Anak Usia Pertengahan DASAR TEORI
12
seseorang untuk mengarahkan perasaannya kepada dunia luar tetapi mengimajinasikan perasaan-perasaannya tersebut diekpresikan oleh dunia
luar terhadap dirinya. Tes proyektif ini merupakan tes dengan stimulus yang ambigu dan tidak terstruktur yang bertujuan agar seseorang dapat
mengekspresikan keinginan, kecemasan dan konflik yang dimilikinya. C.A.T dibuat dengan tujuan untuk memahami hubungan atau relasi
antara anak dengan figur-figur penting atau significant other beserta dorongan-dorongannya. Alat tes yang terdiri dari sepuluh gambar ini juga
dibuat untuk memperoleh respon-respon yang berkaitan dengan masalah oral,
persaingan saudara kandung dan hubungan atau relasi antara anak dan orang tua sebagai pasangan, agresi, penerimaan orang dewasa,
kesendirian yang berkaitan dengan masturbasi, toilet training, bagaimana orang tua merawat dan bagaimana responnya. Berdasarkan hal tersebut
maka diharapkan dapat mengetahui pertahanan diri anak dan bagaimana cara ia bereaksi dan menangani masalah. Secara klinis, C.A.T juga
berguna untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang mungkin dapat berhubungan dengan perilaku anak di dalam suatu kelompok, sekolah atau
rumah. Untuk melakukan interpretasi terhadap respon cerita C.A.T, maka
digunakan analisis tematik yang bertujuan untuk memecah tema menjadi tiga tema, yaitu :
13
1. Tema deskriptif
Yaitu ringkasan makna dari cerita dan disajikan kembali dalam bentuk yang singkat dan dengan kata-kata yang sederhana.
2. Tema interpretif
Tema interpretif ini berupa arti umum cerita 3.
Tema diagnostik Tema diagnostik ini dapat memberitahukan masalah psikologi
yang muncul dalam cerita tersebut Bellak Abrams, 1997 Dalam proses analisis C.A.T, juga sering digunakan Bellak scoring
system untuk mendapatkan interpretasi secara lebih cermat dan lengkap.
Bellak scoring system ini terdiri dari sepuluh variabel yang terdiri dari:
1. Tema utama
Tema utama berisi uraian yang sama dengan tema interpretif. 2.
Hero utama Hero utama dalam cerita adalah seseorang atau orang yang
paling banyak berbicara atau diceritakan serta pikiran dan perasaan yang paling sering dibahas atau diceritakan.
3. Kebutuhan dan dorongan utama hero
Dalam variabel yang ketiga ini terdapat tiga tipe data, meliputi: a
Behavioral needs, yang ditunjukkan dalam perilaku dan didalamnya terdapat dynamic inference atau kesimpulan
dinamis.
14
b Figur atau objek yang dilibatkan. Objek yang dimaksud
adalah alat – alat yang muncul dalam cerita walaupun tidak digunakan untuk memuaskan kebutuhan.
c Figur atau objek yang diabaikan. Figur atau objek yang
diabaikan meliputi mereka yang nampak jelas di dalam gambar tetapi tidak disebutkan dalam cerita.
4. Konsep tentang lingkungan atau dunia.
Konsep ini berisi tentang realitas yang dialami seseorang. 5.
Figur dilihat sebagai Variabel yang kelima ini mengungkap sikap tokoh utama
kepada orang-orang yang lebih tua, sebaya dan lebih muda atau orang-orang yang lebih kecil atau inferior serta berisi tentang
reaksi seseorang terhadap persepsinya. 6.
Konflik-konflik yang menonjol Melalui variabel ini, dapat melihat konflik-konflik yang muncul
dan juga pertahanan diri seseorang dalam menghadapi atau menyikapi konflik tersebut. Konflik yang muncul bisa antara
superego dan dorongan-dorongan lain atau bisa saja antar dorongan-dorongan.
7. Asal kecemasan
Kecemasan pada tokoh utama dapat muncul secara langsung maupun secara tidak langsung atau implisit. Kecemasan ini
muncul biasanya karena adanya dorongan-dorongan yang
15
dirasa tidak diterima oleh lingkungan, misalnya kecemasan mendapat hukuman, kehilangan kasih sayang, menjadi
kekurangan, dll. 8.
Mekanisme pertahanan diri Dalam menghadapi konflik yang muncul subjek akan
memberikan reaksi-reaksi tertentu. Reaksi-reaksi tertentu atau usaha subjek dalam menghadapi konflik tersebut merupakan
mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh subjek. 9.
Kuatnya superego Adekuasi ego ditunjukkan oleh bagaimana tokoh mendapatkan
akibat dari tindakannya. 10.
Integrasi ego Menunjukkan seberapa baik fungsi seseorang, seberapa
seseorang dapat mengkompromikan kebutuhan atau dorongan dengan tuntutan realita atau superego di sisi lain.