ANALISIS PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT PUPUK SRIWIJAYA SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT PUPUK SRIWIJAYA SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA

(BUMN)

Oleh

BILLY SANDRO PRIMADITA

CSR merupakan program yang bersifat mutualis (saling menguntungkan) antara korporat dan stakeholders. PT Pusri sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, tidak hanya dituntut kemampuannya dalam mencari keuntungan saja, tetapi memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan bantuan secara aktif.. Dasar pelaksanaan CSR pada PT Pusri dijelaskan pada Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. PT Pusri memiliki kewajiban dalam melaksanakan program CSR ini sebagaimana yang diamanatkan undang-undang, sehingga terdapat beberapa bentuk program Kemitraan dan Bina lingkungan yang dilaksanakan oleh PT Pusri. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah bagaimana pelaksanaan CSR pada PT Pusri dan apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan CSR pada PT Pusri.

Metode penelitian yang digunakan adalah normatif-terapan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dengan prosedur pengumpulan data melalui studi pustaka dan data pendukung dari hasil wawancara narasumber. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan cara seleksi data, pengkajian, serta kualifikasi data, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, PT Pusri melaksanakan CSR berbentuk community development yang diterapkan dalam kegiatan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan acuan Peraturan Menteri BUMN No Per-05/MBU/2007. Program kemitraan pada PT Pusri dilakukan dengan 2 bentuk yaitu Program Kemitraan Reguler bagi pelaku usaha non pertanian dan Program


(2)

Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) bagi pelaku usaha pada bidang Pertanian khususnya bagi para supplier pupuk. Sedangkan Program Bina Lingkungan PT Pusri memiliki 6 (enam) fokus kegiatan meliputi pendidikan, kesehatan, pengembangan sarana umum, keagamaan, bantuan bencana dan pelestarian alam. Manfaat pelaksanaan PKBL sebagai bentuk dari CSR berimplikasi terhadap peningkatan citra baik dan kepercayaan masyarakat pada PT Pusri sehingga dapat menjalankan usaha ekonomi dengan bertanggung jawab dan berkelanjutan walaupun ditemukan beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.


(3)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir ... 28 Gambar 2. Logo Pusri ... 41


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Umumnya ... 9

1. Sejarah Perkembangan CSR ... 9

2. Wacana CSR dari Berbagai Perspektif ... 14

B. CSR Sebagai Kewajiban BUMN ... 24

C. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan ... 25

D. Kerangka Pikir ... 28

III. METODE PENELITIAN A. Jenis, Lokasi dan Tipe Penelitian ... 30

B. Pendekatakan Masalah ... 31

C. Data dan Sumber Data ... 32

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 33

E. Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tentang PT Pusri ... 35

1. Sejarah PT Pusri ... 35

2. Usaha dan Tujuan PT Pusri ... 38

3. Visi, Misi dan Nilai PT Pusri ... 39

4. Makna Logo PT Pusri ... 40

B. Pelaksanaan CSR Pada PT Pusri ... 42

C. Manfaat dan Penghambat Pelaksanaan CSR Pada PT Pusri .... 60

V. KESIMPULAN ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(5)

ANALISIS PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR) PADA PT PUPUK SRIWIJAYA SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

(Skripsi)

Oleh :

BILLY SANDRO PRIMADITA (0852011046)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ratna Syamsiar, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. ...

Penguji

Bukan Pembimbing: Yennie Agustin, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003


(7)

Judul Skripsi : ANALISIS PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT PUPUK SRIWIJAYA

SEBAGAI BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

Nama Mahasiswa :

Billy Sandro Primadita

No. Pokok Mahasiswa : 0852011046

Bagian : Hukum Perdata

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

2. Ketua Bagian Hukum Perdata

Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. NIP 19580527 1984031 001 Ratna Syamsiar, S.H., M.H.

19550428 1981032 001

Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. 19790325 2009122 001


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, Zat yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku tersayang Khairil Anwar Perdana, S.E. dan Apriliantini, kedua adikku Muhammad Rilly Patriotika dan Bella Sandra Primatara serta keluarga besarku tercinta yang

telah memberikan cinta, kasih sayang, kebahagiaan, doa, motivasi, semangat serta pengorbanannya selama ini untuk keberhasilanku.

Sahabat-sahabat tersayang Almamater tercinta


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung tanggal 5 Maret 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Khairil Anwar, S.E. dan Ibu Apriliantini.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2002 di SDN 2 Labuhan Ratu, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005. SMAN 9 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) dan pernah menjabat sebagai Ketua pada periode 2009-2010. Penulis juga menjadi anggota Hima Perdata periode kepengurusan 2011/2012.

Semenjak tahun 2012 sampai dengan sekarang, penulis aktif bekerja pada SAPTA CONSULTANT dan membidangi bagian legal, umum dan pelatihan. Penulis juga menjadi asisten penulisan disertasi program doktoral Universitas Negeri Jakarta Ibu Veronika Saptarini, S.H., M.M yang berjudul “Evaluasi Kebijakan Program CSR Lampung”.


(10)

MOTTO

“Sebaiknya kita hidup dengan dipenuhi rasa tanggung jawab social, tidak hanya kepada orang lain, namun kepada diri kita sendiri dan Tuhan YME”

(Anonim)

” "In time We shall make them fully understand Our messages [through what they perceive] in the utmost horizons [of the universe] and within themselves, so that it will become clear unto them that this [revelation] is indeed the truth. [Still,] is it not enough [for them to know]

that thy Sustainer is witness unto everything?"” (Q, 41:53)

“If you know the enemy and know yourself, your victory will not stand in doubt; if you know Heaven and know Earth, you may make your victory complete.”


(11)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul ”Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT Pupuk Sriwijaya Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Studi Pada PT. Pupuk Sriwijaya PPD Lampung)”. Adapun Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi serta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Heryandi, S.H., M.S. Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(12)

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. Ketua Jurusan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H. Pembimbing 1 (satu) yang telah banyak membantu dengan memberikan banyak ilmu bermanfaat, meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, dengan memberikan saran serta kritik yang membangun

4. Ibu Dianne Eka Rusmawati, S.H., M.Hum. Pembimbing 2 (dua) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Yennie Agustin, S.H, M.H. Pembahas 1 (satu) yang telah memberikan kritik, saran

dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

5. Ibu Ahmad Zazili, S.H., M.H. Pembahas 2 (dua) yang telah memberikan kritik, saran serta masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Ibu Marlia Eka Putri, S.H., M.H. Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis serta memberikan kemudahan dan bantuannya selama ini.

