14
2. Penggunaan agregat dengan permukaan yang kasar 3. Penggunaan agregat berbentuk kubus
4. Penggunaan agregat kasar yang cukup Impermeabilitas adalah daya tahan dari perkerasan beraspal untuk
mencegah masuknya udara dan air. Perilaku ini berhubungan dengan kadar rongga dari campuran yang dipadatkan. Impermeabilitas penting untuk durabilitas dari
campuran perkerasan yang dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk
dihampar dan dipadatkan, sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan. Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan
adalah : 1. Gradasi Agregat; agregat bergradasi baik campuran agregat kasar dan halus
lebih mudah dilaksanakan daripada agregat bergradasi lain. 2. Temperatur Campuran; mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang
bersifat termoplastis. 3. Kandungan Bahan Pengisi; jika terlalu banyak bahan pengisi maka
pelaksanaannya lebih sukar.
2.6 Metode Marshall
Konsep uji Marshall pertama kali dikenalkan oleh Bruce Marshall, selanjutnya dikembangkan U. S. Army Corps of Engineers [11]. Metode ini
umumnya digunakan untuk campuran beraspal yang dibuat dengan proses pencampuran panas. Dengan menggunakan alat pemeriksaan Marshall, kinerja
15
campuran beraspal dapat diperiksa. Pada percobaan Marshall, tiap benda uji diuji dan dianalisis. Dari hasil analisis akan didapat parameter Marshall, yaitu :
1. Stabilitas 2. Kadar persentase rongga dalam campuran VIM
3. Kadar persentase rongga dalam agregat VMA 4. Kadar persentase rongga terisi aspal VFB
5. Pelelehan Flow 6. Marshall Quotient
Kadar aspal optimum suatu campuran sangat mempengaruhi sifat-sifat campuran. Kadar aspal optimum campuran tersebut didapat dari semua parameter
Marshall yang dibandingkan dengan syarat campuran aspal yang ditentukan. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
cincin penguji. Proving ring ini dilengkapi dengan arloji yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Pada alat Marshall juga terdapat arloji pelelehan
untuk mengukur pelelehan benda uji. Pada uji Marshall digunakan benda uji standar dengan tinggi 63,5 mm 2,5
in dan diameter 101,6 mm 4 in. Benda uji dipadatkan dalam suatu cetakan mold dengan menggunakan alat penumbuk Marshall Marshall Compaction
Hammer, yang mempunyai berat 4,54 kg 10 lbs dan dijatuhkan bebas dari ketinggian 457 mm 18 in. Jumlah tumbukan untuk pemadatan bergantung pada
beban lalu lintas yang direncanakan. Setelah dipadatkan, benda uji dikeluarkan dari cetakan dan diletakkan
dalam ruang selama 24 jam. Sebelum diuji, benda uji direndam dahulu dalam
16
waterbath selama 30-40 menit pada temperatur 60°C. Setelah itu benda uji diletakkan pada penjepitnya Cylindrically Shape Split Breaking Head dan
dibebani dengan laju 50,8 mmmenit 2 inmenit sampai terjadi keruntuhan yang ditandai dengan berhentinya laju alat. Beban maksimum yang telah dikoreksi
merupakan stabilitas Marshall, sedangkan deformasi vertikal yang terjadi disebut pelelehan flow.
Nilai stabilitas Marshall menunjukkan beban maksimum yang mampu dipikul oleh benda uji sampai terjadi keruntuhan. Sedangkan nilai pelelehan
menunjukkan besarnya perubahan bentuk plastis benda uji campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas keruntuhan.
Untuk mengetahui durabilitas benda uji dilakukan perendaman Marshall Marshall Immersion. Perendaman Marshall dilakukan selama 24 jam pada
temperatur 60° C. Kehilangan stabilitas karena perendaman ini dihitung sebagai daya tahan terhadap perusakan air. Perbandingan antara stabilitas setelah
direndam Marshall Immersion dengan stabilitas Marshall tanpa rendaman dinyatakan dalam prosentase indeks perendaman.
2.7 Analisis Variansi Analysis of Variance, ANOVA [4]