20
a. Konteks
Pertama, siswa diajak untuk mengerti mengenai nilai-nilai yang akan dikembangkan, sehingga dengan demikian anggota komunitas,
guru, dan juga siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan hanya aturan melainkan juga nilai-nilai
kemanusiaan. Kedua, dalam tahap ini siswa diajak untuk menghayati mengenai
nilai-nilai yang diperjuangkan, terutama contoh yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa melihat, bersikap, dan berperilaku sesuai
dengan nilai yang dihayati lingkungannya Ketiga, dalam tahap ini siswa diajak untuk menjalin sebuah
hubungan yang akrab, saling percaya, agar siswa bisa membangun komunikasi yang terbuka antara guru dengan siswa.
b. Pengalaman
Dalam tahap ini siswa diajarkan untuk menumbuhkan persaudaraan. solidaritas dan saling memuji adalah pengalaman bekerjasama dalam
kelompok kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan
akrab.
c. Refleksi
Dalam tahap ini siswa difasilitasi menggunakan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah
pertanyaan yang divergen agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini temuannya. Siswa juga dapat diajak untuk
21 diam dan hening sejenak untuk meresapi apa saja yang sudah
dipelajari hari itu.
d. Aksi
Dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa tersebut terbantu untuk membangun niat dan bertindak
sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan niat yang sudah dibangun dan berperilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadi yang
menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya.
e. Evaluasi
Setelah pembelajaran
guru memberikan
evaluasi atas
kompetensinya dari sisi akademik. Ini adalah wajar dan merupakan suatu keharusan karena sekolah dibangun untuk mengembangkan
ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi komponen di bidang studi yang dipelajarinya.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tata cara pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.
2.1.1.4 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan PKn merupakan media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab
Azis Wahab, 2011. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok
dengan target tersebut Cholisin, 2000:18. Sedangkan menurut Zamroni Tim ICCE, 2005:7 pengertian pendidikan kewarganegaraaan adalah: “Pendidikan
22 demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis
dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling
menjamin hak- hak warga masyarakat”.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenan dengan hubungan
antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara agar dapat diandalkan oleh bangsa dan negara Somantri,
2001: 154. Berbeda dengan pendapat di atas pendidikan kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda siswa untuk menjadi warga negara
yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya Samsuri, 2011: 28.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diharapkan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Hakikat NKRI adalah negara kesatuan modern. Negara kebangsaan adalah negara yang
pembentuknya didasarkan pada pembentukan semangat kebangsaan dan nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama di bawah satu negara yang sama. Walaupun warga masyarakat itu berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan kewarganegaraan PKn merupakan sebuah mata pelajaran untuk
mengarahkan peserta didik agar lebih cerdas dan diharapkan mempelajari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 kesadaran bela negara dan memiliki pola pikir, sikap dan berperilaku sesuai
peraturan perundang-undangan pusat dan daerah.
2.1.1.4.2 Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan dan professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air, demokratis, dan berkeadaban, dan menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai pancasila Wiharyanto 2008:5. Sedangkan tujuan khusus Pendidikan Kewarganegaraan menurut Wiharyanto
2008:5 yaitu: 1.
Menghantar peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku untuk cinta
tanah air Indonesia 2.
Menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan bernegara pada diri peserta didik, sehingga terbentuk daya tangkap
sebagai ketahanan nasional 3.
Peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam menciptakan ketahanan nasional
4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara Berdasarkan pendapat di atas, tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu
menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan bernegara pada diri peserta didik, membawa peserta didik untuk menjadi ilmuwan
24 dan professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
dan berkeadaban.
2.1.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn
Muchtar, dkk 2007 mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pembelajaran PKn antara lain sebagai berikut:
1 Guru, seorang guru yang profesional dituntut untuk
mempunyai kemampuan-kemampuan
tertentu. Guru
merupakan pribadi yang berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara berkomunikasi, berinteraksi dengan warga
sekolah dan masyarakat umumnya. 2
Siswa, dalam mata pelajaran PKn siwa adalah faktor penting demi tercapainya suatu pembelajaran. Banyak hal yang perlu
diperhatikan dalam memberika pelajaran PKn kepada siswa sebab siswa kurang menyenangi pembelajaran PKn.
3 Sarana dan prasarana, Pembelajaran akan dapat berlangsung
lebih baik jika sarana dan prasaranya menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn
yang relevan. 4
Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif, Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor yaitu:
a adanya interaksi antara seluruh komponen dalam
proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa b
berfungsi secara optimal seluruh sence siswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar.
