Tiga puluh anak perempuan Ebzan yang dikawinkan ke luar kaumnya Hak 12:9
Saudara perempuan Simson yang ditawarkan ibunya untuk menjadi istri Simson Hak 14:3
Perempuan yang menonton Simson saat tak berdaya Hak 16:27 Anak-anak perempuan Israel yang tidak diizinkan menjadi istri suku
Benyamin Hak 21:1 Perempuan Yabesh-Gilead yang dibunuh karena sudah tidak perawan
Hak 21:11 Perempuan Yabesh-Gilead yang masih perawan Hak 21:14
Perempuan suku Benyamin yang punah Hak 21:16 Gadis-gadis Silo yang menari-nari Hak 21:21.
Istri-istri Gideon Hak 8:30 Dari pengelompokan tersebut, tampak bahwa penulis Kitab Hakim-hakim
hanya menyebutkan empat nama perempuan dengan peranan yang berbeda. Salah satunya adalah hakim perempuan satu-satunya, dan lainnya sebagai pemeran
tambahan untuk menonjolkan pahlawan utama. Sedangkan penyebutan perempuan tanpa nama secara individu ada sebelas tokoh. Kesebelas tokoh
tersebut merupakan perempuan yang hidup di sekitar hakim dan penting peranannya entah sebagai keluarga atau korban dari sang hakim. Empat belas
kelompok perempuan yang disebutkan tanpa nama sebagai pelengkap agar kisah sang hakim terlihat heroik dan dramatis. Secara keseluruhan, Kitab Hakim-hakim
belum berpihak pada perempuan karena belum menonjolkan martabat dan
kemerdekaan perempuan. Justru lebih banyak menampilkan perempuan sebagai tokoh yang mempunyai seksualitas dan harus tunduk pada patriarki. Sebagai
kitab iman, bagaimanapun Kitab Hakim-hakim memiliki pesan yang disampaikan kepada pembaca. Pesan yang sering muncul adalah pertobatan, dengan adanya
tokoh-tokoh perempuan yang banyak direndahkan pembaca akan dibawa pada pertobatan untuk lebih menghargai perempuan sebagai insan yang memiliki
martabat, kemampuan, dan mitra kerja sesama.
C. PENERAPAN METODE HERMENEUTIKA KECURIGAAN DALAM
MENGGALI KARAKTER DAN PERAN PEREMPUAN DALAM KITAB HAKIM-HAKIM
Selama teks Alkitab ditulis dengan bahasa androsentris dalam budaya
patriarkal, hermeneutik kecurigaan tidak memulai dengan beranggapan bahwa tokoh perempuan merupakan tokoh utama seperti dalam cerita Martha dan Maria
dalam Luk 10:38-42 Fiorenza, 1992:57. Karena hermeneutika kecurigaan lebih melihat untuk mengusut bagaimana dan mengapa cerita itu ditulis dengan
melibatkan kedua tokoh tersebut. Maka alasan dengan memilih menggunakan metode hermeneutika kecurigaan daripada metode yang lainnya karena metode ini
lebih relevan untuk mengulas tokoh-tokoh perempuan yang disebutkan dalam kitab Hakim-hakim. Dan siapa yang akan diuntungkan dengan menyebutkan
tokoh-tokoh tersebut dalam setiap kisahnya. 1.
Akhsa, Seorang Istri yang Cerdas. Tokoh perempuan pertama yang disebutkan dengan nama dalam Kitab
Hakim-hakim adalah Akhsa Hak 1:12. Kisah Akhsa juga diceritakan dalam
kitab Yosua 15:15-19. Keduanya mengisahkan cerita yang sama tentang Akhsa bahwa Akhsa adalah sosok perempuan yang berbakti. Ia patuh pada perkataan
ayahnya dan menghormati suaminya. Di dalam Kitab Yosua, Akhsa adalah salah satu dari dua perempuan yang disebutkan namanya. Selain Akhsa ada Rahab
seorang perempuan sundal Yos 2:1-21. Sedangkan Akhsa dalam Hakim-hakim adalah putri dari Kaleb, orang Keni yang diberikan oleh ayahnya sebagai hadiah
untuk seorang pahlawan pemberani. Rahab dan Akhsa bukanlah orang Israel. Rahab adalah orang Yerikho Yos 2:1 dan Akhsa adalah keturunan Yitro mertua
Musa seorang imam di Midian Kel 3:1. Meskipun keduanya sebagai orang asing karena keturunannya di antara bangsa Israel, mereka mengakui bahwa
Yahwe adalah Allah yang Maha Kuasa. Sebelas ayat pertama menceritakan bahwa Yehuda dan Simeon berperang melawan penduduk asli Kanaan. Mereka
menyerang orang-orang yang tinggal di Yerusalem, di pegunungan dan kaki bukit. Dalam cerita ini, pelaku yang ditonjolkan hanyalah Yehuda dan Simeon sebagai
laki-laki yang berani memimpin bangsa Israel berperang melawan penduduk Debir yang dulunya bernama Kiryat-Sefer. Sedangkan prajurit-prajurit serta
lawan-lawan bangsa Israel tidak diceritakan dengan nama jelas. Tiba-tiba karakter baru muncul yang bukan keturunan bangsa Israel tetapi adalah orang Keni
keturunan Yitro Hak 1:16. Orang Keni setia pada Israel sepanjang perjalanan Israel. Namun orang Keni berpergian secara terpisah dengan bangsa Israel sebagai
bangsa yang besar. Dalam Hakim-hakim diceritakan bahwa orang Keni merupakan sosok yang berpengaruh dan diceritakan secara hormat terbukti
dengan tindakan memberikan putrinya sebagai hadiah kepada siapa yang bisa
merebut kota Kiryat-Sefer. Sementara di zaman itu, perempuan Israel lebih dihargai daripada perempuan asing menjadi pertimbangan bagi kaum feminis
untuk menafsirkan tujuan Kitab Hakim-hakim dengan menyebut dengan jelas nama perempuan sebagai hadiah : Akhsa. Di satu sisi, perempuan Israel juga telah
mendapatkan tugas atau kewajiban sebagai hadiah laki-laki atas prestasinya. Di zaman itu perempuan Israel dianggap lebih berharga dari perempuan asing
Brenner, 1999:21. Di sisi lain, perempuan asing yang disebutkan jelas namanya tidak luput mendapatkan perlakuan seperti itu.
Hadiah dari Kaleb diberikan kepada keponakannya, Otniel yang berhasil merebut kota Kiryat- Sefer Hak 1:13. Orang Keni bukanlah kelompok Israel
yang melakukan perjalanan bersama. Dua kenyataan ini menimbulkan penafsiran bagi cendekia feminis bahwa sayembara yang dilakukan Kaleb adalah sayembara
lokal diantara orang Keni dan tidak melibatkan bangsa Israel. Sehingga penghargaan kepada wanita Israel tidak dikalahkan oleh kehadiran Akhsa.
Kemudian Hakim-hakim melanjutkan kisah pernikahan Akhsa dan Otniel. Dalam kisah inilah digambarkan Akhsa sebagai tiga tokoh yaitu sebagai hadiah, sebagai
pengantin dan sebagai anak. Ketika penggambaran yang berbeda ini tetap saja berkaitan dengan jenis kelamin. Cerita yang berawal dari peperangan dan
kematian beralih pada tanah, air dan keturunan kemudian kembali lagi pada perang, kematian dan kekuasaan. Peran perempuan dalam perikop ini sangat
sedikit namun penuh penafsiran. Akhsa sebagai hadiah justru menjadi jackpot bagi Otniel. Aksha sebagai pengantin dengan statusnya sebagai istri, ia membujuk
suaminya. Para penafsir laki-laki memberikan penjelasan bahwa Akhsa dan Otniel