Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Panimbo ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi

program pendidikan inklusi yang diselenggarakan.

Adapun hasil penelitian ini yang bisa dijelaskan meliputi aspek perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program. Data yang dikumpulkan menggunakan teknik triangulasi data dengan model CIPP yang meliputi konteks, input, proses dan produk. Akan tetapi tidak semua data yang dikumpulkan menggunakan triangulasi hanya beberapa contoh saja sedangkan pengumpulan data lainnya menggunakan dwiangulasi data.

4.2.1 Komponen Konteks

4.2.1.1 Kebutuhan Sekolah Penyelenggara Inklusi

Dengan kemajuan tehnologi seperti sekarang ini berdampak pada perkembangan pendidikan yang meliputi sekolah yang berada di desa atau daerah terpencil dan di kota-kota besar . Hal tersebut bisa dilihat pada Sekolah Dasar Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Sekolah inklusi sangat dibutuhkan masyarakat sekitar agar mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK) bisa bersekolah. Masyarakat sekarang sudah mulai sadar akan pentingnya pendidikan bagi putra-putrinya tidak terkecuali anak yang


(2)

mem-punyai kebutuhan khusus juga sudah bisa bersekolah, bergaul dengan teman-teman sebayanya di sekolah inklusi. Seperti yang diungkapkan Kepala Sekolah dari hasil wawancara peneliti sebagai berikut:

Pemahaman masyarakat akan halnya pendidikan bagi putra-putrinya kini sudah mulai sadar terutama orang tua yang mempunyai anak kurang sempurna (cacad).Ini terbukti di sekolah kami (SDN 1 Panimbo) orang tua sudah mau menyekolahkan anaknya yang kurang atau berke- butuhan khusus di sekolah ini.Dengan bukti ini meyakinkan bahwa orang tua sudah mendukung SD Negeri 1 Panimbo sebagai penyelenggara pendidikan inklusi .(wawancara tanggal 9 Februari 2016)

Hal senada juga diperkuat oleh guru kelas 6 sebagai berikut:

Para orang tua terutama mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus kini sudah mulai menyadari dan memperhatikan akan pentingnya pendidikan anaknya. Pendidikan tidak hanya untuk anak-anak yang normal saja tetapi anak yang mengalami kekurangan juga bisa bersekolah bersama dengan anak normal di sekolah reguler (sekolah inklusi) .(wawancara tanggal 9 Februari 2016)

Dari kedua pendapat di atas diperkuat oleh sunadi sebagai ketua komite sebagai berikut:

Sebelum ada sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo ini orang tua yang mempunyai anak mengalami kekurangan tidak semua menyekolahkan anaknya. Karena mengang-gap bahwa anak yang mengalami kekurangan fisik (cacad) tidak ada gunanya sekolah dan akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.Tetapi sekarang setelah ada sekolah inklusi yaitu SD Negeri 1 Panimbo para orang tua yang mempunyai anak ABK sudah mau menyekolahkan anaknya karena juga dekat (wawancara tanggal 9 Februari 2016).


(3)

Dari hasil keterangan wawancara di atas jelas bahwa sekolah inklusi sangat dibutuhkan oleh masya-rakat sekitar seperti yang sudah berjalan di SD Negeri 1 Panimbo. Selain itu kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi putra-putrinya juga mulai tumbuh atau berkembang.

Penyelenggaraan sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo tidak lepas dari perhatian pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi. Hal ini dapat dilihat dari dokumen yang dimiliki sekolah dari hasil pelatihan/diklat yang sudah pernah dilakukan berupa sertifikat. Diklat tersebut dilaksanakan di BP-Dikjur Provinsi Jawa Tengah Semarang. Disamping ada-nya diklat yang sudah dilaksanakan hal yang memper-kuat penyelenggaran pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo yaitu: adanya Surat Keputusan bersama dari Bupati Grobogan dan Plan Indonesia Grobogan dengan nomor : 421/3129/B/2007 tertanggal 2 Mei tahun 2007 tentang penyelenggaraan pendidikan inklusi.

4.2.1.2Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi yang diselenggarakan di SD Negeri 1 Panimbo bertujuan untuk melayani dan men-didik anak-anak yang mempunyai kekurangan fisik/ABK di wilayah Desa Panimbo yang selama ini belum bisa menikmati bangku sekolah karena jauh dari sekolah SLB.


(4)

Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan kepala sekolah sebagai berikut:

Tujuan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo adalah menampung bagi anak-anak yang mempunyai kelainan fisik atau ABK agar bisa sekolah.Karena selama ini sebelum ada sekolah inklusi mereka yang mempunyai anak ABK belum semuanya mau menyekolahkan di sekolah reguler, hanya ada satu atau dua orang saja yang mau menyekolahkan di sekolah reguler. Selain itu tujuan sekolah inklusi ini juga membekali siswa supaya memiliki kemampuan dan berkembang sesuai dengan apa yang ia miliki supaya lebih mandiri dibanding siswa lain yang tidak bersekolah . (wawancara tanggal 11 Februari 2016)

Penjelasan lain mengenai tujuan penyelenggaraan pendidikan inklusi dituturkan oleh guru kelas empat yang menyatakan sebagai berikut:

Agar tidak ketinggalan dengan siswa yang normal siswa ABK juga perlu pendidikan.Pendidikan yang pas bagi anak ABK adalah sekolah SLB atau sekolah inklusi.Karena Sekolah SLB jauh keberadaanya yaitu di wilayah kabupaten maka bagi anak ABK yang berada di daerah pinggiran atau jauh dari SLB bisa bersekolah di sekolah inklusi terdekat yaitu di SDN 1 Panimbo. Saya bersama bapk/ibu guru lain berusaha semampu kami untuk bisa memberikan pelayanan bagi siswa ABK agar bisa mandiri .(wawancara tanggal 11 Februari 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh anggota komite sekolah bapak Muji yang menuturkan bahwa:

Siswa berkebutuhan khusus juga butuh pendidikan sebagaimana anak yang normal agar bisa berkembang. Bagi orang tua yang mempunyai anak ABK sekarang sudah bisa menyekolahkan anaknya di SDN 1 Panimbo sebagi sekolah penyelenggara inklusi dan sekolahnya tidak jauh .(hasil wawancara tanggal 11 Februari 2016)

Keterangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan pendidikan inklusi di SD Negeri 1


(5)

Panimbo adalah untuk menampung dan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak ABK yang selama ini belum bisa bersekolah khususnya di Desa Panimbo dan umumnya bagi masyarakat sekitar yang mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK). Pokok penekanannya pendidikan inklusi ini adalah agar bisa berkembang dan mandiri setidaknya mampu mengurus dirinya sendiri sehingga tidak harus tergantung pada orang lain. Selain dari itu dalam misinya SD Negeri 1 Panimbo juga men-dukung dengan adanya pendidikan inklusi ini.Adapun misi tersebut berbunyi melayani peserta didik berke-butuhan khusus tanpa membedakan dengan peserta didik lain .

4.2.1.3 DukunganMasyarakat, Komite dan Pimpinan

Pada awal penyelenggaraan sekolah inklusi masya-rakat belum begitu tahu apa itu sekolah inklusi. Dengan adanya sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo tentunya bisa membuat orang tua terutama yang mempunyai anak yang mengalami kekurangan merasa lega. Karena dengan adanya sekolah inklusi mereka setidaknya punya harapan untuk bisa menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Sebagaimana hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Sutimin (tokoh masyarakat/ulama) menyatakan:

Dengan adanya sekolah inklusi yang bisa menampung semua anak tanpa perbedaan di SDN 1 Panimbo saya sangat mendukung. Biar anak-anak yang mempunyai kekurangan fisik bisa bersekolah. Dulu sebelum ada sekolah inklusi bagi orang tua yang mempunyai anak ABK


(6)

tidak mau menyekolahkan di sekolah reguler. Karena ia beranggapan anak yang mengalami keku- rangan tidak bisa belajar seperti anak-anak yang normal. Bila sekolah hanya menghabiskan waktu saja sehingga orang tua tidak bisa bekerja .(wawancara tanggal 13Februari 2016)

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sunadi selaku ketua komite SD Negeri 1 Panimbo sebagai berikut:

SDN 1 Panimbo sebagai penyelenggara sekolah inklusi sangat membantu masyarakat terlebih orang tua yang mempunyai anak berkelainan khusus. Saya sebagai komite juga sangat merespon. Dengan adanya sekolah inklusi anak-anak ABK bisa sekolah di SDN 1 Panimbo dan tidak harus jauh-jauh ke SLB karena orang tuanya juga tidak mampu untuk membiayainya . (wawancara tanggal 13 Februari 2016)

Selain penjelasan tersebut di atas pernyataan ini juga diperkuat oleh Suratman, S.Pd, M.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Panimbo sebagai berikut:

Sudah menjadi tugas saya sebagai kepala sekolah untuk melanjutkan sekolah inklusi di SD ini. Karena SD ini ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara inkulsi ya saya siap melanjutkan sesuai dengan kemampuan saya. Apalagi saya juga belum pernah mengikuti pelatihan tentang inklusi. Yang penting kita dukung secara bersama-sama antara kepala sekolah, guru-guru, komite, wali murid dan masyarakat sekitar. Mudah-mudahan nanti ada pelatihan tentang sekolah penyelenggara inklusi lagi sehingga pengetahuan tentang inklusi semakin bertambah .(wawancara tanggal 13 Februari 2016)

Dari hasil wawancara ketiga nara sumber dapat dipertegas bahwa dengan adanya sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo sangat membantu masyarakat. Sekolah inklusi sangat dibutuhkan oleh masyarakat terlebih orang tua yang mempunyai anak ABK. Karena dengan adanya


(7)

sekolah inklusi yang dekat anak-anak penyandang cacad bisa bersekolah. Anak-anak ABK bisa bergaul, berin-teraksi dengan anak normal lainnya dan belajar bersama-sama tanpa ada perbedaan.

4.2.1.4 Sosialisasi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusi pihak sekolah sudah melakukan sosialisai kepada masya-rakat dan sekolah di sekitar baik pada waktu penerimaan murid baru, dalam pertemuan-pertemuan maupun acara-acara di masyarakat agar pihak orang tua ABK atau masyarakat pada umumnya tahu dan mau untuk menye-kolahkan anaknya di sekolah inklusi yang ada yaitu di SD Negeri 1 Panimbo. Sebagaimana penjelasan Rindho Budi Utomo guru kelas enam berikut ini:

Pada awalnya sebelum penyelenggaraan sekolah inklusi di SDN 1 Panimbo kepala sekolah bersama dengan guru-guru melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah di sekitar Desa Panimbo. Tujuan sosialisai ini agar masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak ABK tahu dan bisa menyekolahkan anaknya. Anak-anak ABK tidak harus bersekolah di SDLB atau SLB yang ada di kota kabupaten tapi sekolah di sekolah inklusi terdekat yang ada .(wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Kepala Sekolah SD Negeri 1 Panimbo juga menjelaskan sebagai berikut:

Saya sebagai kepala sekolah baru di SD ini.Ketika sekolah ini ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan inklusi saya sebagai kepala sekolah di SD Negeri 2 Panimbo yang berada di di sebelah timur dari SDN 1 Panimbo.Pada waktu itu kepala sekolah dan guru-guru pernah melakukan sosialisasi di SD saya pada saat ada pertemuan dengan wali murid . (wawancara tanggal 15Februari 2016)


(8)

Hal senada juga dituturkan Sunadi sebagai komite yang sudah dua kali terpilih dan menjadi ketuanya sebagai berikut:

Penyelenggaraan inklusi di Desa Panimbo adalah hal yang baru bagi masyarakat.Apalagi ditingkat Kecamatan Kedungjati juga belum ada sehingga untuk pelaksanaanya pasti ada hambatannya. Agar masalah tersebut bisa diatasi maka pihak sekolah melakukan sosialisai kepada masyarakat agar mereka tahu dan paham akan pentingya pendidikan, serta menerima keberadaan sekolah inklusi yang ada di SDN 1 Panimbo. Untuk sosialisasi dengan sekolah lain SDN 1 Panimbo sudah melakukan di SDN 2 Panimbo sebagai sekolah tetangga dan terdekat . (wawancara tanggal 15 Februari 2016)

Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi SD Negeri 1 Panimbo juga menerima murid dari wilayah luar Desa Panimbo yang berada disekitarnya. Karena SD

Negeri 1 Panimbo berdekatan dengan wilayah

KecamatanWonosegoro tepatnya Desa Bengle. Dari masyarakat Desa Bengle yang berada dekat wilayah Desa Panimbo juga bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo bahkan ada anak ABK tuna rungu (belum ada identifikasi yang resmi dari pihak terkait) dan slowleaner.Untuk kegiatan sosialisasi pada awal penyelengaraan biaya dibebankan pada BOS yang ada. Sedangkan untuk sosialisasi lanjutan setelah men- dapatkan beasiswa dari APBD tingkat I anggaran diambilkan dari beasiswa yang diterima siswa ABK sesuai proposal yang telah dibuat. (bukti dokumen)


(9)

4.2.2 Komponen Input

Agar pelaksanaan pendidikan inklusi bisa berjalan maka perlu adanya program.Untuk itu SD Negeri 1 Panimbo telah menyusun program tersebut agar penge-lolaan anak ABK ada acuannya.Program tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Program Pendidikan Inklusi SDN 1 Panimbo

No Rencana Pelaksanaan Rujukan Target

1 Sosialisasi Pendidikan Inklusi Kepala Sekolah, Guru,Komite Pemerintah Desa, masyarakat

Awal tahun ajaran 2 Identifikasi ABK Kepala

Sekolah, Guru,Komite

Tenaga ahli (psikologi)

Awal tahun ajaran 3 Whorkshop Penyelenggaraan Inklusi Kepala Sekolah, Guru Pemerintah Selama program berjalan 4 Kerjasama Dengan

Tenaga Ahli Kepala Sekolah, Guru,Komite Kepala Seklah, Guru,Komite Selama program berjalan 5 Pengadaan GPK Kepala

Sekolah, Guru SLB, pemerintah Selama program berjalan

6 Sumber Dana Kepala

Sekolah, Guru,Komite Komite, masyarakat, pemerintah Selama program berjalan 7 Pengadaan Sarpras Kepala

Sekolah, uru,Komite Komite, masyarakat, pemerintah Selama program berjalan 8 Menjalin Kerja

sama dengan Stakeholder Kepala Sekolah, Guru,Komite Masyarakat dan narasumber Selama program berjalan 9 Membina Siswa ke

ArahLife Skill

Kepala Sekolah, Guru GPK

Kepala

Sekolah, guru, GPK Selama program berjalan 10 Menyiapkan Program PPI Kepala Sekolah, Guru Kepala Sekolah, guru, GPK Selama program berjalan


(10)

Sumber : Hasil wawancara dan dokumen sekolah

4.2.2.1Sosialisasi Pendidikan Inklusi

Sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah diseki-tar untuk persiapan pelaksanaan pendidikan inklusi sudah dilakukan baik pada waktu penerimaan murid baru, dalam pertemuan-pertemuan maupun acara-acara di masyarakat agar pihak orang tua ABK atau masyarakat pada umumnya tahu dan mau untuk menyekolahkan anaknya di sekolah inklusi yang ada yaitu di SD Negeri 1 Panimbo. Sebagaimana penjelasan guru SD Negeri 1 Panimbo berikut:

Pada saat sebelum sekolah inklusi di selenggarakan di SDN 1 Panimbo kepala sekolah bersama dengan guru-guru melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah di sekitar Desa Panimbo. Tujuan sosialisai ini agar masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak ABK tahu dan bisa menye- kolahkan anaknya. Anak-anak ABK tidak harus bersekolah di SDLB atau SLB yang ada di kota kabupaten tapi bisa belajar di sekolah inklusi yang ada terdekat .(wawancara tanggal 17 Februari 2016)

Kepala Sekolah SD Negeri 1 Panimbo juga menjelas-kan sebagai berikut:

Di SD ini saya baru menjabat sebagai kepala sekolah.Ketika sekolah ini ditunjuk untuk melaksanakan pendidikan inklusi saya sebagai kepala sekolah di SD Negeri 2 Panimbo yang berada di di sebelah timur dari SDN 1 Panimbo.Pada waktu itu kepala sekolah dan guru-guru pernah melakukan sosialisasi di SD saya pada saat ada pertemuan dengan wali murid . (wawancara tanggal 17 Februari 2016)

Hal senada juga dituturkan Sunadi sebagai komite yang sudah dua kali terpilih dan menjadi ketuanya sebagai berikut:


(11)

Pendidikan inklusi di Desa Panimbo adalah hal yang baru bagi masyarakat.Apalagi ditingkat Kecamatan Kedungjati juga belum ada sehingga untuk pelaksanaanya pasti ada hambatannya. Agar masalah tersebut bisa diatasi sosialisai kepada masyarakat dilakukan supaya paham dan tahu akan pentingya pendidikan, serta menerima keberadaan sekolah inklusi yang ada di SDN 1 Panimbo. Untuk sosialisasi dengan sekolah lain SDN 1 Panimbo sudah melakukan di SDN 2 Panimbo sebagai sekolah tetangga dan dimasyarakat .(wawancara tanggal 17 Februari 2016)

Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi SD Negeri 1 Panimbo juga menerima murid dari wilayah luar Desa Panimbo yang berada disekitarnya. Karena SD Negeri 1 Panimbo berdekatan dengan wilayah Kecamatan Wonosegoro tepatnya Desa Bengle. Dari masyarakat Desa Bengle yang berada dekat wilayah Desa Panimbo juga bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo bahkan ada anak ABK tuna rungu (belum ada identifikasi yang resmi dari pihak terkait) dan slowleaner.Untuk kegiatan sosialisasi pada awal penyelengaraan biaya dibebankan pada BOS yang ada. Sedangkan untuk sosialisasi lanjutan setelah mendapatkan beasiswa dari APBD tingkat I anggaran diambilkan dari beasiswa yang diterima siswa ABK sesuai proposal yang telah dibuat. (bukti dokumen)

4.2.2.2 Identifikasi siswa ABK

Sekolah inklusi menerima semua siswa yang ingin masuk di sekolah inklusi baik siswa normal maupun siswa yang mempunyai kekurangan (difabel).Untuk pembelajarannya menjadi satu kelas atau belajar secara


(12)

bersama-sama.Untuk identifikasi siswa ABK SD Negeri 1 Panimbo belum menjalin kerjasama dengan rumah sakit jiwa (RSJ) yang ada.Hal ini karena rumah sakit jiwa letaknya jauh dari lokasi sekolah yaitu adanya di Wilayah Semarang.Untuk mengetahui siswa ABK yang masuk sekolah, dari pihak sekolah atau bapak ibu guru hanya berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami misalnya lamban belajar, lumpuh, kurang pendengaran atau jenis lainnya.

Identifikasi siswa ABK ini dilakukan pihak sekolah pada saat penerimaan siswa baru.Harapannya kedepan

untuk identifikasi siswa ABK ini bisa dilakukan

kerjasama antara pihak sekolah dengan tenaga ahli atau psikolog dari rumah sakit jiwa (RSJ) agar siswa ABK yang ada benar-benar bisa dideteksi sesuai jenis kelainannnya sehingga pelayanannya bisa lebih tepat. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menya-takan:

Identifikasi siswa ABK di sekolah kami baru dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dengan cara melihat jenis kelainan yang mereka alami. Setelah itu baru kita katakan jenis kelainan nya. Hal ini dilakukan karena sekolah belum menjalin kerjasama dengan tenaga ahli atau pihak rumah sakit jiwa (RSJ) yang ada. Mudah-mudahan hal ini bisa segera diatasi dengan kerjasama pada pihak yang berwenang kalau ada dana atau beasiswa lagi .(wawancara tanggal 20 Februari 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahyuningsih guru kelas dua sebagai berikut:


(13)

Awal tahun pelajaran saat penerimaan murid baru pihak sekolah dan guru mendaftar siswa yang masuk sambil menyeleksi siswa ABK yang ada. Kalau ada siswa ABK yang jelas kecacadannya kita beri tanda siswa ABK tetapi untuk menentukan siswa yang slowleaner baru setelah beberapa minggu dalam pembelajaran di kelas .(wawancara tanggal 20 Februari 2016)

Pendapat di atas diperkuat oleh Sunadi selaku ketua komite SD Negeri 1 Panimbo yang menyatakan:

SDN 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi sampai saat ini belum menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit jiwa yang ada sehingga untuk mengidentifikasi siswa ABK, sekolah berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami .(wawancara tanggal 20 Februari 2016)

Jadi dari penjelasan nara sumber di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengidentifikasi jenis ABK yang ada di sekolah SD Negeri 1 Panimbo selama ini hanya berpedoman pada jenis kecacadan yang mereka alami belum ada tes secara resmi dari tenaga ahli atau RSJ terkait. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah yang menjabat sering dimutasi, belum adanya dana untuk melakukan idenfikasi ke RSJ dan juga jarak RSJ yang jauh dari sekolahan sehingga identikasi siswa ABK selama ini yang secara tepat sesuai jenis kekurangannya belum bisa terlaksana.

4.2.2.3 Pelatihan/WorkshopPendidikan Inklusi

Pemerintah dalam mengambil kebijakan mengenai sekolah inklusi tentunya juga sudah dipersiapkan sejak dini agar program pendidikan inklusi bisa berjalan dengan baik. Aturan tersebut supayalembaga sekolah


(14)

penyelenggara inklusi bisa terlaksana sesuai aturan yang ada. Adapun kebijakan tersebut salah satunya adalah

pengadaan workshop bagi sekolah penyelenggara inklusi.

Workshop atau pelatihan yang pernah diikuti oleh SD

Negeri 1 Panimbo tahun 2010 yaitu workshop yang

diselenggarakan oleh BP-Diksus Semarang yang diikuti oleh kepala sekolah dan satu guru yang telah ditunjuk oleh sekolah sebagai perwakilan. Karena untuk kepala sekolahnya pada waktu itu masih dirangkap maka yang ikut pelatihan akhirnya guru semua. Kemudian pada

tahun 2014 juga pernah mengikuti workshop atau

pelatihan di Semarang lagi tapi untuk kali ini hanya satu orang guru yang dikirim karena untuk kepala sekolah pada waktu itu masih dirangkap kepala sekolah dari SD

lain.Dengan adanya workshop atau pelatihan tersebut

harapannya SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah

penyelenggara inklusi guru-gurunya bisa dan mampu

mendidik anak ABK dengan baik. Tetapi hal tersebut justru malah kebalikannya karena dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan tadi dua-duanya sudah dimutasi dari SD Negeri 1 Panimbo yang satu kembali ke asal wilayahnya di Rembang sedangkan yang satunya lagi dimutasi di SD Negeri 2 Panimbo sebagai mana penjelasan kepala sekolah sebagai berikut:

Untuk kelancaran penyelengaraan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo ini pihak pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi sudah berusaha memberikan


(15)

whorkshop atau pelatihan bagi sekolah-sekolah inklusi se-Jateng agar penyelenggaraannya bisa bejalan sesuai peraturan, akan tetapi di SDN 1 Panimbo ini guru-guru yang pernah ikut workshop sekarang sudah dimutasi semua sehingga untuk pembelajaran terutama siswa ABK menjadi kurang maksimal .(wawancara tanggal 22 Februari 2016)

Keterangan kepala sekolah tersebut diperjelas oleh Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagai berikut:

Pada tahun yang lalu SDN 1 Panimbo guru-gurunya sudah pernah ada yang mengikuti whorkshop atau pelatihan inklusi di Semarang. Bahkan ada dua orang guru yang pernah ikut pelatihan tapi sekarang dua guru tersebut sudah pindah semua. Jadi guru-guru yang ada sekarang dalam mengajar siswa ABK ya semampu kita sesuai pengalaman yang dimiliki. Tapi walaupun demikian siswa ABK tetap kita layani dengan baik hanya kurang maksimal saja karena kurangnya pengalaman kami .(wawancara tanggal 22 Februari 2016)

Dari penjelasan Kepala Sekolah dan Rindho Budi Utomo tersebut diperkuat oleh Sutardiyanto selaku komite sekolah sebagai berikut: Bapak/Ibu guru SDN 1 Panimbo pada waktu itu sudah ada yang ikut pelatihan inklusi di Semarang, tapi guru tersebut sekarang sudah dipindah ke sekolah lain .

