A. Model Strategi Pembelajaran Sikap
Setiap strategi sikap pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui
situasi ini siswa diharapkan dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. Di bawah ini disajikan beberapa model strategi
pembelajaran pembentukkan sikap.
I. Model Konsiderasi Model konsiderasi dikembangkan oleh MC.Paul, seorang humanis.
Paul menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognisi yang rasional. Pembelajaran moral siswa menurutnya
adalah pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Manusia seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk
mengurusi dirinya sendiri. Kebutuhan yang fundamental pada manusia adalah bergaul secara harmonis dengan orang lain, saling memberi dan
saling menerima dengan penuh cinta dan kasih sayang. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat
membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain sehingga mereka dapat
bergaul, bekerja sama, hidup secara harmonis dengan orang lain, dan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain tepo saliro.
Atas dasar asumsi di atas, guru hasrus menjadi model di dalam kelas dalam memperlakukan siswa dengan hormat, menjauhi sikap otoriter. Guru
perlu menciptakan kebersamaan, saling membantu, saling menghargai, dsb. Implementasi model konsiderasi dapat dilaksanakan melalui tahap-
tahap pembelajaran sebagai berikut: 1. Menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung masalah
konflik yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ciptakan situasi ”seandainya siswa ada dalam masalah tersebut”.
2. Menyuruh siswa untuk menganalisis sesuatu masalah dengan melihat bukan hanya yang tampak tetapi juga menganalisis
permasalahan yang tersirat, misalnya perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.
3. Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang dihadapi. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
menelaah perasaannya sendiri sebelum mendengar respons orang lain untuk dibandingkan.
4. Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat kategori dari setiap respons yang diberikan siswa.
5. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. Dalam tahapan ini siswa
diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul sehubungan dengan tindakannya. Guru juga perlu menjaga agar
siswa dapat menjelaskan argumentasinya secara terbuka serta dapat saling menghargai pendapat orang lain. Diupayakan agar
perbedaan pendapat tumbuh dengan baik sesuai dengan titik pandang yang berbeda.
6. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat
menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya. 7. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus
dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri. Guru hendaknya tidak menilai benar atau salah atas pilihan
siswa. Yang diperlukan adalah guru dapat membimbing mereka menentukan pilihan yang lebih matang sesuai dengan
pertimbangannya sendiri.
II. Model Pengembangan Kognitif