiswa “A” numpang sewa kamar kepada keluarga “Z”, ia tiap bulan bayar uang yg menjadi kewajibannya kepada “Z” sedangkan “Z” menerima haknya, disamping melakukan kewajibannya menyediakan segala sesuatu yang diperlukan “A”. Tiap pagi “A” ke kampus naik becak, tawar menawar, ia naik sampai ke tempat tujuan tanpa pikir ia membayarnya. Lama kelamaan “A” mengenal tukang becak dengan baik, maka untuk kuliah begitu melihat tukang becak segera naik tanpa pikir-pikir ia bayar, malahan kadang2 ia hanya berkata bayarnya nanti saja sekalian seminggu. Ini dilihat dari “A” dan masyarakat sekelilingnya dan apabila pengalaman2 semacam ini digabungkan maka hubungan menjadi luas dan rumit, namun tetap terwujud keteraturan karena bekerjanya hukum yang mewarnai sikap tindak atau perilaku masing2 individu dalam masyarakat secara biasa. Disini hukum bekerja mengatur sikap tindak warga masyarakat sedemikian rupa sehingga hukum terlihat sebagai sikap tindak yang tanpak di dalam pergaulan sehari2, ia merupakan suatu kebiasaan (Hukum kebiasaan).

4. Hukum dalam arti sistem kaidah adalah :

a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis

b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :

– Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan – Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan

– Kaidah-kaidah konstitusi

c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.

5. Hukum dalam arti jalinan nilai

Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.

6. Hukum dalam arti tata hukum

Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di Indonesia). Hukum positif tsb


(21)

misalnya hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata, dagang, dll)

7. Hukum dalam ilmu hukum

Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.

• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma • Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya. 8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial

Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka).

Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.

Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih nilai2 dan menerapkan nilai2 tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.

Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga mencakup penyesuaian nilai2, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.

Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas adalah : 1. Masyarakat hukum

2. Subyek hukum 3. Objek hukum

4. Hubungan hukum (peristiwa hukum) 5. Hak dan kewajiban

Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah 1. Perumusan norma/kaidah hukum

2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret 3. Isi dan sifat kaidah hukum

4. Esensialia kaidah hukum

5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum

6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum 7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum

8. Berlakunya kaidah hukum

Ilmu tentang kenyataan (taatsashenwissenschaft) hukum yang dibahasa adalah : 1. Sejarah hukum

2. Sosiologi hukum 3. Psikologi

4. Perbandingan hukum 5. Antropologi hukum

Nilai2 dasar hukum (Radbruch) : 1. Keadilan


(22)

2. Kemamfaatan/kegunaan 3. Kepastian hukum

B. Berbagai Definisi Hukum :

Begitu banyak definisi hukum dikemukakan oleh ilmuan hukum yang tentu saja sangat berguna dalam hal berikut :

1. Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin mempelajari hukum, khususnya bagi kalangan pemula.

2. Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam teori hukum, ilmu hukum, filsafat hukum dan sebagainya.

Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan tegas. Sehingga sampai sekarang ini tidaka da kesepakatan bersama tentang definisi hukum. Namun Arnold juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang substansial dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan sesuatu yang rasional dan

dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para juris terhadap eksistensi hukum.

Sebagai pegangan bagi mahasiswa atau bagi orang yang baru belajar hukum, perlu ada definisi hukum sebagai pegangan dalam mencoba mengetahui dan memahami hukum baik secara praktis maupun secara formil

Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan aliran atau paham yang dianutnya :

1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.

2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.

3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.

4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu otoritas pengendalian.

5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan

mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.


(23)

6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh pengadilan.

7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan

kembali dalam pranata hukum.

8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatuotoritas pengendalian.

9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.

10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam

masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.

11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas tertinggi. Kelemahan pandangan John Austin sebagai berikut :

1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan oleh negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.

2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum

3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam kenyataannya dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.

12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul 13. Scholten, hukum adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak layak untuk dilakukan yang bersifat perintah.

14. van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living law (hukum yang hidup didalam masyarakat).

16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.


(24)

17. Holmes (HakimAmerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan oleh pengadilan.

18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh negara di dalam pengadilan.

19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :

1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan : - hubungan antara manusia denagan individu lainnya

- tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.

2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis dan realis.

20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu persengketaan adalah hukum itu sendiri.

21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi.

23. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu

24. M.H. Tirtaatmidjaja, SH

Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian —- jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.