Untuk pelaksanaan workshop penyelenggaraan

pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo ini sebetul-nya sudah pernah dilakukan oleh guru-guru. Hasebetul-nya saja bapak/ibu guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan sekarang tidak mengajar lagi di SD Negeri 1 Panimbo

maka untuk pembelajaran bagi siswa ABK menjadi


(16)

mempunyai pengetahuan yang cukup untuk siswa ABK. Kepala Sekolah berencana mengirim guru-guru untuk whorkshop pendidikan inklusi agar SD Negeri 1 Panimbo guru-gurunya mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak berke-butuhan khusus (ABK), sehingga program pendidikan inklusi di SD ini bisa lebih baik lagi. Studi dokumentasi berupa hasil sertifikat dan RKT/RKS sekolah yang ada. 4.2.2.5 Kerjasama Dengan Tenaga Ahli

Yang dimaksud dengan team ahli yaitu orang yang mempunyai ilmu kejiwaan atau psikologi.Orang yang mempunyai keahlian ini biasa disebut tenaga psykiater. Untuk mendapatkan tenaga ahli sekolah harus melaku-kan kerjasama dengan rumah sakit jiwa (RSJ) terkait. Karena SD Negeri 1 Panimbo berada jauh dari RSJ maka untuk menjalin kerjasama dengan tenaga ahli sampai saat ini belum terlaksana. Selain karena jauh juga terkendala masalah dana yang dibutuhkan. Agar apayang sudah diprogramkan tersebut bisa terlaksana maka perlu adanya campur tangan pemerintah baik

pemerintah pusat, provinsi maupun pemerintah

daerah.Disamping itu perlu juga dukungan dari pihak ketiga (donatur) agar pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo bisa terwujud.

4.2.2.5 Pengadaan Guru Pembimbing Khusus (GPK) Guru pembimbing khusus (GPK) adalahguru


(17)

yang-bertugas membimbing anak-anak ABK yang berasal dari lulusan pendidikan SLB atau yang sederajat. Guru pembimbing khusus ini sudah mempunyai keahlian terhadap anak-anak ABK. SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara inklusi sampai saat ini belum mempunyai GPK. Padahal kehadirannya sangat dibutuh-kan sekolah agar bisa membantu guru kelas dalam melayani anak berkebutuhan khusus (ABK). Keberadaan SDLB yang ada jauh dari sekolah yaitu dikota kabupaten. Jarak tempuh ke kabupaten dari sekolah dua jam lebih dengan mengendarai sepada motor. Disamping itu untuk mendatangkan GPK dari kabupaten masih terkendala dengan dana. Untuk bantuan dari APBD 1 baik beasiswa maupun bantuan operasional untuk tahun 2015 juga tidak ada. Sekolah dalam memberikan layanan kepada siswa ABK kalau tidak ada bantuan beasiswa maka hanya bersumber dari dana BOS yang ada dan digunakan untuk kepentingan operasional sekolah secara bersama-sama dengan siswa normal lainnya. Mengenai GPK kaitannya dengan sekolah inklusi seperti hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:

Sebagai sekolah inklusi kehadiran GPK sangat dibutuhkan oleh sekolah. Karena dengan adanya GPK yang sudah mempunyai pengalaman dalam melayani siswa ABK sehingga siswa ABK yang ada di SDN 1 Panimbo akan terlayani dengan lebih baik lagi. Akan tetapi sampai saat ini sekolah belum bisa mendatangkan GPK karena terkendala dengan dana. Untuk melayani siswa ABK dilakukan guru kelas masing-masing .(wawancara tanggal 24 Februari 2016)


(18)

Pendapat tersebut diperkuat oleh Rindho Budi Utomo sebagai berikut:

Sekolah belum mempunyai guru pembimbing khusus (GPK), maka guru kelas yang bertindak sebagai GPK dengan bekal dan kemampuan yang ada agar siswa ABK juga mendapat pelayanan pendidikannya . (wawancara tanggal 24 Februari 2016)

Selain itu pendapat dari Mudinem guru kelas tiga juga menjelaskan sebagai berikut:

Sebagai sekolah inklusi kalau hanya mengandalkan guru kelas saja untuk membimbing siswa ABK hasilnya tidak akan maksimal.Kami selaku guru kelas sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kepada siswa ABK, tetapi karena kemam- puan kami yang terbatas maka hasilnya juga belum maksimal. Mestinya pemerintah harus memikirkan sekolah inklusi yang belum mempunyai GPK untuk menugaskan atau mengangkat GPK di sekolah inklusi walaupun hanya satu guru sehingga pelayanan pada siswa yang mempunyai kebutuhan khusus menjadi lebih baik .(wawancara tangal 24 Februari 2016)

Hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk pembelajaran di SD Negeri 1 Panimbo terutama untuk melayani siswa ABK selama ini masih dilakukan oleh guru kelas dan belum pernah mendatang-kan guru pembimbing khusus. Padahal keberadaan GPK sangat dibutuhkan sekali di sekolah inklusi agar siswa ABK yang ada bisa terlayani lebih baik lagi karena GPK mempunyai pengalaman khusus untuk mendidik siswa yang membutuhkan pelayanan khusus.

4.2.2.6 Sumber Dana Inklusi


(19)

penyelenggaraanpendidikan-inklusi di SD Negeri 1 Panimbo berasal dari APBD Provinsi dan dana BOS sekolah. Dana yang berasal dari APBD 1 biasanya berupa beasiswa inklusi dan dana operasional. Untuk memperoleh dana tersebut sekolah harus membuat proposal setelah ada perintah atau petunjuk dari Pemerintah Kabupaten setempat. Penga-juan bantuan beasiswa atau dana operasional tidak setiap tahun ada tergantung pada pemerintah provinsi (APBD 1). Bantuan beasiswa yang pernah diperoleh siswa ABK digunakan untuk keperluan mereka. Karena yang mendapat beasiswa hanya beberapa siswa saja tidak sesuai jumlah ABK yang ada maka dari pihak sekolah membagikan kepada semua siwa ABK yang ada dengan bagian yang sama. Bantuan operasional yang pernah diterima di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi diujudkan barang sehingga barang tersebut kadang tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan sekolah. Karena dana bantuan atau beasiswa untuk siswa ABK juga tidak setiap tahun ada, maka sekolah kalau hanya mengandalkan dana BOS yang ada juga tidak cukup. Untuk mencari bantuan dari pihak lain juga masih kesulitan karena wilayah di SD Negeri 1 Panimbo berada jauh dari industri atau perusahaan-perusahaan.


(20)

Tabel 4.2

Data ABKpenerima beasiswa tahun 2014

No Nama Kelas L/P Jenis ABK Ket

1 Gisela Nabila Syakieb

1 P Slowleaner 2 Septriasa Ramadani 1 P Slowleaner 3 Adha Desi Lutfiana 1 P Slowleaner

4 Aditya 2 L Slowleaner

5 Antono 2 L Slowleaner

6 Bagas Aji Santoso 2 L Tuna rungu sedang 7 Rahayu Ningsih 3 P Slowleaner 8 Tri Yantik 3 P Slowleaner 9 Septi Wahyuningsih 4 P Slowleaner 10 Johana Kusuma 4 L Slowleaner

11 Jesen 4 L Slowleaner

12 Bagas Saputra 4 L Slowleaner 13 Denik Murtasiyah 5 P Slowleaner 14 Rendy Aditya 5 L Slowleaner 15 Wahyu Pujilestari 5 P Slowleaner 16 Endik Setiyawan 6 L Slowleaner 17 Andi Romandhon 6 L Slowleaner

18 Eliyani 6 P Slowleaner

Hasil dokumen beasiswa ABK 2014

4.2.2.7 Pengadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di SD Negeri 1 Panimbo seba gai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi masih sangat kurang. Hal ini karena untuk ruang kelas saja sampai sekarang belum lengkap baru ada lima kelas sehingga untuk kelas dua harus masuk siang. Dari pihak sekolah sebetulnya sudah berusaha mengajukan proposal ke pemerintah terkait melalui UPTD Pendidikan setempat tetapi belum dapat teralisasi.Tentunya tidak hanya ruangan kelas saja yang kurang di sekolah inklusi juga


(21)

perlu ada ruangan untuk bimbingan khusus bagi anak ABK.

Untuk sarana dan prasarana lain SD Negeri 1 Panimbo pada tahun 2011 mengajukan proposal ke APBD 1 untuk peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan inklusi. Proposal tersebut dari pemerintah provinsi diujudkan berupa barang-barang meliputi: peralatan drumband, organ, komputer, LCD, handy camp, puzzel dan kepentingan kebutuhan inklusi lainnya. Harga bantuan tersebut diperkirakan mencapai Rp.50.000.000 karena sekolah memang tidak menerima rincian harga barangnya, yang diterima hanya daftar nama barang-barang yang ada.

Pengelolaan dan penyimpanan peralatan yang ada dikelola oleh tenaga administrasi sekaligus sebagai penjaga sekolah. Karena sekolah belum mempunyai gudang yang layak hanya ada ruangan kecil saja maka peralatan yang ada kurang bisa terawat dengan baik.Bahkan peralatan tersebut sudah ada yang rusak dan mahal untuk penyervisannya sehingga dibiarkan begitu saja.Sebagai pengelola dan penyimpanan barang tentu tugasnya tidak hanya menyimpan saja tetapi juga mencatat dan mengiventariskan barang-barang yang dimiliki sekolah. Petugas ini sekarang dikenal dengan nama petugas aset sekolah. Seperti penjelasan kepala sekolah yang menyatakan sebagai berikut:


(22)

Agar peralatan sekolah yang ada bisa bermanfaat perlu adanya pengelolaan dan penyimpanan. Sebagai petugas aset saya serahkan kepada tenaga administrasi yang nota benenya adalah penjaga sekolah dan sudah diangkat CPNS tahun 2014 yang lalu .(wawancara tanggal 27 Februari 2016)

Begitu juga pendapat Susanto sebagai petugas aset yang menyatakan sebagai berikut:

Sebagai petugas aset saya telah mencatat barang-barang milik sekolah termasuk peralatan bantuan dari APBD 1 untuk siswa ABK. Selain masuk dalam buku inventaris barang-barang tersebut perlu kelola dan dirawat tapi sayang gudang penyimpan barang belum layak .(wawancara tanggal 27 Februari 2016)

Dari penjelasan kepala sekolah dan petugas aset di atas dapat disimpulkan bahwa untuk sarana dan prasa-rana di SD Negeri 1 Panimbo sebagai penyelenggara pendidikan inklusi masih jauh dari harapan karena masih banyak kekurangannya baik sarana maupun prasananya.Untuk itu perlu adanya perhatian dari pihak pemerintah yang lebih serius lagi agar pendidikan inklusi yang sudah dilaksanakan di SD Negeri 1 Panimbo bisa berjalan dengan baik.