25
2.1.1.5 Materi Kelas V Peraturan Perundang-undangan Pusat dan Daerah
Menurut Widihastuti, S. 2008 peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang dan mempunyai kekuatan mengikat. Fungsinya untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peraturan perundang-
undangan tidak boleh dilaksanakan secara sewenang-wenang. Peraturan harus dilakukan dengan niat yang baik dan rasa tanggung jawab. Peraturan Perundang-
undangan Pusat dibuat oleh pemerintah tingkat pusat Pentingnya perundang-undangan:
1. Memberikan Kepastian Hukum bagi Warga Negara Sebuah peraturan berfungsi memberikan kepastian hukum bagi warga negara.
Apabila disuatu negara tidak ada kepastian hukum, maka semua orang akan bertindak sesuka hatinya. Namun bila ada kepastian hukum, maka orang yang
melanggar hukum di negara tersebut akan dikenai sanksi. Contohnya jika seseorang bertindak aniaya terhadap orang lain maka dia akan mendapatkan
hukuman sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Melindungi dan Mengayomi Hak-Hak Warga Negara
Perundang-undangan berfungsi melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut memang telah ada sebelum peraturan dibuat,
misalnya hak untuk hidup. Hak hidup merupakan hak asasi dari Tuhan yang sudah ada sebelum perundang-undangan dibuat manusia. Walaupun demikian,
negara tetap melindungi hak hidup warganya. 3. Memberikan Rasa Keadilan bagi Warga Negara
26 Perundang-undangan diadakan untuk memberikan rasa keadilan bagi warga
negara. Sulit bagi warga negara untuk menyadari adanya rasa keadilan apabila tidak ada undang-undang.
Undang-undang merupakan sebuah jaminan tertulis akan adanya rasa keadilan. Contohnya penyelesaian masalah tentang PKL dengan diterbitkannya
sebuah perda yang tidak menimbulkan konflik antara PKL, masyarakat, dan pemerintah.
4. Menciptakan Ketertiban dan Ketentraman Perundang-undangan menjadi hal yang sangat penting bagi warga negara
karena dapat menciptakan ketertiban dan ketentraman. Undang-undang mampu merapikan kekacauan yang terjadi di dalam masyarakat.
2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian-penelitian yang relevan ini, peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian dari beberapa orang sebelumnya yang relevan dengan
masalah yang diteliti :
Amanatun. 2010. Pengaruh Implementasi Tata Tertib Sekolah terhadap Sikap Disiplin Siswa Studi Kasus SD Sidorejo Lor 02 Salatiga. Skripsi, Jurusan
Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah
variasi tata- tertib sekolah di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga? Bagaimanakah variasi sikap disiplin siswa SD Sidorejo Lor 02 Salatiga? Bagaimanakah implementasi
tata- tertib sekolah terhadap sikap disiplin siswa di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga? Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui variasi tata tertib sekolah di
SD Sidorejo Lor 02 Salatiga, untuk mengetahui variasi sikap disiplin siswa di SD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27 Sidorejo Lor 02 Salatiga, dan untuk mengetahui sejauh mana implementasi tata
tertib sekolah terhadap sikap disiplin siswa di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel sebanyak 19 orang
anak di SD Sidorejo Lor 02 Salatiga. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu implementasi tata tertib dan variabel terikat berupa disiplin.
Pengumpulan data menggunakan angket. Sedangkan analisisnya menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat implementasi tata
tertib sekolah siswa SD N Sidorejo Lor 02 tahun 2010 yang berada pada kategori baik sekali mencapai 10,5, kategori baik 73,8 dan kategori cukup 15,7,
sikap disiplin siswa SD N Sidorejo Lor 02 tahun 2010 yang berada pada kategori baik sekali mencapai 73,7, kategori baik 21 dan kategori cukup 5,3, dan
sikap disiplin siswa dipengaruhi oleh implementasi tata tertib sekolah dengan kategori cukup kuat yaitu nilai r yang diperoleh adalah sebesar 0,613 berada pada
batas signifikan 1 dan 5 . Christina Wahyu Cahyani. 2014. Persepsi Siswa, Guru dan Kepala
Sekolah Mengenai Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu. melakukan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Responden dari penelitian ini adalah
siswa kelas IV, guru IPA, dan kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri
yang terdiri dari 20 item. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan cara mean dari skor kuesioner yang diperoleh. Hasil penelitian ini adalah 1 persepsi
siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu tergolong positif. Kesimpulan ini didukung dari hasil penghitungan mean
siswa 3,41 3,406 yang merupakan mean keseluruhan, 2 persepsi guru kelas IV PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28 SD Kanisius Kadirojo mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu tergolong
positif. Kesimpulan ini didukung dari hasil penghitungan mean guru 3,4=3,4 yang merupakan mean keseluruhan., 3 persepsi kelapa SD Kanisius Kadirojo
mengenai penerapan pembelajaran IPA terpadu tergolong negatif. Kesimpulan ini didukung dari hasil penghitungan mean kepala sekolah 3,3 3,406 yang
merupakan mean keseluruhan. Nisa Maolinda 2011 berjudul Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap
Siswa Terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di SMAN 1 Margahayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan
pengetahuan dengan sikap siswa terhadap pendidikan kesehatan reproduksi remaja di SMAN 1 Margahayu. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan
bahwa 80,67 siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja sedangkan 55 siswa memiliki sikap positif
unfavorable. Dengan taraf signifikan a = 5 diperoleh hitung 3,616 dari t tabel 1,968, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan sikap siswa terhadap pendidikan kesehatan reproduksi remaja dengan keeratan hubungan rendah tapi pasti.
