Komponen Input Hasil Penelitian

71

4.2.2 Komponen Input

Agar pelaksanaan pendidikan inklusi bisa berjalan maka perlu adanya program.Untuk itu SD Negeri 1 Panimbo telah menyusun program tersebut agar penge- lolaan anak ABK ada acuannya.Program tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Program Pendidikan Inklusi SDN 1 Panimbo No Rencana Pelaksanaan Rujukan Target 1 Sosialisasi Pendidikan Inklusi Kepala Sekolah, Guru,Komite Pemerintah Desa, masyarakat Awal tahun ajaran 2 Identifikasi ABK Kepala Sekolah, Guru,Komite Tenaga ahli psikologi Awal tahun ajaran 3 Whorkshop Penyelenggaraan Inklusi Kepala Sekolah, Guru Pemerintah Selama program berjalan 4 Kerjasama Dengan Tenaga Ahli Kepala Sekolah, Guru,Komite Kepala Seklah, Guru,Komite Selama program berjalan 5 Pengadaan GPK Kepala Sekolah, Guru SLB, pemerintah Selama program berjalan 6 Sumber Dana Kepala Sekolah, Guru,Komite Komite, masyarakat, pemerintah Selama program berjalan 7 Pengadaan Sarpras Kepala Sekolah, uru,Komite Komite, masyarakat, pemerintah Selama program berjalan 8 Menjalin Kerja sama dengan Stakeholder Kepala Sekolah, Guru,Komite Masyarakat dan narasumber Selama program berjalan 9 Membina Siswa ke Arah Life Skill Kepala Sekolah, Guru GPK Kepala Sekolah, guru, GPK Selama program berjalan 10 Menyiapkan Program PPI Kepala Sekolah, Guru Kepala Sekolah, guru, GPK Selama program berjalan 72 Sumber : Hasil wawancara dan dokumen sekolah 4.2.2.1Sosialisasi Pendidikan Inklusi Sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah diseki- tar untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusi sudah dilakukan baik pada waktu penerimaan murid baru, dalam pertemuan-pertemuan maupun acara-acara di masyarakat agar pihak orang tua ABK atau masyarakat pada umumnya tahu dan mau untuk menyekolahkan anaknya di sekolah inklusi yang ada yaitu di SD Negeri 1 Panimbo. Sebagaimana penjelasan guru SD Negeri 1 Panimbo berikut: Pada saat sebelum sekolah inklusi di selenggarakan di SDN 1 Panimbo kepala sekolah bersama dengan guru- guru melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah di sekitar Desa Panimbo. Tujuan sosialisai ini agar masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak ABK tahu dan bisa menye- kolahkan anaknya. Anak-anak ABK tidak harus bersekolah di SDLB atau SLB yang ada di kota kabupaten tapi bisa belajar di sekolah inklusi yang ada terdekat .wawancara tanggal 17 Februari 2016 Kepala Sekolah SD Negeri 1 Panimbo juga menjelas- kan sebagai berikut: Di SD ini saya baru menjabat sebagai kepala sekolah.Ketika sekolah ini ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan inklusi saya sebagai kepala sekolah di SD Negeri 2 Panimbo yang berada di di sebelah timur dari SDN 1 Panimbo.Pada waktu itu kepala sekolah dan guru- guru pernah melakukan sosialisasi di SD saya pada saat ada pertemuan dengan wali murid . wawancara tanggal 17 Februari 2016 Hal senada juga dituturkan Sunadi sebagai komite yang sudah dua kali terpilih dan menjadi ketuanya sebagai berikut: 73 Pendidikan inklusi di Desa Panimbo adalah hal yang baru bagi masyarakat.Apalagi ditingkat Kecamatan Kedungjati juga belum ada sehingga untuk pelaksanaanya pasti ada hambatannya. Agar masalah tersebut bisa diatasi sosialisai kepada masyarakat dilakukan supaya paham dan tahu akan pentingya pendidikan, serta menerima keberadaan sekolah inklusi yang ada di SDN 1 Panimbo. Untuk sosialisasi dengan sekolah lain SDN 1 Panimbo sudah melakukan di SDN 2 Panimbo sebagai sekolah tetangga dan dimasyarakat .wawancara tanggal 17 Februari 2016 Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi SD Negeri 1 Panimbo juga menerima murid dari wilayah luar Desa Panimbo yang berada disekitarnya. Karena SD Negeri 1 Panimbo berdekatan dengan wilayah Kecamatan Wonosegoro tepatnya Desa Bengle. Dari masyarakat Desa Bengle yang berada dekat wilayah Desa Panimbo juga bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo bahkan ada anak ABK tuna rungu belum ada identifikasi yang resmi dari pihak terkait dan slowleaner.Untuk kegiatan sosialisasi pada awal penyelengaraan biaya dibebankan pada BOS yang ada. Sedangkan untuk sosialisasi lanjutan setelah mendapatkan beasiswa dari APBD tingkat I anggaran diambilkan dari beasiswa yang diterima siswa ABK sesuai proposal yang telah dibuat. bukti dokumen 4.2.2.2 Identifikasi siswa ABK Sekolah inklusi menerima semua siswa yang ingin masuk di sekolah inklusi baik siswa normal maupun siswa yang mempunyai kekurangan difabel.Untuk pembelajarannya menjadi satu kelas atau belajar secara 74 bersama-sama.Untuk identifikasi siswa ABK SD Negeri 1 Panimbo belum menjalin kerjasama dengan rumah sakit jiwa RSJ yang ada.Hal ini karena rumah sakit jiwa letaknya jauh dari lokasi sekolah yaitu adanya di Wilayah Semarang.Untuk mengetahui siswa ABK yang masuk sekolah, dari pihak sekolah atau bapak ibu guru hanya berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami misalnya lamban belajar, lumpuh, kurang pendengaran atau jenis lainnya. Identifikasi siswa ABK ini dilakukan pihak sekolah pada saat penerimaan siswa baru.Harapannya kedepan untuk identifikasi siswa ABK ini bisa dilakukan kerjasama antara pihak sekolah dengan tenaga ahli atau psikolog dari rumah sakit jiwa RSJ agar siswa ABK yang ada benar-benar bisa dideteksi sesuai jenis kelainannnya sehingga pelayanannya bisa lebih tepat. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menya- takan: Identifikasi siswa ABK di sekolah kami baru dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dengan cara melihat jenis kelainan yang mereka alami. Setelah itu baru kita katakan jenis kelainan nya. Hal ini dilakukan karena sekolah belum menjalin kerjasama dengan tenaga ahli atau pihak rumah sakit jiwa RSJ yang ada. Mudah- mudahan hal ini bisa segera diatasi dengan kerjasama pada pihak yang berwenang kalau ada dana atau beasiswa lagi .wawancara tanggal 20 Februari 2016 Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahyuningsih guru kelas dua sebagai berikut: 75 Awal tahun pelajaran saat penerimaan murid baru pihak sekolah dan guru mendaftar siswa yang masuk sambil menyeleksi siswa ABK yang ada. Kalau ada siswa ABK yang jelas kecacadannya kita beri tanda siswa ABK tetapi untuk menentukan siswa yang slowleaner baru setelah beberapa minggu dalam pembelajaran di kelas .wawancara tanggal 20 Februari 2016 Pendapat di atas diperkuat oleh Sunadi selaku ketua komite SD Negeri 1 Panimbo yang menyatakan: SDN 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi sampai saat ini belum menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit jiwa yang ada sehingga untuk mengidentifikasi siswa ABK, sekolah berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami .wawancara tanggal 20 Februari 2016 Jadi dari penjelasan nara sumber di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengidentifikasi jenis ABK yang ada di sekolah SD Negeri 1 Panimbo selama ini hanya berpedoman pada jenis kecacadan yang mereka alami belum ada tes secara resmi dari tenaga ahli atau RSJ terkait. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah yang menjabat sering dimutasi, belum adanya dana untuk melakukan idenfikasi ke RSJ dan juga jarak RSJ yang jauh dari sekolahan sehingga identikasi siswa ABK selama ini yang secara tepat sesuai jenis kekurangannya belum bisa terlaksana. 4.2.2.3 PelatihanWorkshopPendidikan Inklusi Pemerintah dalam mengambil kebijakan mengenai sekolah inklusi tentunya juga sudah dipersiapkan sejak dini agar program pendidikan inklusi bisa berjalan dengan baik. Aturan tersebut supayalembaga sekolah 76 penyelenggara inklusi bisa terlaksana sesuai aturan yang ada. Adapun kebijakan tersebut salah satunya adalah pengadaan workshop bagi sekolah penyelenggara inklusi. Workshop atau pelatihan yang pernah diikuti oleh SD Negeri 1 Panimbo tahun 2010 yaitu workshop yang diselenggarakan oleh BP-Diksus Semarang yang diikuti oleh kepala sekolah dan satu guru yang telah ditunjuk oleh sekolah sebagai perwakilan. Karena untuk kepala sekolahnya pada waktu itu masih dirangkap maka yang ikut pelatihan akhirnya guru semua. Kemudian pada tahun 2014 juga pernah mengikuti workshop atau pelatihan di Semarang lagi tapi untuk kali ini hanya satu orang guru yang dikirim karena untuk kepala sekolah pada waktu itu masih dirangkap kepala sekolah dari SD lain.Dengan adanya workshop atau pelatihan tersebut harapannya SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara inklusi guru-gurunya bisa dan mampu mendidik anak ABK dengan baik. Tetapi hal tersebut justru malah kebalikannya karena dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan tadi dua-duanya sudah dimutasi dari SD Negeri 1 Panimbo yang satu kembali ke asal wilayahnya di Rembang sedangkan yang satunya lagi dimutasi di SD Negeri 2 Panimbo sebagai mana penjelasan kepala sekolah sebagai berikut: Untuk kelancaran penyelengaraan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo ini pihak pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi sudah berusaha memberikan 77 whorkshop atau pelatihan bagi sekolah-sekolah inklusi se-Jateng agar penyelenggaraannya bisa bejalan sesuai peraturan, akan tetapi di SDN 1 Panimbo ini guru-guru yang pernah ikut workshop sekarang sudah dimutasi semua sehingga untuk pembelajaran terutama siswa ABK menjadi kurang maksimal .wawancara tanggal 22 Februari 2016 Keterangan kepala sekolah tersebut diperjelas oleh Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagai berikut: Pada tahun yang lalu SDN 1 Panimbo guru-gurunya sudah pernah ada yang mengikuti whorkshop atau pelatihan inklusi di Semarang. Bahkan ada dua orang guru yang pernah ikut pelatihan tapi sekarang dua guru tersebut sudah pindah semua. Jadi guru-guru yang ada sekarang dalam mengajar siswa ABK ya semampu kita sesuai pengalaman yang dimiliki. Tapi walaupun demikian siswa ABK tetap kita layani dengan baik hanya kurang maksimal saja karena kurangnya pengalaman kami .wawancara tanggal 22 Februari 2016 Dari penjelasan Kepala Sekolah dan Rindho Budi Utomo tersebut diperkuat oleh Sutardiyanto selaku komite sekolah sebagai berikut: BapakIbu guru SDN 1 Panimbo pada waktu itu sudah ada yang ikut pelatihan inklusi di Semarang, tapi guru tersebut sekarang sudah dipindah ke sekolah lain . Untuk pelaksanaan workshop penyelenggaraan pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo ini sebetul- nya sudah pernah dilakukan oleh guru-guru. Hanya saja bapakibu guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan sekarang tidak mengajar lagi di SD Negeri 1 Panimbo maka untuk pembelajaran bagi siswa ABK menjadi kurang maksimal karena guru-guru yang ada tidak 78 mempunyai pengetahuan yang cukup untuk siswa ABK. Kepala Sekolah berencana mengirim guru-guru untuk whorkshop pendidikan inklusi agar SD Negeri 1 Panimbo guru-gurunya mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak berke- butuhan khusus ABK, sehingga program pendidikan inklusi di SD ini bisa lebih baik lagi. Studi dokumentasi berupa hasil sertifikat dan RKTRKS sekolah yang ada. 4.2.2.5 Kerjasama Dengan Tenaga Ahli Yang dimaksud dengan team ahli yaitu orang yang mempunyai ilmu kejiwaan atau psikologi.Orang yang mempunyai keahlian ini biasa disebut tenaga psykiater. Untuk mendapatkan tenaga ahli sekolah harus melaku- kan kerjasama dengan rumah sakit jiwa RSJ terkait. Karena SD Negeri 1 Panimbo berada jauh dari RSJ maka untuk menjalin kerjasama dengan tenaga ahli sampai saat ini belum terlaksana. Selain karena jauh juga terkendala masalah dana yang dibutuhkan. Agar apayang sudah diprogramkan tersebut bisa terlaksana maka perlu adanya campur tangan pemerintah baik pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah daerah.Disamping itu perlu juga dukungan dari pihak ketiga donatur agar pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo bisa terwujud. 4.2.2.5 Pengadaan Guru Pembimbing Khusus GPK Guru pembimbing khusus GPK adalahguru yang- 79 bertugas membimbing anak-anak ABK yang berasal dari lulusan pendidikan SLB atau yang sederajat. Guru pembimbing khusus ini sudah mempunyai keahlian terhadap anak-anak ABK. SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara inklusi sampai saat ini belum mempunyai GPK. Padahal kehadirannya sangat dibutuh- kan sekolah agar bisa membantu guru kelas dalam melayani anak berkebutuhan khusus ABK. Keberadaan SDLB yang ada jauh dari sekolah yaitu dikota kabupaten. Jarak tempuh ke kabupaten dari sekolah dua jam lebih dengan mengendarai sepada motor. Disamping itu untuk mendatangkan GPK dari kabupaten masih terkendala dengan dana. Untuk bantuan dari APBD 1 baik beasiswa maupun bantuan operasional untuk tahun 2015 juga tidak ada. Sekolah dalam memberikan layanan kepada siswa ABK kalau tidak ada bantuan beasiswa maka hanya bersumber dari dana BOS yang ada dan digunakan untuk kepentingan operasional sekolah secara bersama-sama dengan siswa normal lainnya. Mengenai GPK kaitannya dengan sekolah inklusi seperti hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut: Sebagai sekolah inklusi kehadiran GPK sangat dibutuhkan oleh sekolah. Karena dengan adanya GPK yang sudah mempunyai pengalaman dalam melayani siswa ABK sehingga siswa ABK yang ada di SDN 1 Panimbo akan terlayani dengan lebih baik lagi. Akan tetapi sampai saat ini sekolah belum bisa mendatangkan GPK karena terkendala dengan dana. Untuk melayani siswa ABK dilakukan guru kelas masing-masing .wawancara tanggal 24 Februari 2016 80 Pendapat tersebut diperkuat oleh Rindho Budi Utomo sebagai berikut: Sekolah belum mempunyai guru pembimbing khusus GPK, maka guru kelas yang bertindak sebagai GPK dengan bekal dan kemampuan yang ada agar siswa ABK juga mendapat pelayanan pendidikannya . wawancara tanggal 24 Februari 2016 Selain itu pendapat dari Mudinem guru kelas tiga juga menjelaskan sebagai berikut: Sebagai sekolah inklusi kalau hanya mengandalkan guru kelas saja untuk membimbing siswa ABK hasilnya tidak akan maksimal.Kami selaku guru kelas sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kepada siswa ABK, tetapi karena kemam- puan kami yang terbatas maka hasilnya juga belum maksimal. Mestinya pemerintah harus memikirkan sekolah inklusi yang belum mempunyai GPK untuk menugaskan atau mengangkat GPK di sekolah inklusi walaupun hanya satu guru sehingga pelayanan pada siswa yang mempunyai kebutuhan khusus menjadi lebih baik .wawancara tangal 24 Februari 2016 Hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pembelajaran di SD Negeri 1 Panimbo terutama untuk melayani siswa ABK selama ini masih dilakukan oleh guru kelas dan belum pernah mendatang- kan guru pembimbing khusus. Padahal keberadaan GPK sangat dibutuhkan sekali di sekolah inklusi agar siswa ABK yang ada bisa terlayani lebih baik lagi karena GPK mempunyai pengalaman khusus untuk mendidik siswa yang membutuhkan pelayanan khusus. 4.2.2.6 Sumber Dana Inklusi Sumber dana untuk penyelenggaraanpendidikan- 81 inklusi di SD Negeri 1 Panimbo berasal dari APBD Provinsi dan dana BOS sekolah. Dana yang berasal dari APBD 1 biasanya berupa beasiswa inklusi dan dana operasional. Untuk memperoleh dana tersebut sekolah harus membuat proposal setelah ada perintah atau petunjuk dari Pemerintah Kabupaten setempat. Penga- juan bantuan beasiswa atau dana operasional tidak setiap tahun ada tergantung pada pemerintah provinsi APBD 1. Bantuan beasiswa yang pernah diperoleh siswa ABK digunakan untuk keperluan mereka. Karena yang mendapat beasiswa hanya beberapa siswa saja tidak sesuai jumlah ABK yang ada maka dari pihak sekolah membagikan kepada semua siwa ABK yang ada dengan bagian yang sama. Bantuan operasional yang pernah diterima di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi diujudkan barang sehingga barang tersebut kadang tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan sekolah. Karena dana bantuan atau beasiswa untuk siswa ABK juga tidak setiap tahun ada, maka sekolah kalau hanya mengandalkan dana BOS yang ada juga tidak cukup. Untuk mencari bantuan dari pihak lain juga masih kesulitan karena wilayah di SD Negeri 1 Panimbo berada jauh dari industri atau perusahaan-perusahaan. 