8. Bapak Tarno dan Ibu Siti serta Staf Panitera Hukum Perdata yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data.

9. Bapak Muhaidi, Bapak Raden Muhammad Iqbal dan Ibu Murniati selaku perwakilan manager area dan staff PKBL PT Pusri PPD Lampung yang telah memberikan data dan arahan sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam Penelitian.

10.Semua mitra di 7C Office Gallery yang selalu ada untuk mengingatkan, mendukung dan memberikan pelajaran penting tentang hidup ini.


(13)

11.Orang-orang terdekat dan terkasih, Papa, Mama, Oka, Bella, Caca, Bu Rini, Pak Eka, Pak Janter, Pak Watoni, Karina, Rafli, Arga, Yudho, Mba Tora, Amoy, Mba Anggi, Aa’, Mas Ocha, Mas Bim, Mba Wul, Ayu, Teteh, dll. Kalian yang terbaik.

Semoga Allah SWT, menerima dan membalas semua kebaikan yang kita perbuat. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membacanya. Amin

Bandar Lampung, 10 Mei 2013 Penulis,


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disebut CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal (artinya kepada pemegang saham atau shareholder) tapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya lebih luas. Beberapa hal yang termasuk dalam CSR antara lain adalah tata laksana perusahaan (Corporate Governance) yang sekarang sedang marak di Indonesia,1 kesadaran perusahaan akan lingkungan, kondisi tempat kerja dan standar bagi karyawan, serta hubungan perusahaan-masyarakat.

CSR memiliki arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada. CSR merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari

1

Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti EnronCorporation dan Worldcom. Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap masalah ini diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada akhir tahun 2004.


(15)

2

stakeholders baik secara internal (pekerja, shareholders, dan penanaman modal) maupun eksternal (kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain). Sebuah perusahaan yang menerapkan CSR tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang hanya mementingkan keuntungan atau laba perusahaan saja, namun memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Konsep CSR tersebut dinamakan triple bottom line, yaitu selain mengejar profit perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.2

CSR merupakan program yang bersifat mutualis (saling menguntungkan), antara korporat dan stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Ini mengindisikasikan bahwa mekanisme komunikasi yang dilakukan pastinya juga bersifat dua arah. Korporat tidak hanya berperan sebagai penyampai pesan tetapi juga harus arif untuk mendengar aspirasi stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Demikian pula dengan stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan), baik internal maupun eksternal, juga mengedepankan sebuah prinsip dan nilai-nilai untuk melakukan kerja sama dan kemitraan dengan korporat dalam menjalankan aktivitas CSR. Mekanisme dialog dan dengar pendapat menjadi hal mendasar yang tidak dapat dihindari.3

Di Indonesia, fungsi dan peran BUMN tertuang secara jelas pada UUD Negara Republik Indonesia 1945. Pada Orde Lama, BUMN dijadikan alat pemerintah

2

Emi R Ernwan, Business Ethics, Bandung, Alfabeta, 2007, hlm 112. 3

Reza Rahman, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, Jakarta, PT. Buku Kita, 2009, hlm 103.


(16)

3

untuk merealisasikan kebijakan ekonomi terpimpin, sedangkan pada era Orde Baru, BUMN diarahkan pada upaya untuk merekonstruksi ekonomi yang parah dan sebagai perintis sektor-sektor ekonomi yang belum terbuka. Namun semenjak jatuhnya harga minyak tahun 80-an, pemerintah memperketat anggaran dan membelanjai sektor prioritas bukan lagi BUMN. Untuk itu pemerintah menempuh berbagai kebijaksanaan guna memberdayakan BUMN atas dasar kemampuan sendiri, dengan tujuan peningkatan produktifitas, efektifitas dan efisiensi terjaminya prinsi-prinsip ekonomi dalam pengelolaannya (accountable & audittable) dan mempunyai daya saing tinggi berdasarkan prinsip mekanisme pasar bebas agar dapat mempertahankan kehadirannya sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional, serta yang pada akhirnya sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (agen of development).4

Pasal 2 ayat (1) huruf e Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN (selanjutnya disebut UU BUMN) menyatakan bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat. Selanjutnya di dalam Pasal 88 ayat (1) UU BUMN tersebut disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil dan koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Sehingga BUMN tidak hanya dituntut kemampuannya dalam mencari profit/keuntungan saja, tetapi BUMN juga memiliki tanggung jawab memberikan bimbingan bantuan secara

4

Marsuki, Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional Kebijaksanaan Ekonomi, Ekonomi Kerakyatan Perbankan, Kredit, Uang, Pasar Modal, BUMN, Privatisasi, Pengusaha Utang Luar Negeri, dan Isu Ekonomi Sektoral, Jakarta, Mitra Wacana Media, 2005, hlm 255-256.


(17)

4

aktif kepada karyawan, pengusaha golongan lemah, koperasi, masyarakat dan juga dalam hal kegiatan pelestarian lingkungan.

Tanggung Jawab BUMN tersebut dilakukan melalui Program CSR atau tanggung jawab sosial korporat yang pada awalnya didasarkan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT), Pasal 74 UUPT menyatakan bahwa perseroan (termasuk di dalamnya BUMN sebagai korporasi) yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Pasal 88 ayat (1) UU BUMN juga menyatakan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara, sebagai lembaga pemerintah yang menaungi dan mengayomi institusi BUMN, turut menindaklanjuti Pasal 88 UU BUMN tersebut dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang telah mulai diberlakukan untuk tahun 2007 dan ditetapkan pada tanggal 27 April 2007. Peraturan ini menggantikan peraturan sejenis terdahulu yakni Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Kep-236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003. Peraturan ini mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan CSR pada BUMN.

