PENDIDIKAN TOLERANSI PADA MASYARAKAT SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAN NTB SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

  

PENDIDIKAN TOLERANSI PADA MASYARAKAT

SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN

KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK

TENGAN NTB

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  

Oleh

RIZQY FAEDATUL LAILY

NIM 11112134

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA 2016

KEMENTRIAN AGAMA RI

  Jl. Lingkar Selatan Km. 2 Pulutan Salatiga Website : Email:administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

MOTTO

         

  

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku

dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam

(Al An’am 162)

..YAKUSA..

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Ayah saya Bapak Sutrisno yang selalu memberi bimbingan dan motivasi, semoga Allah selalu memberi kesehatan dan di lancarkan rizkinya.

  2. Ibu saya Ibu Muslikah yang telah mendahului berpulang semoga Allah menempatkan beliau di tempat yang palng indah.

  3. Nenek saya Mariyam yang dengan ikhlas dan penuh kesabaran merawat saya dari kecil hingga saat ini, semoga Allah memberikan kesehatan.

  4. Ibu kedua saya Sutarmi yang selalu mengingatkan saya untuk tetap menjaga kesehatan, semoga Allah balasan atas kebaikan beliau yang dengan setia mendampingi ayah sampai saat ini.

  5. Kakak dan adik saya yang dengan setia dan sabar membantu saya dalam segala hal.

  6. Keluarga saya yaitu Bude, Pakde, Bulek, Om, kakak sepupu saya yang selalu memberi dukungan moril, semoga sehat selalu dan dimudahkan urusannya.

  7. Keluarga besar dan teman-teman seperjuangan saya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu, Bang Ilman, Mbak Tata, bang Rizal, pak Padi,mz Alwi mbak Iin, Shokif, dek Najmi dan keluarga besar HMI Cabang Salatiga lainnya, yang selalu memberikanku semangat berjuang dan selalu menemaniku di saat sedih dan duka ketika di kampus.

  8. Teman dekat saya Wawan yang dengan sabar dan setia menemani setiap proses penulisan skripsi ini, Semoga selalu sehat dan semoga sekripsinya cepat selesai.

KATA PENGANTAR

  Segala Puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul

  “PENDIDIKAN TOLERANSI PADA

MASYARAKAT SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN

KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAH NTB

   walaupun

  jauh dari kata sempurna. Sholawat dan salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dan masih banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Terselesaikannya skripsi ini berkat motivasi, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Ag., sebagai Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyyah.

  3. Ibu Hj. Siti Ruhayati, M. Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Mufiq S. Ag., M. Phil selaku Dosen Pembimbing yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan.

  5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku dosen pembimbing akademik

  6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan pengalaman dengan penuh kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan dan bantuannya kepada penulis.

  7. Kepada bapak Kadus Dusun Sade Lombok Tengah dan masyarakat Sukun Sasak.

  8. Kepada bapak ibu yang selalu mendoakan saya dalam setiap langkah.

  9. Kepada keluarga besar di Walen yang selalu memberi motivasi dan kasih sayang.

  10. Seluruh teman-temanku yang telah memberi motivasi, semangat dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  

ABSTRAK

RIZQY FAEDATUL LAILY (NIM 111-12-134). PENDIDIKAN TOLERANSI

PADA MASYARAKAT SUKU SASAK DI DUSUN SADE DESA REMBITAN

KECAMATAN PUJUT KEBUPATEN LOMBOK TENGAN NTB Kata kunci: pendidikan toleransi, suku sasak.

  Latar belakang penelitian ini bertolak pada rasa penasaran peneliti untuk mengetahui pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak dusun Sade dengan adanya perbedaan pandangan tentang Islam, yaitu adanya Islam Wetu Telu dan Wetu Lima. Apakah dengan adanya perbedaan pandan tentang Islam akan mempengarusi sikap toleransi antar warga dusun atau tidak, hal itu sangat menarik untuk diteliti. Suku sasak dusun sade sangat memegang teguh tiga konsep dasar kehidupan yaitu reme (terbuka), gerasak (persaudaraan), numeng (berbuat baik).

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimana pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB?, 2) bagaimana sikap toleransi masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB?. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB. 2) untuk mengetahui sikap toleransi masyarkat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkanya seperti apa yang akan terjadi.

  Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak di dusun Sade Lombok Tengah NTB diterapkan berdasarkan tiga dasar kehidupan Suku Sasak reme, gerasak, numeng. Model pendidikannya yaitu perkumpulan rutin. Pendidikan toleransi tidak hanya diperoleh dibangku sekolah saja tetapi diperoleh dari bimbingan orang tua dan aparat dusun Sade. 2) sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak dusun Sade Lombok Tengah NTB tercermin dengan kegiatan gotong royong dan tercemin dengan adanya rasa satu keluarga meski tidak memiliki hunungan darah.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................... iv MOTTO............................................................................................................ v PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

  1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 4 E. Penegasan Istilah ................................................................................ 5 F. Metode Penelitian .............................................................................. 6 G.

  Sistematika Penulisan ........................................................................ 13

  BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................

  14 A. Pendidikan Toleransi ......................................................................... 14 B. Suku Sasak ......................................................................................... 21 BAB III PEMAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ....................

  32 A. Gambaran Umun Lokasi .................................................................... 32 B. Temuan Penelitian ............................................................................. 39 BAB IV PEMBAHASAN ...............................................................................

  46 A. Pendidikan Toleransi Pada Masyarakat Suku Sasak ......................... 46 B. Sikap Toleransi pada Masyarakat Suku Sasak................................... 53 BAB V PENUTUP ..........................................................................................

  59 A. KESIMPULAN .................................................................................. 59 B.

  SARAN-SARAN ............................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah

  kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia diharapkan mampu mengenal dirinya, lingkungan sosialnya dan alam sekitar. Melalui pendidikan manusia akan mampu mencetak sejarah kehidupan pada waktu di dunia baik secara individu maupun kelompok. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan (Djumberansyah,1994:16).

  Dengan adanya pendidika, maka kita akan mendapatkan motivasi diri untuk menjadi lebih baik dan memberi dampak positif untuk orang lain dan mampu mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki dan menerapkan sikap-sikap dan perilaku positif di masyarakat tempat individu berada. Manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain untuk mengadakan interaksi sosial, jika interaksi sosial terjalin dengan baik, maka akan terwujud kerukunan dan toleransi yang terpelihara dan terhindar dari konflik. Dalam hidup bermasyarakat pasti banyak terdapat perbedaan pendapat, namun perbedaan tersebut jangan dijadikan alasan untuk saling

  Salatiga, 21 Septembe Salatiga, 21 Septembe menutup diri dari masyarakat.

  Penulis Penulis Dalam KBBI cetakan kedua, toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita.

  Toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain. Sedangkan pengertian lain toleransi adalah kemampuan untuk menerima kenyataan hidup penuh kepedihan (Nyoman,2001:60).

  Suku Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnik mayoritas Lombok. Mereka meliputi lebih dari 90%dari keseluruhan penduduk Lombok (Erni,2000:6). Meskipun di Lombok terdapat kelompok- kelompok etnik seperti Jawa, Sumbawa, Bali, Arab dan Cina, mereka adalah pendatang. Lombok tidak hanya banyak etnik pendatang tetapi juga memiliki kebudayaan, bahasa dan keagamaan. Di Dusun Sade Lombok Tengah adalah tempat tinggal penduduk asli Suku Sasak. Orang Sasak dan orang Arab mereka beragama Islam, orang Bali beragama Hindu dan orang Cina beragama Kristen. Meskipun orang Sasak beragama Islam namun, ada perbedaan pemahaman tentang agama Islam. Dalam beragama Sasak dibagi menjadi dua yaitu, waktu lima dan wetu telu. Waktu lima ditandai oleh ketaatan yang tinggi terhadap ajaran-ajaran Islam, sedangkan wetu telu adalah orang Sasak yang mengaku muslim tetapi, tetap memuja roh para leluhur, berbagai dewa roh dan lain-lainnya didalam lokalitas mereka (Erni,2000:7). Pemahaman tentang Islam pasti menimbulkan perbedaan pendapat dan menimbulkan masalah dalam masyarakat. Untuk menghindari timbulnya masalah maka, orang Sasak harus saling toleransi dan menghargai perbedaan pemahaman tentang agama Islam.

