Kemampuan Pemecahan Masalah Kajian Teori

fisika aspek kognitif salah satunya adalah minat peserta didik terhadap mata pelajaran fisika.

6. Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut Oemar Hamalik 2005: 151, pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan para peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasidata untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu. Kemampuan memecahkan masalah harus ditunjang oleh kemampuan penalaran, yaitu: kemampuan melihat hubungan sebab akibat. Kemampuan penalaran memerlukan upaya peningkatan kemampuan dalam mengamati, bertanya, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.Pemikiran terarah pada hal-hal yang bertalian dengan upaya mencari jawaban terhadap persoalan yang dihadapi. Menurut Oemar Hamalik 2002: 143, di dalam pemecahan masalah banyak terlibat faktor reasoning. Reasoning berarti penggunaan proses mental dan prinsip-prinsip dasar serta pengambilan beberapa kesimpulan. Reasoning merupakan proses yang terlibat dalam pekerjaan kearah pemecahan suatu masalah. Ada 3 elemen di dalam proses ini yang perlu diperhatikan, yaitu: masalah waktu, informasi, dan tujuan goal. Dalam pemecahan masalah biasanya seseorang menangguhkan tune pemberian respons sebelum ia mendapat serta menyusun informasi yang mengarah kepada masalah yang akan dipecahkan goal. Kematangan memainkan peran penting dalam pemecahan masalah.Karenanya, masalah yang disajikan kepada anak harus sesuai dengan tingkat perkembangannya.Anak-anak belum mempunyai konsep-konsep yang banyak.Hal ini berlainan dengan orang yang sudah dewasa.Masalah-masalah yang disajikan sesuai dengan perkembangan anak merupakan bantuan untuk mengembangkan kepercayaan terhadap diri sendiri.Beberapa praktik pendidikan cenderung merintangi perkembangan kemampuan memecahkan masalah secara optimal. Menurut Paul Suparno 2010: 98, pemecahan masalah problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang mau diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu.Ini dapat dilakukan baik dalam kelompok maupun pribadi. Guru sebaiknya minta agar siswa mengungkapkan bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut dan bukan hanya melihat hasil akhirnya saja. Menurut Subiyanto 1988: 54, berbagi teknik pemecahan masalah dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Masalah yang ada sangat banyak dan sangat beranekaragam, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.Banyak pula masalah yang merupakan tantangan bagi siswa, apapun minat dan bagaimanapun kemampuannya. Ketika siswa menghadapi masalah, maka mereka sendiri mempunyai kesempatan untuk merumuskan masalah, memili metode atau pendekatan dalam usaha memecahkan masalah sendiri, dapat mengikuti cara atau tahap-tahap sendiri, dan akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menguji kesimpulan itu dengan gayanya sendiri. Menurut Nana Sudjana 1991: 69, beberapa prosedur yang ditempuh dalam memecahkan masalah disajikan pada Gambar 1 sebagai berikut: Gambar 1. Prosedur dalam Memecahkan Masalah Nana Sudjana, 1996: 69 Instruksional Informasi umum bahan pengajaran oleh guru dan perumusan beberapa masalah untuk dipecahkan oleh siswa. Setiap siswa mencari jawaban pemecahan masalah sesuai dengan masalah yang dipilihnya. Siswa yang mengambil masalah yang sama di himpun dalam satu kelompok 3-5 orang, dan diskusi kelompok mengkaji jawaban pemecahan masalah. Laporan hasil diskusi kelompok dan kesimpulan. Evaluasi Evaluasi proses diskusi dan hasil pembahasan kelompok Pengambilan kesimpulan Pemberian tugas, perbaikan dan pengayaan Tindak Lanjut Kegiatan instruksional: dalam kegiatan instruksional ditempuh langkah- langkah sebagai berikut: a. Informasi bahan pengajaran oleh guru, yakni pembahasan konsep-konsep bahan pengajaran disertai alat peraga dan contoh-contohnya. Setelah itu tanya- jawab dengan siswa mengenai bahan pengajaran