82 Tabel 4.2 Data ABKpenerima beasiswa tahun 2014 No Nama Kelas LP Jenis ABK Ket 1 Gisela Nabila Syakieb 1 P Slowleaner 2 Septriasa Ramadani 1 P Slowleaner 3 Adha Desi Lutfiana 1 P Slowleaner 4 Aditya 2 L Slowleaner 5 Antono 2 L Slowleaner 6 Bagas Aji Santoso 2 L Tuna rungu sedang 7 Rahayu Ningsih 3 P Slowleaner 8 Tri Yantik 3 P Slowleaner 9 Septi Wahyuningsih 4 P Slowleaner 10 Johana Kusuma 4 L Slowleaner 11 Jesen 4 L Slowleaner 12 Bagas Saputra 4 L Slowleaner 13 Denik Murtasiyah 5 P Slowleaner 14 Rendy Aditya 5 L Slowleaner 15 Wahyu Pujilestari 5 P Slowleaner 16 Endik Setiyawan 6 L Slowleaner 17 Andi Romandhon 6 L Slowleaner 18 Eliyani 6 P Slowleaner Hasil dokumen beasiswa ABK 2014 4.2.2.7 Pengadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di SD Negeri 1 Panimbo seba gai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi masih sangat kurang. Hal ini karena untuk ruang kelas saja sampai sekarang belum lengkap baru ada lima kelas sehingga untuk kelas dua harus masuk siang. Dari pihak sekolah sebetulnya sudah berusaha mengajukan proposal ke pemerintah terkait melalui UPTD Pendidikan setempat tetapi belum dapat teralisasi.Tentunya tidak hanya ruangan kelas saja yang kurang di sekolah inklusi juga 83 perlu ada ruangan untuk bimbingan khusus bagi anak ABK. Untuk sarana dan prasarana lain SD Negeri 1 Panimbo pada tahun 2011 mengajukan proposal ke APBD 1 untuk peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan inklusi. Proposal tersebut dari pemerintah provinsi diujudkan berupa barang-barang meliputi: peralatan drumband, organ, komputer, LCD, handy camp, puzzel dan kepentingan kebutuhan inklusi lainnya. Harga bantuan tersebut diperkirakan mencapai Rp.50.000.000 karena sekolah memang tidak menerima rincian harga barangnya, yang diterima hanya daftar nama barang- barang yang ada. Pengelolaan dan penyimpanan peralatan yang ada dikelola oleh tenaga administrasi sekaligus sebagai penjaga sekolah. Karena sekolah belum mempunyai gudang yang layak hanya ada ruangan kecil saja maka peralatan yang ada kurang bisa terawat dengan baik.Bahkan peralatan tersebut sudah ada yang rusak dan mahal untuk penyervisannya sehingga dibiarkan begitu saja.Sebagai pengelola dan penyimpanan barang tentu tugasnya tidak hanya menyimpan saja tetapi juga mencatat dan mengiventariskan barang-barang yang dimiliki sekolah. Petugas ini sekarang dikenal dengan nama petugas aset sekolah. Seperti penjelasan kepala sekolah yang menyatakan sebagai berikut: 84 Agar peralatan sekolah yang ada bisa bermanfaat perlu adanya pengelolaan dan penyimpanan. Sebagai petugas aset saya serahkan kepada tenaga administrasi yang nota benenya adalah penjaga sekolah dan sudah diangkat CPNS tahun 2014 yang lalu .wawancara tanggal 27 Februari 2016 Begitu juga pendapat Susanto sebagai petugas aset yang menyatakan sebagai berikut: Sebagai petugas aset saya telah mencatat barang-barang milik sekolah termasuk peralatan bantuan dari APBD 1 untuk siswa ABK. Selain masuk dalam buku inventaris barang-barang tersebut perlu kelola dan dirawat tapi sayang gudang penyimpan barang belum layak .wawancara tanggal 27 Februari 2016 Dari penjelasan kepala sekolah dan petugas aset di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sarana dan prasa- rana di SD Negeri 1 Panimbo sebagai penyelenggara pendidikan inklusi masih jauh dari harapan karena masih banyak kekurangannya baik sarana maupun prasananya.Untuk itu perlu adanya perhatian dari pihak pemerintah yang lebih serius lagi agar pendidikan inklusi yang sudah dilaksanakan di SD Negeri 1 Panimbo bisa berjalan dengan baik. Hasil dari lapangan mengenai sarana dan prasaran yang belum ada di SD Negeri 1 Panimbo dapat dilihat data seperti di bawah ini: 85 Tabel 4.3 Sarpras yang belum ada di SDN 1 Panimbo No Nama Barang Manfaat 1 Ruang Kelas Untuk pembelajaran 2. Perpustakaan Wacana membaca dan belajar 3. Ruang Bimbingan Untuk bimbingan ABK 4. Kursi Roda Sarana ABK tuna daksafolio 5. Alat Peraga KBM 6. Alat Olah Raga Mengembangkan bakat ABK Hasil pengamatan lapangan 4.2.2.8MenjalinKerjasama dengan Stakeholder Kerjasama sangat dibutuhkan dalam penyeleng- garaan pendidikan inklusi. Kerjasama tersebut berguna untuk mendukung agar pelaksanaan pendidikan inklusi dikenal oleh masyarakat umum. Setelah tahu atau kenal harapannya bagi orang tua yang mempunyai anak ABK mau menyekolahkan di sekolah inklusi terdekat. 4.2.2.8.1 Tokoh Masyarakat Sebagai tokoh masyarakat sangat besar pengaruh- nya dalam kehidupan di lingkungnnya.Untuk itu sekolah sangat membutuhkan orang-orang seperti itu agar dima- syarakat mereka juga bisa mensosialisasikan pendidikan inklusi kepada masyarakat yang ada dilingkungannya untuk mendukung terselenggaranya pendidikan inklusi di sekolah. 86 4.2.2.8.2 Komite Sekolah Setiap lembaga pendidikan mempunyai mitra kerja untuk mendukung program sekolah.Mitra kerja tersebut adalah komite sekolah.Tugas komite membantu sekolah dalam melaksanakan program pendidikan yang dijalan- kan agar terlaksana dengan baik.SD Negeri 1 Panimbo dalam merencanakan program pendidikan inklusi juga melibatkan komite sekolah. Berikut pernyataan Sunadi selaku ketua komite: Komite adalah sebagai mitra kerja sekolah untuk itu saya dan teman-teman sewaktu-waktu dibutuhkan siap membantu semampunya demi kemajuan pendidikan anak-anak bangsa.Dalam merencanakan program sekolah juga melibatkan komite walaupun tidak semua anggota tapi cukup perwakilan saja.Untuk sarpras terutama gedung di SDN 1 Panimbo ini kurang karena memang luas tanah juga tidak mencukupi. Melalui pertemuan antara pihak sekolah, komite, tokoh masyarakat dan wali murid telah menyepakati untuk membeli