Salah satu indikasi terlaksananya CSR pada PT Pupuk Sriwijaya adalah dengan terlaksananya program PKBL yang didasarkan pada Permen BUMN


(18)

No.Per-5

05/MBU/2007 tentang PKBL. Namun, pelaksanaan CSR pada PKBL tidak sepenuhnya dapat dikatakan sebagai CSR. Karena program PKBL mempunyai fokus pada community development, sedang CSR lebih luas cakupannya. Artinya, PKBL merupakan bagian dari CSR. Community Development di antaranya adalah proses mengajak masyarakat aktif bersama menemukan solusi untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya. Sedangkan CSR sendiri harus mencakup pertanggung jawaban atas dampak negatif yang timbul dari bisnisnya pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkunngan, bahkan jauh sampai dengan sistem yang terintegrasi dalam perencanaan bisnis perusahaan.5

Dengan demikian, CSR pada BUMN tidak hanya terbatas pada konsep pemberian donor (sumbangan) saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif, hanya dikeluarkan dari perusahaan, akan tetapi hak dan kewajiban yangdim iliki bersama antara stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan). Pelaksanaan CSR pada BUMN seyogyanya harus secara sungguh-sungguh dan berkomitmen teguh serta berkelanjutan. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan merupakan bagian kecil daripada implementasi CSR sebagaimana konsep-konsep yang berkembang dan dikembangkan oleh pakar dibidangnya. CSR pada BUMN esensinya, menuntut kepedulian semua pihak atas berbagai masalah universal, termasuk di dalamnya menyangkut format etika berbisnis. PT Pupuk Sriwijaya adalah BUMN yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1959. PT Pusri merupakan perusahaan yang bertujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi, dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang industri pupuk dan

5


(19)

6

industri kimia lainnya, melalui usaha produksi, perdagangan, pemberian jasa, dan usaha lainnya. Program Kemitraan Pusri dilakukan melalui dua kegiatan strategis yaitu Bidang Pengembangan dan Bidang Pembinaan. Di bidang Pengembangan, dalam realisasi core bussines Pusri mengutamakan keunggulan Kelompok Tani dan Rice Milling Unit (RMU). Sehubungan dengan hal itu Pusri sedang dalam proses membentuk Badan Usaha Milik Petani (BUMP) bekerjasama dengan Bulog. Sedangkan di Bidang Pembinaan, guna meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mitra binaan Pusri melakukan program pelatihan, pendidikan dan studi banding.

Suksesnya pelaksanaan program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). GP3K merupakan bentuk dukungan BUMN dalam rangka program ketahanan pangan nasional dengan target surplus beras nasional 10 juta ton dalam kurun waktu 2011-2015. Peranan PT Pupuk Sriwijaya dalam program ini adalah untuk melakukan pengawalan dan menyediakan modal pengolahan lahan, benih, pupuk dan pestisida kepada petani. Program GP3K dilakukan melalui dua pendekatan yaitu optimalisasi lahan sawah dan optimalisasi lahan kering. Pola kerja sama BUMN dengan petani adalah Pola Yarnen (Bayar Panen), dimana seluruh kebutuhan sarana produksi petani dibantu dalam bentuk pinjaman natura dan innatura selanjutnya dikembalikan atau dibayar petani setelah panen.6 Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai implementasi penerapan CSR pada BUMN dengan lokasi penelitian pada PT Pusri.

6

http://rimanews.com/read/20110727/36114/dukung-ketahanan-pangan-nasional-pemerintah-canangkan-gp3k diakses pada 9 April 2012 pukul 07.25 WIB.


(20)

7

B. Rumusan Masalah Dan Ruang Lingkup

Berdasarkan judul skripsi “Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pada Pt Pupuk Sriwijaya Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)” dan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan suatu permasalahan yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan CSR yang diterapkan PT Pupuk Sriwijaya?

2. Apa manfaat dan penghambat pelaksanaan CSR pada PT Pupuk Sriwijaya ?

Penelitian ini termasuk ke dalam ruang lingkup:

Berdasarkan permasalahan diatas agar tidak meluas dan terarahnya pembahasan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada penerapan CSR oleh PT Pupuk Sriwijaya selaku BUMN. Sedangkan lingkup bidang ilmu penelitian ini adalah hukum ekonomi karena PT Pupuk Sriwijaya baik secara langsung maupun tidak memiliki kontribusi terhadap perkembangan ekonomi, masyarakat dan lingkungan. Aktifitas ekonomi tersebut menimbulkan kepentingan masyarakat serta pemerintah untuk menerapkan konsep CSR. Untuk menyelaraskan kepentingan sosial dan lingkungan tersebut maka diperlukan adanya pengaturan oleh hukum, dalam hal ini hukum ekonomi yaitu bidang hukum perusahaan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah untuk menganalisis:


(21)

8

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan CSR pada PT Pupuk Sriwijaya.

Hasil Analisis tersebut kemudian dideskripsikan secara lengkap, rinci, dan jelas dan sistematis yang dituangkan dalam sebuah bentuk skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini juga berguna baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk:

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya.

2. Menganalisis sejauh mana penerapan CSR pada PT Pupuk Sriwijaya sebagai BUMN.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia perusahaan yang berhubungan langsung dengan penerapan CSR tersebut kemudian dapat mengimplementasikan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dengan sebaik-baiknya sehingga membawa manfaat baik bagi perusahaan, bagi pemerintah, bagi masyarakat, maupun bagi kelestarian lingkungan.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Umumnya 1. Sejarah Perkembangan CSR

CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakan sejak lama. Bahkan di dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain.6

Adanya Revolusi Industri telah menyebabkan masalah tanggung jawab perusahaan menjadi fokus yang tajam. Ini merefleksikan kekuatan industri baru untuk membentuk kembali hubungan yang sudah diaggap kuno, feodal, klan, rumpun, atau sistem otoritas yang berlandaskan kekeluargaan dan teknologi

memberi kekuasaan yang besar dan kekayaan pada “perusahaan”. Tanah harus

dibagi-bagikan kembali dan kota-kota dibangun. Kekuatan mesin yang melebihi manusia meningkatkan masalah tanggung jawab dan moralitas. Kesan yang

6Hangga Surya Prayoga, “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”, http://www.dohangga.com/, terakhir kali diakses pada tanggal 28 November 2011, pada pukul 19.10 WIB


(23)

