17
B. Pengasuhan
1. Pengertian Pengasuhan
Proses pengasuhan merupakan tantangan bagi orangtua, orangtua harus mengadakan kesepakatan dengan anak yang memiliki keinginan dan
pikiran yang independen, namun masih perlu belajar banyak mengenai perilaku yang baik dalam lingkungan sosial. Hal ini tertuju pada
penanaman disiplin pada anak yang mengacu pada pembentukan karakter anak serta penanaman kontrol diri dan perilaku yang dapat di terima pada
lingkungan sosial. Berikut teknik-teknik untuk menanamkan disiplin pada anak Papalia Feldman, 2014
a. Penguatan dan Hukuman
Penguatan merupakan proses untuk memperkuat sebuah perilaku, sehingga akan menimbulkan kecenderungan perilaku akan berulang.
Hukuman merupakan proses yang digunakan untuk melemahkan sebuah perilaku, sehingga perilaku cenderung untuk tidak di ulangi.
b. Penalaran Induktif, Penegasan Kekuasaan, dan Penarikan Cinta
Teknik induktif merupakan teknik pendisiplinan dengan menggunakan penalaran, perasaan,dan keadilan yang dirasakan pada anak. Penegasan
kekuasaan merupakan teknik pendisiplinan dengan mencegah perilaku dengan cara penegasan baik secara verbal maupun fisik. Penarikan
cinta merupakan teknik pendisiplinan dengan cara pengabaian, isolasi, dan menunjukkan ketidaksukaan terhadap anak.
18
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengasuhan merupakan tindakan yang dilakukan orangtua untuk membentuk karakter
anak sesuai dengan keinginan mereka, dengan harapan anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan patuh terhadap orangtua, serta mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik. Dalam pengasuhan terdapat beberapa cara yang pada umumnya digunakan oleh orangtua
untuk membentuk anak sesuai keinginan mereka.
2. Gaya Pengasuhan
Pola asuh merupakan cara yang digunakan oleh orangtua untuk mendidik dan membesarkan anak sesuai dengan keinginan mereka
Canadian Council On Learning, 2007. Dalam pola asuh terdapat dua dimensi yang menentukan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua,
berikut dimensi pola asuh. a.
Responsiveness Hal ini merupakan tindakan orangtua yang lebih memusatkan pada
keinginan dan ketertarikan anaknya b.
Control Hal ini merupakan tindakan orangtua yang akan mengawasi dan
menerapkan disiplin terhadap anak untuk menananmkan kepatuhan. Dalam pola asuh sendiri terdapat tiga jenis pola asuh yang
dikategorikan berdasarkan dimensi di atas, sebagai berikut.
19
a. Pola asuh autoritatif. Orangtua akan memberikan responsiveness dan
control yang tinggi pada anak. b.
Pola asuh autoritarian. Orangtua akan memberikan tingkat control yang tinggi dibandingkan dengan responsivenss.
c. Pola asuh permisif. Orangtua akan memberikan tingkat responsiveness
yang tinggi dibandingkan dengan control d.
Pola asuh neglectful. Orangtua memberikan responsiveness dan control yang rendah pada anak.
Dalam Papalia dan Feldman 2014 Diana Baumrind menjelaskan tentang bentuk-bentuk pola asuh, sebagai berikut.
a. Pola asuh otoriter
Menurut Baumrind, pola asuh ini merupakan cara yang digunakan oleh orangtua dengan menekankan pada kontrol dan kepatuhan kepada
anak, yang tidak dapat diganggu gugat. Orangtua akan menetapkan standar atau aturan bagi anak dan akan memberikan hukuman kepada
anak jika anak melanggar aturan tersebut. Dalam pola asuh ini hubungan antara orangtua dengan anak cenderung tidak hangat, anak
cenderung tidak suka, tidak percaya kepada orangtua, dan menarik diri. b.
Pola asuh permisif Pola asuh ini merupakan cara yang digunakan orangtua dengan
menekankan pada pengekspresian diri dan regulasi diri anak. Orangtua tidak terlalu menuntut kepada anak, dan orangtua membiarkan anak
20
untuk mengamati dan mengawasi perilaku mereka sendiri. Ketika orangtua akan membuat aturan maka orangtua akan mendiskusikannya
dengan anak, serta menjelaskan alasan mereka membuat aturan tersebut. Dalam pola asuh ini orangtua tidak terlalu menuntut anak dan
jarang menghukum anak. Hubungan anak dan orangtua dalam pola asuh ini cenderung hangat karena orangtua tidak terlalu mengontrol
dan menuntut pada anak. Tetapi pola asuh ini akan membuat anak prasekolah menjadi kurang mampu mengontrol diri serta kurang
bereksplorasi. c.
Pola asuh otoritatif Dalam pola
asuh otoritatif orangtua menekankan pada
individualitas anak tanpa meninggalkan aturan-aturan sosial. Orangtua memiliki kepercayaan diri dalam membimbing anaknya, orangtua juga
memberi kebebasan kepada anak dalam pengambilan keputusan, serta anak boleh menyampaikan opininya kepada orangtua. Dalam pola asuh
ini orangtua mencintai dan menerima anak apa adanya, tapi juga tetap meninta anak untuk berperilaku baik dan tegas sesuai kesepakatan
yang telah dibuat. Orangtua juga akan memberikan hukuman kepada anak secara bijaksana, sehingga anak akan merasa aman dan anak akan
merasa dicintai serta mengetahui harapan orangtua kepada mereka. Anak yang mengalami pola asuh ini akan cenderung mandiri dan lebih
mengandalkan diri sendiri serta mampu mengontrol diri mereka sendiri.
21
Eleanor Maccoby dan John Martin 1983 dalam Papalia Feldman, 2014 menambahkan pola asuh yang keempat yaitu
“mengabaikan atau tidak terlibat”, pola asuh ini merupakan pola asuh yang dilakukan oleh orangtua yang terkadang mengalami stress atau depresi.
Orangtua dalam pola asuh ini cenderung mementingkan kebutuhan mereka sendiri, dibandingkan dengan kebutuhan sang anak.
3. Perilaku Berisiko