  Latar belakang masalah di atas mendorong, penulis mencoba untuk lebih dalam menggali dengan melakukan penelitian yang berjudul “Pendidikan Toleransi Pada Masyarakat Suku Sasak Di Dusun Sade Desa Rembitan Kecamatan Pujut Kabuaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat

  ” B.

   Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah NTB? 2.

  Bagaimana sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah NTB? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan masalah. Maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1.

  Mengetahui pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah NTB.

2. Mengetahui sikap toleransi pada masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengah NTB.

D. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis.

  1. Manfaat Praktis a.

  Dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan toleransi.

  b.

  Dapat membantu tokoh masyarakat Suku Sasak untuk menjaga perdamaian meski terdapat perbedaan pemahaman tentang agama Islam.

  c.

  Dapat menyatukan masyarakat Suku Sasak meski terdapat perbedaan pemahaman tentang agama Islam.

  2. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan khasanah pengembangan keilmuan Islam khususnya dalam bidang pendidikan sosial.

E. Penegasan Istilah

  Agar tidak terjadi salah tafsir pada judul yang penulis ajukan, maka perlu kiranya penulis jelaskan pengertian frase dalam judul di atas, sebagai berikut: 1.

  Pendidikan Toleransi Pendidikan toleransi terdiri dari dua kata yaitu, pendidikan dan toleransi.Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba,1989:19). Sedangkan toleransi dalam KBBI cetakan kedua toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita.Toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

  Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan toleransi adalah bimbingan kepada seseorang untuk bersifat atau bersikap saling menghargai, membiarkan, membolehkan orang lain berpendapat dan melakukan kebiasaan yang berbeda dengan kita.

3. Sikap Toleransi

  Sikap merupakan organisai pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut yang dipilihnya (Walgito,1994:109). Sedangkan seperti penjelasan di atas toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

  Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa sikap toleran adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

4. Suku Sasak

  Dalam KBBI cetakan kedua suku berarti golongan orang-orang (keluarga) yang seketurunan. Sedangkan Suku Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnik mayoritas Lombok. Mereka meliputi lebih 90% dari keseluruhan penduduk Lombok (Erni,2000:6).

F. Metode Penelitian

  Metode yanag digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

   Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan kualitatif. Sugiyono(2012:9) mengatakan bahwa: “penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat indiktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”

  Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada.

  2. Kehadiran Penelitan

  Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan data. Dalam hal ini, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak terstruktur, peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara terperinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

  3. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini akan difokuskan pada Masyarakat Suku Sasak di dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah NTB, alasan peneliti memilih lokasi penelitian di dusun Sade desa Rembitan kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah NTB karena di dusun Sade merupakan salah satu dusun wisata yang masih menjaga keaslian budaya Sasak dan banyak warga dusun Sade yang masih menganut Wetu Telu.

  4. Sumber Data

  Data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan, sumber dari lapangan adalah kepala suku, warga Suku Sasak. Sedangkan sumber sekunder yaitu dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil penelitian, serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang pendidikan toleransi Suku Sasak.

  5. Teknik pengumpulan data

  Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian, maka teknik pengumpuan data yang peneliti pakai adalah metode wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak dan bagaimana sikap toleransi masyarakat Suku Sasak.

  6. Teknik Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi(Sugiyono,2012:244), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan.

  Adapun yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif, dengan langkah-langkah: a.

  Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui metode atau teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono,2012:240).

  Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penelitian ini penting untuk dikaji dan diteliti serta diketahui keasliannya.

  b.

  Reduksi Data Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,2012:247). Reduksi data ini digunakan untuk meninjau kembali data-data yang kurang atau data-data yang sekiranya tidak perlu dapat dipertimbangkan kembali apakah data tersebut perlu tidak dicantumkan dalam penulisan penelitian.

  c.

  Pengkajian Data Analisis ini dilakukan untuk mengkaji data-data yang telah tereduksi dengan kajian ilmu yang berhubungan dengan tema penelitian, dalam hal ini data-data wawancara yang diperoleh di lapangan tentang pendidikan toleransi masyarakat Suku Sasak akan dikaji lebih mendalam dengan mengaitkan dengan ilmu-ilmu pendidkan Islam. d.

  Penarikan Kesimpulan Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih besifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono,2012:252).

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam penelitia ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, agar tidak terjadi salah memasukkan data yang terkumpul. Triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono,2012:273). Triangulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu: a.

