21
Eleanor Maccoby dan John Martin 1983 dalam Papalia Feldman, 2014 menambahkan pola asuh yang keempat yaitu
“mengabaikan atau tidak terlibat”, pola asuh ini merupakan pola asuh yang dilakukan oleh orangtua yang terkadang mengalami stress atau depresi.
Orangtua dalam pola asuh ini cenderung mementingkan kebutuhan mereka sendiri, dibandingkan dengan kebutuhan sang anak.
3. Perilaku Berisiko
Margaretha 2012 Perilaku Beresiko Remaja. Perilaku berisiko merupakan perilaku yang jika dilakukan akan membahayakan
kesehatan dan kesejahteraan individu, bahkan beberapa bentuk perilaku berisiko dapat merugikan orang lain.
Perilaku berisiko merupakan perilaku yang meliputi merokok, minum-minuman beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan melakukan
hubungan seksual pranikah Lestary Sugiharti, 2011. Menurut Damayanti dalam Lestary Sugiharti, 2011 merokok dan minuman
beralkohol merupakan faktor yang mempengaruhi remaja untuk menyalahgunaakan narkoba, walaupun tidak semua remaja yang
merokok akan menjadi pecandu narkoba. Menurut Green dan Kreuter dalam Lestary Sugiharti, 2011 terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku berisiko remaja, sebagai berikut.
22
a. Faktor predisposing faktor yang memotivasi
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri remaja yang memotivasi untuk melakukan perilaku berisiko. Yang termasuk
dalam faktor ini adalah, pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
b. Faktor enabling faktor kemungkinan
Faktor ini merupakan faktor yang memungkinkan untuk mendorong perilaku berisiko. Faktor ini meliputi ketersediaan dan
keterjangkauan sumber daya kesehatan, tempat tinggal, status ekonomi, dan akses terhadap informasi.
c. Faktor reinforcing faktor penguat
Faktor ini merupakan faktor yang memperkuat terjadinya perilaku berisiko, faktor ini datang dari pihak ketiga atau orang lain yang
meliputi keluarga, teman sebaya, guru, petugas kesehatan, dan tokoh masyarakat.
23
4. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja juvenille delinquency merupakan perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat misalnya membuat onar
disekolah sampai perilaku yang melanggar hukum seperti merampok Santrock, 2007. Untuk memudahkan dalam ranah hukum maka
pelanggaran dibagi dalam 2 kategori, sebagai berikut. a.
Index offenses Merupakan tindakan kriminal yang bisa dilakukan oleh remaja
maupun orang dewasa, yang termasuk dalam kategori ini adalah perampokan, penyerangan menggunakan kekerasan, perkosaan,
penyalahgunaan narkoba, dan pembunuhan. b.
Status offenses Merupakan pelanggaran yang tidak begitu serius, perilaku ini
hanya illegal ketika dilakukan oleh anak muda dibawah umur. Pelanggaran ini meliputi kabur dari rumah, bolos sekolah, minum-
minuman keras, hubungan seksual, dan perilaku yang tidak bisa dikontrol lainnya.
Dalam Santrock 2007 Erikson menyatakan bahwa kenakalan remaja merupakan usaha yang dilakukan remaja untuk menemukan
identitas. Kenakalan remaja memiliki keterkaitan dengan perilaku beresiko, perilaku beresiko yang meliputi merokok, minum-minuman
alkohol, penyalahgunaan narkoba dan hubungan seksual pranikah termasuk dalam kategori pelanggaran. Merokok, minum-minuman alkohol
24
dan hubungan seksual pranikah termasuk dalam kategori status offenses sedangkan penyalahgunaan narkoba termasuk dalam kategori index
offenses. Berikut tahapan
– tahapan perkembangan menurut Erikson dari awal sampai dengan masa krisis identitas dalam Friedman dan Schustack,
2006 a.
Rasa percaya versus rasa tidak percaya Dalam tahapan ini anak akan berusaha untuk mendapatkan
kehangatan dan ekspresi kesenangan dari sang ibu, jika ibu dapat memenuhi hal tersebut maka anak akan memiliki rasa
percaya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka anak akan timbul rasa tidak percaya dari anak dan anak akan merasa
diabaikan b.
Otonomi versus rasa malu dan ragu Dalam tahapan ini anak akan belajar dirinya memiliki
kontrol terhadap dirinya, oleh karena itu orangtua harus mengarahkan anaknya untuk mengatur keinginan
– keinginan anak namun tanpa perlakuan kasar, jika tahapan ini terpenuhi
maka anak akan mampu membedakan apa yang benar dan salah, dan jika hal ini tidak terpenuhi akan membuat anak
menjadi individu yang selalu merasa bersalah karena kontrol berlebih yang diberikan oleh orangtuanya
c. Inisiatif versus rasa bersalah
25
Dalam tahapan ini anak akan belajar bersosialisai dengan teman sebayanya dan anak mampu melewati tahapan ini akan
menjadi seseorang yang independen dan mandiri, jika terjadi masalah dalam tahapan ini maka anak akan memiliki percaya
diri yang rendah d.
Produktif versus inferioritas Dalam tahapan ini anak akan belajar mendapatkan
kesenangan dari penyelesian tugas – tugas, jika tahapan ini
terpenuhi maka anak akan bangga terhadap apa yang dia peroleh, tetapi jika terjadi masalah dalam tahapan ini anak akan
merasa inferior dan merasa tidak mampu menemukan solusi e.
Identitas versus kebingungan peran Dalam tahapan ini individu akan melakukan berbagai
tindakan, selain itu invidu juga akan mecari tahu siapa dirinya dan apa yang mereka inginkan. Jika individu mampu
menyelesaikan tahapan ini maka dirinya akan memiliki identitas yang jelas tetapi jika gagal maka individu tersebut
akan terus mencari identitas bagi dirinya
26
C. Narkoba