Hasil dari lapangan mengenai sarana dan prasaran yang belum ada di SD Negeri 1 Panimbo dapat dilihat data seperti di bawah ini:


(23)

Tabel 4.3

Sarpras yang belum ada di SDN 1 Panimbo

No Nama Barang Manfaat

1 Ruang Kelas Untuk pembelajaran

2. Perpustakaan Wacana membaca dan belajar 3. Ruang Bimbingan Untuk bimbingan ABK

4. Kursi Roda Sarana ABK tuna daksa/folio

5. Alat Peraga KBM

6. Alat Olah Raga Mengembangkan bakat ABK

Hasil pengamatan lapangan

4.2.2.8MenjalinKerjasama denganStakeholder

Kerjasama sangat dibutuhkan dalam penyeleng-garaan pendidikan inklusi. Kerjasama tersebut berguna untuk mendukung agar pelaksanaan pendidikan inklusi dikenal oleh masyarakat umum. Setelah tahu atau kenal harapannya bagi orang tua yang mempunyai anak ABK mau menyekolahkan di sekolah inklusi terdekat.

4.2.2.8.1 Tokoh Masyarakat

Sebagai tokoh masyarakat sangat besar pengaruh-nya dalam kehidupan di lingkungnpengaruh-nya.Untuk itu sekolah sangat membutuhkan orang-orang seperti itu agar dima-syarakat mereka juga bisa mensosialisasikan pendidikan inklusi kepada masyarakat yang ada dilingkungannya untuk mendukung terselenggaranya pendidikan inklusi di sekolah.


(24)

4.2.2.8.2 Komite Sekolah

Setiap lembaga pendidikan mempunyai mitra kerja untuk mendukung program sekolah.Mitra kerja tersebut adalah komite sekolah.Tugas komite membantu sekolah dalam melaksanakan program pendidikan yang dijalan-kan agar terlaksana dengan baik.SD Negeri 1 Panimbo dalam merencanakan program pendidikan inklusi juga melibatkan komite sekolah. Berikut pernyataan Sunadi selaku ketua komite:

Komite adalah sebagai mitra kerja sekolah untuk itu saya dan teman-teman sewaktu-waktu dibutuhkan siap membantu semampunya demi kemajuan pendidikan anak-anak bangsa.Dalam merencanakan program sekolah juga melibatkan komite walaupun tidak semua anggota tapi cukup perwakilan saja.Untuk sarpras terutama gedung di SDN 1 Panimbo ini kurang karena memang luas tanah juga tidak mencukupi. Melalui pertemuan antara pihak sekolah, komite, tokoh masyarakat dan wali murid telah menyepakati untuk membeli tanah seluas ± 75 m² hasil dari iuran wali murid dan pihak sekolah. Untuk pembangunannya baru diajukan ke pemda setempat dan sampai saat ini belum teralisasi .(wawancara tanggal 1 Maret 2016)

Dari pendapat komite tersebut diperkuat oleh pendapat kepala sekolah yang menyatakan sebagai berikut:

Secara umum pihak sekolah dalam merencanakan program tidak lupa melibatkan komite lebih-lebih sekolah penyelenggara inklusi seperti SDN 1 Panimbo ini. Tugas komite menampung aspirasi dari masyarakat lalu disampaikan pihak sekolah untuk masukan dalam membuat program baik program secara umum maupun program inklusi .(wawancara tanggal 1 Maret 2016)


(25)

Pendapat tersebut diperkuat oleh Rindho Budi Utomo sebagai berikut:

Dalam menyusun program inklusi sekolah ini tidak lupa mengundang komite sekolah. Peran komite sangat penting terutama untuk menampung aspirasi dari masyarakat yang bisa digunakan untuk masukan dalam menetapkan program inklusi .(wawancara tanggal 1 Maret 2016)

Sudah jelas bahwa komite sekolah sangat dibutuh-kan keberadaannya oleh pihak sekolah dalam perencana-an program yperencana-ang berhubungperencana-an dengperencana-an sekolah inklusi di SD Negeri 1 Panimbo ini. Karena komite sekolah sebagai wakil dari masyarakat dan orang tua wali murid untuk menyampaikan aspirasi kepada pihak sekolah.

4.2.2.8.3 Orang Tua Wali (Wali Murid)

Selain hubungan dengan komite sekolah, hubungan dengan orang wali murid juga sangat penting. Terlebih hubungan dengan orang tua ABK. Dengan adanaya hubungan yang baik maka keharmonisan antara sekolah dengan orang tua wali akan memudahkan untuk men-dapatkan informasi yang menyangkut dengan siswa berkebutuhan khusus secara mudah.

Pelayanan pendidikan di sekolah berkisar antara empat hingga tujuh jam saja sedangkan di rumah siswa waktunya lebih banyak. Ini artinya orang tua dalam membimbing putra-putrinya di rumah lebih lama dibanding bapak ibu guru di sekolah. Orang tua yang memperhatikan perkembangan anak ABK-nya sangat besar manfaatnya untuk masa depannya. Sebagaimana


(26)

hasil wawancara dengan Ibu Sumiyem yang mempunyai anak ABK sebagai berikut:

Sebagai orang tua wali murid saya sangat mendukung SDN 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi. Saya mem- punyai anak ABK yaitu pendengarannya terganggu kalau dipanggil.hanya sekali bisa menjawab dan selanjutnya hanya tertawa-tawa saja bila dipanggil. Sekarang sudah kelas tiga dan mengenai hasil belajarnya terserah bapak ibu guru yang penting dia mau berkumpul dengan teman-temannya di sekolah. Masalahnya kalau di rumah selalu pergi kemana saja kadang-kadang tidak terkontrol .(wawancara tanggal 3 Maret 2016)

Pendapat dari Ibu Sumiyem diperkuat oleh pendapat Ibu Dwi Rahayu orang tua wali dari Gading Satria Adinata kelas 1 (siswa tuna daksa/folio)

Saya mempunyai anak lumpuh dan sudah usia sekolah. Sekarang sudah saya sekolahkan di SDN 1 Panimbo. Karena saya asli orang Panimbo dan rumah saya jarak dari sekolah kurang lebih hanya lima ratus meter saja. Saya senang anak saya bisa bersekolah walaupun saya setiap hari harus mengantarnya. Untuk perencanaan program inklusi saya kurang paham karena anak saya juga baru kelas satu yang penting apa yang diajarkan sekolah kepada anak-anak baik, kita harusmendukungnya .(wawancara tanggal 3 Maret 2016)

Hal tersebut di atas juga didukung hasil wawan-cara dengan Ibu Wartiyem wali murid dari Jacinta yang anaknya normal sebagai berikut:

Biarpun anak saya sekolah bersama-sama anak ABK, saya tidak menghiraukan keberadaanya. Karena mereka juga pengen sekolah dan berkumpul dengan teman-teman sebayanya. Sebagai orang tua kita harus menghargai terhadap anak-anak yang mempunyai kebutuhuan khusus (ABK) agar mereka juga mendapat pendidik-an sebagaimana yang diperoleh anak normal . (wawancara tanggal 3 Maret 2016)


(27)

Hasil wawancara dari ketiga nara sumber di atas dapat disimpulkan bahwa wali murid sangat mendukung dengan adanya penyelenggaraan sekolah inklusi yaitu SD Negeri 1 Panimbo. Mereka merasa senang karena anaknya bisa sekolah, begitu juga dengan wali murid yang lain merekajuga bisa menerima keberadaan siswa ABK yang ada disekolah. Bukti lain berupa dokumen orang tua yang selalu menunggu anaknya karena masih ada siswa kelas satu yang belum mau tinggal orang tuanya sehingga

4.2.2.9Membina Siswa ke Arah Life Skill

Sekolah berusaha dalam melayani siswa-siswi ABK

yang ada, tujuannya agar mereka bisa mandiri.

Maksudnya bahwa siswa ABK yang sudah bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo selain mereka bisa menikmati pen-didikan setidaknya ia dapat melakukan sesuatu sendiri yang dianggap mampu tanpa bantuan orang lain (orang tua). Misalnya memakai baju, makan dan lain-lain.

4.2.2.9.1 Prestasi yang diperoleh siswa ABK

Setiap manusia mempunyai kemampuan yang

berbeda-beda.Kemampuan tersebut dinamakan

bakat.Begitu juga halnya dengan siswa ABK.Meskipun siswa ABK tentu juga mempunyai bakat di dalam dirinya. Untuk mengembangkan bakat tersebut perlu dilatih dan dibim- bing agar bisa menonjol. Lebih-lebih siswa ABK yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo rata-rata adalah


(28)

belajar ini biasanya berhubungan dengan membaca atau menulis dan menerima materi pelajaran. Sedangkan dibidang lain seperti melukis, menyanyi atau olah raga tentu siswa ABK ini ada yang mampu. Hal ini sesuai hasil wawancara dengan Susanto sebagai tenaga administrasi atau penjaga yang pernah membimbing siswa ABK untuk lomba lukis sebagai berikut:

Saya pernah membimbing Bagas siswa slowleaner mengikuti lomba dikabupaten yang diselenggarakan oleh PLAN di Grobogan mendapat juara dua dan mendapat hadiah sepeda. Kemudia tahun ini mengikuti lomba lukis POPDA ditingkat kecamatan juga juara dua . (wawancara tanggal 5 Maret 2016)

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Sugiyarso sebagai guru olah raga sebagai berikut: Pada tahun yang lalu Ihksan siswa slow leaner pernah ikut seleksi bola POPDA tingkat kecamatan juga terpilih ikut mewakili tingkat Kecamatan Kedungajati walau akhirnya dikalah-kan oleh Kecamatan Tegowanu .

Selanjutnya kepala sekolah juga mempertegas dari kedua pendapat tersebut bahwa :

Pada POPDA tahun ini 2016 dari sekolah kami mengikuti lomba lukisoleh Bagas siswa slowleaner yang sudah beberapa kali mengikuti lomba lukis mendapat juara dua di tingkat kecamatan. Sebetulnya dari dua yuri sudah memenangkan menjadi juara satu tetapi ada satu yuri yang menyatakan dalam menggambarnya Bagas menggunakan penggaris akhirnya digeser men- jadi juara kedua .(wawancara tanggal 5 Maret2016)

Ini membuktikan bahwa siswa ABK juga mem-punyai potensi di bidang non akademik yang perlu


(29)

dikembangkan. Walaupun di SD Negeri 1 Panimbo belum mempunyai GPK tetapi juga sudah mampu membimbing siswa ABK mencapai prestasi apalagi kalau ada guru GPK-nya pasti akan lebih meningkat lagi.

4.2.2.10Menyiapkan Program PPI

Untuk hasil pelaksanaan program pendidikan individual (PPI) tidak terlaksana.Hal ini karena untuk mewujudkan PPI membutuhkan pengetahuan khusus yang mestinya dimiliki oleh GPK.Berhubung di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah inklusi belum mempunyai GPK maka hasilnya untuk mengembangkan program pendidikan individual tidak berjalan.Selain dari itu guru-guru kelas yang biasa menangani anak-anak ABK menyatakan belum mampu dan tidak paham mengenai PPI.

4.2.2.2Sumber Daya Manusia atau Guru

Sumber daya manusia atau tenaga pendidik dan kependidikan di SD Negeri 1 Panimbo terdiri dari bebe-rapa komponen antara lain meliputi:

4.2.2.2.1 Kepala Sekolah

Peran kepala sekolah sebagai manajer atau pimpinan sangat besar manfaatnya dalam penyeleng-garaan pendidikan inklusi. Karena untuk menentukan program inklusi dibutuhkan pemikiran yang komplek dan pandangan yang luas agar bisa menghasilkan progran yang baik atau strategis. Disamping itu kepala


(30)

sekolah juga harus pandai-pandai memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah berupa apa saja untuk men-dukung terselenggaranya pendidikan inklusi di sekolah yang dipimpinnya. Belum lagi kalau ada perubahan atau pengembangan kurikulum yang disesuiakan dengan ke-butuhan siswa ABK agar semuan siswa terpenuhi akan kebutuhan pendidikannya. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan inklusi yaitu melayani pendidikan untuk semua tanpa perbedaan agar lulusan atau out put mem-punyai ketrampilan untuk hidupnya.