10

kadang-kadang muncul adalah Revolusi Industri melakukan pelanggaran keras terhadap sistem, struktur, dan perhatian pada masa lalu. Dampak industrialisasi terhadap lingkungan alam maupun lingkungan buatan menjadi sumber baru untuk diperhatikan dan diberi tanggapan. Kondisi di sekitar pabrik dan kota memperbesar kemarahan dan membuat orang lain memberi perhatian mendalam.7 Perkembangan CSR semakin terasa pada tahun 1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah mendorong berkembangnya beragam aktivitas yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya sektor produktif dari masyarakat.8

Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat juga ditelusuri dari zaman Yunani kuno, sebagaimana disarankan Nocholas Eberstadt. Beberapa pengamat menyatakan CSR berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan yang dikembangkan gereja Kristen maupun fiqih muamalah dalam Islam. Tetapi istilah CSR sendiri baru menjadi populer setelah Howard Bowen menerbitkan

buku “Social Responsibility of Businessmen” pada 1953. Sejak itu perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dimulai. Tetapi baru pada dekade 1980-an dunia barat menyetujui penuh ad1980-anya t1980-anggung jawab sosial itu. Tentunya

7

Tom Cannon, Corporate Responsibility (Tanggung Jawab Perusahaan), Jakarta, PT. Elex Media Komputindo, 1995, hlm 28.

8

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility (CSR), Gresik, Fascho Publishing, 2007, hlm 4.


(24)

11

dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai pemahaman perusahaan terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial.9

Buku karangan Howard Bowen yang berjudul “Social Responsibility of Businessmen” dapat dianggap sebagai tonggak bagi CSR modern. Dalam buku itu Bowen memberikan definisi awal dari CSR sebagai: “…obligation of businessman to pursue those policies, to make those decisions or to follow those line of action which are diserable in term of the objectives and values of our society.” Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris di kalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak CSR. Sejak saat itu sudah banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan dalam buku Bowen. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai “kewajiban perusahan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kinerja finansial perusahaan.10

Pemikiran Bowen dikembangkan pada dekade 1960-an oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Devis yang memperkenalkan konsep Iron law of Social Responsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat bahwa

9

http://www.csrindonesia.com/, terakhir kali diakses tanggal 28 November 2011. 10

Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hlm 37.


(25)

12

penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakat. Dalam periode 1970-1980 definisi CSR lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar menjadi penunjang eksistensi perusahaan.11

Terbitnya buku “The Limits to Growth” pada dasawarsa 1970-an merupakan hasil pemikiran para cendikiawan dunia yang tergabung dalam Club of Rome yang dimana buku tersebut terus diperbaharui sampai dengan saat ini. Buku ini mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasan daya dukung. Sementara di sisi lain, manusia bertambah secara eksponensial. Oleh karena itu, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.12

Sampai dengan pada era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya kearah Community Development (CD). Intinya kegiatan kedermawanan yang sebelumnya kental dengan pola kedermawanan ala Robbin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan manusia misal pengembangan kerjasama, memberikan keterampilan, pembukaan akses pasar, dan sebagainya.

11

Ibid. 12


(26)

13

Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan civil society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi prektek CD. CD menjadi suatu aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan berbagai pihak.13

Terobosan besar dalam kontek CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui

konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” yang direlease pada tahun 1997. Ia berpendapat bahwa jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak saat inilah, definisi CSR mulai berkembang.14

Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan

bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun

13

Ibid., hlm 6. 14


(27)

14

2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak – for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan (Supomo, 2004).15

2. Wacana CSR dari Berbagai Perspektif

Saat ini CSR telah menjadi sebuah isu global. Tetapi walaupun telah menjadi sebuah isu global, sampai saat ini belum ada definisi tunggal dari CSR yang diterima secara global. Secara etimologis CSR dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau korporasi.16 Istilah umum ini dikenal di berbagai negara terutama Amerika. Meskipun kata corporate identik dengan

15

http://mamrh.wordpress.com/, terakhir kali diakses tanggal 28 November 2011, pada pukul 10.30 WIB.

16

Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, Jakarta, Forum Sahabat, 2008, hlm 7.


(28)

15

korporasi atau perusahaan, sesungguhnya pengertian korporasi tidak semata-mata dimaknai sebagai perusahaan besar, tetapi lebih luas lagi, yaitu badan hukum.17 CSR secara sederhana dapat diartikan bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh positif di masyarakat. CSR adalah memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Menurut Lord Home dan Richard Watts:

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan perusahaan untuk berperilaku secara etis dan berkontribusi kepada pengembangan ekonomi dengan tetap meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarga mereka, begitu juga halnya dngan masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan.18

CSR dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas.19

CSR menurut K.Bertens adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan dapat diarahkan kepada banyak hal, baik kepada diri sendiri, karyawan, serta perusahaan lain. Jika bicara tentang tanggung jawab sosial yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyakarat dimana perusahaan menjalankan kegiatannya.20

17

I Gede AB WIranata, Kajian Hukum Penanaman Modal, Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung, 2007, hlm 58.

18

Amin Widjaja, Business Ethics & Coprorate Social Responsibility (CSR), Jakarta, Harvarindo, 2008, hlm 22.

19

Bambang Rudito, Op. cit., hlm 207. 20

K. Bertens, Etika Bisnis Menjadi Urusan Siapa, Jakarta, Pusat Pengembangan Etika Univ. Atmajaya, 2000, hlm 292.


(29)

16

UUPT Bab V Pasal 74, menyebut CSR dengan istilah “Tanggung jawab sosial

dan lingkungan”. Dalam Pasal 1 butir 3 UUPT didefinisikan:

Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah sebuah lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company yang berasal lebih dari 30 negara itu, dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR atau tanggung

jawab sosial perusahaan, sebagai “Continuing commitmentby business to behave etnically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.” Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.21

Konsep CSR berkembang pesat selama 20 tahun terakhir ini, yang lahir sebagai akibat dari desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan jaringannya di tingkat global. Hingga dekate 1980-1990an, konsep CSR terus berkembang.

21

Jackie Ambadar, CSR dalam Praktek di Indonesia, jakarta, PT elex Media Komputundo, 2008, hal 33


(30)

17

Munculnya KTT Bumi di Rio pada tahun 1992 menegaskan konsep suistanibility development (pembangunan berkelanjutan) sebagai hal yang harus diperhatikan, tak hanya oleh negara tetapi juga oleh kalangan korporasi. Konsep pembangunan berkelanjutan menurut korporasi, dalam menjalankan usahanya, untuk turut memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

a. Ketersediaan dana; b. Misi lingkungan; c. Tanggung jawab social;

d. Terimpelementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, pemerintah); dan e. Mempunyai nilai keuntungan.