  Triangulasi Sumber Data Triangulasi sumber berarti, untuk menguji keradibilitas data yang dilakukan dengan berbagai cara mangecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono,2012:274). Triangulasi sumber data berarti membandingkan data-data yang diperoleh dari informasi satu dengan yang lainya dan juga mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi.

  b.

  Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

  (Sugiyono,2012:274). Dalam metode ini pengecekan keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan ini benar-benar hasil temuan sendiri atau hasil penelitian orang lain ataupun tidak plagiat dari penelitian sebelumnya.

8. Tahap-Tahap Penelitian a.

  Kegiatan administratif yang meliputi :Mengajukan proposal untuk melakukan penelitian dari Dekan FTIK IAIN Salatiga kepada Kepala Suku Sasak di Dusun Sade Lombok Tengan NTB, guna menyususn pedoman wawancara dan kegiatan administrasi lainnya.

  b.

  Kegiatan survei yang meliputi :Melakukan survei awal untukmengetahui gambaran umum tentang masyarakat Suku Sasak dan menemui kepala suku serta meminta ijin untuk melakukan penelitian.

  c.

  Kegiatan penelitian yang meliputi :Melakukan penelitian secara langsung kepada masyarakat Suku Sasak untuk memperoleh data dengan cara melakukan interview atau wawancara kepada pihak terkait sebagai langkah awal pengumpulan data.

  d.

  Kegiatan verifikasi: Melakukan verifikasi untuk membuat kumpulan-kumpulan temuan penelitian.

  e.

  Kegiatan penyusunan laporan yang meliputi :Penyusunan laporan untuk dijilid dan dilaporkan.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULIAN, yang meliputi: Latar Belakang Masalah. Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian , Kegunaan Penelitian, Definisi Oprasional, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI, yang berisi: Teori yang berhubungan dengan pendidian toleransi dan masyarakat Suku Sasak. BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, yang berisi: gambaran umum lokasi penelitian, objek penelitian dan data hasil penelitian.

  BAB IV: ANALISIS, yang berisi tentang analisis data dari deskriptif penelitian pendidikan toleransi pada masyarakat Suku Sasak dan sikap toleransi.

  BAB V: PENUTUP, yang merupakan bab terakhir berupa kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Toleransi 1. Pengertian Pendidikan Dalam undang-undangNo. 20 tahun 2003 tentang pendidikan

  nasional, tercantum pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Dalam KBBI pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan spesifik. Individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperoleh.

  Menurut Zuhairini (1995:11) pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sabagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaannya. Pengertian yang lain menjabarkan pendidikan sebagai upaya memberikan pengetahuan, wawasan, keretampilan, dan keahlian tertentu kepada individu-individu guna mengembangkan bakat serta kepribadian mereka (Kartini, 1977:5).

  Pendidikan mempunyai pengertian yang sangat luas, maka dari itu banyak pendapat yang mengartikan tentang pendidikan sebagaimana yang telah ikutip oleh Ngainun Naim dan Achmad Sauqi dalam bukunya yang berjudul Pendidikan multikultural konsep dan aplikasi (2008: 29).

  a.

  Darmaningtyas mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mrncapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik.

  b.

  J. Sudarminta yang memaknai pendidikan secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu anak didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasusila. Kata pendidikan sekurang-kurangnya mengandung empat pengertian: yaitu sebagai bentuk kegiatan, proses, buah, atau produk yang dihasilkan oleh proses tersebut, dan sebagai ilmu.

  c.

  Ki Hajar Dewantara merumuskan hakikat pendidikan sebagai usaha orang tua bagai anak-anaknya dengan maksud untuk menyokong kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki tumbuhnya kekuatan ruhani dan jasmani yang ada pada anak. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa untuk memanusiakan manusia agar menjadi insan kamilyang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan sekitar.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

  Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, fungsi dan tujuan terdapat dalam pasal 3 yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keratif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab (Depag, 2003:29).

  Dalam buku yang di tulis oleh Kartini Kartono juga menjelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan. Fungsi pendidikan adalah: a.

  Pendidikan berfungsi dalam realitas nyata, di tengan masyarakat untuk menggugah kemajuan hidup. b.

  Pendidikan bisa menjawab masalah-masalah lokal, regional, nasional.

  c.