Hal ini sesuai yang diungkapkan Aprilia Damayanti mengenai pentingnya peran kepala sekolah sebagai berikut;

Kepala sekolah memegang peranan penting dalam menentukan program di sekolah. Program tersebut meliputi program akademik maupun non akademik. Apalagi sebagai sekolah inklusi tentu dalam membuat program berbeda dengan sekolah yang bukan inklusi. Dalam pembuatan program tersebut juga dibantu oleh guru-guru sehingga bisa memberi masukan bila ada program yang kurang sesuai. Tapi walaupun demikian berhasil dan tidaknya program adalah tangggungjawab kepala sekolah .(wawancara tanggal 8 Maret 2016)

Pendapat lain yang mendukung dari pernyataan Aprilia Damayanti adalah Wahyuningsih yang menutur-kan sebagai berikut:

Program pendidikan sekolah inklusi di sekolah kami disusun secara bersama-sama setelah melakukan pertemuan terlebih dahulu. Dalam menyususun program ini juga disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi sarpras di sekolah yang ada. Kepala Sekolah diharapkan mampu membimbing guru-guru sesuai potensi yang


(31)

dimilki sehingga program inklusi bisa terlaksana sesuai tujuan dengan baik .(wawancara tanggal 8 Maret 2016)

Kedua pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Sugiyarso yang menyatakan bahwa:

Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo programnya disusun atau direncanakan oleh kepala sekolah bersama-sama bapak/ibu guru melalui perte-muan terlebih dahulu. Dengan demikian maka apa yang kita butuhkn untuk kepentingan inklusi guru-guru bisa memberi masukan, tapi tanggungjawab program ada ditangan kepala sekolah .(wawancara tanggal 8 Maret 2016)

Dari keterangan tiga nara sumber di atas jelas bahwa peran kepala sekolah dalam menyusun atau membuat program sekolah inklusi sangat menentukan akan keberhasilan program apakah berhasil atau tidak. Tergantung bagaimana manajemen kepala sekolah dalam menerapkan progran tersebut, karena guru-guru hanya sebagai pelaksana program saja dan tanggungjawab sepenuhnya ada di kepala sekolah.

4.2.2.2.2 Guru Kelas

Guru kelas adalah guru/pendidik yang mengajar di kelas dan sekaligus sebagai wali kelas yang diajarnya. Guru kelas hanya berlaku di tingkat Sekolah Dasar (SD) saja. Sebagai sekolah inklusi maka guru kelas harus mengajar siswa yang normal dan siswa inklusi satu kelas secara bersama-sama.Lebih-lebih sekolah inklusi yang belum ada Guru Pembimbing Khusus (GPK) maka kerja


(32)

kesabaran tersendiri. Karena tidak semua guru bisa dan mampu mendidik siswa ABK tanpa adanya kesabaran, ketulusan, keiklahasan, ketekunan yang dimiliki. Seperti pendapat kepala sekolah berikut ini:

Walaupun saya sebagai kepala sekolah baru, saya berusaha untuk lebih memberi motivasi atau semangat kepada guru-guru. Karena sekolah kita adalah sekolah inklusi maka dalam mengajar di sekolah tersebut kita harus siap mental dan mempunyai kesabaran. Karena yang diajar bukan hanya anak normal saja tapi didalamnya terdapat siswa ABK yang kemampuanya berbeda dengan siswa yang lainnya. Lebih-lebih terhadap siswa ABK yang mempunyai ketunaan. Kalau hanya untuk siswa yang slowleaner mungkin masih bisa diarahkan. Dalam bekerja seperti ini dasarnya memang harus ibadah sebagaimana ajaran yang telah diajarkan pada agama kami . (wawancara tanggal 10 Maret 2016)

Pendapat lain disampaikan oleh Mudinem sebagai guru kelas tiga yang ada siswa tuna rungu (tuna rungu sedang) identifikasi dari sekolah (sementara) karena siswa tersebut kadang-kadang kalau dipanggil masih ada reaksi atau merespon walau hanya sekali dan memang belum ada identifikasi yang pasti dari pihak berwenang. Tentu siswa yang seperti ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam pelayanannya.Sebagaimana pendapat yang diucapkan Mudinem adalah sebagai berikut:

Untuk pertama kali mengajar kelas tiga ini saya belum tahu kalau ada siswa ABK. Karena saya juga guru baru di sekolah ini tetapi setelah satu minggu dan berkat informasi dari kepala sekolah dan guru-guru lain saya mulai tahu atau paham bahwa mengajar di sekolah inklusi memang harus sabar dan telaten. Disamping itu siswa ABK juga butuh pendidikan setidaknya untuk dirinya sendiri. Dengan demikian saya berusaha semampu saya untuk bisa membimbing siswa tersebut


(33)

dan tentunya de ngan bantuan kepala sekolah dan guru yang lainnya .(wawancara tanggal 10 Maret 2016)

Sebagai penguat argumentasi di atas tentang kesabaran dan ketelatenan dalam mengajar di sekolah inklusi seperti yang diungkapkan oleh Rindho Budi Utomo sebagai berikut:

Pada awal penyelenggaraan pendidikan inklusi ini kami para guru juga bingung dan belum siap karena tidak punya bekal untuk melayani siswa ABK.Dengan bimbingan dan arahan dari kepala sekolah pada waktu itu lama-kelamaan kami berusaha semampu kita dengan niat ihklas membantu anak-anak ABK agar bisa bersama-sama dengan siswa normal belajar bersama di sekolah ini.Yang kami butuhkan hanya kesabaran, kegigihan serta keuletan untuk melayani mereka . (wawancara tanggal 10 Maret 2016)

Dari keterangan ketiga sumber di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penyelenggaraan sekolah inklusi dibutuhkan persiapan yang cukup, baik kesiapan mental maupun kesiapan moral yang berupa kesabaran, ketelatenan, keikhlasan dan keuletan untuk melayani siswa ABK. Karena tanpa adanya kesabaran, keuletan, ketekunan maka pendidikan inklusi tidak akan bisa berjalan dengan baik. Selain penjelasan dari nara sumber keterangan mengenai persiapan penyelenggaraan sekolah inklusi juga diperoleh dari dokumen yang berupa hasil notulen pertemuan.

4.2.2.2.3 Guru Bidang Studi

Guru bidang studi atau juga disebutguru


(34)

setingkat SLTP atau SLTA. Pada umumnya untuk guru

bidang studi ditingkat sekolah dasar meliputi guru

agama, guru penjas atau guru olah raga.Pekerjaan sebagai guru termasuk pekerjaan formal dan profesional baik guru yang mengajar ditingkat bawah (paud) sampai yang mengajar ditingkat menengah (SLTA).Dikatakan

formal karena guru mengajar dilembaga resmi dan

waktunya ditentukan atau diatur. Sedangkan dikatakan profesional karena guru mempunyai keahlian tertentu sesuai kualifikasinya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Begitu juga guru bidang studi keberadaannya sangat dibutuhkan untuk sekolah inklusi. Tugas guru bidang studi sama dengan guru kelas atau GPK yaitu membimbing dan melayani siswa ABK sesuai mata

pelajaran yang diampunya. Sebagaimana yang

diungkapkan kepala sekolah sebagai berikut:

Di sekolah inklusi keberadaan guru bidang studi sangat dibutuhkan. Karena dengan keberadaan guru bidang studi siswa ABK akan mendapatkan penga- laman atau pelajaran tertentu. Contohnya guru agama maka akan mengajarkan akhlaq atau ilmu agama, guru olah raga tentunya juga akan mengajari teori dan praktek olah raga yang mampu siswa ABK lakukan sehingga mempunyai ketrampilan untuk hidupnya . (wawancara tanggal 12Maret 2016)

Begitu juga pendapat dari Kundori guru agama islam yang menyatakan sebagai berikut:

Saya termasuk guru agama baru di sekolah inklusi ini karena merangkap untuk memenuhi jam kerja. Sebelum saya disini dirangkap guru wiyata dari sekolah tetangga.Pendidikan agama sangat penting diajarkan


(35)

kepada anak-anak termasuk anak ABK. Dengan pendidikan agama ahklaq anak akan terbentuk. Saya memprogramkan kepada mereka menulis kaligrafi untuk meng embangkan bakat atau potensi pada anak-anak termasuk anak ABK . (wawancara tanggal 12Maret 2016)

Pendapat Kepala Sekolah dan Kundori diperkuat oleh pendapat Sugiyarso sebagai guru penjaskes atau olah raga yang menyatakan sebagai berikut:

Sebagai sekolah penyelenggara inklusi saya selaku guru olah raga harus bertindak lebih hati-hati karena anak-anak yang saya ajar tidak hanya anak-anak normal saja tetapi ada anak ABK yang harus saya layani dan bimbing secara bersama. Agar ketahuan bakatnya dan kemapuannya saya berusaha untuk mencari dengan mengajarkan beberapa cabang olah raga melalui eksta sehingga nantinya bisa ditangani secara khusus . (wawancara tanggal 12Maret 2016)

Dari penjelasan ketiga nara sumber di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberadaan guru bidang studi atau guru mata pelajaran sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan sekolah inklusi guna membantu anak-anak khususnya anak-anak ABK agar bakat atau kemampuan yang dimiliki bisa berkembang sesuai kematangan usianya sebagai life skillnya. Pembianaan tersebut difokuskan pada kegiatan ekstakurikuler.

4.2.2.2.4 Tenaga Administrasi/Penjaga

Meskipun sebagai tenaga administrasi atau penjaga mereka juga mempunyai peran dalan penyelenggaraan pendidikan inklusi. Peran tenaga tehnis tentu berbeda dengan peran guru kelas atau guru bidang studi. Kalau peran guru kelas/bidang studi bisa langsung kepada


(36)

siswa ABK, tetapi kalau peran tenaga tehnis bisa langsung dan tidak langsung. Sebagaimana yang diungkapkan Susanto sebagai penjaga/tenaga adminis-trasi sebagai berikut:

Kadang saya dimintai bantuan oleh kepala sekolah untuk membimbing siswa ABK melukis dalam lomba POPDA di tingkat kecamatan maupun lomba-lomba di tingkat kabupaten. Karena saya sedikit-sedikit bisa menggambar. Popda tahun ini lomba seni lukis mendapat juara dua ditingkat kecamatan .(wawancara tanggal 15 Maret 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah yang menyatakan sebagai berikut:

Sekolah kami mempunyai tenaga administrasi/penjaga yang mempunyai kemampuan melukis dengan baik bila dibanding kan dengan bapak/ibu guru lainnya. Untuk itu bila ada lomba lukis saya suruh untuk membimbing siswa yang dipersiapkan untuk mengikuti lomba, baik siswa normal maupun siswa ABK.Dalam lomba Popda tahun ini siswa dari SDN 1 Panimbo mendapat juara duauntuk seni lukis .(wawancara tanggal 15 Maret 2016)

Dari keterangan hasil wawancara menunjukkan bahwa selain guru tenaga kependidikan dalam hal ini

penjaga/tenaga administrasi juga berperan dalam

membimbing siswa ABK agar pendidikan inklusi

terlaksana.