Pertemuan Yohannesburg tahun 2002 yang dihadiri para pemimpin dunia memunculkan konsep social responsibility, yang mengiringi dua konsep sebelumnya yaitu economic dan environment sustainability. Ketiga konsep ini menjadi dasar bagi perusahaan dalam CSR. Pertemuan penting UN Global Compact di Jenewa, Swiss, Kamis, 7 Juli 2007 yang dibuka Sekjen PBB mendapat perhatian media dari berbagai penjuru dunia. Pertemuan itu bertujuan meminta perusahaan untuk menunjukkan tanggung jawab dan perilaku bisnis yang sehat yang dikenal dengan CSR.22

The Commission for European Communities dalam publikasi Green Paper-nya memandang CSR sebagai sebuah konsep yang penting dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi bagi masyarakat yang

22

http://www.madani-ri.com terakhir kali diakses pada 27 November 2011, pada pukul 18.34 WIB.


(31)

18

lebih baik dan lingkungan yang lebih besar. Green Paper mencatat bahwa bagi sebuah organisasi untuk menjadi bertanggungjawab secara lingkungan berarti tidak hanya memenuhi sebuah ekspektasi legal, tetapi juga menginvestasikan lebih dalam hal sumber daya manusia, lingkungan dan hubungan dengan para stakeholders. Green Paper juga mendeskripsikan CSR dalam dua kategori yaitu dimensi internal diinterpretasikan termasuk dalam manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan saat kerja, adaptasi pada perubahan, dan manajemen dari dampak lingkungan dan sumber daya alam. Dimensi eksternal termasuk komunitas lokal, rekan bisnis termasuk pemasok dan konsumen dan kepedulian lingkungan global.23

Magnan & Farrel (2004) mendefinisikan CSR sebagai: “A business acts in socially resposible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholders interest”. Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders (pihak-pihak lain yang berkepentingan) yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggungjawab. Sedangkan komisi Eropa membuat definisi yang lebih praktis, pada dasarnya bagaimana perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih. Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas

23


(32)

19

sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet earth).24 Hal tersebut dikenal dengan teori triple botton line yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun

1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Botton Line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan konsep triple botton line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice.

Elkington memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan tersebut harus

memperhatikan “3P”. Selain mengenai keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).25 Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang merefleksiksn dalam kondisi finansialnya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.

a. Profit ( Keuntungan) .

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham.

24

A.B. Susanto, Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility, Jakarta, The Jakarta Consulting Group, 2007, hlm 21-22.

25


(33)

20

Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keuntungan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin.

Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.

b. People (Masyarakat)

Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Karenanya pula perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan acceptable, perusahaan harus menyertakan pula tanggung jawab yang bersifat sosial.


(34)

21

Menghadapi tren tersebut, saatnya perusahaan melihat serius pengaruh dimensi sosial, dari setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukanlah suatu pilhan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan keberlanjutan operasi perusahaan.

Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) pada masa yang akan datang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

c. Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis dan acceptable maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana kita memperlakukannya.

Hubungan kita dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, dimana jika kita merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada kita. Sebaliknya, jika kita merusaknya, maka kita akan menerima akibatnya. Dengan kata lain, apa yang kita lakukan terhadap lingkungan setempat kita tinggal pada akhirnya akan kembali kepada kita sesuai dengan apa yang telah kita


(35)

22

lakukan. Apakah kita akan menerima manfaat atau justru menderita kerugian, semuanya bergantung pada bagaimana kita menjaga lingkungan.

Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line atau 3BL, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan jangan lupa, planet (lingkungan).26 Meskipun memiliki banyak definisi, namun secara esensi CSR merupakan wujud dari giving back dari korporat kepada komunitas. Perihal hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat tulus guna memberi kontribusi yang paling positif pada komunitas (stakeholders).27

Merujuk pada Saidin dan Abidin sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:28

1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat senior, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

26

Yusuf Wibisono, Op. cit., hlm 33-37. 27

Reza Rahman, Op. cit., hlm 10. 28

Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, Jakarta, Piramedia, 2004, hlm 64-65.


(36)

23

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Berbagai lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pemerintahan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depsos,); Universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat

“hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang


(37)

24

mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

B. CSR Sebagai Kewajiban BUMN

Pengaturan CSR pada UU BUMN dapat dilihat pada : 1. Pasal 88

a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan keputusan menteri.

2. Pasal 90

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam batas kepatuhan hanya dapat memberikan donasi untuk amal atau tujuan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penerapan CSR pada BUMN tersebut ditindaklanjuti dengan Kepmen. BUMN No. Kep-236/MBU/2003 jo. Permen. BUMN No. Per-05/MBU/2007, sehingga memiliki pokok-pokok pemikiran atau pertimbangan sebagai berikut :

1. Mengingat bahwa salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi, dan masyarakat, maka BUMN dapat menyisihkan sebagian laba


(38)

25

bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

2. Persero dan Perum milik Pemerintah (BUMN) wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, sedangkan bagi BUMN Persero Terbuka pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dapat mengacu kepada pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan pada Persero dan Perum (BUMN Non Terbuka).

C. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan

Program Kemitraan dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan mula-mula diatur dalam Permeneg BUMN No. 236/MBU/2003 tentang BUMN. Oleh karena yang diatur di dalamnya dipandang belum cukup memberi landasan operasional bagi perusahaan pelaksana program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka Permeneg BUMN No. 236/MBU/2003 tentang BUMN diganti dengan Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan , tanggal 27 April 2007.

Adapun sasaran atau objek Permeneg BUMN No. Per 05/MBU/2007 yaitu: 1. Usaha Kecil yang disebut Program Kemitraan

a. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri;


(39)

26

b. Caranya dengan jalan memanfaatkan dana dari bagian/laba. 2. Program Bina Lingkungan (Program BL)

a. Bertujuan untuk pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN; b. Caranya, melalui pemanfaatan dari bagian laba BUMN.

