cerita yang berbeda dapat mempunyai struktur yang identik. Danandjaja, 1994: 93-94.
Philip Frick McKean menerapkan cara penganalisisan strukturalis Alan Dundes terhadap dongeng-dongeng Kancil dari khazanah folklor Jawa. Dari
struktur dongeng-dongeng Kancil,
motifeme-motifeme
yang ditunjukkannya adalah secara beruturan dari
lack liquidates
LL ke
lack liquidates
LL kembali. Menurutnya, berdasarkan urutan
motifeme
tersebut dapat disimpulkan bahwa
ideal folk
Jawa selalu mendambakan keadaan keselarasan. Dari isi dongeng-dongeng Sang Kancil, diketahui bahwa kancil mewakili tipe
ideal orang Jawa atau melayu-Indonesia sebagai lambang kecerdikan yang tenang, yang McKean sebut sebagai
cool mintelligence
dalam menghadapi kesukaran, selalu dapat dengan cepat memecahkan masalah yang rumit tanpa
banyak ribut-ribut tanpa banyak emosi McKean, 1971-83-84 dalam Danandjaja, 1994: 96.
2.4 Teks dan Masyarakat dalam Mediasi Sosial
Pemahaman terhadap karya dengan lingkungan yang telah melahirkan karya tersebut bertalian dengan model interpretasi yang diberlakukan dalam
upaya pemahaman yang dimaksud. Dalam hal ini, di manakah interpretasi harus kita mulai? Teeuw mempertimbangkan metode yang dipilih dalam
meraih pemahaman yang dimaksud. Menurutnya, interpretasi keseluruhan tidak dapat dimulai tanpa pemahaman bagian-bagiannya, tetapi interpretasi
bagian mengandaikan lebih dahulu pemahaman bagian-bagiannya 1984: 123. Dengan demikian, dalam proses pemahaman terhadap karya sastra, sejumlah
konvensi yang melingkupinya konvensi bahasa, sastra, dan budaya harus benar-benar diperhatikan.
Grebstein berpendapat bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan kebudayaan atau
peradaban yang telah menghasilkannya Damono, 1979: 4. Demikian juga dengan Goldmann; ia berpendapat setiap karya sastra adalah suatu keutuhan
yang hidup yang dapat dipahami lewat anasirnya. Karya sastra merupakan
kesatuan dinamis yang bermakna sebagai perwujudan nilai-nilai dan peristiwa- peristiwa penting jamannya Damono, 1979: 43. Oleh karenanya, pemaknaan
terhadap teks tidak boleh dilepaskan dari pemahaman konvensi-konvensi yang melingkupi karyanya. Dan tentunya, hanya dengan bekal pemahaman makna
secara memadai terhadap teks suatu karya, maka penginterpretasian dapat dilakukan secermat dan sebaik mungkin.
William R. Bascom Danandjaja, 1994: 19 mengemukakan fungsi folklor, terutama folklor lisan, adalah 1 sebagai sitem proyeksi, yakni sebagai
alat pencermin angan-angan suatu kolektif, 2 sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, 3 sebagai alat pendidikan
anak, dan 4 sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
Merujuk pada uraian di atas, perbandingan cerita rakyat Sunda dan Rusia dalam penelitian ini selain diarahkan kepada kajian struktural juga
diarahkan kepada kajian studi budaya dalam komunikasi lintas budaya. Melalui kajian studi budaya ini, persamaan dan perbedaan motif yang ditunjukkan
secara struktural dari masing-masing cerita rakyat Sunda dan Rusia dapat dihubungkan ke dalam tataran yang lebih luas, yaitu menyangkut tipikal
masing-masing subjek kolektif yang direpresentasikan dalam cerita-cerita yang dihasilkan dari dua budaya tersebut. Representasi yang dimaksud tidak akan
terlepas dari nilai-nilai dasar kemanusiaan yang melingkupinya. Berhubungan dengan nilai-nilai dan peristiwa penting jamannya yang
direkam dalam karya sastra, Rokeach mencoba menyoroti nilai-nilai tersebut secara sosio-kebudayaan. Ia membedakan nilai-nilai manusia dalam dua
golongan, yaitu 1 nilai yang merupakan jalan modus untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu; dan 2 nilai-nilai yang merupakan keadaan terakhir
yang hendak dicapai seseorang. Moeis 1990: 45-47 merujuk pendapat Rokeach, mengurutkan konsep-konsep nilai yang dimaksud seperti di bawah
ini:
TERMINAL VALUE
keadaan terakhir yang hendak dicapai seseorang
INSTRUMEN VALUE
modus untuk mencapai sesuatu tujuan
1 comportable life a prosperous life
kesejahteraan
Ambitious hard-working, aspiring
Keberhasilan
2 An exciting life a stimulating, active
life Produktivitas
Broad minded open minded
Berpandangan luas
3 A sense of accomplishment lasting
contribution
Puas menyelesaikan tugas
Capable competent, effective
Kemampuan
4 A world at peace free of war and
conflict
Keseimbangan dan keselarasan
Cheerful lighthearted, joyful
Keceriaan
5 A world of beauty beauty of nature
and the arts
Keindahan
Clean neat, tidy
Kerapihan
6 Equality brotherhood, equal
opportunity for all
Kesamaan kesempatan
Courageous standing up for your beliefs
Keandalan keyakinan
7 Family security taking care of loved
ones
Keamanan keluarga
Forgiving willing to pardon others
Tenggang rasa
8 Freedom independence, free choice
Kebebasan
Helpful working for the welfare of others
Amal
9 Happiness contentedness
Kebahagiaan
Honest sincere, truthful
Kejujuran
10 Inner harmony freedom from inner
conflict
Stabilitas mental
Imaginative daring, creative
Kreativitas
11 Mature love sexual and spiritual
intimacy
Kedewasaan lahir bathin
Independent self-reliant, self sufficient
Kemandirian
12 National security protection from
attack
Keamanan pertahanan
Intellectual intelligent, reflective
Kecerdasan
13 Pleasure an enjoyable, leisurely life
Kepuasan hidup
Logical consistent rational
Keruntutan nalar
14 Salvation saved, eternal life
Kehidupan abadi
Loving affectionate, tender
Cinta kasih
15 Self-respect self-esteem
Harga diri
Obedient dutiful, respectful
Kepatuhan
16 Social recognition respect,
admiration
Pengakuan sosial
Polite courteous, well mannered
Kesopanan
17 True friendship close
companionship
Persaudaraan sejati
Responsible dependable, reliable
Bertanggung jawab
18 Wisdom a mature understanding of
life
Kearifan
Self-controlled restrained-self-disciplines
Pengendalian diri
Sehubungan dengan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam dunia rekaan dengan logika ceritanya yang khas sekalipun, berpeluang untuk tetap
memunculkan nilai-nilai dasar kemanusiaan yang ditunjukkan oleh masing- masing budaya yang menghasilkannya.
BAB III METODOLOGI