Metode Lingkaran halaqah Tesis EKA PRISTIAWAN

b. Materi hafalan tersebut dibacakan oleh guru dan ditirukan oleh murid calon penghafal secara berulang-ulang. c. Materi dihafalkan dari ayat per ayat hingga hafal. Metode semacam ini biasa digunakan oleh para tuna netra.

4. Metode Paham Makna

a. Siapkan materi yang akan dihafal baik itu 1 halaman, 12 halaman, 13 halaman dan seterusnya. b. Materi tersebut dipahami arti kalimat per kalimat terlebih dahulu. c. Setelah paham artinya, kemudian dihafal ayat pe ayat dengan dibaca berulang-ulang hingga lancer.Adapun cara penyambungannya antara ayat satu dengan ayat lain yaitu dengan relevansihubungan ayat sesuai dengan kepahaman makna ayat.

5. Metode Recorder

Pada prinsipnya sama dengan metode dengan bimbingan guru. Keefektifan pembelajaran Tahfizul Q ur’an hanyalah masalah dari metode guru dalam menciptakan suasana belajar. Metode-metode yang berkaitan dengan pembelajaran Tahfizul Q ur’an sangat banyak, tetapi tidak satupun metode yang paling baik bila dibandingkan dengan yang lainnya. Itu berarti antara satu metode dengan metode yang yang lain memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.

6. Metode Lingkaran halaqah

suatu metode dimana seorang guru berada ditengah-tengah murid untuk mentasmi’ hafalan para siswa, dan isi biasanya diterapkan dimasjid atau tempat khusus. Adapun murid yang diberikan berkisar antara 5 s d 10 orang siswa 34 . Dalam menghafal Al- Qur’an memang memiliki cara yang berbeda-beda. Namun metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang 34 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h.572 berulang-ulang sampai dapat mengucapkannya tanpa melihat Al-Q ur’an sedikitpun. Sedangkan menurut Sa’dullah diantara metode yang digunakan dalam menghafal Al- Qur’an adalah: a Bin Naẓar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur’an yang akan dihafal dengan melihat mushaf al-Quran secara berulang-ulang. Proses ini hendaknya dilakukan sebanyak mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafa ẓ kalimat maupun urutan ayat-ayatnya. b Tahfiẓ, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Quran yang telah dibaca secara berulang-ulang secara bin na ẓar tersebut. Misalnya menghafal satu baris, beberapa kalimat atau bahkan mungkin sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan. Setelah beberapa baris, beberapa ayat atau beberapa kalimat telah dihafal dengan baik, maka ditambah dengan kalimat selanjutnya. c Talaqqi, yaitu menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru dihafal kepada seorang guru atau instruktur. Guru tersebut haruslah seorang hafi ẓ Al-Quran, telah mantap agama dan hafalannya dan dikenal mampu menjaga dirinya. Proses ini dilakukan untuk mengetahui hasil seorang calon hafi ẓ. d Takrir, yaitu mengulang hafalan atau menyima’kan hafalan yang pernah dihafalsudah pernah disetorkan kepada guru Tahfizh. Proses ini dimaksudkan agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan baik. Selain dengan guru takrir dapat juga dilakukan dengan sesama teman yang menghafal Al-Quran, akan tetapi hal ini hanya sekedar mengulang hafalan yang biasa tidak dengan maksud untuk mempertegasmemperkuat hafalan, karena pengukuhan hafalan hanya boleh dilakukandiulangkan kepada guru Tahfizh. e Tasmi’, yaitu memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada perseorangan maupun kepada jama’ah. Dengan program ini seorang penghafal Al-Quran akan diketahui kekurangan yang terdapat dalam dirinya, karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan huruf atau harakat. Dari semua metode yang telah diungkapkan diatas, metode yang lebih dikenal oleh banyak orang dalam menghafal Al-Quran pada dasarnya ada tiga macam: 1. Metode seluruhnya, yaitu membaca satu halaman dari baris pertama sampai baris terakhir secara berulang-ulang sampai hafal. 2. Metode bagian, yaitu orang menghafal ayat demi ayat, atau kalimat demi kalimat yang dirangkaikan sampai satu halaman. 3. Metode campuran, yaitu kombinasi antara metode seluruhnya dengan metode bagian. Mula-mula dengan membaca satu halaman berulang-ulang, kemudian pada bagian tertentu dihafal tersendiri. Kemudian diulang kembali secara keseluruhan. 35 Menurut pendapat Sabit Alfatoni, ada beberapa metode yang lazim dipakai oleh para penghafal Al-Quran, yaitu: a Metode fahmul mahfudz, artinya sebelum ayat-ayat dihafal, penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya. b Metode tikrarul mahfudz, yaitu penghafal mengulang ayat-ayat yang sedang dihafal sehingga dapat dilakukan mengulang satu ayat sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tanpa melihat mushaf. c Metode kitabul mahfudz, artinya penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal di atas sebuah kertas. d Metode isti’amul mahfudz, artinya penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkan sendiri tanpa melihat mushaf. 35 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal al- Qur’an Semarang: Ghiyas Putra, 2010, h. 29 Berdasarkan keterangan metode-metode menghafal Al-Quran sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa metode yang sudah akrab di kalangan penghafal Al-Quran, diantaranya: a Metode Talqin guru membaca lalu murid menirukan dan jika salah dibenarkan. b Tasmi’ murid memperdengarkan hafalannya di depan guru, biasanya disebut setoran hafalan. c Muraja’ah pengulangan hafalan, teknisnya sangat banyak, bisa dilakukan sendiri dengan merekam atau memegang Al-Quran di tangannya, bisa dengan berpasangan. d Tafsir mengkaji tafsirnya, baik secara sendiri maupun melalui guru. e Tajwid perbaikan bacaan dan hukumnya 36 . Disamping semua metode menghafal Al- Qur’an sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, masih ada metode lain yang dikemukakan oleh Muna Said Ulaiwah yaitu:

1. Metode per Halaman