4.2.2.3 Motivasi Guru

Guru adalah penentu keberhasilan suatu sekolah baik dari segi akademik dan non akademik. Baik dan tidaknya suatu sekolah tergantung bagaimana cara guru membimbing atau memberi pelajaran kepada


(37)

siswa-siswinya. Kalau sekolah ingin mendapat prestasi maka guru-gurunya juga harus giat, semangat dan mempunyai

motivasi untuk maju.Wujud motivasi tersebut bisa

ditunjukkan dalam bentuk apapun baik dalam tingkah laku, dalam RPP maupun dalam pembelajaran. Sebagai-mana pernyataan dari Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagi berikut:

Mengajar di sekolah inklusi berbeda dengan mengajar di sekolah reguler lainnya. Mengajar di sini harus semangat dan mempunyai motivasi terutama yang berhubungan dengan anak-anak ABK agar mereka juga bisa bergaul bersama-sama kita, baik di kelas maupun di luar kelas .(wawancara tanggal 17 Maret 2016)

Begitu juga yang disampaikan oleh Wahyuningsih guru kelas dua sebagai berikut:

Saya guru baru di sekolah ini.Pada awal saya mengajar saya belum tahu kalau sekolah ini sekolah inklusi.Karena yang diajar ada anak ABK maka sebagai pendidik kita harus punya semangat dan motivasi tersendiri untuk melayani mereka agar mereka juga bisa menerima kita dengan baik sehingga mau menerima pelajaran yang kita ajarkan . (wawancara tanggal 17 Maret 2016)

Sebagai guru lebih-lebih mengajar di sekolah inklusi dibutuhkan motivasi yang lebih bila dibanding mengajar di sekolah reguler lainnya. Ini bukan berarti mengajar di sekolah reguler tidak butuh motivasi akan tetapi motivasi yang dibutuhkan tentu berbeda dengan yang di sekolah inklusi. Karena dengan motivasi yang tinggi maka anak-anak ABK juga akan merespon apa yang disampaikan.


(38)

Sudah barang tentu bila dilihat karakteristiknya sebagai sekolah inklusi menunjukkan adanya perbedaan yang mencolok antara siswa normal dan siswa ABK. Ini bisa dilihat dari tingkah laku maupun kebiasaan sehari-hari yang dilakukan dari siswa-siswi.

Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah yang menuturkan sebagai berikt:

Sebagai sekolah inklusi bila dilihat karakteristik dari anak-anak sangat beragam. Terutama anak-anak ABK kadang-kadang menunjukkan sikap yang aneh-anah seperti Bagas siswa kelas tiga saat tanda masuk dibunyikan ia ikut masuk kelas tetapi beberapa saat kemudian kelaur dan tidak mau masuk lagi .(wawancara tanggal 19 Maret 2016)

Bukti lain mengenai karakteristik siswa juga disampaikan oleh Muhamad Lutfhi sebagai berikut:

Anak-anak kelas yang sekarang ini secara keseluruhan menurut dan tertib bila dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini saya bisa membanding- kan karena ketika kelas lima tahun kemarin saya yang mengajarnya. Akan tetapi kelas lima yang sekarang saya ajar ada beberapa siswa yang agak bandel dan kalau diberi tugas masih ada yang tidak tidak mengerjakan .(wawancara tanggal 19 Maret 2016)

Kesimpulan dari hasil wawancara di atas

menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik di SD Negeri 1 Panimbo sangat beragam.Terlebih bagi siswa ABK kadang-kadang menunjukkan sifat-sifat yang aneh dan sulit dimengerti oleh guru-guru maupun siswa lainnya.

4.2.3 Komponen Proses


(39)

Setelah program dibuat langkah selanjutnya adalah pelaksanaan program. Begitu juga di SD Negeri 1 Panimbo program pendidikan inklusi yang telah dibuat

sudah berusaha dilaksanakan sesuai kemampuan

sekolah. Artinya bahwa program tersebut oleh kepala sekolah, guru-guru, tenaga administrasi dan steakholder lainnya yang ada sudah melaksanakan program inklusi yang telah dibuat secara bersama-sama namun pada kenyataanya masih ada kendala atau kesulitan sehingga hasilnya belum maksimal. Sebagaimana pernyataan kepala sekolah sebagai berikut:

Program pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo, kami selaku kepala sekolah dan bapak/ibu guru sudah berusaha melaksanakan sesuai kemampuan kami tapi apa daya ternyata masih ada juga kekurangan atau kesulitan dalam pelaksanaannya .(wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Pendapat tersebut juga didukung oleh Aprilia Damayanti guru kelas empat yang menyatakan sebagai berikut:

Selaku guru saya dan teman-teman sudah berusaha melaksanakan program pendidikan inklusi yang telah dibuat sekolah. Namun karena keterbatasan kami dalam pengetahuan tentang inklusi sehingga hasilnya belum maksimal. Untuk itu agar program inklusi bisa terlaksana dengan baik perlu adanya guru khusus yang memahami tentang pendidikan inklusi .(wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Selain pendapat dari kepala sekolah dan Aprilia Damayanti, Rindho Budi Utomo juga menjelaskan sebagai berikut:


(40)

Pelaksanaan program pendidikan inklusi di SDN 1 Panimbo, agak berjalan ketika kepala sekolahnya dipegang oleh beliau Bapak Bejo, S.Pd karena beliau orangnya aktif dan sudah pernah ikut pelatihan

/workshop tentang pendidikan inklusi, namun kekurangan-kekurangan juga masih ada karena semua guru juga belum mempunyai pengalaman tentang inklusi .(wawancara tanggal 22 Maret 2016)

Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru akan tetapi belum semua program

bisa terlaksana karena adanya hambatan-hambatan

terutama mengenai GPK, kerjasama dengan psikolog dan pelayanan PPI karena terkendala oleh jarak dan dana. 4.2.3.2Evaluasi Progran Pendidikan Inklusi

Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2007. Sampai sekarang sudah berjalan hampir sembilan tahun belum pernah atau ada yang mengevaluasi program tersebut. Kalau pun ada evaluasi hanya disampaikan secara lisan dalam pertemuan awal tahun ajaran tanpa tindak lanjut.Hal ini karena dari pihak sekolah sendiri menyatakan bahwa belum adanya evaluasi program inklusi ini disebabkan di SD Negeri 1 Panimbo kepala sekolahnya selalu diganti dengan kepala sekolah yang baru, sedangkan guru-gurunya juga belum memahami untuk pelaksanaan evaluasi tersebut. Jadi selama


(41)

program inklusi berjalan belum ada yang melakukan evaluasi sehingga untuk mengembangkan ke yang lebih baik belum ada, karena secara keseluruhan kita belum mengetahui program mana yang perlu dirubah atau dibenahi.

4.2.3.3 Identifikasi siswa ABK

Identifikasi siswa ABK yang dilakukan oleh sekolah setiap penerimaan siswa baru (sifatnya sementara). Utuk tahun ajaran 2015/2016 siswa ABK kelas satu adan lima orang satu tina daksa dan empat siswa lambat belajar (slowleaner).Jumlah keseluruhan dari kelas satu sampai kelas enam ada dua puluh tujuh siswa. Kebanyakan siswa ABK di SD Negeri 1 Panimbo adalah siswa

slowleaner (lamban belajar). Harapannya ke depan untuk identifikasi siswa ABK SD Negeri 1 Panimbo bisa terwujud dengan menjalin kerjasama antara rumah sakit jiwa (RSJ) dan sekolah. Untuk mengetahui siswa ABK yang masuk sekolah, dari pihak sekolah atau bapak ibu guru hanya berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami misalnya lamban belajar, lumpuh, kurang pendengaran atau jenis lainnya.

Identifikasi siswa ABK dilakukan pihak sekolah agar siswa ABK yang ada benar-benar bisa dideteksi sesuai jenis kelainannnya sehingga pelayanannya bisa lebih tepat. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:


(42)

Untuk identifikasi siswa ABK di sekolah kami baru dilakukan oleh pihak sekolah atau guru dengan cara melihat jenis kelainan yang mereka alami. Setelah itu baru kita katakan jenis kelainan nya. Hal ini dilakukan karena sekolah belum menjalin kerjasama dengan tenaga ahli atau pihak rumah sakit jiwa (RSJ) yang ada. Mudah-mudahan hal ini bisa segera diatasi dengan kerjasama pada pihak yang berwenang kalau ada dana atau beasiswa lagi .(wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Wahyuningsih guru kelas dua sebagai berikut:

Awal tahun pelajaran saat penerimaan murid baru pihak sekolah dan guru mendaftar siswa yang masuk sambil menyeleksi siswa ABK yang ada. Kalau ada siswa ABK yang jelas kecacadannya kita beri tanda siswa ABK tetapi untuk menentukan siswa yang slowleaner baru setelah beberapa minggu dalam pembelajaran di kelas .(wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Pendapat di atas diperkuat oleh Sunadi selaku ketua komite SD Negeri 1 Panimbo sebagai berikut:

Sebagai sekolah inklusi SDN 1 Panimbo belum menjalin kerjasama dengan pihak rumah sakit jiwa yang ada sehingga untuk mengidentifikasi siswa ABK, sekolah berpedoman pada jenis kekurangan yang mereka alami .(wawancara tanggal 24 Maret 2016)

Jadi dari penjelasan nara sumber di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengidentifikasi jenis ABK yang ada di sekolah SD Negeri 1 Panimbo selama ini hanya berpedoman pada jenis kecacadan yang mereka alami belum ada tes secara resmi dari tenaga ahli atau RSJ terkait. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah yang menjabat sering dimutasi, belum adanya dana untuk melakukan idenfikasi ke RSJ dan juga jarak RSJ yang jauh dari sekolahan sehingga identikasi siswa ABK


(43)

selama ini yang secara tepat sesuai jenis kekurangannya belum bisa terlaksana.

4.2.4.5 Modifikasi Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam penyusunan perencanaan program inklusi tinggal ditam-bahkan di dalamnya baik mengenai tujuan, materi proses dan evalusi. Hal tersebut diujudkan pada perencanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh masing-masing guru. Bagi siswa ABK tentu disesuaikan dengan

kemam-puannya. Begitu juga dengan penetapan kreteria

ketuntasan minimal (KKM) yang dibuat guru. KKM dibuat sama tapi untuk ukuran atau bobot soalnya yang berbeda dalam pencapaiannya.

Untuk kreteria kelulusan bagi siswa ABK di SD Negeri 1 Panimbo mengacu pada Permendiknas 70 Tahun 2009, pasal 9 bahwa ABK tidak perlu dinyatakan lulus, namun cukup diberi surat keterengan tamat, dan berhak mendapat surat keterangan tamat belajar (SKTB). Dengan demikian untuk siswa ABK yang sudah kelas enam (setingkat kelas enam) tidak perlu diikutkan ujian yang standar nasional namun hanya diikutkan pada ujian sekolah saja.


(44)

Program inklusi yang sudah dibuat SD Negeri 1 Panimbo bertujuan untuk memberikan pelayanan pada anak-anak ABK agar bisa mengurangi dampak negatif yang dideritanya. Selain itu juga memberikan pelayanan pendidikan yang lebih bermanfaat dan dapat mengem-bangkan potensi dalam dirinya. Untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran diberikan binaan pengucapaan dan gerakan, utuk siswa tuna daksa (folio) diberikan bimbingan mengucap dan menulis (meng-gerakkan anggota tubuh), sedangkan untuk siswa slowleaner diberikan bimbingan pengembangan diri. Sebagaimana pendapat kepala sekolah sebagai berikut:

Kurikulum yang digunakan di SDN 1 Panimbo yaitu kurikulum KTSP dan penyusunannya melibatkan guru-guru, komite dan tokoh masyarakat. Untuk kepentingan pelayanan siswa ABK maka dibuatlah program khusus yang dimasukkan dalam kurikulum tersebut dengan menyesuaikan kemampuan siswa ABK. Untuk pengembangannya diserahkan kepada kemampuan guru masing-masing kelas .(wawancara tanggal 29 Maret 2016)

Pendapat lain yang mendukung keterangan dari kepala sekolah yaitu dari Mudinem menuturkan:

Penyusunan kurikulum dilakukan dengan menghadirkan komite dan wakil dari orang tua/masyarakat dengan maksud agar ada kesepahaman untuk memberi masukan hubungannya dengan siswa ABK. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP .(wawancara tanggal 29 Maret 2016)

Begitu juga keterangan dari Sunadi selaku komite sekolah bahwa:

Menjelangawal tahun pembelajaran, sekolah menyusun kurikulum dengan melibatkan komite dan wakil


(45)

masyarakat. Ini membuktikan bahwa komite juga diperhatikan oleh sekolah dan tidak hanya untuk formalitas saja keberadaannya .(wawancara tanggal 29 Maret 2016)

Selain dari penjelasan di atas bukti dari doku-mentasi sekolah yang berupa kurikulum yang telah dibuat sekolah juga menunjukkan adanya tanda tangan komite sekolah. Memang peran komite sekolah dalam penyusu- nan kurikulum tentunya hanya sebagian kecil saja karena mereka memang kurang memahami tentang kurikulum.

