100
Sudah barang tentu bila dilihat karakteristiknya sebagai sekolah inklusi menunjukkan adanya perbedaan
yang mencolok antara siswa normal dan siswa ABK. Ini bisa dilihat dari tingkah laku maupun kebiasaan sehari-
hari yang dilakukan dari siswa-siswi. Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah yang
menuturkan sebagai berikt:
Sebagai sekolah inklusi bila dilihat karakteristik dari anak-anak sangat beragam. Terutama anak-anak ABK
kadang-kadang menunjukkan sikap yang aneh-anah seperti Bagas siswa kelas tiga saat tanda masuk
dibunyikan ia ikut masuk kelas tetapi beberapa saat kemudian kelaur dan tidak mau masuk lagi .wawancara
tanggal 19 Maret 2016
Bukti lain mengenai karakteristik siswa juga disampaikan oleh Muhamad Lutfhi sebagai berikut:
Anak-anak kelas yang sekarang ini secara keseluruhan menurut dan tertib bila dibandingkan dengan kelas
lainnya. Hal ini saya bisa membanding- kan karena ketika kelas lima tahun kemarin saya yang mengajarnya. Akan
tetapi kelas lima yang sekarang saya ajar ada beberapa siswa yang agak bandel dan kalau diberi tugas masih ada
yang tidak tidak mengerjakan .wawancara tanggal 19 Maret 2016
Kesimpulan dari
hasil wawancara
di atas
menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik di SD Negeri 1 Panimbo sangat beragam.Terlebih bagi siswa
ABK kadang-kadang menunjukkan sifat-sifat yang aneh dan sulit dimengerti oleh guru-guru maupun siswa
lainnya.
4.2.3 Komponen Proses
4.2.3.1 Pelaksanaan ProgramPendidikan Inklusi
101
Setelah program dibuat langkah selanjutnya adalah pelaksanaan program. Begitu juga di SD Negeri 1
Panimbo program pendidikan inklusi yang telah dibuat sudah
berusaha dilaksanakan
sesuai kemampuan
sekolah. Artinya bahwa program tersebut oleh kepala sekolah, guru-guru, tenaga administrasi dan steakholder
lainnya yang ada sudah melaksanakan program inklusi yang telah dibuat secara bersama-sama namun pada
kenyataanya masih ada kendala atau kesulitan sehingga hasilnya belum maksimal. Sebagaimana pernyataan
kepala sekolah sebagai berikut:
Program pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo, kami selaku kepala sekolah dan bapakibu guru sudah
berusaha melaksanakan sesuai kemampuan kami tapi apa daya ternyata masih ada juga kekurangan atau kesulitan
dalam pelaksanaannya .wawancara tanggal 22 Maret
2016
Pendapat tersebut juga didukung oleh Aprilia Damayanti guru kelas empat yang menyatakan sebagai
berikut:
Selaku guru saya dan teman-teman sudah berusaha melaksanakan program pendidikan inklusi yang telah
dibuat sekolah. Namun karena keterbatasan kami dalam pengetahuan tentang inklusi sehingga hasilnya belum
maksimal. Untuk itu agar program inklusi bisa terlaksana dengan baik perlu adanya guru khusus yang memahami
tentang pendidikan inklusi .wawancara tanggal 22 Maret 2016
Selain pendapat dari kepala sekolah dan Aprilia Damayanti, Rindho Budi Utomo juga menjelaskan sebagai
berikut:
102 Pelaksanaan program pendidikan inklusi di SDN 1
Panimbo, agak berjalan ketika kepala sekolahnya dipegang oleh beliau Bapak Bejo, S.Pd karena beliau orangnya aktif
dan sudah pernah ikut pelatihan
workshop tentang
pendidikan inklusi,
namun kekurangan-kekurangan juga masih ada karena semua
guru juga belum mempunyai pengalaman tentang inklusi .wawancara tanggal 22 Maret 2016
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD
Negeri 1 Panimbo sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru akan tetapi belum semua program
bisa terlaksana karena adanya hambatan-hambatan
terutama mengenai GPK, kerjasama dengan psikolog dan pelayanan PPI karena terkendala oleh jarak dan dana.
