Refleksi Atas Pemahaman Teologi Feminis dan Ulasan tentang Tokoh

4:21. Karakter Yael dalam cerita sangat menginspirasi karena meski Yael memiliki hubungan baik dengan raja Kanaan Hak 4:17 tapi ia berpihak pada yang lemah yaitu bangsa Israel walaupun bukan bangsanya sendiri. Hidup di zaman patriarkal seperti Akhsa memang tidak mudah, sebagai perempuan ia harus taat pada ayah dan suaminya. Ketaatan bukanlah menjadi beban bagi dirinya justru menjadi peluang bagi dirinya untuk mendapatkan keuntungan sebagai seorang istri dalam keluarga. Sebagai seorang perempuan yang dihadiahkan kepada pahlawan untuk dijadikan istri, ia tidak melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan tidak tanggung jawab. Akhsa bertanggung jawab penuh atas keluarganya dan mengusahakan kesejahteraan bagi keluarganya. Seperti karakter Yael, sebagai perempuan yang harus bertanggung jawab atas peran yang tidak ia inginkan tetapi ia tetap taat melaksanakan tugasnya dengan penuh kerendahan hati dan tanggung jawab. Debora adalah satu-satunya pahlawan perempuan yang diceritakan dalam Kitab Hakim-hakim sebagai tokoh utamanya. Dalam kehidupannya ia adalah seorang hakim dalam pengadilan dan banyak mendengarkan keluhan atau masalah yang dihadapi bangsanya Hak 4:5. Sebagai seorang hakim, Debora pasti mempunyai pengetahuan dan wawasan yang ia dapatkan dari beberapa ilmu sehingga ia berpengalaman memecahkan kasus banyak orang Israel. Debora dipilih Allah untuk menjadi hakim bagi bangsa Israel agar membebaskan penindasan dari raja Kanaan. Melalui kisah Debora, pembaca dapat meneladani bahwa profesi yang cemerlang didapatkan dari pengalaman dan usaha untuk terus belajar. Perempuan sebagai sarana Allah untuk menjadikan dunia damai seperti Ibu Simson yang dipilih Allah untuk melahirkan Simson yang menjadi hakim atas Israel Hak 13:3. Sebagai seorang perempuan yang dianggap mandul ia tetap setia pada Allah maka Allah memberikan mukjizat bahwa ia akan mengandung anak laki-laki yang akan menyelamatkan bangsa Israel Hak 13:5 namun ia harus menaati peraturan yang diberikan Allah selama merawat kandungan dan anaknya. Ibu Simson taat pada perintah Allah dalam merawat Simson, ia tidak melakukan kesalahan pada Simson hingga menjadi pahlawan yang kuat. Melalui Ibu Simson, Simson menjadi penyelamat bagi bangsa Israel. Dari uraian keempat tokoh tersebut, penulis akan menggunakannya sebagai tokoh teladan dalam katekese yang akan dilaksanakan. Tujuannya adalah agar perempuan lebih menghayati iman dan perannya dalam masyarakat serta semakin menguatkan panggilan perempuan sebagai anak-anak Allah.