Sumber dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang diatur dalam Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yaitu :

1. Bersumber dari penyisihan laba BUMN;

2. Pengadministrasian dan penyusunan RKA Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, terpisah dari RKA Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pembina.

Subjek yang wajib melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang diatur dalam Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan adalah setiap BUMN tanpa mempersoalkan jenis atau bidang kegiatan usahanya.

Pelaksanaan Program Kemitraan diberikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bersangkutan yang diatur dalam Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yaitu dalam bentuk :


(40)

27

1. Pinjaman untuk membiayai modal kerja atau pembelian aktiva tetap milik usaha kecil;

2. Pinjaman khusus untuk membiayai kebutuhan dana pelaksana kegiatan usaha mitra binaan sebagai pinjaman tambahan dan berjangka pendek. Pelaksanaan Program Bina Lingkungan yang diatur dalam Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan merupakan bantuan yang meliputi ruang lingkup :

1. Bantuan korban bencana alam;

2. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; 3. Bantuan peningkatan kesehatan;

4. Bantuan pengembangan prasarana/sarana umum; 5. Bantuan sarana ibadah; dan

6. Bantuan pelestarian alam.


(41)

28

UU BUMN

Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 D. Kerangka Pikir

Gambar 1.Kerangka Pikir Berdasarkan konsep diatas dapat dijelaskan bahwa :

Berdasarkan UU BUMN di-juncto-kan pada Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007, semua jenis BUMN tanpa mempersoalkan jenis dan bidang usahanya memiliki kewajiban untuk melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal dengan CSR. CSR tersebut dilakukan dengan mengadakan Program Kemitraan dengan Pengusaha Kecil dan Program Bina Lingkungan yang pelaksanaannya diatur pada Peraturan Menteri Negara BUMN tersebut.

Program Kemitraan Dengan Usaha Kecil

Program Bina Lingkungan Penerapan CSR pada PT Pupuk Sriwijaya


(42)

29

Program kemitraan dilakukan sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dari bagian laba BUMN. Selanjutnya kriteria/persyaratan yang harus dipenuhi usaha kecil agar dapat menjadi mitra binaan dari PT Pupuk Sriwijaya (Persero) ditentukan oleh Keputusan RUPS yang berpedoman kepada Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007.

Program Bina Lingkungan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian BUMN terhadap pemberdayaan kondisi sosial masyarakat melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Ruang lingkup pelaksanaan Program BL ini dapat berupa bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan/atau pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam.


(43)

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian dilakukan dalam usaha untuk memperoleh data yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian hukum merupakan hal yang ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Selain itu juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul.

Metodologi penelitian sebagai ilmu selalu berdasarkan fakta empiris yang ada dalam masyarakat. Fakta empiris tersebut dikerjakan secara metodis, disusun secara sistematis, dan diuraikan secara logis analisis. Fokus penelitian selalu diarahkan pada penemuan hal-hal yang baru atau mengembangan ilmu yang sudah ada.30

A. Jenis, Lokasi dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif terapan. Penelitian secara normatif yaitu dilakukan dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa buku-buku, literatur dan perundang-undangan serta bahan-bahan lain yang mempunyai hubungan dengan pembahasan dalam penulisan skripsi yaitu

30

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004, hlm 57.


(44)

31

mengenai CSR pada BUMN. Penelitian secara terapan merupakan penelitian yang akan membuktikan implementasi itu sesuai atau tidak dengan ketentuan normatif tolak ukur terapan seperti undang-undang ataupun dokumen hukum. Hal tersebut cara menganalisis implementasi CSR yang dilakukan oleh PT Pupuk Sriwijaya (Persero). PT Pupuk Sriwijaya (Persero) Pusat Pemasaran Daerah (PPD) wilayah Lampung yang berlokasi di Jalan Dr. Susilo, Bandar Lampung.

Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian yang deskriptif, yaitu penelitian yang bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap, jelas, rinci, dan sistematis mengenai pokok permasalahan yang akan diteliti. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) yang lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di suatu tempat tertentu atau mengenai gejala yuridis yang ada atau peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Dalam skripsi ini yang penulis deskripsikan adalah penerapan CSR pada BUMN yang diterapkan oleh PT Pupuk Sriwijaya.

B. Pendekatakan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.31 Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan tipe live chase study yaitu dengan melihat secara langsung penerapan CSR pada PT Pupuk Sriwijaya (Persero) berdasarkan konsep yang dinyatakan di dalam UU BUMN dan Permen BUMN No. Per-05/MBU/2007 yang menyangkut CSR pada BUMN serta Penerapannya oleh PT Pupuk Sriwijaya (Persero).

31


(45)

32

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. 1. Data Primer

Data primer meliputi data perilaku terapan dari ketentuan normatif terhadap peristiwa hukum in concreto.32 Data primer dalam penelitian diperoleh secara langsung dari PT Pupuk Sriwijaya dengan melakukan observasi maupun wawancara pihak-pihak terkait pada PT Pupuk Sriwijaya.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang meliputi perundang-undangan, yurisprudensi dan buku literatur hukum tertulis lainnya. Di samping studi pustaka, juga studi dokumen yang meliputi dokumen hukum yang tidak dipublikasikan melalui perpustakaan umum.33

Data sekunder dibedakan menjadi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan tersier.34 Dalam penelitian ini penulis memperoleh data sekunder melalui perundang-undangan, literatur-literatur serta bahan hukum lainnya yang diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer (primary law material) merupakan bahan hukum yang bersifat mengikat berupa perundang-undangan yang terdiri dari :

1. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 LN 2007 No. 70 TLN No. 4297 tentang Badan Usaha Milik Negara selanjutnya disebut UU BUMN.