4.2.3.4.1 Kreteria Ketuntasan Minimal siswa ABK

Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dibuat sekolah untuk menentukan batas minimal nilai yang harus dicapai olehs siswa. Untuk KKM siswa ABK dan siswa normal dibuat sama yang membedakan hanya pada tingkat kemampuannya. Untuk siswa ABK tentu juga disesuaikan dengan masing-masing tingkatan yang dialaminya. Bagi siswa ABK yang belum bisa mencapai

target KKM terutama yang slow leaner diberikan

perbaik-an sedperbaik-angkperbaik-an untuk siswa ABK lainnya cukup dibina atau dibimbing untuk melakukan sesuatu yang berupa ketrampilan. Seperti hasil wawancara dengan Muhamad Lutfhi yang menyatakan sebagai berikut:

Bagi siswa ABK yang belum tuntas dalam ulangan terutama siswa yang slowleaner diberikan perbaikan, sedangkan siswa yang sudah mencapai ketuntasan diberikan pengayaan agar mereka sama-sama belajar .(wawancara tanggal 21 April 2016)


(46)

Kundori sebagai guru agama islam juga menjelas-kan sebagai berikut:

Anak-anak ABK dalam ulangan yang belum tuntas KKM saya berikan perbaikan terutama siswa slowleaner, sedangkan siswa ABK yang agak berat cukup saya tuntun untuk mengucapkan atau melakukan sesuatu yang ada manfaatnya untuk mereka .(wawancara tanggal 2 April 2016)

Begitu juga pendapat dari Wahyuningsih guru kelas dua yang menyatakan sebagai berikut:

Di kelas dua ABK yang ada yaitu lambat belajar dan hiperaktif sehingga kalau ulangan yang belum mencapai KKM saya berikan soal remidi dan yang tuntas saya berikan pengayaan agar mereka tidak saling mengganggu .(wawancara tanggal 2 April 2016)

Jelas dari bukti-bukti hasil hasil wawancara ter-sebut di atas dapat disimpulkan untuk KKM siswa ABK dibuat sama dengan anak-anak normal dan bagi anak yang kurang mencapai KKM sekolah diadakan remidi atau perbaikan nilai sesuai tingkat atau jenis kekurangan yang anak-anak alami. Bukti lain adalah dokumen kurikulum yang didalamnya berisi KKM masing-masing kelas.

4.2.3.5Kesulitan Guru Dalam Mengajar ABK

Mengajar anak-anak ABK tentu berbeda dengan mengajar anak-anak normal. Apalagi sebagai guru kelas yang harus menguasai beberapa mata pelajaran dan tidak mempunyai pengalaman khusus untuk mengajar anak-anak ABK tentu kurang fokus. Sebagaimana


(47)

pernyataan dari Mudinem guru klas tiga yang menyata-kan sebagai berikut:

Mengajar anak-anak ABK tidak semudah mengajar anak yang normal. Untuk mengarahkan mereka saja sulit bahkan kadang-kadang saya juga merasa bosan untuk mengarahkan mereka, tetapi karena memang mereka anak ABK maka kita harus sabar .(wawancara tanggal 5 April 2016)

Pendapat tersebut juga disampaikan oleh Kundori sebagai guru agama islam sebagai berikut:

Mengajar di SDN 1 Panimbo termasuk mendapat pengalaman baru karena yang diajar terdapat siswa ABK yang membutuhkan bimbingan khusus. Tiga hari saya mengajar di SD Prigi yang bukan sekolah inklusi juga ada anak yang lamban belajarnya akan tetapi tidak sesulit bila mengajar anak ABK yang benar-benar membutuhkan bimbigan khusus .(wawancara tanggal 5 April 2016)

Sudah jelas bahwa dari keterangan kedua guru tersebut diatas untuk mengajar siswa ABK guru-guru mengalami kesulitan karena memang tidak mempunyai pengalaman khusus untuk mengajar anak-anak ABK sebagaimana guru GPK yang ada hanya kesabaran dan kemauan yang kuat agar mereka juga bisa terlayani sebagaimana anak-anak normal.

4.2.3.6 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Sesuai surat ijin yang dikeluarkanoleh Universitas

Kristen Satya Wacana yang peneliti ajukan bahwa

rencana penelitian ini yaitu di SD Negeri 1 Panimbo, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan. Karena sekolah tersebut adalah sekolah penyelenggara inklusi yang berada jauh di daerah perbatasan atau pinggiran


(48)

antar kabupaten yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabu-paten Boyolali. Peneliti mengambil subjek penelitian di sekolah tersebut disebabkan karena sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang sudah berjalan kurang lebih sembilan tahun sejak ditetapkannya belum ada peneliti atau pihak sekolah melakukan untuk meneliti evaluasi programnya.

Begitu surat ijin penelitian dikeluarkan oleh

Kampus UKSW sejak Bulan Februari 2016 peneliti

segera menyampaikan kepada kepala sekolah bahwa peneliti mau melakukan penelitian di SD Negeri 1 Panimbo sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Setelah menyerahkan surat ijin kepada kepala sekolah dua hari berikutnya peneliti mulai melakukan penelitian. Untuk penelitian ini tehnik atau metode yang digunakan peneliti cukup sederhana yaitu metode wawancara dan tehnik dokumentasi serta pengamatan langsung karena peneliti juga terlibat di dalamnya. Teknik wawancara digunakan untuk mempertegas jawaban langsung dari pihak terkait baik kepala sekolah,

guru-guru, komite, orang tua wali maupun stakeholder

lainnya.Pelaksanaan wawancara berpedoman pada

instrumen pengumpulan data.Sedangkan tehnik

dokumentasi digunakan sebagai bukti fisik yang ada di sekolah tersebut dan tehnik pengamatan digunakan untuk melihat keadaan lapangan yang sebenarnya.


(49)

Data yang diperoleh dari narasumber dilakukan pada saat-saat tertentu menyesuaikan keadaan sekolah. Untuk wawancara dengan kepala sekolah menyesuaikan kegiatan kepala sekolah. Untuk wawancara dengan

guru-guru dilakukan sewaktu-waktu. Sedangkan untuk

wawancara dengan komite sekolah peneliti mendatangi ke rumah dan untuk wawancara dengan orang tua wali juga datang ke rumah.

Setelah data terkumpul kemudian peneliti

membuat laporan evaluasi sambil membenahi keleng-kapan atau kekurangan data yang ada. Selanjutnya peneliti menulis hasil dari penelitian yang sudah lengkap dari data yang diperoleh sebagai laporan penelitian yang peneliti lakukan yaitu: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 dengan berpedoman pada prosedur penelitian.

4.2.4 Komponen Produk

4.2.4.1 Kemampuan siswa ABK

Dalam sekolah inklusi bahwa anak-anak yang belajar di sekolah tersebut terdiri dari siswa normal dan siswa berkebutuhan khusus (ABK). Arti berkebutuhan khusus bukan berarti anak yang mengalami kekurangan saja akan tetapi berkebutuhan khusus yang dimaksud di dalamnya terdapat siswa yang mempunyai kelebihan intelegensinya.


(50)

Di sekolah inklusi SD Negeri 1 Panimbo kebetulan siswa ABK-nya tidak ada yang mempunyai kecerdasan IQ yang lebih, yang ada kebanyakan slowlearner dan keca-cadan.Namanya juga siswa ABK tentu untuk kemam-puan dalam menerima pelajaran juga berbeda dengan siswa normal.Walaupun demikian sedikit demi sedikit lama-lama mereka juga bisa mengalami perubahan

terutama siswa yang slowleaner. Sebagaimana hasil

wawancara dengan Rindho Budi Utomo guru kelas enam sebagai berikut: Kemampuan siswa ABK belum bisa mengikuti sesuai dengan siswa lain yang normal tetapi juga sudah mengalami perubahan. Terutama anak-anak

slowleaner .

Hal tersebut juga dperkuat oleh Aprilia Damayanti guru kelas empat yang menyatakan bahwa:

Siswa ABK di SDN 1 Panimbo terutama yang ada di kelas empat dalam mengkuti pelajaran tidak semuanya jelek. Mereka sudah ada perubahan terutama dalam membaca untuk siswa slowleaner yang dulu-dulunya susah banget tapi kini sedikit-sedikt sudah bisa . (wawancara tanggal 7 April 2016)

Kedua Pendapat diperkuat oleh Mudinem guru kelas tiga yang menyatakan sebagai berikut:

Bagas adalah siswa ABK yang mengalami gangguan pendengaran sedang.Dia sesekali disuruh menirukan yang diucapkan oleh guru atau temannya dia bisa menirukan atau mengikuti walau hanya sekali pengucapan . (wawancara tanggal 7 April 2016)

Dari hasil wawancara ketiga guru di atas bisa disimpulkan bahwa anak-anak ABK yang bersekolah di


(51)

SDN 1 Panimbo dalam mengikuti pelajaran dari bapak/ibu guru sudah ada perubahan atau bisa menerima walau tidak selancar siswa yang noramal.Hal ini karena usaha yang dilakukan guru kelas dengan penuh kesabaran, ketekunan dan keikhlasan tidak sia-sia terbukti mem- bawa hasil meskipun tidak maksimal.

4.2.4. 2 Perkembangan siswa ABK

Mengajar di sekolah inklusi berbeda dengan meng-ajar di sekolah yang bukan inklusi.Mengmeng-ajar di sekolah inklusi dibutuhkan tingkat kesabaran, keuletan, kete-kunan, dan keikhlasan.Hal ini dikarenakan ada dua kategori siswa yang kemampuannya berbeda. Bagi guru baru akan terasa sedih atau jengkel saat awal mengajar, tetapi lama-kelamaan juga akan terbiasa dengan situasi dan kondisi yang ada yaitu butuh kesabaran.

Siswa ABK dalam pembelajaran di kelas awal masih butuh bimbingan yang sangat ekstra bila dibanding siswa ABK yang sudah di kelas atasnya.Dari beberapa siswa ABK baik yang slowleaner maupun yang mengalami kekurangan fisik setelah naik di kelas yang lebih tinggi ada perkembangan dalam pembelajarannya.Sebagaimana yang disampaikan oleh Aprilia Damayanti guru kelas empat sebagai berikut:

Dulu ketika saya mengajar di kelas tiga Aditia Maulana siswa ABK slowleaner masih susah kalau disuruh membaca hanya diam saja.Sekarang setelah di kelas empat sudah mulai bisa membaca meskipun belum


(52)

lancar. Ini memang butuh ketekunan dalam membimbing dan mengajarinya .(wawancara tanggal 9 April 2016)

Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Rindho Budi Utomo guru kelas enam yang menyatakan sebagai beikut:

Pada saat awal saya mengajar di kelas enam ada siswa yang lambat belajarnya. Kemampuan membacanya masih belum lancar, tetapi setelah saya ajar dan saya bimbing dengan sabar mengalami perubahan mungkin juga karena faktor kematangan usianya.Tetapi kalau untuk pengetahuan hasilnya masih jauh bila dibandingkan dengan siswa yang normal . (wawancara tanggal 9 April 2016)

Begitu juga pendapat kepala sekolah yang mengajar mulok bahasa jawa untuk kelas empat sampai kelas enam menyatakan:

Ketika saya mengajar bahasa jawa di kelas lima Rony setiawan (siswa ABK slowleaner) disuruh membaca bahasa jawa juga belum bisa. Kemudian saya bimbing dan saya tuntun dalam membacanya sekarang sudah mulai bisa membaca dengan cara mengejanya . (wawancara tanggal 9 April 2016)

Dari hasil wawancara ketiga nara sumber di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk kemampuan siswa ABK dalam pembelajarannya di SD Negeri 1 Panimbo juga mengalami perubahan. Sejalan dengan tingkatan kelas dan tingkat kematangan perkembangan usianya.