tanah seluas ± 75 m² hasil dari iuran wali murid dan pihak sekolah. Untuk pembangunannya baru diajukan ke pemda setempat dan sampai saat ini belum teralisasi .wawancara tanggal 1 Maret 2016 Dari pendapat komite tersebut diperkuat oleh pendapat kepala sekolah yang menyatakan sebagai berikut: Secara umum pihak sekolah dalam merencanakan program tidak lupa melibatkan komite lebih-lebih sekolah penyelenggara inklusi seperti SDN 1 Panimbo ini. Tugas komite menampung aspirasi dari masyarakat lalu disampaikan pihak sekolah untuk masukan dalam membuat program baik program secara umum maupun program inklusi .wawancara tanggal 1 Maret 2016 87 Pendapat tersebut diperkuat oleh Rindho Budi Utomo sebagai berikut: Dalam menyusun program inklusi sekolah ini tidak lupa mengundang komite sekolah. Peran komite sangat penting terutama untuk menampung aspirasi dari masyarakat yang bisa digunakan untuk masukan dalam menetapkan program inklusi .wawancara tanggal 1 Maret 2016 Sudah jelas bahwa komite sekolah sangat dibutuh- kan keberadaannya oleh pihak sekolah dalam perencana- an program yang berhubungan dengan sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo ini. Karena komite sekolah sebagai wakil dari masyarakat dan orang tua wali murid untuk menyampaikan aspirasi kepada pihak sekolah. 4.2.2.8.3 Orang Tua Wali Wali Murid Selain hubungan dengan komite sekolah, hubungan dengan orang wali murid juga sangat penting. Terlebih hubungan dengan orang tua ABK. Dengan adanaya hubungan yang baik maka keharmonisan antara sekolah dengan orang tua wali akan memudahkan untuk men- dapatkan informasi yang menyangkut dengan siswa berkebutuhan khusus secara mudah. Pelayanan pendidikan di sekolah berkisar antara empat hingga tujuh jam saja sedangkan di rumah siswa waktunya lebih banyak. Ini artinya orang tua dalam membimbing putra-putrinya di rumah lebih lama dibanding bapak ibu guru di sekolah. Orang tua yang memperhatikan perkembangan anak ABK-nya sangat besar manfaatnya untuk masa depannya. Sebagaimana 88 hasil wawancara dengan Ibu Sumiyem yang mempunyai anak ABK sebagai berikut: Sebagai orang tua wali murid saya sangat mendukung SDN 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi. Saya mem- punyai anak ABK yaitu pendengarannya terganggu kalau dipanggil.hanya sekali bisa menjawab dan selanjutnya hanya tertawa-tawa saja bila dipanggil. Sekarang sudah kelas tiga dan mengenai hasil belajarnya terserah bapak ibu guru yang penting dia mau berkumpul dengan teman- temannya di sekolah. Masalahnya kalau di rumah selalu pergi kemana saja kadang-kadang tidak terkontrol .wawancara tanggal 3 Maret 2016 Pendapat dari Ibu Sumiyem diperkuat oleh pendapat Ibu Dwi Rahayu orang tua wali dari Gading Satria Adinata kelas 1 siswa tuna daksafolio Saya mempunyai anak lumpuh dan sudah usia sekolah. Sekarang sudah saya sekolahkan di SDN 1 Panimbo. Karena saya asli orang Panimbo dan rumah saya jarak dari sekolah kurang lebih hanya lima ratus meter saja. Saya senang anak saya bisa bersekolah walaupun saya setiap hari harus mengantarnya. Untuk perencanaan program inklusi saya kurang paham karena anak saya juga baru kelas satu yang penting apa yang diajarkan sekolah kepada anak-anak baik, kita harusmendukungnya .wawancara tanggal 3 Maret 2016 Hal tersebut di atas juga didukung hasil wawan- cara dengan Ibu Wartiyem wali murid dari Jacinta yang anaknya normal sebagai berikut: Biarpun anak saya sekolah bersama-sama anak ABK, saya tidak menghiraukan keberadaanya. Karena mereka juga pengen sekolah dan berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Sebagai orang tua kita harus menghargai terhadap anak-anak yang mempunyai kebutuhuan khusus ABK agar mereka juga mendapat pendidik-an sebagaimana yang diperoleh anak normal . wawancara tanggal 3 Maret 2016 89 Hasil wawancara dari ketiga nara sumber di atas dapat disimpulkan bahwa wali murid sangat mendukung dengan adanya penyelenggaraan sekolah inklusi yaitu SD Negeri 1 Panimbo. Mereka merasa senang karena anaknya bisa sekolah, begitu juga dengan wali murid yang lain merekajuga bisa menerima keberadaan siswa ABK yang ada disekolah. Bukti lain berupa dokumen orang tua yang selalu menunggu anaknya karena masih ada siswa kelas satu yang belum mau tinggal orang tuanya sehingga 4.2.2.9Membina Siswa ke Arah Life Skill Sekolah berusaha dalam melayani siswa-siswi ABK yang ada, tujuannya agar mereka bisa mandiri. Maksudnya bahwa siswa ABK yang sudah bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo selain mereka bisa menikmati pen- didikan setidaknya ia dapat melakukan sesuatu sendiri yang dianggap mampu tanpa bantuan orang lain orang tua. Misalnya memakai baju, makan dan lain-lain. 4.2.2.9.1 Prestasi yang diperoleh siswa ABK Setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.Kemampuan tersebut dinamakan bakat.Begitu juga halnya dengan siswa ABK.Meskipun siswa ABK tentu juga mempunyai bakat di dalam dirinya. Untuk mengembangkan bakat tersebut perlu dilatih dan dibim- bing agar bisa menonjol. Lebih-lebih siswa ABK yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo rata-rata adalah siswa slowleaner atau siswa lambat belajar.Lambat 90 belajar ini biasanya berhubungan dengan membaca atau menulis dan menerima materi pelajaran. Sedangkan dibidang lain seperti melukis, menyanyi atau olah raga tentu siswa ABK ini ada yang mampu. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Susanto sebagai tenaga administrasi atau penjaga yang pernah membimbing siswa ABK untuk lomba lukis sebagai berikut: Saya pernah membimbing Bagas siswa slowleaner mengikuti lomba dikabupaten yang diselenggarakan oleh PLAN di Grobogan mendapat juara dua dan mendapat hadiah sepeda. Kemudia tahun ini mengikuti lomba lukis POPDA ditingkat kecamatan juga juara dua . wawancara tanggal 5 Maret 2016 Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Sugiyarso sebagai guru olah raga sebagai berikut: Pada tahun yang lalu Ihksan siswa slow leaner pernah ikut seleksi bola POPDA tingkat kecamatan juga terpilih ikut mewakili tingkat Kecamatan Kedungajati walau akhirnya dikalah- kan oleh Kecamatan Tegowanu . Selanjutnya kepala sekolah juga mempertegas dari kedua pendapat tersebut bahwa : Pada POPDA tahun ini 2016 dari sekolah kami mengikuti lomba lukisoleh Bagas siswa slowleaner yang sudah beberapa kali mengikuti lomba lukis mendapat juara dua di tingkat kecamatan. Sebetulnya dari dua yuri sudah memenangkan menjadi juara satu tetapi ada satu yuri yang menyatakan dalam menggambarnya Bagas menggunakan penggaris akhirnya digeser men- jadi juara kedua .wawancara tanggal 5 Maret2016 Ini membuktikan bahwa siswa ABK juga mem- punyai potensi di bidang non akademik yang perlu 91 dikembangkan. Walaupun di SD Negeri 1 Panimbo belum mempunyai GPK tetapi juga sudah mampu membimbing siswa ABK mencapai prestasi apalagi kalau ada guru GPK-nya pasti akan lebih meningkat lagi. 4.2.2.10Menyiapkan Program PPI Untuk hasil pelaksanaan program pendidikan individual PPI tidak terlaksana.Hal ini karena untuk mewujudkan PPI membutuhkan pengetahuan khusus yang mestinya dimiliki oleh GPK.Berhubung di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi belum mempunyai GPK maka hasilnya untuk mengembangkan program pendidikan individual tidak berjalan.Selain dari itu guru- guru kelas yang biasa menangani anak-anak ABK menyatakan belum mampu dan tidak paham mengenai PPI. 4.2.2.2Sumber Daya Manusia atau Guru Sumber daya manusia atau tenaga pendidik dan kependidikan di SD Negeri 1 Panimbo terdiri dari bebe- rapa komponen antara lain meliputi: 4.2.2.2.1 Kepala Sekolah Peran kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan sangat besar manfaatnya dalam penyeleng- garaan pendidikan inklusi. Karena untuk menentukan program inklusi dibutuhkan pemikiran yang komplek dan pandangan yang luas agar bisa menghasilkan progran yang baik atau strategis. Disamping itu kepala 92 sekolah juga harus pandai-pandai memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah berupa apa saja untuk men- dukung terselenggaranya pendidikan inklusi di sekolah yang dipimpinnya. Belum lagi kalau ada perubahan atau pengembangan kurikulum yang disesuiakan dengan ke- butuhan siswa ABK agar semuan siswa terpenuhi akan kebutuhan pendidikannya. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan inklusi yaitu melayani pendidikan untuk semua tanpa perbedaan agar lulusan atau out put mem- punyai ketrampilan untuk hidupnya. Hal ini sesuai yang diungkapkan Aprilia Damayanti mengenai pentingnya peran kepala sekolah sebagai berikut; Kepala sekolah memegang peranan penting dalam menentukan program di sekolah. Program tersebut meliputi program akademik maupun non akademik. Apalagi sebagai sekolah inklusi tentu dalam membuat program berbeda dengan sekolah yang bukan inklusi. Dalam pembuatan program tersebut juga dibantu oleh guru-guru sehingga bisa memberi masukan bila ada program yang kurang sesuai. Tapi walaupun demikian berhasil dan tidaknya program adalah tangggungjawab kepala sekolah .wawancara tanggal 8 Maret 2016 Pendapat lain yang mendukung dari pernyataan Aprilia Damayanti adalah Wahyuningsih yang menutur- kan sebagai berikut: Program pendidikan sekolah inklusi di sekolah kami disusun secara bersama-sama setelah melakukan pertemuan terlebih dahulu. Dalam menyususun program ini juga disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi sarpras di sekolah yang ada. Kepala Sekolah diharapkan mampu membimbing guru-guru sesuai potensi yang 93 dimilki sehingga program inklusi bisa terlaksana sesuai tujuan dengan baik .wawancara tanggal 8 Maret 2016 Kedua pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Sugiyarso yang menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo programnya disusun atau direncanakan oleh kepala sekolah bersama-sama bapakibu guru melalui perte- muan terlebih dahulu. Dengan demikian maka apa yang kita butuhkn untuk kepentingan inklusi guru-guru bisa memberi masukan, tapi tanggungjawab program ada ditangan kepala sekolah .wawancara tanggal 8 Maret 2016 Dari keterangan tiga nara sumber di atas jelas bahwa peran kepala sekolah dalam menyusun atau membuat program sekolah inklusi sangat menentukan akan keberhasilan program apakah berhasil atau tidak. Tergantung bagaimana manajemen kepala sekolah dalam menerapkan progran tersebut, karena guru-guru hanya sebagai pelaksana program saja dan tanggungjawab sepenuhnya ada di kepala sekolah. 