4.2.3.2Evaluasi Progran Pendidikan Inklusi Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SD Negeri 1
Panimbo sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2007. Sampai sekarang sudah berjalan hampir sembilan tahun
belum pernah atau ada yang mengevaluasi program tersebut. Kalau pun ada evaluasi hanya disampaikan
secara lisan dalam pertemuan awal tahun ajaran tanpa tindak lanjut.Hal ini karena dari pihak sekolah sendiri
menyatakan bahwa belum adanya evaluasi program inklusi ini disebabkan di SD Negeri 1 Panimbo kepala
sekolahnya selalu diganti dengan kepala sekolah yang baru, sedangkan guru-gurunya juga belum memahami
untuk pelaksanaan evaluasi tersebut. Jadi selama
103
program inklusi berjalan belum ada yang melakukan evaluasi sehingga untuk mengembangkan ke yang lebih
baik belum ada, karena secara keseluruhan kita belum mengetahui program mana yang perlu dirubah atau
dibenahi. 4.2.3.3 Identifikasi siswa ABK
Identifikasi siswa ABK yang dilakukan oleh sekolah setiap penerimaan siswa baru sifatnya sementara. Utuk
tahun ajaran 20152016 siswa ABK kelas satu adan lima orang satu tina daksa dan empat siswa lambat belajar
slowleaner.Jumlah keseluruhan dari kelas satu sampai kelas enam ada dua puluh tujuh siswa. Kebanyakan
siswa ABK di SD Negeri 1 Panimbo adalah siswa slowleaner lamban belajar. Harapannya ke depan untuk
identifikasi siswa ABK SD Negeri 1 Panimbo bisa terwujud dengan menjalin kerjasama antara rumah sakit jiwa RSJ
dan sekolah. Untuk mengetahui siswa ABK yang masuk sekolah, dari pihak sekolah atau bapak ibu guru hanya
berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami misalnya lamban belajar, lumpuh, kurang pendengaran
atau jenis lainnya. Identifikasi siswa ABK dilakukan pihak sekolah
agar siswa ABK yang ada benar-benar bisa dideteksi sesuai jenis kelainannnya sehingga pelayanannya bisa
lebih tepat. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:
104 Untuk identifikasi siswa ABK di sekolah kami baru
dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dengan cara melihat jenis kelainan yang mereka alami. Setelah itu baru
kita katakan jenis kelainan nya. Hal ini dilakukan karena sekolah belum menjalin kerjasama dengan tenaga ahli
atau pihak rumah sakit jiwa RSJ yang ada. Mudah- mudahan hal ini bisa segera diatasi dengan kerjasama
pada pihak yang berwenang kalau ada dana atau beasiswa lagi .wawancara tanggal 24 Maret 2016
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahyuningsih guru kelas dua sebagai berikut:
Awal tahun pelajaran saat penerimaan murid baru pihak sekolah dan guru mendaftar siswa yang masuk sambil
menyeleksi siswa ABK yang ada. Kalau ada siswa ABK yang jelas kecacadannya kita beri tanda siswa ABK tetapi
untuk menentukan siswa yang slowleaner baru setelah beberapa
minggu dalam
pembelajaran di
kelas .wawancara tanggal 24 Maret 2016
Pendapat di atas diperkuat oleh Sunadi selaku ketua komite SD Negeri 1 Panimbo sebagai berikut:
Sebagai sekolah inklusi SDN 1 Panimbo belum menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit jiwa yang ada
sehingga untuk mengidentifikasi siswa ABK, sekolah
berpedoman pada
jenis kekurangan
yang mereka
alami .wawancara tanggal 24 Maret 2016
Jadi dari penjelasan nara sumber di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengidentifikasi jenis ABK
yang ada di sekolah SD Negeri 1 Panimbo selama ini hanya berpedoman pada jenis kecacadan yang mereka
alami belum ada tes secara resmi dari tenaga ahli atau RSJ terkait. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah
yang menjabat sering dimutasi, belum adanya dana untuk melakukan idenfikasi ke RSJ dan juga jarak RSJ
yang jauh dari sekolahan sehingga identikasi siswa ABK
105
selama ini yang secara tepat sesuai jenis kekurangannya belum bisa terlaksana.
4.2.4.5 Modifikasi Kurikulum Kurikulum yang digunakan di SD Negeri 1 Panimbo
sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Dalam
penyusunan perencanaan program inklusi tinggal ditam- bahkan di dalamnya baik mengenai tujuan, materi proses
dan evalusi. Hal tersebut diujudkan pada perencanaan pembelajaran RPP yang dibuat oleh masing-masing
guru. Bagi siswa ABK tentu disesuaikan dengan kemam- puannya.
Begitu juga
dengan penetapan
kreteria ketuntasan minimal KKM yang dibuat guru. KKM dibuat
sama tapi untuk ukuran atau bobot soalnya yang berbeda dalam pencapaiannya.
Untuk kreteria kelulusan bagi siswa ABK di SD Negeri 1 Panimbo mengacu pada Permendiknas 70 Tahun
2009, pasal 9 bahwa ABK tidak perlu dinyatakan lulus, namun cukup diberi surat keterengan tamat, dan berhak
mendapat surat keterangan tamat belajar SKTB. Dengan demikian untuk siswa ABK yang sudah kelas enam
setingkat kelas enam tidak perlu diikutkan ujian yang standar nasional namun hanya diikutkan pada ujian
sekolah saja.