32

Ibid, Hlm 151 33

Ibid

34

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia, UI Press,1985, hlm 32


(46)

33

2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

3. Surat Keputusan Direksi mengenai SOP (Standar Operating Procedure) pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berupa literatur-literatur yang berkaitannya dengan permasalahan yang ditulis oleh peneliti.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang lebih dikenal dengan nama acuan bidang hukum, misalnya kamus hukum dan majalah hukum dan bahan-bahan diluar bidang hukum, seperti majalah dan pencarian data melalui internet.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian yang digunakan, yait :

1. Studi Pustaka (Library Research) dilakukan dengan cara mempelajari, membaca, mencatat, memahami dan mengutip data-data yang diperoleh dari beberapa literatur berupa buku-buku, peraturan hukum, yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Studi Lapangan (Field Research) dilakukan dengan tekhnik wawancara, yaitu pengumpulan data melalui pembicaraan secara langsung atau lisan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan CSR di PT Pupuk Sriwijaya


(47)

34

untuk mendapatkan jawaban, tanggapan serta informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Data yang diperoleh atau terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Data/Editing

Hal ini dilakukan setelah semua data dikumpulkan melalui wawancara. Tujuannya adalah untuk menentukan kelengkapan data yang sesuai dengan pokok bahasan.

2. Klasifikasi Data

Menempatkan data menurut kelompok-kelompok yang diteliti sehingga diperoleh data yang obyektif dan sistematis sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

E. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk-bentuk yang lebih mudah dipahami dan interpretasikan. Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dan diolah selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk menghasilkan penelitian hukum yang lebih sempurna mengenai hal yang dibahas yaitu penerapan CSR pada BUMN sehingga memudahkan dilakukannya pembahasan serta ditarik kesimpulan yang tepat.


(48)

V. KESIMPULAN

Adapun hasil kesimpulan yang didapat setelah melakukan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu :

1. PT Pusri telah melaksanakan CSR berbentuk community development melalui program PKBL, pada bidang Kemitraan, PT Pusri memberikan bantuan pinjaman kepada pelaku ekonomi lemah berbentuk bantuan modal dan GP3K melalui program Kemitraan Reguler. PT Pusri menetapkan 6 (enam) bidang yang menjadi fokus kegiatan CSR, yaitu pendidikan, kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, kegiatan keagamaan, bantuan bencana, pelestarian alam dan juga mengikuti program BUMN Peduli yang dikordinasikan Kementerian BUMN.

2. Manfaat pelaksanaan PKBL sebagai bentuk dari CSR berimplikasi terhadap peningkatan citra baik dan kepercayaan masyarakat pada PT Pusri (Persero) sehingga dapat menjalankan bisnis dengan bertanggung jawab dan berkelanjutan walaupun masih terdapat beberapa hambatan menjadi kendala pelaksanaan CSR pada PT Pusri (Persero)


(49)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktek di Indonesia. PT elex Media Komputundo. Jakarta.

Anoraga, Panji. 1995. BUMN, Swasta dan Koperasi Tiga Pelaku Ekonomi. Pustaka Jaya. Jakarta.

Bertens, K. 2000. Etika Bisnis Menjadi Urusan Siapa. Pusat Pengembangan Etika Universitas Atmajaya. Jakarta.

Cannon, Tom. 1995. Corporate Responsibility (Tanggung Jawab Perusahaan). PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Ernwan, Emi R. 2007. Business Ethics. Alfabeta. Bandung.

Ibarahim, Johannes. 2006. Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum. PT Refika Aditama. Bandung.

M, Rita, dkk. 2009. Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha. Forum Sahabat. Jakarta.

Marsuki. 2005. Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional Kebijaksanaan Ekonomi, Ekonomi Kerakyatan Perbankan, Kredit, Uang, Pasar Modal, BUMN, Privatisasi, Pengusaha Utang Luar Negeri, dan Isu Ekonomi Sektoral. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Perusahaan Indonesia. PT, Citra Aditya Bakti. Bandung.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan. PT. Buku Kita. Jakarta.

Rudito, Bambang & Famiola Melia. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Rekayasa Sains. Bandung.

Saidi, Zaim & Abidin Hamid. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramedia. Jakarta.


(50)

Soekanto, Soerjono. 1985. Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.

Soemantri Priambodo, Dibyo. 2004. Perjalanan Panjang dan berliku Refleksi BUMN 1993- 2993 Sebuah Catatan tentang Peristiwa, Pandangan dan Renungan dalam Satu Dasawarsa. Media Pressindo. Yogyakarta.

Susanto, A.B. 2007. Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility. The Jakarta Consulting Group. Jakarta.

Tugiman, Hiro. 1995. Peranan Usaha Kecil dan Koperasi dalam Menanfaatkan Sisa Laba BUMN. Eresco. Bandung.

Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika. Jakarta.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility (CSR). Fascho Publishing. Gresik.

Wibisono, Yusuf. 2006. Analisis Perekonomian Indonesia Kontemporer. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Widjaja, Gunawan & Pratama Yeremia Ardi. 2008. Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. Forum Sahabat. Jakarta.

Widjaja, Amin. 2008. Business Ethics & Coprorate Social Responsibility (CSR). Harvarindo. Jakarta.

Wiranata, I Gede AB. 2007. Kajian Hukum Penanaman Modal. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

B. Jurnal

Rilda Mulyati, ”Kewajiban Hukum Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil”, Jurnal Konstitusi, Vol.1, No.1, Novermber 2009

C. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Suaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.


(51)

D. Internet

http://menelusuri-jejak-csr-pada-bumn.blogspot.com/

Hangga Surya Prayoga. “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”. http://www.dohangga.com

http://mamrh.wordpress.com/2008/07/21/53/

http://rimanews.com/read/20110727/36114/dukung-ketahanan-pangan-nasional-pemerintah-canangkan-gp3khttp://www.csrindonesia.com/

http://mamrh.wordpress.com http://www.madani-ri.com


(1)

33

2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

3. Surat Keputusan Direksi mengenai SOP (Standar Operating Procedure) pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari studi kepustakaan yang berupa literatur-literatur yang berkaitannya dengan permasalahan yang ditulis oleh peneliti.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang lebih dikenal dengan nama acuan bidang hukum, misalnya kamus hukum dan majalah hukum dan bahan-bahan diluar bidang hukum, seperti majalah dan pencarian data melalui internet.

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian yang digunakan, yait :

1. Studi Pustaka (Library Research) dilakukan dengan cara mempelajari, membaca, mencatat, memahami dan mengutip data-data yang diperoleh dari beberapa literatur berupa buku-buku, peraturan hukum, yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Studi Lapangan (Field Research) dilakukan dengan tekhnik wawancara, yaitu pengumpulan data melalui pembicaraan secara langsung atau lisan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan CSR di PT Pupuk Sriwijaya


(2)

34

untuk mendapatkan jawaban, tanggapan serta informasi yang diperlukan oleh peneliti.

Data yang diperoleh atau terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Data/Editing

Hal ini dilakukan setelah semua data dikumpulkan melalui wawancara. Tujuannya adalah untuk menentukan kelengkapan data yang sesuai dengan pokok bahasan.

2. Klasifikasi Data

Menempatkan data menurut kelompok-kelompok yang diteliti sehingga diperoleh data yang obyektif dan sistematis sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

E. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk menyederhanakan data kedalam bentuk-bentuk yang lebih mudah dipahami dan interpretasikan. Dalam penelitian ini data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dan diolah selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk menghasilkan penelitian hukum yang lebih sempurna mengenai hal yang dibahas yaitu penerapan CSR pada BUMN sehingga memudahkan dilakukannya pembahasan serta ditarik kesimpulan yang tepat.


(3)

V. KESIMPULAN

Adapun hasil kesimpulan yang didapat setelah melakukan penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu :

1. PT Pusri telah melaksanakan CSR berbentuk community development melalui program PKBL, pada bidang Kemitraan, PT Pusri memberikan bantuan pinjaman kepada pelaku ekonomi lemah berbentuk bantuan modal dan GP3K melalui program Kemitraan Reguler. PT Pusri menetapkan 6 (enam) bidang yang menjadi fokus kegiatan CSR, yaitu pendidikan, kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, kegiatan keagamaan, bantuan bencana, pelestarian alam dan juga mengikuti program BUMN Peduli yang dikordinasikan Kementerian BUMN.

2. Manfaat pelaksanaan PKBL sebagai bentuk dari CSR berimplikasi terhadap peningkatan citra baik dan kepercayaan masyarakat pada PT Pusri (Persero) sehingga dapat menjalankan bisnis dengan bertanggung jawab dan berkelanjutan walaupun masih terdapat beberapa hambatan menjadi kendala pelaksanaan CSR pada PT Pusri (Persero)


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktek di Indonesia. PT elex Media Komputundo. Jakarta.

Anoraga, Panji. 1995. BUMN, Swasta dan Koperasi Tiga Pelaku Ekonomi. Pustaka Jaya. Jakarta.

Bertens, K. 2000. Etika Bisnis Menjadi Urusan Siapa. Pusat Pengembangan Etika Universitas Atmajaya. Jakarta.

Cannon, Tom. 1995. Corporate Responsibility (Tanggung Jawab Perusahaan). PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Ernwan, Emi R. 2007. Business Ethics. Alfabeta. Bandung.

Ibarahim, Johannes. 2006. Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum. PT Refika Aditama. Bandung.

M, Rita, dkk. 2009. Panduan Praktis Mendirikan Badan Usaha. Forum Sahabat. Jakarta.

Marsuki. 2005. Analisis Perekonomian Nasional dan Internasional Kebijaksanaan Ekonomi, Ekonomi Kerakyatan Perbankan, Kredit, Uang, Pasar Modal, BUMN, Privatisasi, Pengusaha Utang Luar Negeri, dan Isu Ekonomi Sektoral. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Perusahaan Indonesia. PT, Citra Aditya Bakti. Bandung.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan. PT. Buku Kita.Jakarta.

Rudito, Bambang & Famiola Melia. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Rekayasa Sains. Bandung.

Saidi, Zaim & Abidin Hamid. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Piramedia. Jakarta.


(5)

Soekanto, Soerjono. 1985. Pengantar Penelitian Hukum Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.

Soemantri Priambodo, Dibyo. 2004. Perjalanan Panjang dan berliku Refleksi BUMN 1993- 2993 Sebuah Catatan tentang Peristiwa, Pandangan dan Renungan dalam Satu Dasawarsa. Media Pressindo. Yogyakarta.

Susanto, A.B. 2007. Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility. The Jakarta Consulting Group. Jakarta.

Tugiman, Hiro. 1995. Peranan Usaha Kecil dan Koperasi dalam Menanfaatkan Sisa Laba BUMN. Eresco. Bandung.

Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika. Jakarta.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility (CSR). Fascho Publishing. Gresik.

Wibisono, Yusuf. 2006. Analisis Perekonomian Indonesia Kontemporer. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Widjaja, Gunawan & Pratama Yeremia Ardi. 2008. Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR. Forum Sahabat. Jakarta.

Widjaja, Amin. 2008. Business Ethics & Coprorate Social Responsibility (CSR). Harvarindo. Jakarta.

Wiranata, I Gede AB. 2007. Kajian Hukum Penanaman Modal. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

B. Jurnal

Rilda Mulyati, ”Kewajiban Hukum Badan Usaha Milik Negara Terhadap Usaha Kecil”, Jurnal Konstitusi, Vol.1, No.1, Novermber 2009

C. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Permeneg BUMN No. PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Suaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.


(6)

D. Internet

http://menelusuri-jejak-csr-pada-bumn.blogspot.com/

Hangga Surya Prayoga. “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”. http://www.dohangga.com

http://mamrh.wordpress.com/2008/07/21/53/

http://rimanews.com/read/20110727/36114/dukung-ketahanan-pangan-nasional-pemerintah-canangkan-gp3khttp://www.csrindonesia.com/

http://mamrh.wordpress.com http://www.madani-ri.com


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 38 84

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Bank Bni Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) (Studi Pada PT. BNI 46 Kantor Cabang Universitas Sumatera Utara)

5 90 106

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility ( Studi pada PT. Jamsostek Kantor Wilayah I Sumatera Utara )

1 34 150

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Reponsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty The Body Shop Pada Pegawai PT. Indosat Cabang Medan

1 30 64

Efektivitas Pelaksanaan Corporate Social Responsibility Kepada Perusahaan BUMN

6 57 101

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

4 63 140

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variable Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 121

SEMARANG 2016 i REKONTRUKSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PERKEBUNAN DI INDONESIA BERDASARKAN NILAI KEADILAN DISERTASI

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN - REKONTRUKSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PERKEBUNAN DI INDONESIA BERDASARKAN NILAI KEADILAN - Unissula Repository

0 4 136

REKONTRUKSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PERKEBUNAN DI INDONESIA BERDASARKAN NILAI KEADILAN - Unissula Repository

0 0 24