4.2.2.2.2 Guru Kelas Guru kelas adalah gurupendidik yang mengajar di kelas dan sekaligus sebagai wali kelas yang diajarnya. Guru kelas hanya berlaku di tingkat Sekolah Dasar SD saja. Sebagai sekolah inklusi maka guru kelas harus mengajar siswa yang normal dan siswa inklusi satu kelas secara bersama-sama.Lebih-lebih sekolah inklusi yang belum ada Guru Pembimbing Khusus GPK maka kerja guru kelas harus lebih ekstra dan membutuhkan 94 kesabaran tersendiri. Karena tidak semua guru bisa dan mampu mendidik siswa ABK tanpa adanya kesabaran, ketulusan, keiklahasan, ketekunan yang dimiliki. Seperti pendapat kepala sekolah berikut ini: Walaupun saya sebagai kepala sekolah baru, saya berusaha untuk lebih memberi motivasi atau semangat kepada guru-guru. Karena sekolah kita adalah sekolah inklusi maka dalam mengajar di sekolah tersebut kita harus siap mental dan mempunyai kesabaran. Karena yang diajar bukan hanya anak normal saja tapi didalamnya terdapat siswa ABK yang kemampuanya berbeda dengan siswa yang lainnya. Lebih-lebih terhadap siswa ABK yang mempunyai ketunaan. Kalau hanya untuk siswa yang slowleaner mungkin masih bisa diarahkan. Dalam bekerja seperti ini dasarnya memang harus ibadah sebagaimana ajaran yang telah diajarkan pada agama kami . wawancara tanggal 10 Maret 2016 Pendapat lain disampaikan oleh Mudinem sebagai guru kelas tiga yang ada siswa tuna rungu tuna rungu sedang identifikasi dari sekolah sementara karena siswa tersebut kadang-kadang kalau dipanggil masih ada reaksi atau merespon walau hanya sekali dan memang belum ada identifikasi yang pasti dari pihak berwenang. Tentu siswa yang seperti ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam pelayanannya.Sebagaimana pendapat yang diucapkan Mudinem adalah sebagai berikut: Untuk pertama kali mengajar kelas tiga ini saya belum tahu kalau ada siswa ABK. Karena saya juga guru baru di sekolah ini tetapi setelah satu minggu dan berkat informasi dari kepala sekolah dan guru-guru lain saya mulai tahu atau paham bahwa mengajar di sekolah inklusi memang harus sabar dan telaten. Disamping itu siswa ABK juga butuh pendidikan setidaknya untuk dirinya sendiri. Dengan demikian saya berusaha semampu saya untuk bisa membimbing siswa tersebut 95 dan tentunya de ngan bantuan kepala sekolah dan guru yang lainnya .wawancara tanggal 10 Maret 2016 Sebagai penguat argumentasi di atas tentang kesabaran dan ketelatenan dalam mengajar di sekolah inklusi seperti yang diungkapkan oleh Rindho Budi Utomo sebagai berikut: Pada awal penyelenggaraan pendidikan inklusi ini kami para guru juga bingung dan belum siap karena tidak punya bekal untuk melayani siswa ABK.Dengan bimbingan dan arahan dari kepala sekolah pada waktu itu lama-kelamaan kami berusaha semampu kita dengan niat ihklas membantu anak-anak ABK agar bisa bersama-sama dengan siswa normal belajar bersama di sekolah ini.Yang kami butuhkan hanya kesabaran, kegigihan serta keuletan untuk melayani mereka . wawancara tanggal 10 Maret 2016 Dari keterangan ketiga sumber di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah inklusi dibutuhkan persiapan yang cukup, baik kesiapan mental maupun kesiapan moral yang berupa kesabaran, ketelatenan, keikhlasan dan keuletan untuk melayani siswa ABK. Karena tanpa adanya kesabaran, keuletan, ketekunan maka pendidikan inklusi tidak akan bisa berjalan dengan baik. Selain penjelasan dari nara sumber keterangan mengenai persiapan penyelenggaraan sekolah inklusi juga diperoleh dari dokumen yang berupa hasil notulen pertemuan. 4.2.2.2.3 Guru Bidang Studi Guru bidang studi atau juga disebutguru matapelajaran bisanya berlaku di sekolah lanjutan 96 setingkat SLTP atau SLTA. Pada umumnya untuk guru bidang studi ditingkat sekolah dasar meliputi guru agama, guru penjas atau guru olah raga.Pekerjaan sebagai guru termasuk pekerjaan formal dan profesional baik guru yang mengajar ditingkat bawah paud sampai yang mengajar ditingkat menengah SLTA.Dikatakan formal karena guru mengajar dilembaga resmi dan waktunya ditentukan atau diatur. Sedangkan dikatakan profesional karena guru mempunyai keahlian tertentu sesuai kualifikasinya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Begitu juga guru bidang studi keberadaannya sangat dibutuhkan untuk sekolah inklusi. Tugas guru bidang studi sama dengan guru kelas atau GPK yaitu membimbing dan melayani siswa ABK sesuai mata pelajaran yang diampunya. Sebagaimana yang diungkapkan kepala sekolah sebagai berikut: Di sekolah inklusi keberadaan guru bidang studi sangat dibutuhkan. Karena dengan keberadaan guru bidang studi siswa ABK akan mendapatkan penga- laman atau pelajaran tertentu. Contohnya guru agama maka akan mengajarkan akhlaq atau ilmu agama, guru olah raga tentunya juga akan mengajari teori dan praktek olah raga yang mampu siswa ABK lakukan sehingga mempunyai ketrampilan untuk hidupnya . wawancara tanggal 12Maret 2016 Begitu juga pendapat dari Kundori guru agama islam yang menyatakan sebagai berikut: Saya termasuk guru agama baru di sekolah inklusi ini karena merangkap untuk memenuhi jam kerja. Sebelum saya disini dirangkap guru wiyata dari sekolah tetangga.Pendidikan agama sangat penting diajarkan 97 kepada anak-anak termasuk anak ABK. Dengan pendidikan agama ahklaq anak akan terbentuk. Saya memprogramkan kepada mereka menulis kaligrafi untuk meng embangkan bakat atau potensi pada anak-anak termasuk anak ABK . wawancara tanggal 12Maret 2016 Pendapat Kepala Sekolah dan Kundori diperkuat oleh pendapat Sugiyarso sebagai guru penjaskes atau olah raga yang menyatakan sebagai berikut: Sebagai sekolah penyelenggara inklusi saya selaku guru olah raga harus bertindak lebih hati-hati karena anak- anak yang saya ajar tidak hanya anak normal saja tetapi ada anak ABK yang harus saya layani dan bimbing secara bersama. Agar ketahuan bakatnya dan kemapuannya saya berusaha untuk mencari dengan mengajarkan beberapa cabang olah raga melalui eksta sehingga nantinya bisa ditangani secara khusus . wawancara tanggal 12Maret 2016 Dari penjelasan ketiga nara sumber di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan guru bidang studi atau guru mata pelajaran sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan sekolah inklusi guna membantu anak- anak khususnya anak ABK agar bakat atau kemampuan yang dimiliki bisa berkembang sesuai kematangan usianya sebagai life skillnya. Pembianaan tersebut difokuskan pada kegiatan ekstakurikuler. 