  Di dalam pendidikan mempunyai banyak kegiatan untuk merefleksikan diri sendiri untuk menemukan kembali identitas diri sendiri (jati diri) dan merefleksikan lingkungan sendiri. Karena itu pendidikan perlu disertai pendidikan moral dan pendidikan sosial guna memupuk rasa cinta pada tanah air dan bangsa sendiri, untuk mencapai kesejahteraan bersama dan kebaikan bagi segenap umat manusia. Tujuan pendidikan menurut Kartini Kartono adalah: a.

  Pendidikan bertujuan agar pribadi memiliki kesadaran diri, tahu akan mertabat dan, tahu unggah-ungguh fungsi dan tugas kewajibannya).

  b.

  Pendidikan bertanggung jawab susila, mampu mandiri (Kartini,1997:7).

3. Toleransi a. Pengertian

  Dalam KBBI cetakan kedua toleransi berasal dari kata toleran, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita. Dalam bahasa arab disebut dengan tasamukh, yang berasal dari kata samakha, tasaamakha yang artinya memudahkan, bertaku lemah lembut (Yusuf,1990:178).

  Untuk menjaga kerukunan dalam masyarakat diperlukan pengertian untuk menerima setiap perbedaan, menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Allah berfirman:

  

         

            

  Artinya: “Hai manusia, sesunggunya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar. (QS. Al Hujuraat :13)

  Selain dari ayat al-quran yang menjelaskan tentang perintah untuk bertoleransi, nabi juga meyuruh kita untuk bertoleransi. Hadis nabi yang menyuruh untuk bertoleransi diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut:

  Artinya: “Aisyah r.a berkata: “Nabi Saw Berkata: Sesungguhnya Allah itu penyantun suka pada kelembutan dan memberikan kepada orang yang berlaku lembut (santun) dengan sesuatu yang tidak akan diberikan pada orang yang berlaku kasar dan tidak akan diberikan kepada selain orang yang berlaku lembut (santun).” (HR. Muslim).

  Dalam buku yang ditulis Ngainun Naim dan Achmad Sauqi (2008:77) menjelaskan pengertian lain tentang toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan prilaku yang dimiliki oleh orang lain. Dalam literatur agama islam, toleransi disebut dengan tasamuhyang dipahami sebagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan, atau membolehkan pendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan pandangan kita.

  Sedangkan pengertian yang lain toleransi adalah koeksistensinya berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dengan tetap terpeliharanya perbedaan-perbedaan dankarakteristik masing- masing (Malik,2005:12).

  Dari bebrapa penjelasan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa toleransi adalah membiarkan, memahami, mengijinkan orang lain untuk memilih berbeda dengan kita.

b. Segi-segi Toleransi

  Dalam pembahasan berikut ini akan disamapikan segi-segi toleransi secara singkat yang ditulis oleh Umar Hasyim dalam bukunya yang berjudul toleransi dan kemerdekaan beragama dalam islam sebagai dasar menuju dialog dan kerukunan antar agama. Diantaranya sebagai berikut:

  1) Mengakui hak setiap orang

  Setiap manusia tentunya mempunyai kepentingan yang berbeda dalam kehidupan. Mengakui hak setiap orang merupakan sikap mental yang mengakui bahwa setiap manusia berhak menentukan sikap dan nasibnya masing-masing.

  2) Menghormati keyakinan orang lain

  Tidak menghormati keyakinan orang lain atau memaksakan keyakinan seseorang dengan kekerasan akan mengakibatkan orang lain bersikap hipokrit atau munafik. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa dalam hidup bermasyarakat harus saling menghormati. 3)

  Setuju dalam perbedaan Perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan karena memang di dunia ini selalu ada perbedaan.

  4) Saling mengerti

  Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang lain bila tidak saling pengertian. Maka akibatnya akan saling membenci.

  5) Kesadaran dan kejujuran

  Sikap toleransi menyangkut sikap dan kesadaran batin seseorang, dan kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan kepolosan sikap dalam prilaku (Umar,1979:23-25).

c. Sikap Toleransi

  Sikap merupakan organisai pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut yang dipilihnya (Walgito,1994:109). Sedangkan seperti penjelasan di atas toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

  Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa sikap toleran adalah kesiapan seseorang dalam bertindak untuk saling menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.