4.2.4. 3 Kemampuan siswa ABK Bersosialisasi

Sebagai mahkluk sosial manusia saling membutuh-kan antara manusia satu dengan manusia lainnya.Karena manusia tidak bisa hidup sendiri.Kehidupan yang saling membutuhkan antara manusia satu dengan manusia


(53)

berso-sialisai.Begitu juga siswa ABK walaupun dirinya mengalami kekurangan mereka juga perlu teman untuk bermain bersama.Siswa ABK yang bersekolah di SD

Negeri 1 Panimbo baik yang slowleaner maupun yang

mengalami kekurangan fisik mampu bergaul dengan baik bersama teman-teman yang normal lainnya.Begitu juga Bagas Aji Santoso yang mengalami ketunarunguan sedang juga bisa begaul dengan teman-teman normal lainnya.Sedangkan Satria Gading Adiwinata siswa ABK tuna daksa (folio) kelas satu juga bisa bermain dengan teman-temannya meskipun diikuti oleh ibunya.Hasil ini diperoleh dari pengamatan langsung dilapangan.

4.2.4. 4 Hubungan Antara Siswa ABK dengan ABK lain Diantara siswa ABK yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo tidak menunjukkan adannya ketertutupan diri mereka.Artinya siswa ABK yang ada bisa saling ber-teman, bergaul dan bermain bersama-sama baik antara siswa ABK dengan siswa ABK maupun siswa ABK dengan siswa yang normal.

Disaat sebelum masuk dan saat istirahat mereka tampak bersama-sama dalam bermain maupun dalam hal lainnya.Sepintas diantara mereka tidak ada perbeda-annya.Mana siswa ABK dan mana siswa yang normal kecuali siswa ABK yang mengalami kecacadan fisik-nya.Perbedaan itu baru tahu setelah masuk di kelas dan diberi pelajaran oleh gurunya masing-masing.


(54)

Dari sekian siswa ABK yang bersekolah di SD Negeri 1 Panimbo masih ada tiga siswa yang masih ditunggui orang tuanya termasuk siswa yang tuna daksa (folio) karena mereka masih kelas satu. Tetapi dalam bergaul dengan teman-teman mereka baik-baik saja tidak menunjukkan keanehan atau malu. Hasil dari pengama-tan langsung dilapangan

4.5 Hambatan dan Solusi 4.5.1 Hambatan

Dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi SD Negeri 1 Panimbo masih mengalami hambatan-hambatan terutama dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa ABK terlebih bagi siswa tuna rungu dan tuna daksa yang ada. Hal ini karena dibutuhkan pengalaman khusus dalam menangani siswa tersebut, sedangkan guru pembimbing khusus tidak ada. Begitu juga dengan sarana dan prasarananyayang digunakan untuk melayani siswa ABK juga belum ada.

4.5.2 Solusi

Dengan melihat permasalahan yang ada di SD Negeri 1 Panimbo dalam menyelnggarakan pendidikan inklusi baik dari komponen kontek sampai komponen produk maka perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Menindaklanjuti kerjasama dengan tenaga ahli


(55)

anak ABK secara pasti sehingga dalam memberikan pelayanan bisa lebih tepat sasaran;

b) Pengadaan guru pembimbing khusus (GPK) dengan

cara kerjasama SLB terdekat maupun pihak

pemerintah. Karena dengan adanya GPK yang telah mempunyai pengalaman secara khusus bisa lebih memahami karakter siswa ABK yang ada;

c) Program PPI (Program Pelayanan Individual) di

laksanakan kerjasama dengan GPK sebagai bentuk pemberian layanan mandiri bagi siswa ABK;

d) Kekurangan sarana dan prasarana dilengkapi dengan cara mengusulkan bantuan ke pemerintah maupun kerjasama dengan komite, orang tua wali maupun masyarakat sekitar.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Komponen Konteks

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidik-an ypendidik-ang layak. Sebagaimpendidik-ana bunyi UUD 1945 pasal 31. Pendidikan ini berlaku untuk semua terutama bagi anak-anak usia sekolah tanpa membedakan antara anak-anak normal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam Deklarasi Salamanca dikenal dengan istilah Educational For All atau pendidikan untuk semua tanpa membeda-bedakan. Pendidikan untuk semua tanpa perbedaan ini di negara kita menjadi tanggungjawab Pemerintah atau Negara. Bentuk pendidikan untuk semua dinegara kita


(1)

berisi komponen pokok berupa tujuan, materi, proses dan evaluasi. RPP yang dibuat guru menyesuaikan dengan keadaan di lapangan terlebih hubungannya dengan kebu-tuhan siswa ABK atau sekolah penyelenggara inklusi. Walaupun belum ada modifikasi kurikulum guru-guru sudah berusaha agar siswa ABK juga bisa mengkutipembelajaran di kelas dengan setingRPP yang fleksibel.

Temuan proses sarana prasarana, pada awal penyelenggaran pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo belum siap. Seiring berjalannya program, pemerintah sudah mulai memperhatikan dan memberi bantuan.Untuk mendapatkan bantuan tersebut sekolah harus membuat pengajuan proposal yang ditujukan Pemerintah Provisi melalui Pemerintah Kabupaten Grobogan. Bantuan yang diusulkan tersebut setelah turun diwujudkan berupa barang.Walau sudah men-dapat bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah, sarana prasarana di sekolah masih kurang. Kenyataan di lapangan sekolah baru mempunyai lima ruang kelas, satu kantor, dua WC anak dan dua WC guru yang ada di kantor. Melihat kenyataan yang ada maka sarana dan prasarana di SD Negeri 1 Panimbo perlu ada tambahan.Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Gusti Nono Haryono yang berjudul: Studi Evaluasi Program Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan


(2)

Khusus di Sekolah Dasar Kabupaten Pontianak

menyatakan bahwa sebagai penyelenggara pendidikan inklusi pelaksana- annya sudah sesuai kreteria walaupun banyak yang belum dimiliki. Lain halnya dengan Depdiknas bahwa sarana dan prasarana umum yang dibutuhkan di sekolah inklusi relative sama dengan sarpras reguler pada umumnya termasuk minimal memiliki ruang praktikum/laboratorium, ruang BP/BK, ruang UKS, dan ruang ibadah (Depdiknas 2009:94).

4.3.4Komponen Produk

Hal yang ditemukan dalam produk yaitu adanya peningkatan siswa ABK baik mengenai kemampuan baca tulisnya maupun prestasi yang diraih dalam mengikuti lomba-lomba terutama dibidang non akademik yaitu lomba melukis pada kegiatan POPDA ditingkat keca-matan yang diikuti siswa slow leaner dan menjadi juara dua. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produk-tifitas siswa ABK.Sedangkan kejuaran yang diraih siswa normal adalah juara 2 lomba matematika dan juara 2 seni baca alqur an (qiroat).Pelaksanaan pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, komite, orang tua siswa. Sedangkan penanggung-jawab adalah kepala UPTD Pendidikan Kecamatan dan sebagai penasehat adalah Penilik Sekolah Binaan (PS dabin 2). Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan meka-nisme pendirian sekolah inklusi berdasarkan


(3)

Kemen-diknas2013:41 yaitu kesiapan sekolah dalam penyeleng-garaan program pendidikan inklusif yang terdiri dari (kepala sekolah, guru, komite, peserta didik dan orang tua wali). Sebagai pelaksana disini kepala sekolah berperan sebagai manajemen, guru-guru sebagai sumber daya atau tenaga, komite dan orang tua sebagai mitra kerja atau peran serta masyarakat (PSM) dan siswa sebagai objeknya.

Secara keseluruhan dari komponen produk, penyelenggaraan pendidikan inklusi sudah baik, namun masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan.Diantaranya kemampuan siswa ABK dalam belajarnya, pengembangan prestasi dibidang non akademik.Begitu juga dalam hal kemampuan bersosialisai karena itu sangat penting bagi siswa ABK yang nantinya berguna dalam kehidupan dimasyarakat. Untuk peningkatan pelaksanaan program tersebut tidak cukup hanya dilakukan oleh satu orang saja tetapi perlu adanya kerjasama antara kepala sekolah, guru-guru, komite, wali murid dan masyarakat.Hubu-ngan yang baik antar semua pihak itu sangat penting sebagai modal dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi yang akan membantu bagi anak-anak berkebutuhan khusus dalam pendidikannya sehingga harapan peme-rintah bisa terwujud.

Hasil penelitian dari Lipsky, Dorothy, Kerzner, Gartner, Alan dengan judul: The Evaluation of Inclusive


(4)

Educations Programe (1995)dengan hasil kecenderungan yang kuat antara peningkatan hasil belajar siswa (akademis,perilaku, dan sosial) baik mahasiswa program pendidikan khusus maupun yang umum. Keberhasilan program pendidikan inklusi mencakup kepemimpinan, kerjasama, sumber daya, dana, dan keterlibatan stake-holder secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi yang paling penting bisa memberikan bekal kepada anak-anak berkebutuhan khusus dalam menghadapi kehidupan di masyarakat untuk mandiri.

Tabel 4.5

Keterlaksanaan ProgramPendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo

No. Program Keterlaksanaan

Terlaksana Tidak 1 Sosialisasi Pendidikan Inklusi V

2 Identifikasi ABK V

3 Whorkshop Penyelenggaraan

Inklusi V

4 Kerjasama Dengan Tenaga Ahli V

5 Pengadaan GPK V

6 Sumber Dana V

7 Pengadaan Sarpras V

8 Menjalin Kerjasama dengan

Stakeholder V

9 Membina Siswa ke Arah Life Skill V


(5)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari program yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo masuk katagori baik karena dari program yang ada yang bisa terlaksana baru ada tujuh komponen sedangkan tiga komponen lagi masih perlu diperbaiki dan ditindak lanjuti. Prosentasi keberhasilan pelaksanaan programpendidikan inklusi di SD Negeri 1 Panimbo yaitu: 7/10x100%=70%.

4.5 Hambatan dan Solusi 4.5.1 Hambatan

Sebagai sekolah reguler penyelenggara pendidikan inklusi tentu hambatan dan kesulitan selalu ada. Lebih-lebih sekolah tersebut berada di wilayah terpencil yang jauh dari kabupaten. Hambatan yang dialami guru-guru yaitu masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi kepada siswa ABK terlebih kepada siswa tuna rungu dan tuna daksa. Selain itu, cara membimbing siswa ABK yang tepat agar bisa maksimal.Hambatan lainnya termasuk pengadaan GPK dan kerjasama dengan tenaga ahli (psikolog).

4.5.2 Solusi

Pengadaan guru pembimbing khusus (GPK) segera dilakukan agar siswa ABK yang ada bisa terlayani sesuai kebutuhan mereka masing-masing.


(6)

Kerjasama dengan tenaga ahli atau psikolog segera dilakukan supaya jenis ABK bisa dideteksi. Hal tersebut sesuai pendapat dariSuyanto dan Mudjito 2012:41 yang menyatakan hasil identifikasi yang dilakukan akan ditemukannya anak-anak berke- lainan yang perlu mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui program inklusi.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB II

0 2 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB III

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016 T2 92014052 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan Inklusi di SD Negeri 1 Panimbo Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2016

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB I

0 1 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB II

2 11 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kesiswaan SD Negeri di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan T2 942011015 BAB V

0 0 3