106
Program inklusi yang sudah dibuat SD Negeri 1 Panimbo bertujuan untuk memberikan pelayanan pada
anak-anak ABK agar bisa mengurangi dampak negatif yang dideritanya. Selain itu juga memberikan pelayanan
pendidikan yang lebih bermanfaat dan dapat mengem- bangkan potensi dalam dirinya. Untuk anak yang
mengalami gangguan pendengaran diberikan binaan pengucapaan dan gerakan, utuk siswa tuna daksa folio
diberikan bimbingan mengucap dan menulis meng- gerakkan anggota tubuh, sedangkan untuk siswa
slowleaner diberikan bimbingan pengembangan diri. Sebagaimana pendapat kepala sekolah sebagai berikut:
Kurikulum yang digunakan di SDN 1 Panimbo yaitu kurikulum KTSP dan penyusunannya melibatkan guru-
guru, komite dan tokoh masyarakat. Untuk kepentingan pelayanan siswa ABK maka dibuatlah program khusus
yang dimasukkan dalam kurikulum tersebut dengan menyesuaikan
kemampuan siswa
ABK. Untuk
pengembangannya diserahkan kepada kemampuan guru masing-masing kelas .wawancara tanggal 29 Maret 2016
Pendapat lain yang mendukung keterangan dari kepala sekolah yaitu dari Mudinem menuturkan:
Penyusunan kurikulum dilakukan dengan menghadirkan komite dan wakil dari orang tuamasyarakat dengan
maksud agar ada kesepahaman untuk memberi masukan hubungannya dengan siswa ABK. Kurikulum yang
digunakan adalah KTSP .wawancara tanggal 29 Maret 2016
Begitu juga keterangan dari Sunadi selaku komite sekolah bahwa:
Menjelangawal tahun pembelajaran, sekolah menyusun kurikulum
dengan melibatkan
komite dan
wakil
107 masyarakat. Ini membuktikan bahwa komite juga
diperhatikan oleh sekolah dan tidak hanya untuk formalitas saja keberadaannya .wawancara tanggal 29
Maret 2016
Selain dari penjelasan di atas bukti dari doku- mentasi sekolah yang berupa kurikulum yang telah
dibuat sekolah juga menunjukkan adanya tanda tangan komite sekolah. Memang peran komite sekolah dalam
penyusu- nan kurikulum tentunya hanya sebagian kecil saja karena mereka memang kurang memahami tentang
kurikulum. 4.2.3.4.1 Kreteria Ketuntasan Minimal siswa ABK
Kreteria Ketuntasan Minimal KKM dibuat sekolah untuk menentukan batas minimal nilai yang harus
dicapai olehs siswa. Untuk KKM siswa ABK dan siswa normal dibuat sama yang membedakan hanya pada
tingkat kemampuannya. Untuk siswa ABK tentu juga disesuaikan dengan masing-masing tingkatan yang
dialaminya. Bagi siswa ABK yang belum bisa mencapai target KKM terutama yang slow leaner diberikan perbaik-
an sedangkan untuk siswa ABK lainnya cukup dibina atau dibimbing untuk melakukan sesuatu yang berupa
ketrampilan. Seperti hasil wawancara dengan Muhamad Lutfhi yang menyatakan sebagai berikut:
Bagi siswa ABK yang belum tuntas dalam ulangan terutama siswa yang slowleaner diberikan perbaikan,
sedangkan siswa yang sudah mencapai ketuntasan diberikan
pengayaan agar
mereka sama-sama
belajar .wawancara tanggal 21 April 2016
108
Kundori sebagai guru agama islam juga menjelas- kan sebagai berikut:
Anak-anak ABK dalam ulangan yang belum tuntas KKM saya berikan perbaikan terutama siswa slowleaner,
sedangkan siswa ABK yang agak berat cukup saya tuntun untuk mengucapkan atau melakukan sesuatu yang ada
manfaatnya untuk mereka .wawancara tanggal 2 April 2016
Begitu juga pendapat dari Wahyuningsih guru kelas dua yang menyatakan sebagai berikut:
Di kelas dua ABK yang ada yaitu lambat belajar dan hiperaktif sehingga kalau ulangan yang belum mencapai
KKM saya berikan soal remidi dan yang tuntas saya berikan
pengayaan agar
mereka tidak
saling mengganggu .wawancara tanggal 2 April 2016
Jelas dari bukti-bukti hasil hasil wawancara ter- sebut di atas dapat disimpulkan untuk KKM siswa ABK
dibuat sama dengan anak-anak normal dan bagi anak yang kurang mencapai KKM sekolah diadakan remidi
atau perbaikan nilai sesuai tingkat atau jenis kekurangan yang anak-anak alami. Bukti lain adalah dokumen
kurikulum yang didalamnya berisi KKM masing-masing kelas.