B. Suku Sasak 1. Pengertian Suku Sasak

  Kata Sasak berasal dari “sak-sak” (rakit bambu). Pada abad ke 5 hingga 6 terjadi gelombang migrasi dari pulau jawa ke Bali dan Lombok. Migrasi tersebut disebabkan oleh runtuhnya kerajaan Daha dan Kalingga di Jawa, orang yang bermigrasi ke pulau Lombok menggunakan alat transportasi laut yang disebut sak-sak (rakit bambu). Oleh karena itulah, beberapa sejarawan berpendapat munculnya kata “Sasak” berasal dari hal tersebut. Ada juga yang bependapat kata “Sasak” berasal dari kebiasaan masyarakat Lombok saat itu yang memakai ikat kepala berbahan tembasak (Iman,2010:18).

  Ada beberapa pendapat bahwa nama Suku Sasak dan Lombok mempunyai kaitan erat, sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu kata “Sa’sa Lombo”(dari bahasa Sasak), Sa’sa berarti satu dan Lombo berarti lurus. Dalam literatur dan buku-buku lama terdapat kata Lombo’ di tulis dengan “hamzah”, tidak memakai “K” pada huruf akhirnya. Sementara pada zaman Portugis, ditulis dengan huruf “Q” pada huruf akhirnya menjadi “Lomboq”, lalu pada zaman Belanda ditulis dengan huruf “K” pada huruf terakhir menjadi “Lombok”(Iman,2010:27).

  Sasak Lombok berarti satu-satunya kelurusan dan kemudian kata Sasak dijadikan nama suku yang mendiami pulau kecil bernama Lombok. Dari segi bahasa Sasak sangat sederhana, yaitu tidak ada kata tempat atau nama benda, paling banyak terdiri dari dua suku kata kalau ada kata yang terdiri lebih dari dua suku kata tentunya datang dari luar contohnya jendela, bendera. Demikian juga untuk mendapatkan satu nama juga sangat sederhana, misalnya untuk mencari nama dalam penentuan nama desa hanya menambahkan kata “barat” dan “timur” misalnya cakra Barat lalu pemecahnya dinamai cakra timur. Atau kalo misalnya di desa baru tersebut terdapat pohon asam, maka cukup dinamakan “dasan bagik” (bagik asam). Demikian juga untuk mencarikan nama baru dari benda yang baru dikenalnya yang datang dari luar cukup ditambahkan nama asal daerahnya, misalnya bebek yang didatangkan dari jawa diberi nama “bebek jawa” lalu sapi yang didatangkan dari Bali diberi nama “sapi Bali”. Dari segi kehidupan masyarakat SasakSuku Sasak bersandar pada S a’sa Lombo’, sebagai cermin yang dianutnya“satu-satunya kelurusan” yaitu berserah diri kepada Tuhan (Tauhid). Taat kepada tuhan, taat kepada pemerintah, taat kepada orang yang lebih tua, Suku Sasak sangat teguh memegang apa yang diajarkan kepada mereka (Lukman,2005:4)

  Dalam bermasyarakat Suku Sasak sangat taat dan meghormati orang tua, misalnya dalam musyawarah jika orang tua memberi pendapat, saran, pandangan, maka yang lain harus mengikuti saran atau pendapat tersebut, karena orang tua tidak mungkin berbohong dan menjerumuskan.

2. Sejarah Suku Sasak

  Pulau Lombok adalah salah satu pulau yang termasuk dalam untaian pulau-pulau di Nusantara. Sekitar 80% penduduk Lombok adalah Suku Sasak, sebuah suku yang masih berdekatan dengan suku Bali. Sebelum kedatangan pengaruh asing, Suku Sasak memiliki kepercayaan asli yaitu Boda dan disebut sebagai Sasak-

  

Boda (Erni,2016:8).Namun agama ini tidaklah sama dengan Budhisme

  karena ia tidak mengakui sidarta Gautama atau sang Budha sebagai figur utama pemujanya. Agama Boda dari orang Sasak asli terutama ditandai oleh animisme dan panteisme, Sasak asli hanya melakukan pemujaan dan penyembahan kepada roh-roh lokal, tetapi hal itu dapat ditaklukan dengan adanya pengaruh-pengaruh dari luar. Orang jawa, Makasar, Bugis, Bali, Belanda, dan Jepang berhasil menguasai lombok kurang lebih satu milinium (Erni,2016:8).

  Kerajaan Hindu-Majapahit dari Jawa Timur, masuk ke Lombok pada abad ke-7 memperkenalkan Hindu-Budhisme ke kalangan Suku Sasak. Setelah dinasti Majapahit jatuh, agama Islam dibawa untuk pertama kalinya oleh para raja Jawa muslim pada abad ke-13 ke kalangan Sasak Lombok dari Barat Laut. Islam segera menyatu dengan ajaran sufisme Jawa yang penuh mistikisme. Orang-orang Makasar tiba di Lombok Timur pada abad ke-16 dan berhasil menguasai Selaparang, kerajaan orang Sasak asli. Dibandingkan orang Jawa, orang Makasar lebih berhasil dalam mendakwahkan ajaran Islam sunni, mereka berhasil membuat seluruh orang Sasak ke dalam Islam, meskipun kebanyakan dari orang Sasak masih mencampurkan Islam dengan kepercayaan lokal non Islam (Erni,2016:9)

  Kerajaan Bali dari Karangasem menduduki daerah Lombok Barat sekitar abad ke-17 dan kemudian mengkonsolidasikan kekuasaannya terhadap seluruh Lombok setelah mengalahkan kerajaan Makasar pada tahun 1740. Pemerintahan Bali memperlihatkan kearifan dan toleransi yang besar terhadap orang Sasak dengan membiarkan meraka mengikuti agama meraka sendiri. Kendati demikian, di bawah pemerintahan kerajaan Bali yang pagan,kalangan bangsawan Sasak terislamisasi dan para pemimpin lainnya, seperti Tuan Guru, merasa tertekan dan bergabung bersama-sama untuk memimpin banyak pemeberontakan melawan Bali, kendati tidak berhasil. Kekalahan ini mendorong beberapa bangsawan Sasak meminta campur tangan militer Belanda untuk mengusir kerajaan Bali. Permintaan mereka itu memberi peluang Belanda untuk masuk ke Lombok untuk memerangi dinasti Bali. Ketika akhirnya Belanda berhasil menaklukkan dan mengusir Bali dari Lombok, alih-alih mengembalikan kekuasaan bangsawan Sasak terhadap Lombok, mereka menjadi penjajah baru terhadap Sasak. Belanda banyak mengambil tanah yang sebelumnya dikuasai oleh pemerintah kerajaan Bali, dan memberlakukan pajak tanah yang tinggi terhadap penduduk (Kraan,1979) dalam (Erni,2016:9).

  Dibawah Belanda, Sasak mengalami kontrol dan penindasan yang lebih keji daripada pengusa-penguasa sebelumnya. Para pemimpin Islam, Tuan Guru, yang sebelum kedatangan Belanda telah melakukan dakwah untuk mensiarkan ajaran-ajaran Islam ortodoks dikalangan

  

Wetu Telu , akhirnya menjadikan Islam sebagai dasar perjuangan

idiologisuntuk melawan penjajah Belanda yang dianggap kafir.

  Sepanjang pemerintahan kolonial Belanda, Tuan Guru mengalikan gerakan dakwah mereka menjadi pemberontakan-pemberontakan lokal idiologis islami untuk mengalahkan Belanda. Gerakan pemeberontakan yang dipimpin oleh para Tuan Guru memperoleh pengikut yang meningkat, dan lambat laun mengurangi pengaruh bangsawan Sasak yang sebagian besar mendasarkan otoritas mereka dari warisan tradisi lokal. Selama era koloniasi Belanda, gerakan dakwah pimpinan Tuan Guru makin meningkatakan polarisasi antara Wetu Telu dan Wetu Lima. Jika kelompok pertama memberikan loyalitas mereka kepada para bangsawan Sasak sebagai pemimpin tradisional dan terus memuja adat lokal, kelompok kedua mengikuti Tuan Guru sebagai pemimpin keagamaan karismatik mereka.

  Jepang menggantikan Belanda di Lombok untuk suatu periode yang singkat 1942 dan 1945. Sesudah itu, selama peperangan kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha menguasai kembali Lombok dan pulau-pulau Indonesia lainnya, tetapi tidak berhasil.