4.2.2.2.4 Tenaga AdministrasiPenjaga Meskipun sebagai tenaga administrasi atau penjaga mereka juga mempunyai peran dalan penyelenggaraan pendidikan inklusi. Peran tenaga tehnis tentu berbeda dengan peran guru kelas atau guru bidang studi. Kalau peran guru kelasbidang studi bisa langsung kepada 98 siswa ABK, tetapi kalau peran tenaga tehnis bisa langsung dan tidak langsung. Sebagaimana yang diungkapkan Susanto sebagai penjagatenaga adminis- trasi sebagai berikut: Kadang saya dimintai bantuan oleh kepala sekolah untuk membimbing siswa ABK melukis dalam lomba POPDA di tingkat kecamatan maupun lomba-lomba di tingkat kabupaten. Karena saya sedikit-sedikit bisa menggambar. Popda tahun ini lomba seni lukis mendapat juara dua ditingkat kecamatan .wawancara tanggal 15 Maret 2016 Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah yang menyatakan sebagai berikut: Sekolah kami mempunyai tenaga administrasipenjaga yang mempunyai kemampuan melukis dengan baik bila dibanding kan dengan bapakibu guru lainnya. Untuk itu bila ada lomba lukis saya suruh untuk membimbing siswa yang dipersiapkan untuk mengikuti lomba, baik siswa normal maupun siswa ABK.Dalam lomba Popda tahun ini siswa dari SDN 1 Panimbo mendapat juara duauntuk seni lukis .wawancara tanggal 15 Maret 2016 Dari keterangan hasil wawancara menunjukkan bahwa selain guru tenaga kependidikan dalam hal ini penjagatenaga administrasi juga berperan dalam membimbing siswa ABK agar pendidikan inklusi terlaksana. 4.2.2.3 Motivasi Guru Guru adalah penentu keberhasilan suatu sekolah baik dari segi akademik dan non akademik. Baik dan tidaknya suatu sekolah tergantung bagaimana cara guru membimbing atau memberi pelajaran kepada siswa- 99 siswinya. Kalau sekolah ingin mendapat prestasi maka guru-gurunya juga harus giat, semangat dan mempunyai motivasi untuk maju.Wujud motivasi tersebut bisa ditunjukkan dalam bentuk apapun baik dalam tingkah laku, dalam RPP maupun dalam pembelajaran. Sebagai- mana pernyataan dari Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagi berikut: Mengajar di sekolah inklusi berbeda dengan mengajar di sekolah reguler lainnya. Mengajar di sini harus semangat dan mempunyai motivasi terutama yang berhubungan dengan anak-anak ABK agar mereka juga bisa bergaul bersama-sama kita, baik di kelas maupun di luar kelas .wawancara tanggal 17 Maret 2016 Begitu juga yang disampaikan oleh Wahyuningsih guru kelas dua sebagai berikut: Saya guru baru di sekolah ini.Pada awal saya mengajar saya belum tahu kalau sekolah ini sekolah inklusi.Karena yang diajar ada anak ABK maka sebagai pendidik kita harus punya semangat dan motivasi tersendiri untuk melayani mereka agar mereka juga bisa menerima kita dengan baik sehingga mau menerima pelajaran yang kita ajarkan . wawancara tanggal 17 Maret 2016 Sebagai guru lebih-lebih mengajar di sekolah inklusi dibutuhkan motivasi yang lebih bila dibanding mengajar di sekolah reguler lainnya. Ini bukan berarti mengajar di sekolah reguler tidak butuh motivasi akan tetapi motivasi yang dibutuhkan tentu berbeda dengan yang di sekolah inklusi. Karena dengan motivasi yang tinggi maka anak-anak ABK juga akan merespon apa yang disampaikan. 4.2.2.4 Karakteristik peserta didik 100 Sudah barang tentu bila dilihat karakteristiknya sebagai sekolah inklusi menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok antara siswa normal dan siswa ABK. Ini bisa dilihat dari tingkah laku maupun kebiasaan sehari- hari yang dilakukan dari siswa-siswi. Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah yang menuturkan sebagai berikt: Sebagai sekolah inklusi bila dilihat karakteristik dari anak-anak sangat beragam. Terutama anak-anak ABK kadang-kadang menunjukkan sikap yang aneh-anah seperti Bagas siswa kelas tiga saat tanda masuk dibunyikan ia ikut masuk kelas tetapi beberapa saat kemudian kelaur dan tidak mau masuk lagi .wawancara tanggal 19 Maret 2016 Bukti lain mengenai karakteristik siswa juga disampaikan oleh Muhamad Lutfhi sebagai berikut: Anak-anak kelas yang sekarang ini secara keseluruhan menurut dan tertib bila dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini saya bisa membanding- kan karena ketika kelas lima tahun kemarin saya yang mengajarnya. Akan tetapi kelas lima yang sekarang saya ajar ada beberapa siswa yang agak bandel dan kalau diberi tugas masih ada yang tidak tidak mengerjakan .wawancara tanggal 19 Maret 2016 Kesimpulan dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik di SD Negeri 1 Panimbo sangat beragam.Terlebih bagi siswa ABK kadang-kadang menunjukkan sifat-sifat yang aneh dan sulit dimengerti oleh guru-guru maupun siswa lainnya.

4.2.3 Komponen Proses

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB II

0 2 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB III

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB II

2 11 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB V

0 0 3