Dari ketiga hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan tersebut memiliki variabel sikap disiplin siswa,
persepsi siswa, guru, Kepala Sekolah dan sikap terhadap pendidikan. Perbedaan penelitian relevan pada variabel sikap disiplin siswa dilakukan oleh Amanatun
adalah implementasi tata tertib dan disiplin, perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi siswa, guru, Kepala Sekolah oleh Christina adalah pembelajaran
IPA terpadu, dan perbedaan penelitian relevan pada variabel sikap terhadap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29 pendidikan adalah sikap terhadap pendidikan. Peneliti mengembangkan sebuah
penelitian baru yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.
2.1.2.1 Literatur Map
Gambar 2.2 Literatur map dari penelitian sebelumnya
Dari Literatur Map di atas, peneliti akan melakukan penelitian baru mengenai Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn di SD
Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta. Persepsi
Christina Wahyu Cahyani. 2014.
Persepsi Siswa, Guru dan Kepala
Sekolah Mengenai Penerapan
Pembelajaran IPA Terpadu
Sikap
Yang akan diteliti: Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran PKn di SD
Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta. Amanatun.
2010. Pengaruh Implementasi
Tata Tertib Sekolah
terhadap Sikap Disiplin Siswa
Studi Kasus SD Sidorejo
Lor 02 Salatiga.
Nisa Maolinda 2011 berjudul
Hubungan Pengetahuan
Dengan Sikap Siswa Terhadap
Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja di SMAN 1
Margahayu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.2 Kerangka Berpikir
Pendidikan kewarganegaraan PKn merupakan sebuah mata pelajaran untuk mengarahkan peserta didik agar lebih cerdas dan diharapkan mempelajari
kesadaran bela negara dan memiliki pola pikir, sikap dan perilaku sebagai pola tindakan demokrasi dalam hidup bersama.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
atau juga disebut proses sensoris. Persepsi merupakan yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan persepsi individu dapat
menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasikan,
penginterpresian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti. Setiap siswa mempunyai cara pandang
yang berbeda-beda mengenai memahami suatu objek yang diketahui. Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya
psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam tingkah
laku dan perbuatan manusia sehari-hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam menanggapi sesuatu.
Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong siswa untuk aktif
dalam pembelajaran bertujuan untuk melihat hubungan persepsi dan sikap siswa. Serta dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritis dalam
31 upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran PKn yang
telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga siswa kelas VA SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta akan menjadi siswa yang dapat menaati
peraturan yang ada di sekitar. Hal tersebut akan terwujud dengan 3 unsur dalam Paradigma Pedagogi
Reflektif PPR. Ketiga unsur tersebut adalah Competence, Conscience, Compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau
intelektual, Conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan- pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan Compassion
adalah kemampuan dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama.
Penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dengan langkah-langkah yaitu konteks centext merupakan proses dalam siklus
PPR yang dilakukan oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Pengalaman experience merupakan proses dimana siswa memahami materi yang
dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan seluruh kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Refleksi reflection
merupakan proses
mempertimbangkan dengan seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Tindakan
action merupakan pertumbuhan batin yang mencakup dua tahap, yaitu pilihan- pilihan batin hasil dari refleksi atau pengalaman dan kemudian diwujudkan
dalam tindakan nyata. Evaluasi evaluation proses yang mana berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk membentuk manusia yang memiliki
kepribadian utuh, kompeten secara kognitif atau intelektual, bersedia untuk makin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32 berkembang, memiliki sikap religius, penuh kasih, dan memiliki tekad untuk
berbuat adil dalam pelayanan tulus pada sesama umat Allah.
2.3 Hipotesis Penelitian