4.2.3.5Kesulitan Guru Dalam Mengajar ABK Mengajar anak-anak ABK tentu berbeda dengan
mengajar anak-anak normal. Apalagi sebagai guru kelas yang harus menguasai beberapa mata pelajaran dan
tidak mempunyai pengalaman khusus untuk mengajar anak-anak ABK tentu kurang fokus. Sebagaimana
109
pernyataan dari Mudinem guru klas tiga yang menyata- kan sebagai berikut:
Mengajar anak-anak ABK tidak semudah mengajar anak yang normal. Untuk mengarahkan mereka saja sulit
bahkan kadang-kadang saya juga merasa bosan untuk mengarahkan mereka, tetapi karena memang mereka
anak ABK maka kita harus sabar .wawancara tanggal 5 April 2016
Pendapat tersebut juga disampaikan oleh Kundori sebagai guru agama islam sebagai berikut:
Mengajar di SDN 1 Panimbo termasuk mendapat pengalaman baru karena yang diajar terdapat siswa ABK
yang membutuhkan bimbingan khusus. Tiga hari saya mengajar di SD Prigi yang bukan sekolah inklusi juga ada
anak yang lamban belajarnya akan tetapi tidak sesulit bila mengajar anak ABK yang benar-benar membutuhkan
bimbigan khusus .wawancara tanggal 5 April 2016
Sudah jelas bahwa dari keterangan kedua guru tersebut diatas untuk mengajar siswa ABK guru-guru
mengalami kesulitan karena memang tidak mempunyai pengalaman khusus untuk mengajar anak-anak ABK
sebagaimana guru GPK yang ada hanya kesabaran dan kemauan yang kuat agar mereka juga bisa terlayani
sebagaimana anak-anak normal. 4.2.3.6 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Sesuai surat ijin yang dikeluarkanoleh Universitas Kristen Satya Wacana yang peneliti ajukan
bahwa rencana penelitian ini yaitu di SD Negeri 1 Panimbo,
Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Karena sekolah tersebut adalah sekolah penyelenggara inklusi
yang berada jauh di daerah perbatasan atau pinggiran
110
antar kabupaten yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabu-
paten Boyolali. Peneliti mengambil subjek penelitian di sekolah tersebut disebabkan karena sebagai sekolah
penyelenggara pendidikan inklusi yang sudah berjalan kurang lebih sembilan tahun sejak ditetapkannya belum
ada peneliti atau pihak sekolah melakukan untuk meneliti evaluasi programnya.
Begitu surat ijin penelitian dikeluarkan oleh Kampus UKSW sejak Bulan Februari
2016 peneliti segera menyampaikan kepada kepala sekolah bahwa
peneliti mau melakukan penelitian di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi. Setelah menyerahkan surat ijin kepada kepala sekolah dua hari berikutnya peneliti mulai melakukan
penelitian. Untuk penelitian ini tehnik atau metode yang digunakan peneliti cukup sederhana yaitu metode
wawancara dan tehnik dokumentasi serta pengamatan langsung karena peneliti juga terlibat di dalamnya. Teknik
wawancara digunakan untuk mempertegas jawaban langsung dari pihak terkait baik kepala sekolah, guru-
guru, komite, orang tua wali maupun stakeholder
lainnya.Pelaksanaan wawancara
berpedoman pada
instrumen pengumpulan
data.Sedangkan tehnik
dokumentasi digunakan sebagai bukti fisik yang ada di sekolah tersebut dan tehnik pengamatan digunakan
untuk melihat keadaan lapangan yang sebenarnya.
111
Data yang diperoleh dari narasumber dilakukan pada saat-saat tertentu menyesuaikan keadaan sekolah.
Untuk wawancara dengan kepala sekolah menyesuaikan kegiatan kepala sekolah. Untuk wawancara dengan guru-
guru dilakukan
sewaktu-waktu. Sedangkan
untuk wawancara dengan komite sekolah peneliti mendatangi ke
rumah dan untuk wawancara dengan orang tua wali juga datang ke rumah.
Setelah data
terkumpul kemudian
peneliti membuat laporan evaluasi sambil membenahi keleng-
kapan atau kekurangan data yang ada. Selanjutnya peneliti menulis hasil dari penelitian yang sudah lengkap
dari data yang diperoleh sebagai laporan penelitian yang peneliti lakukan yaitu: Evaluasi Program Pendidikan
Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 dengan berpedoman
pada prosedur penelitian.
4.2.4 Komponen Produk