25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.

26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat.


(25)

27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

C. Isi kaidah hukum :

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :

1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.

2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi secara sah dsb.

3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.

Unsur-unsur kaidah hukum :

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana hukum Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

c. Peraturan itu bersifat memaksa

d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas BAB IV

TUJUAN, FUNGSI DAN SUMBER-SUMBER HUKUM

A. Tujuan hukum menurut teori

1. Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”. Selanjutnya

Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :

1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.


(26)

2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap orang memperoleh bagian yg sama.

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau kebahagiaan

sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus teori ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to the morals and legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang. Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan Betham ini sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang berfaedah itu belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser nilai keadilan kesamping, dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu, hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuran

Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan kepastian hak dan kewajiban.

Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)

Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat kelimpahan, yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban. B. Tujuan hukum menurut pendapat ahli :

1. Purnadi dan Soejono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi

2. van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian. Perdamain diantara manusia dipertahankan oleh hukum


(27)

dengan melindungi kepentingan-kepentingan hukum manusia tertentu, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda terhadap pihak yg merugikan.

3. R. Soebekti, tujuan hukum adalah bahwa hukum itu mengabdi kepada tujuan negara yaitu mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya. Hukum melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”.

4.Aristoteles, hukum mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang ia berhak menerimanya. Anggapan ini berdasarkan etika dan berpendapat bahwa hukum bertugas hanya membuat adanya keadilan saja.

5. SM. Amin, SH tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

6.Soejono Dirdjosisworo, tujuan hukum adalah melindungi individu dalam hubngannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diiharapkan terwujudnya keadaan aman, tertib dan adil

7. Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering), Intinya adalah hukum disini sebagai sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, baik secara pribadi maupun dalam hidup masyarakat.

8.Bellefroid, tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua anggota2 suatu masyarakat.

9.Van Kant, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap2 manusia supaya kepentingan itu tidak dapat diganggu

10.Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.

Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya : – mewujudkan ketertiban dan keteraturan

– mewujudkan kedamaian sejati

– mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat – mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Kesimpulan Tujuan Hukum :

1. Tujuan hukum itu sebenarnya menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damani sejahtera setiap manusia.

2. Dengan demikian jelas bahwa yang dikehendaki oleh hukum adalah agar kepentingan setiap orang baik secara individual maupun kelompok tidak diganggu oleh orang atau kelompok lain yang selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan kelompoknya.

3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta kebenaran dan keadilan

C. Fungsi Hukum

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam


(28)

hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.

2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.

3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia mempunyai daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.

4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat pemerintah, para

penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan. 5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.

D. Sumber-sumber hukum :

1.Pengertian sumber hukum

Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai kekuatan mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar

mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.

Yang dimaksud dengan segala apa saja (sesuatu) yakni faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber kekuatan berlakunya hukum secara formal, darimana hukum itu dapat ditemukan. dsb.

Kansil , SH sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang

mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

Meskipun pengertian sumber hukum dipahami secara beragam, sejalan dengan pendekatan yang digunakan dan sesuaio dengan latar belakang dan pendidikannya, secara umum dapat disebutkan bahwa sumber hukum dipakai orang dalam dua arti. Arti yang pertama untuk menjawab

pertanyaan “mengapa hukum itu mengikat ?” Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan “apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau dipatuhi manusia”. Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumbe hukum dalam arti materiil. Kata sumber juga dipakai dalam arti lain, yaitu menjawab pertanyaan “dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber hukum dalam arti formal”. Secara sederhana, sumbe rhukum adalah segala ssuatu yangd apat menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukakannya aturan-aturan hukum.

2. Macam-macam sumber hukum

Sebagaimana diuraikan diatas ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil dan formil.

a. Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan


(29)

hukum.

Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan.

Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll

Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :

1) sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini dibagi menjadi :

a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.

2) sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.

3) sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi lebih lanjut menjadi dua :

a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana. Ada tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu : – pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

– pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia – pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran hukum. b). Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum

b. Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum. Apa beda antara undang-undang dengan peraturan perundang-undangan ? Undang-undang dibuat oleh DPR persetujuan presiden, sedangkan peraturan perundang-undangan dibuat berdasarkan wewenang masing-masing pembuatnya, seperti PP, dll atau

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 tahun 2004)

Macam-macam sumber hukum formal :

A. Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

 Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU

karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama dengan parlemen)


(30)

 Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya

mengikat setiap penduduk.

