Aspal Polymer Elastomer [10] Aspal Polymer Plastomer [10] Campuran Beraspal [3]

10 2.3 Aspal Polymer Elastomer [10] Elastomer adalah polymer yang bersifat elastis, apabila ditarik, diberikan tegangan akan kembali kebentuk semula. Styrene Butadine Styrene SBS, Styrene Butadine Rubber SBR, Styrene Isoprene Styrene SIS, dan lateks adalah jenis- jenis polymer elastomer yang biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahan polymer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras. Persentase penambahan polymer elastomer pada aspal keras harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena penambahan, karena penambahan yang berlebih justru akan memberikan pengaruh yang negatif. 2.4 Aspal Polymer Plastomer [10] Plastomer adalah polymer yang bersifat kaku, apabila ditarik, diberikan tegangan tidak akan kembali kebentuk semula. Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat fisik aspal. Jenis aspal polymer elastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah Ethylene Vinyl Acetate EVA, Polypropilene PP dan Polyethilene PE. Persentase penambahan polymer jenis ini ke dalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena penambahan polymer plastomer sampai batas tertentu dapat memperbaiki sifat-sifat aspal. 11 2.5 Campuran Beraspal [3] Campuran beraspal adalah suatu campuran yang terdiri dari beberapa material berupa aspal, agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi yang dicampur, dihampar, dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu. Jika agregat dicampur dengan aspal, maka partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal. Rongga-rongga di antara agregat, ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara. Tebal lapisan aspal yang menyelimuti agregat bergantung pada kadar aspal yang dipergunakan. Campuran beraspal biasanya digunakan pada lapisan permukaan jalan. Fungsi campuran beraspal sebagai lapisan permukaan, antara lain adalah : 1. Sebagai lapisan aus wearing course. 2. Memikul beban lalu lintas secara langsung dan mendistribusikan beban-beban permukaan ke lapisan di bawahnya. 3. Sebagai lapisan perkerasan kedap air, untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat pengaruh cuaca. 4. Menahan tegangan geser akibat beban roda. 5. Memberikan kerataan permukaan sehingga tercapai kenyamanan penggunanya. Campuran beraspal harus direncanakan sedemikian rupa sehingga didapatkan campuran yang ekonomis dan secara teknis memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Stabilitas Stability 2. Keawetan Durability 3. Kelenturan Flexibility 12 4. Ketahanan terhadap lelah Fatigue Resistance 5. Ketahanan terhadap gelincir Skid Resistance 6. Impermeabilitas Impermeability 7. Kemudahan untuk dikerjakan Workability Adapun persyaratan untuk campuran beraspal pada lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Persyaratan Campuran Beraspal [2] Campuran Beraspal Untuk Lalu Lintas Berat 75 Tumbukan Sifat-sifat Campuran WC BC Base Penyerapan kadar aspal Maks 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 112 Min 3,5 Rongga dalam campuran VIM Maks 5,5 Rongga dalam agregat VMA Min 15 14 13 Rongga terisi aspal VFB Min 63 65 60 Min 800 1500 Stabilitas Marshall kg Maks – – Pelelehan mm Min 3 5,5 Marshall Quotient kgmm Min 250 300 Stabilitas Marshall Sisa setelah perendaman selama 24 jam, 60 °C Min 75 Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang, alur maupun bleeding. Untuk mendapatkan stabilitas yang maksimum, kemampuan partikel untuk saling mengunci interlocking dan daya lekat aspal, dapat dilakukan dengan memilih agregat yang mempunyai bentuk bersudut angular, tekstur permukaan yang kasar, dan gradasinya harus rapat. 13 Keawetan Durabilitas beraspal adalah kemampuan suatu lapisan permukaan untuk menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan temperatur ataupun keausan akibat gesekan kendaraan. Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara : 1. Pemakaian kadar aspal optimum 2. Pemakaian gradasi rapat 3. Pemadatan campuran Kelenturan adalah kemampuan suatu perkerasan untuk menerima lendutan atau bengkokan akibat beban tanpa mengalami keretakan. Kelenturan dapat dipertinggi dengan menggunakan gradasi terbuka open graded dan memakai aspal dengan jumlah yang tinggi. Tetapi kriteria desain campuran yang seimbang perlu diperhatikan agar dicapai formula campuran yang memuaskan. Kandungan aspal yang tinggi dapat menyebabkan berkurangnya kestabilan dan tahanan gelincir perkerasan. Ketahanan terhadap leleh adalah ketahanan dari lapis beraspal untuk menahan beban dari roda kendaraan yang berulang tanpa terjadinya kerusakan yang berupa alur rutting dan retak. Pelelehan perkerasan lebih cepat terjadi pada campuran beraspal dengan rongga udara yang tinggi akibat kurangnya pemadatan. Ketahanan terhadap gelincir atau kekesatan adalah kemampuan permukan perkerasan beraspal untuk mengurangi pengikisan roda atau tergelincirnya roda kendaraan, baik di waktu hujan atau basah maupun di waktu kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antar permukaan jalan dengan ban kendaraan. Umumnya kekesatan yang tinggi dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut : 1. Penggunaan kadar aspal yang tepat, sehingga tidak terjadi bleeding 14 2. Penggunaan agregat dengan permukaan yang kasar 3. Penggunaan agregat berbentuk kubus 4. Penggunaan agregat kasar yang cukup Impermeabilitas adalah daya tahan dari perkerasan beraspal untuk mencegah masuknya udara dan air. Perilaku ini berhubungan dengan kadar rongga dari campuran yang dipadatkan. Impermeabilitas penting untuk durabilitas dari campuran perkerasan yang dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan dipadatkan, sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan. Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan adalah : 1. Gradasi Agregat; agregat bergradasi baik campuran agregat kasar dan halus lebih mudah dilaksanakan daripada agregat bergradasi lain. 2. Temperatur Campuran; mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang bersifat termoplastis. 3. Kandungan Bahan Pengisi; jika terlalu banyak bahan pengisi maka pelaksanaannya lebih sukar.

2.6 Metode Marshall