B. Program Katekese Analisis Sosial

1. Katekese Analisis Sosial

Salah satu upaya konkret yang dapat dilakukan dalam usaha meningkatkan peran dan kedudukan perempuan dalam Gereja jaman sekarang adalah melalui Katekese Analisis Sosial. Usaha ini, pertama-tama sebagai bentuk penyadaran bagi perempuan untuk menghayati panggilannya dalam Gereja dan masyarakat di tengah situasi hidupnya. Melalui katekese Analisis Sosial, pengalaman perempuan diungkapkan dan direfleksikan dalam terang iman kristiani, sehingga semakin disadari peran dan kehadiran Allah yang nyata dalam situasi hidup dan sosial mereka. Analisa Sosial ANSOS adalah “suatu usaha untuk mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami institusi ekonomi, politik, agama, budaya, dan keluarga, sehingga kita tahu sejauh mana dan bagaimana institusi-institusi itu menyebabkan ketidakadilan sosial. Dengan mempelajari institusi- institusi itu, kita akan mampu melihat masalah sosial yang ada dalam konteksnya yang lebih luas. Dan kalau kita berhasil melihat suatu masalah sosial yang hendak kita pecahkan dalam konteksnya lebih luas, maka kita pun dapat menentukan aksi yang lebih tepat yang diharapkan dapat menyembuhkan sebab terdalam dari masalah tersebut. Jadi, analisis sosial adalah suatu usaha nyata yang merupakan bagian penting menegakkan keadilan sosial” Lalu, 2005:81. Lewat katekese Analisis Sosial kaum perempuan diharapkan mampu mewujudkan imannya dalam masyarakat, serta memberikan sumbangan yang khas demi perwujudan cinta kasih, keadilan, kedamaian, kebenaran dan kesetaraan. Analisis sosial memungkinkan peserta untuk menangkap dan memahami realitas yang sedang peserta hadapi karena analisis sosial menggali realitas dari berbagai segi. Misalnya pada masalah khusus yaitu pengangguran, kelaparan atau masalah lain yaitu kebijakan pemerintah, program-program bantuan pemerintah. Dalam analisis sosial peserta dapat membedakan dimensi objektif dan subjektif dari realitas sosial yang dihadapinya. Sedangkan Katekese Umat menurut PKKI II diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaat kelompok Lalu, 2005:5. Melalui katekese umat, peserta dikenalkan dengan berbagai pengalaman iman orang lain yang relevan dengan tema sehingga peserta mempunyai gambaran masa depan terhadap pilihannya dan konsekuensinya di masa depan. Tujuan katekese adalah berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh dan semakin mantap dalam kehidupan Kristiani CT art. 20. Melalui katekese analisis sosial ini, peserta mampu bergulat dengan kehidupannya dan menentukan pilihan yang tepat tanpa melupakan iman Kristiani. Tujuan dari komunikasi iman adalah supaya dalam terang Injil semakin meresapi arti pengalaman sehari-hari, bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiranNya dalam kenyataan hidup sehari-hari dengan demikian semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristianinya. Dengan demikian semakin bersatu dalam Kristis, menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta sehingga sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup di tengah masyarakat Lalu, 2005:5. Dalam rangka membina iman yang sungguh terlibat dan bertanggung jawab dalam kenyataan sosial, analisis sosial penting untuk diusahakan sebagai titik tolak dan mewarnai katekese umat. Tujuan analisis sosial adalah usaha mendalami hubungan institusi-institusi sosial dan melihat ketidakadilan yang disebabkan oleh institusi-institusi tersebut. Setelah ditemukan masalah ketidakadilan maka dicari solusinya untuk menentukan aksi nyata untuk melakukan tranformasi sosial. Masalah-masalah sosial adalah konteks actual yang mengundang umat untuk membaca tanda-tanda jaman dalam terang Injil. Proses katekese analisis sosial menurut Suryo Warsito adalah obsevasi keadaan, yakni melihat gejala atau fenomena ketidakadilan sosial yang ada. Dalam observasi gejala aka nada perbedaan masalah. Perbedaan tergantung pada visi seseorang. Bisa terjadi apa yang masih berupa gejala bagi seseorang, merupakan masalah bagi yang lainnya. Setelah ditemukan gejala-gejala, kemudian dicari masalah di balik gejala tersebut atau mencari akar dari ketidakadilan dan akibat-akibatnya. Langkah selanjutnya adalah mengadakan refleksi teologis dengan visi kristiani. Melalui tahap ini peserta diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup itu dalam terang iman kristiani, yakni konfrontasi dengan ajaran Gereja dan Tradisi Kitab Suci. Selanjutnya, peserta diajak untuk mencari