Menurut UU No. 10 tahun 2004 yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal 1 angka 3)

Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN = staatsblad) dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar setiap orang dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius ignorare consetur= in dubio proreo, latin). Konsekuensinya adalah ketika seseorang melanggar ketentuan hukum tidak boleh beralasan bahwa ketentuan hukum itu tidak diketahuinya. Artinya apabila suatu ketentuan perundang-undangan itu sudah diberlakukan (diundangkan) maka dianggap (difiksikan) bahwa semua orang telah mengetahuinya dan untuk itu harus ditaati.

Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :

a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi .

c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang lebih tinggi. d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg dulu berlaku. Lembaran negara (LN) dan berita negara :

LN adalah suatu lembaran (kertas) tempat mengundangkan (mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm tambahan LN, yg mempunyai nomor urut. LN diterbitkan oleh Menteri sekretaris negara, yg disebut dgn tahun penerbitannya dan nomor berurut, misalnya L.N tahun 1962 No. 1 (L.N.1962/1)

Berita negara adalah suatu penerbitan resmi sekretariat negara yg memuat hal-hal yang

berhubungan dengan peraturan-peraturan negara dan pemerintah dan memuat surat-surat yang dianggap perlu seperti : Akta pendirian PT, nama orang-orang yang dinaturalisasi menjadi WNI, dll,

Catatan : Jika berkaitan dengan peraturan daerah diatur dalam lembaran daerah

Kekuatan berlakunya undang-undang :

• UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui eksistensinya UU. • Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara

operasional.

• Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu 1). Kekuatan berlaku yuridis, 2). Kekuatan berlaku sosiologis dan, 3) kekuatan berlaku fiolosofis.

• Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut (Pasal 7 UU No. 10/2004) :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 3. Peraturan Pemerintah;


(31)

4. Peraturan Presiden;

5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)

B. Kebiasaan (custom)

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

Contoh apabila seorang komisioner sekali menerima 10 % dari hsil penjualan atau pembelian sebagai upah dan hal ini terjadi berulang dan juga komisioner yg lainpun menerima upah yang sama yaitu 10 % maka oleh karena itu timbul suatu kebiasaan yg lambat laun berkembang menjadi hukum kebiasaan.

Namun demikian tdk semua kebiasaan itu pasti mengandung hukum yg baik dan adil oleh sebab itu belum tentu kebiasaan atau adat istiadat itu pasti menjadi sumber hukum formal.

Adat kebiasaan tertentu di daerah hukum adat tertentu yg justru sekarang ini dilarang untuk diberlakukan karena dirasakan tidak adil dan tidak berperikemanusiaan sehingga bertentangan denagan Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum, misalnya jika berbuat susila/zinah, perlakunya ditelanjangi kekeliling kampung.

Untuk timbulnya hukum kebiasaan diperlukan beberapa syarat :

1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang2 di dalam masyarakat tertentu (syarat materiil)

2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio necessitatis = bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau demikianlah seharusnya) = syarat intelektual 3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar.

Selanjutnya kebiasaan akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.

Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an untuk Indonesia

Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum. Contoh Perjanjian bagi hasil antara pemilik sawah dengan penggarapnya. Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.

C. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)

Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap

persoalan/peristiwa hukum tertentu.

Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai pedoman dalam mengambil sesuatu


(32)

keputusan mengenai suatu perkara yang sama. Ada 2 jenis yurisprudensi :

1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara (standart arresten)

2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart arresten.

D.Traktat (treaty)

Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih yang mengikat tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat pula warga negara dari negara-negara yang berkepentingan.

Macam-macam Traktat :

a. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.

b.Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.

E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu. Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan

melaksanakannya (asas (pact sunt servanda).

F. Pendapat sarjana hukum (doktrin)

Pendapat sarjanan hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum. Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.

Sumber hukum menurut Algra :

1. Sumber materiil, yaitu tempat darimana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomi, kebudayaan, agama, keadaan geografis, dsb.

2. Sumber hukum formil, yaitu tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. Ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku, misalnya UU, perjanjian antar negara, yurisprudensi dan kebiasaan.

Sumber hukum menurut Ahmad Sanusi : 1. Sumber hukum normal :

a.Sumber hukum normal yang langsung atas pengakuan UU yaitu, UU, perjanjian antar negara dan kebiasaan.

b. Sumber hukum normal yang tidak langsung atas pengakuan UU, yaitu perjanjian doktrin dan yurisprudensi.

2. Sumber hukum abnormal yaitu : a. Proklamasi


(1)

C. Teori Theokrasi

Teori ini menganggap bahwa hukum itu kemauan Tuhan. Dasar kekuatan hukum dari teori ini adalah kepercayaan kepada Tuhan.

D. Teori Kedaulatan Rakyat (Perjanjian Masyarakat)

Pada zaman Renaissance timbul teori yang mengajarkan bahwa dasar hukum itu adalah “akal atau rasio“ manusia (aliran Rasionalisme rakyat). Menurut aliran Rasionalisme ini bahwa Raja dan penguasa negara lainnya memperoleh kekuasaanya itu bukanlah dari Tuhan , tetapi dari rakyatnya.

E. Teori Kedaulatan Negara

Teori ini timbul pada abad 19 pada waktu memuncaknya ilmu pengetahuan alam. Teori ini menentang teori perjanjian masyarakat. Menurut teori ini :

1. Hukum adalah kehendak negara.

2. Hukum ditaati orang karena negara menghendakinya. F. Teori kedaulatan hukum

Teori ini merupakan penentang teori kedaulatan negara, teori ini berpendapat :

1. Hukum berasal dari perasan hukum yang ada pada sebagian besar anggota masyarakat. 2. Hukum mewujudkan perasaan hukum sebagian besar anggota masyarakat.

3. Oleh karena itu hukum ditaati oleh anggota masyarakat. Kodifikasi dan Perkembangan hukum

Pengertian Kodifikasi hukum adalah : pembukuan hukum dalam suatu himpunan

Undang-Undang dalam materi yang sama. Tujuan kodifikasi hukum adalah agar didapat suatu rechtseenheid (kesatuan hukum) dan suatu rechts-zakerheid ( kepastian hukum). Aliran –aliran Hukum

Sebagai akibat kemajuan dan perkembangan masyarakat maka timbullah aliran –aliran hukum sebagai berikut :

1. Aliran Freie Rechtslehre.

Ajaran ini timbul pada tahun 1840, karena Ajaran Legisme dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Aliran Legisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber hukum adalah Undang-Undang dan di luar Undang-Undang- Undang-Undang tidak ada hukum tidak dapat

dipertanggungjawabkan lagi.

Menurut paham Freie Rechtslehre atau hukum bebas menyatakan bahwa hukum tumbuh didalam masyarakat dan diciptakan oleh masyarakat berupa kebiasaan dalam kehidupan dan hukum alam ( kodrat) yang sudah merupakan tradisi sejak dahulu, baik yang


(2)

Selanjutnya aliran Freie Rechtslehre berkembang menjadi dua aliran yaitu :

a. Aliran hukum bebas sosiologis, yang berpendapat bahwa hukum bebas itu adalah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat dan berkembang secara sosiologis.

b. Aliran hukum bebas natuurrechtelijk yang berpendapat bahwa hukum bebas adalah hukum alam.

2. Aliran Rechtsvinding ( Penemuan hukum )

Aliran ini bertolak belakang dengan aliran hukum bebas, kalu aliran hukum bebas bertolak pada hukum di luar Undang- Undang, maka aliran Rechtsvinding

mempergunakan Undang-Undang dan Hukum di luar undang-undang. Dalam pemutusan perkara mula-mula hakim berpegang pada Undand-Undang dan apabila ia tidak

menemukan hukumnya, maka ia harus menciptakan hukum sendiri dengan berbagai cara seperti mengadakan interpretasi ( penafsiran terhadap Undang- Undang ) dan melakukan konstruksi hukum apabila ada kekosongan hukum.

Menurut aliran Rechtsvinding , hukum terbentuk dengan beberapa cara : a. Karena Wetgeving (pembentukan Undang-Undang)

b. Karena administrasi (tata usaha negara) c. Karena peradilan rechtsspraak atau peradilan

d. Karena kebiasaan/ tradisi yang sudah mengikat masyarakat. e. Karena ilmu (wetenschap)

3. Aliran Legisme

Aliran berpendapat bahwa :

a. Satu-satunya aliran hukum adalah Undang-Undang b. Di Luar Undang-Undang tidak ada hukum

Dalam aliran Legisme ini hakim hanya didasarkan pada Undang – Undang saja. Aliran yang berlaku di Indonesia, Indonesia mempergunakan Rechtsvinding. Hal ini berarti bahwa hakim dalam memutuskan perkara berpegang pada Undang- Undang dan hukum lainnya yang berlaku di dalam masyarakat. Apabila ada perkara , hakim

melakukan tindakan sebagai berikut :

1. Ia menempatkan perkara dalam proporsi yang sebenarnya. 2. Kemudian ia melihat pada Undang- Undang :

- Apabila UU menyebutnya, maka perkara diadili menurut Undang-Undang. - Apabila UU kurang jelas, ia mengadakan penafsiran.

- Apabila ada ruangan-ruangan kosong, hakim mengadakan konstruksi hukum, rechtsverfijning atau argumentum a contrario.

3. Hakim juga melihat jurisprodensi,hk. Agama , adat yang berlaku. Cara Penafsiran Hukum


(3)

• Obyektif : 1. Penafsiran lepas dari pendapat pembuat Undang- Undang dan sesuai dengan adat bahasa sehari-hari.

2. Penafsiran Luas dan Sempit.

Penafsiran secara luas adalah : apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yang seluas-luasnya.

Penafsiran sempit adalah : apabila dalil yang ditafsirkan diberi pengertian yang sempit. Dilihat dari sumbernya penafsiran ada 3 yaitu : otentik,ilmiah,hakim.

Otentik : Penafsiran yang diberikan oleh pembuat Undang-Undang seperti dalam Undang-Undang tersebut.

Ilmiah : Penafsiran yang didapat dalam buku-buku dan hasil karya para ahli. Hakim : Penafsiran yang bersumber dari hakim atau peradilan yang hanya mengikat pihak bersangkutan yang berlaku bagi kasus-kasus

tertentu.

Metode Penafsiran

• Penafsiran gramatikal / tata bahasa : Penafsiran menurut bahasa atau kata-kata.

• Penafsiran Historis : Meneliti sejarah daripada Undang – Undang yang bersangkutan . • Penafsiran Sistematis : Suatu penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu

dengan yang lain.

Dalam suatu perundang-undangan yang bersangkutan / pada perundang-undangan hukum yang lainnya atau membaca penjelasan suatu perundang-undangan sehingga kita

mengerti apa yang dimaksud.

• Penafsiran Sosiologis : Penafsiran yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat agar penerapan hukum dapat sesuai dengan tujuannya yaitu kepastian hukum berdasarkan asas keadilan masyarakat.

• Penafsiran Otentik : Penafsiran secara resmi yang dilakukan oleh pembuat Undang- Undang itu sendiri atau oleh instansi yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Dan tidak boleh oleh siapapun dan pihak manapun.

• Penafsiran Perbandingan : Suatu penafsiran dengan membandingkan antara hukum lama dan hukum positif yang berlaku saat ini. Antara hukum Nasional dengan hukum asing dan hukum kolonial.

Bentuk konstruksi Hukum

Bentuk konstruksi hukum ada 3 yaitu : Analogi, Penghalusan Hukum, Argumentum a Contrario.

• Penafsiran Analogis


(4)

sesuai dengan asas hukumnya. Sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak dapat dimasukkan dianggap sesuai dengan peraturan tersebut.

• Penghalusan Hukum ( Rechtsvertjining )

Memperlakukan hukum sedemikian rupa ,sehingga seolah –olah tidak ada pihak yang disalahkan.

• Argumentum a Contrario

Pengungkapan secara berlawanan, yaitu penafsiran Undang-undang yang didasarkan atas pengingkaran. Artinya berlawanan pengertian antara soal yang dihadapi dengan soal yang diatur dalam suatu pasal dalam Undang-Undang. Penafsiran ini mempersempit

perumusan hukum/ perundang- undangan lebih mempertegas kepastian hukum sehingga tidak menimbulkan keraguan.

Sumber – Sumber Hukum

Sumber Hukum adalah : Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.

Macam-macam Sumber Hukum :

1. Algra : Sumber hukum dibagi dua macam yaitu formil dan materil.

Sumber hukum materil : tempat darimana materi hukum itu di ambil, faktor pembentukan hukum

Sumber hukum formil : Tempat/ sumber dariman suatu peraturan

memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan menyebabkan peraturan itu berlaku secara formal.

2. Van Apeldorn membedakan 4 macam sumber hukum : Historis, Sosiologis, Filosofis, Dan Formil.

• Historis : Tempat menemukan hukumnya dalam sejarah.

• Sosiologis : Faktor –faktor yang menentukan isi hukum positif.

• Filosofis : 1. Sumber isi hukum ada 3 pandangan : 1. Menurut Teoritis, Menurut Pandangan Kodrat, Mazhab Historis.

3. Sumber Kekuatan Mengikat hukum.

• Formil : Sumber hukum yang dilihat dari cara terjadinya hukum positif merupakan fakta yang menimbulakan hukum yang berlaku yang mengikat hakim dan penduduk.

4. Achmad Sanusi

Hukum terbagi 2 kelompok yaitu : Normal dan Abnormal Normal : yang langsung atas pengakuan Undang –Undang Abnormal : Proklamasi, Kudeta, Revolusi.


(5)

Undang – Undang

Undang –undang adalah : Suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Undang undang adalah produk daripada pembentukan Undang- Undang yang terdiri dari Presisen dan DPR. Sistem pembuatan Undang-Undang yaitu sistem umum dan sistem lengkap. Sistem Umum adalah sistem penyusunan daripada Undang-Undang dengan mengisi pokok-pokoknya saja. Sistem lengkap adalah Undand- Undang oleh pembuatnya diisi oleh pasal yang lengkap, terperinci, jelas dan lebih banyak mengarah ke hukum dalam bentuk kodifikasi. Undang- Undang dalam arti Formil dan Materil :

Dalam arti Formil :

Keputusan penguasa yang diberi nama Undang- Undang / UU yang dilihat dari segi bentuknya. Undang-Undangnya ini dibuat serta dikeluarkan oleh Badan Perundang-undangan yang berwenang dan dari segi bentuknya dapat disebut undang-undang. Dalam arti Materil :

• Penetapan yang diikuti penetapan kaidah hukum yang disebutkan dengan tegas. • Semua peraturan perundangan bersifat mengatur/ berlaku untuk umum.

• Keputusan penguasa yang dilihat dari segi isi mempunyai kekuatan mengikat untuk umum.

Hukum kebiasaan

Kebiasaan adalah: Tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, lazim, normal, /adat dalam masyarakat atau pergaulan hidup tertentu.

Kebiasaan juga dapat diartikan : Suatu perbuatan manusia yang dilakukan berulang-ulang mengenai hal tingkah laku kebiasaan yang diterima oleh suatu masyarakat yang selalu dilakukan oleh orang lain sedemikian rupa sehingga masyarakat beranggapan bahwa memang harus berlaku demikian.

Syarat timbulnya Kebiasaan : 1. Syarat materil :

Adanya perbuatan tingkah laku, yang dilakukan berulang- ulang di dalam masyarakat tertentu.

2. Syarat Intelektual :

Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan. 3. Adanya akibat hukum bila hukum itu dilanggar.

Hukum Kebiasaan adalah : Himpunan kaidah-kaidah yang biarpun tidak ditentukan oleh badan-badan perundand-undangan dalam kenyataannya ditaati juga. Karena orang

sanggup menerima kaidah-kaidah itu sebagai hukum dan ternyata kaidah-kaidah tersebut dipertahankan oleh penguasa-penguasa masyarakat yang tidak termasuk hubungan badan-badan perundang-undangan.


(6)

• Suatu perbuatan yang tetap dilakukan orang.

• Keyakinan bahwa perbuatan itu harus dilakukan karena telah merupakan kewajiban. Kelemahan Hukum kebiasaan :

• Bahwa hukum kebiasaan mempunyai kelemahan yatu bersifat tidak tertulis oleh karenanya tidak dapat dirumuskan secara dan pada umumnya sukar menggantinya. • Tidak menjamin kepastian hukum dan sering menyulitkan beracara karena bentuk kebiasaan mempunyai sifat beraneka ragam.

Persamaan Undang- Undang dan Hukum Kebiasaan adalah :

1. Kedua-duanya merupakan penegasan pandangan hukum yang terdapat dalam masyarakat.

2. Kedua-duanya perumusan kesadaran hukum suatu bangsa. Sedangkan Perbedaan Undang-Undang dan Hukum adalah :

1. Undang –Undang keputusan pemerintah yang dibebankan kepada orang,subyek hukum. Sedangkan kebiasaan merupakan peraturan yang timbul dari pergaulan. 2. Undang-Undang lebih menjamin kepastian hukum daripada kebiasaan. Sedangkan kebiasaan hanya sebagai pelengkap.