yang telah dijelaskan oleh guru. Selanjutnya, dari konsep dan prinsip yang terkandung dalam bahan pengajaran, guru merumuskan beberapa masalah untuk dipecahkan oleh siswa. Masalah yang diajukan adalah masalah yang problematis, yakni pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana. b. Setiap siswa harus memilih salah satu masalah yang paling menarik perhatiannya. Kemudian siswa diminta mencari jawaban bagi masalah yang dipilihnya. Guru menyiapkan bahan-bahan sebagai sumber bagi siswa dalam mengidentifikasi pemecahan masalahnya. Sumber bisa buku, data, atau keterangan, grafik, bagan, dan bahan lain yang relevan. Beri waktu yang cukup kepada setiap siswa agar mereka menemukan jawabannya. c. Siswa yang memilih masalah yang sama kemudian dihimpun dalam satu kelompol. Satu kelompok terdiri dari 3-5 orang. Setiap kelompok kemudian mendiskusikan pemecahan masalah berdasarkan jawaban yang telah disusun oleh setiap siswa pada langkah 2. Dalam diskusi ini kelompok menilai dan mengkaji jawaban masalah yang diajukan oleh setiap anggotanya. Guru memantau kegiatan diskusi kelompok. Berikan waktu yang cukup agar kelompok menghasilkan jawaban maslaah yang disepakati semua anggota kelompoknya, d. Setiap kelompok harus menyajikan atau membacakan hasil diskusinya di muka kelas untuk ditanggapi oleh kelompok atau siswa lainnya. Laporan kelompok dipimpin dan diatur oleh guru. Jika ada pertanyaan dari peserta siswa. Kelompok yang melaporkan hasil diskusinya harus menjawab dan menjelaskannya. Guru menilai proses atau kegiatan kelompok dalam menyajikan hasil diskusinya. e. Setelah semua kelompok selesai membacakan atau menyajikan hasil-hasil diskusinya, guru dan siswa mengambil kesimpulan tentang jawaban pemecahan masalah. Kesimpulan ini pokok-pokoknya dituliskan oleh guru di papan tulis agar dapat dicatat oleh siswa. Sediakan waktu untuk Tanya-jawab jika ada hal-hal yang belum jelas atau belum dipahami oleh siswa. f. Kegiatan Evaluasi : kegiatan belajar siswa, baik individual maupun diskusi kelompok, dinilai oleh guru melalui pengamatan atau observasi. Untuk menilai hasil belajar yang dicapai oleh siswa, guru mengajukan pertanyaan lisan atau tulisan mengenai bahan pengajaran yang telah dipelajari oleh siswa. Untuk pertanyaan evaluasi, gunakan soal-soal yang telah dibuat dalam satuan pelajaran. g. Kegiatan Tindak Lanjut: berdasarkan hasil evaluasi guru menentukan kegiatan belajar tindak lanjut, baik bagi siswa yang belum berhasil menguasai bahan pengajaran, termasuk jawaban pemecahan masalah, maupun bagi yang sudah berhasil. Bentuk kegiatan belajar tindak lanjut misalnya memberikan tugas pekerjaan rumah seperti soal-soal latihan pemecahan masalah, membuat laporan atau karangan, merangkum isi buku, mengamati gejala yang ada disekitar tempat tinggalnya, melakukan percobaan, dan bentuk kegiatan lain yang relevan dengan bahan pengajaran.

7. Materi Suhu dan Kalor

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) MENGGUNAKAN AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 LUBUK PAKAM T.P. 2015/2016.

0 4 22

EFEK MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA.

0 3 29

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 3 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAPKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 5 MEDAN T.P 2015/2016.

0 2 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI 9 MEDAN.

0 2 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN.

0 3 22

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

0 1 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

2 8 45

PENGGUNAAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH SISTEMATIS TERHADAP PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA ASPEK KOGNITIF SISWA SMA KELAS X.

0 0 210

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SUHU DAN KALOR - repository UPI T FIS 1302872 Title

0 0 3