commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama Posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5 sekitar 15 juta balita pernah
ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9 diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65 sekitar 12 juta balita memiliki
KMS Kartu Menuju Sehat Permenkes RI, 2010. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga SKRT : 2008 hanya
46,6 kader posyandu pernah mendapat pelatihan tentang KMS. Menurut 58,6 kader yang disurvey, penggunaan KMS adalah untuk memantau
pertumbuhan balita. Akibatnya pemanfaatan KMS sebagai sarana penyuluhan gizi dinilai masih rendah.
KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah
serangkaian kegiatan yang terdiri dari 1 penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS,
menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan 2 menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Permenkes RI,
2010.
commit to user 2
Di Posyandu, telah disediakan KMS yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Pertumbuhan seorang
anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi juga memberikan gambaran tentang
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh. DepKes RI, 2003.
Pelaksanaan program-program posyandu memerlukan kerjasama dari beberapa pihak terkait diantaranya perangkat desa, tokoh masyarakat, kader
kesehatan, pemuda, LSM, dan seluruh warga masyarakat pada umumnya. Syafrudin, 2009. Kader kesehatan merupakan pelaksana program posyandu.
Salah satu indikator keberhasilan pengembangan program posyandu yakni kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik Syafrudin,
2009. Keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu akan meningkatkan
keterampilan karena dengan selalu hadir dalam kegiatan, kader akan mendapat tambahan keterampilan dari pembinaan petugas maupun dengan
belajar dari teman sekerjanya. Pengetahuan sangat penting dalam memberikan pengaruh terhadap sikap dan tingkah laku kader terhadap
pelayanan kesehatan bayi dan balita terutama pengetahuan tentang KMS. Oleh karena itu, pengetahuan tentang KMS sangat diperlukan Ahira, 2010
Setelah melakukan studi pendahuluan dengan wawancara kepada ketua posyandu Desa Kadilangu didapatkan hasil bahwa pada 35 kader di 5
posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo yakni Posyandu ekasari, dwisari, trisari,
commit to user 3
catursari dan pancasari 30 kader yang belum mengetahui tentang status pertumbuhan balita yang meliputi N1, N2, T1, T2 dan T3. Maka dari latar
belakang tersebut serta belum adanya penelitian sejenis maka penulis ingin meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader
tentang KMS Di Posyandu Desa Kadilangu Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah