BAB II TELAAH TEORITIK
A. Tahfizul Qur’an dalam Pandangan Teori Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan teori rapat untuk merancang agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan
dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Diantara teori-teori pembelajaran
yang dapat dijadikan rujukan pada pembelajaran Tahfizul Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Teori Belajar Menurut Islam
1. Belajar Menurut Al-Qur’an dan Hadits.
Sejak turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw. Islam telah menekankan perintah untuk wajib belajar. Ayat pertama yang diturunkan
Allah, menjadi bukti bahwa Al-Q ur’an memandang pentingnya belajar agar
manusia dapat memahami seluruh kejadian yang ada disekitarnya, sehingga meningkatkan rasa syukur dan mengakui kebesaran Allah. Pada ayat pertama
surat Al- ‘alaq terdapat kata Iqra’, yang memerintahkan kepada Muhammad
untuk “membaca”. Menurut Quraish Shihab seperti yang dikutip oleh Baharuddin dan Esa
Nurwahyuni, “Iqra’ berasal dari kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.
11
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan Islam mewajibkan kepada setiap orang untuk menuntut ilmu. Selain
Al-Qur ’an, juga banyak Hadis Nabi Muhammad saw yang menjelaskan tentang
kewajiban menuntut ilmu sejak lahir sampai keliang lahad, menuntut ilmu walau kenege
ri yang jauh, orang yang menuntut ilmu adalah “Sabilillah”, dan juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang terdidik.
2. Belajar menurut Al-Ghazali
“Menurut Al-Ghazali , proses belajar yang dilakukan seseorang adalah usaha orang tersebut untuk mencari ilmu, karena itu belajar itu sendiri tidak
terlepas dari ilmu yang akan dipelajarinya.”
12
Al-Ghazali berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat dipandang dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek. Ilmu sebagi proses
terdiri atas ilmu hissiyah yang didapat melalui pengindraan, ilmu aqliyah yang diperoleh melalui kegiatan berfikir, dan ilmu ladunni yang diperoleh
langsung dari Allah tanpa melalui proses pengindraan atau berfikir. Ilmu sebagai objek, juga dibagi menjadi tiga macam: yaitu, ilmu pengetahuan secara
mutlak, ilmu pengetahuan yang terpuji, dan ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji, tetapi bila mendalaminya menjadi tercela.
3. Belajar menurut Al-Zarnuji
“Menurut Al-Zarnuji, belajar merupakan upaya membawa lingkungan belajar pada tingkat ketekunan dan kewibawaan guru dalam ilmu dan
pengajarannya. Sedangkan murid sebagai individu yang belajar, menunjukkan kesungguhan dan keseriusan dalam belajar sebagai manifestasi daya juang
11
Baharuddin dan Esa Nurwahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2008, h. 31.
12
Ibid., h. 42.
dalam pencapaian ilmu yang diajarkan oleh guru dalam rangka mencari ridha Allah dan untuk menuai kemanfaatannya.
”
13
b. Teori Deskriptif dan Teori Preskriptif