Perumusan Masalah Tujuan Penyusunan Makalah

kognitif yang berlangsung serta berangsur-angsur menurut aturan tertentu. f. Menurut Fishbein dan Ajzen 1975 sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. g. Menurut Dooglas Graham Golu. Nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya. Pengembangan dominant efektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik, masalah nilai adalah masalah emosional dank arena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina, perkembangan nilai-nilai atau moral tidak akan terjadi sekaligus tetapi melalui tahap-tahap.

II. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif secara Edukatif

Berdasarkan definisi yang dipaparkan oleh para ahli bahwa strategi pembelajaran afektif ialah suatu teknik dan metode mengajar seorang guru dalam proses pembelajaran agar siswa-siswinya mampu menyerap, mengaflikasikan dan mengamalkan ilmu dan materi pembelajaran yang mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Pembelajaran afektif ini dapat diterapkan pada siswa sekolah dasar dengan proses pembentukkan sikap yang meliputi pola pembiasaan, modeling. Melalui model strategi pembelajaran sikap yang meliputi model konsiderasi, model pengembangan kognitif, dan teknik mengklarifikasi nilai.

C. Perumusan Masalah

1. Apakah strategi pembelajaran afektif itu? 2. Apakah ada hubungan antara pembelajaran afektif, kognitif dan psikomotorik? 3. Apa kegunaan mempelajari strategi pembelajaran Afektif?

D. Tujuan Penyusunan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran- pembelajaran afektif. 2. Untuk mengetahui Hakikat pendidikan, nilai dan sikap. 3. Agar mengetahui proses pembentukan sikap. 4. Agar mengetahui model strategi pembelajaran sikap. 5. Agar dapat menerapkannya dalam proses pendidikan.

BAB II PERMASALAHAN

A. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap

Pada Bab I telah dijelaskan bahwa sikap afektif erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai. Menurut pendapat saya, pendidikan nilai dan sikap ini penting diterapkan pada siswa sekolah dasar, untuk pondasi kelak mereka dewasa nanti dalam bertindak, bersosialisasi, dan hidup bermasyarakat. Masalah yang terjadi di Indonesia saat ini ialah banyaknya produk manusia-manusia yang cerdas secara intelektual namun mereka tidak berkarakter dan tidak memiliki moral yang baik, mereka kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri, menghormati oranglain, menjaga perasaan oranglain, rukun dalam bermasyarakat, sulitnya bersatu dalam perbedaan, dsb. Banyak faktor yang melatarbelakangi hilangnya sikap-sikap positif dalam diri bangsa Indonesia. Salah satu factor yang melatarbelakangi rusaknya moral bangsa Indonesia ialah pendidikan di Indonesia yang hanya menekankan kecerdasan kognitif tanpa memperhatikan unsur-unsur lainnya. Selain itu, pendidikan di negri ini hanya menekankan hasil yang dicapai dari sebuah pembelajaran sedangkan proses untuk mengkonstruksi ilmu itu sendiri sering terlupakan. Pembelajaran di sekolah masih menempatkan guru sebagai pemberi materi dan siswa dianggap sebagai wadah yang harus diisi dengan ilmu sehingga banyak siswa yang tahu dan hafal dengan materi pelajaran tetapi mereka tidak mampu mengimplementasikan pengetahuannya tersebut untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari- harinya. Sebagai contoh sederhana, siswa tahu tentang perbedaan individu tetapi perilaku kesehariannya tidak mencerminkan hidup rukun didalam perbedaan. Mereka menganggap sukunya lah yang terbaik, ajarannya lah yang terbenar, warna kulit putih lebih cantik daripada kulit hitam. Menurut pengamatan saya, proses belajar yang diperoleh siswa lebih banyak pada “belajar