Tradisi Masyarakat Dusun Sade
54
tani, walaupun ada sebagian masyarakat juga yang menjadi pengerajin pernak- pernik seperti gelang, kalung, cincin dan lain-lain. Uniknya lagi di Dusun Sade ini
perumahan mereka tidak seperti rumah-rumah warga lainya yang terbuat dari bahan-bahan batu bata dan genteng akan tetapi perumahan mereka berlantaikan
tanah liat dan atapnya terbuat dari daun rumbia atau daun alang-alang kering dan dindingnya terbuat dari anyaman bambu dan istilah dari rumah tersebut
adalah Bale tani. Dan yang paling peneliti herankan adalah proses kebersihan mereka dimana rumah yang berlantaikan dari tanah liat ini dibersihkan dengan
kotoran kerbau yang menurut kepercayaan mereka kotoran kerbau bisa mengusir nyamuk, dan efeknya rumah menjadi hangat ketika musim dingin dan ketika
sudah lama kotoran kerbau tersebut tidak akan bau sama sekali. Tidak hanya sebuah bangunan rumah saja yang unik akan tetapi dalam
pelaksanaan adat upacara pernikahan mereka sangat unik yaitu dengan cara kawin lari pasangan. Di Dusun Sade masih mempercayai sebuah adat yaitu pada saat
kawin lari sang lelaki dan perempuan menggunakan bawahan yang berupa kain tenun Dusun Sade.
Kawin culik ini akan berlangsung setelah si gadis memilih satu di antara kekasih-kekasihnya. Mereka akan membuat suatu kesepakatan kapan
penculikan bisa dilakukan. Perjanjian atau kesepakatan antara seorang gadis sebagai calon istri oleh penculiknya ini harus benar-benar dirahasiakan, untuk
menjaga kemungkinan gagal ditengah jalannya aksi penculikan tersebab oleh hal- hal seperti dijegal oleh laki-laki lain yang juga memiliki hasrat untuk menyunting
sang gadis. Hal ini dilakukan misalnya dengan jalan merampas anak gadis ketika
55
ia bersama sang calon suaminya dalam perjalanan menuju rumah calon suaminya. Ini pula sebabnya, penculikan pada siang hari dilarang keras oleh adat karena
dikhawatirkan penculikan pada siang hari akan mudah diketahui oleh orang banyak termasuk juga rival-rival dari sang penculik yang juga menghasratkan
sang gadis untuk menjadi istrinya. Disamping merupakan rahasia untuk para kekasih sang dara, penculikan ini pun harus dirahasiakan dan jangan sampai bocor
ke telinga orang tua sang gadis. Kalau saja kemudian setelah mengetahui orang tuanya tidak setujui anaknya untuk menikah, di sini orang tua baru boleh
bertindak untuk menjodohkan anak gadisnya dengan pilihan mereka. Keadaan ini yang disebut Pedait pertemuan.
Keributan yang terjadi karena penculikan sang gadis di luar ketentuan adat, kepada penculiknya dikenakan sangsi sebagai berikut :
a. Denda Pati
Denda Pati adalah denda adat yang harus ditanggung oleh sang penculik atau keluarga sang penculik apabila penculikan tersebut berhasil tapi
menimbulkan keributan dalam prosesnya. b.
Ngurayang Ngurayang adalah denda adat yang dikenakan pada penculik gadis yang
menimbulkan keributan karena penculikn tidak dengan persetujuan sang gadis. Karena sang gadis tidak setuju dan sang penculik memaksa maka
biasanya penculikan ini gagal.
56
c. Ngeberayang
Ngeberayang adalah denda adat yang harus dibayar oleh sang penculik atau keluarganya dikarenakan proses penculikan terjadi kegagalan dan terjadi
keributan karena beberapa hal seperti penculikan digagalkan oleh rival sang penculik, dan sebagainya.
d. Ngabesaken
Ngabesaken adalah denda adat yang dikenakan kepada penculik karena penculikan dilakukan pada siang hari yang pada akhirnya terjadi keributan.
Maka dari itu, demi menghindari penculikan oleh lelaki yang bukan merupakan calon menantu yang dikehendaki, begitu mendengar selentingan kabar
akan adanya penculikan, maka biasanya sang gadis dilarikan ke tempat keluarga calon suami yang jauh dari desa atau dasan si gadis atau dasan si calon suaminya.
Setelah adanya kawin lari, serta danya persetujuan dari pihak kedua ian upacara Nyongkolan yaitu diaraknya kedua mempelai ke rumah si perempuan
dengan menggunakan pakaian adat yang berupa pakaian kebaya untuk bagian atas si perempuan dan bagian bawah menggunakan kain tenun, sedangkan mempelai
laki-laki menggunakan kain tenun pada bagian bawah sedangkan untuk bagian atas menggunakan baju yang bahan kainnya dr sutera yang biasa disebut baju
pegon.
57
Gambar VI: Nyongkolan
Dokumentasi: Mardiyanti, Maret 2016