  Lombok merdeka pada tahun 1946 sebagai bagian dari Indonesia dan setelah itu pada tahun 1950 Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid yang juga pemimpin nasionalis mendirikan pesantrennya, Nahdlatul Wathan, yang sekarang merupakan salah satu pesantren tertua di Lombok (Erni,2016:10).

3. Keberagaman Suku Sasak

  Keanekaragaman budaya Indonesia dari satu daerah dengan daerah lain menunjukkan arti penting adat sebagai pewujudan budaya lokal.

  Adat memiliki makna yang luas dan ekspresi adat tidak sama dan memiliki variasi yang berbeda diantara daerah satu dengan yang lain.

  Keanekaragaman adat merupakan simbol perbedaan-perbedaan kultural, dan kebanyakan komunitas etnik memberikan pembenaran pada adat sebagai sumber identitas khas mereka. Adat tidak bisa dipahami sebagai hukum kebiasaan belaka. Namun, keragaman adat juga terletak pada aneka rasa masakan, desain arsitektur, gaya berbusana, kebiasaan makan, berbahasa dengan dialek tertentu, pakaian adat, upacara adat, serta berbagai kerajinan yang dihasilakan adat tersebut. Adat mendapatkan kesahihannya dari masa lampau, yaitu masa ketika nenek moyang menegakkan pranata yang diikuti tanpa batas waktu (Erni,2016:47).

  Adat secara ideal dipandang sebagai karya para leluhur. Keturunan yang masih hidup merasa bahwa setiap kali mereka mempraktekkan adat, tindakan-tindakan mereka terus menerus diawasi arwah para leluhur tersebut para leluhur dianggap sebagai makhluk supranatural yang memiliki kekuatan supranatural yang bisa mempengaruhi anak turunnya (Erni,2016:48).

  Kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak spenuh dengan ritual, meskipun ritual seperti khitan, perkawinan, dan kematian berasal dari Islam namun penyelenggaraan upacara-upacara tersebut bertujuan untuk melestarikan tradisi leluhur oleh karena itu pelaksanaan upcara yang dilakukan Watu Telu berbeda dengan yang dilakukan oleh Watu Lima. Contohnya pada masyarakat Bayan penganut Watu Telu mengenal beberapa peristiwa yang menandai siklus kehidupan.

  Peristiwa-peristiwa yang utama adalah kelahiran, kematian, sedangkan peristiwa lainnya menyangkut tahapan-tahapan kehidupan yaitu masa kanak-kanak, masa akil baliq, dan masa dewasa. Orang Sasak mengelompokkan upacara-upacara penting yang diadakan dalam kehidupan menjadi gawe urip dan gawe pati. Gawe urip adalah serangkaian aktifitas ritual yang dilangsungkan dalam kehidupan seseorang. Upacara ini terdiri dari pemberian nama dan pembuangan abu (buang au), pemotongan rambut (ngurisang), melarikan gadis (merari) dan perkawinan (ngawinang). Gawe pati adalah serangkaian upacara yang dilakukan bagi yang sudah meninggal. Ritual ini terdiri dari upacar pemakaman (nusur tanah), hingga upacara setelah kematian yang diadakan hari ketiga (nelung), hari ketujuh (mituk), hari kesembilan (nyiwak), hari keempat puluh (matang puluh), hari keseratus (nyatus) dan keseribu (nyiu)kematian seseorang (Erni,2016:138).

  Dalam ritual makan bersama gawe urip dan gawe pati bisa dibedakan dari posisi duduk peserta utama ritual dan banyaknya

  sampak yang disajikan di tengah kumpulan kaum pria yang duduk

Dokumen yang terkait

PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 71

PENDIDIKAN ISLAM BAGI ANAK DALAM KELUARGA BURUH TANI DI DESA SELOPAJANG BARAT KECAMATAN BLADO KABUPATEN BATANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 124

PENGARUH TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM DI DUSUN MARGOSARI DESA NGADIROJO KECAMATAN AMPEL SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 85

PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 70

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI YA QOWIYYU DI DESA JATINOM KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 98

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 117

MODEL PENDIDIKAN ISLAM SUKU SAMIN DI DUSUN KARANGPACE DESA KLOPODUWUR KECAMATAN BANJAREJO KABUPATEN BLORA TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 99