Kajian Pustaka .1 Teori-teori yang mendukung

7

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab landasan teori ini, berisi kajian pustaka yang berisikan teori-teori yang mendukung serta hasil penelitian yang relevan dari hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir dan hipotesis berupa dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori-teori yang mendukung 2.1.1.1 Persepsi 2.1.1.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris Walgito, 2010: 99. Persepsi merupakan yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya Moskowitz dan Orgel 1969 dalam Walgito, 2010:100. Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan Davidoff 1981 dalam Walgito, 2010:100. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi adalah proses pengorganisasikan, penginterpresian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

2.1.1.1.2 Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi

Menurut Walgito 2010:101 terdapat beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:

1. Objek persepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun dari sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekelompok objek. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi yaitu objek persepsi, alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf dan perhatian.

2.1.1.1.3 Proses terjadinya persepsi

Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut Walgito, 2010:102. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis Walgito, 2010:102. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Respon sebagai akibat dari persespsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk. Dalam model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR diharapkan siswa memiliki persepsi yang positif untuk menanamkan dan mewujudkan nilai-nilai peraturan perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. 10

2.1.1.1.4 Indikator Persepsi

Menurut Hamka 2002: 101-106, indikator persepsi ada dua macam yaitu: a. Menyerap, yaitu stimulus yang berbeda di luar individu diserap melalui indra, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi, dan diorganisir dengan pengalaman- pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. b. Mengerti, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil dari klasifikasi dan organisasi. Tahapan ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian dan pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda-beda setiap individu. Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan di atas peneliti menggunakan indikator persepsi menurut Hamka 2002: 101-106 dalam pembuatan kuesioner penelitian yaitu menyerap dan mengerti. 2.1.1.2 Sikap 2.1.1.2.1 Pengertian Sikap Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan Louis Thurstone dan Osgood dalam Azwar, 1995:5. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorabel ataupun perasaan tidak mendukung tak-favorabel objek tersebut Berkowitz 1972 dalam Azwar, 1995:5. Formulasi oleh Thurstone sendiri mengatakan bahwa sikap adalah derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis Edwards 1957 dalam Azwar, 1995:5. Kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada teori kognitif. Menurut kelompok ini, suatu sikap merupakan konstelasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 komponen kognitif, afektif, dan konatif, yang berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Mengenai konsepsi yang terakhir ini akan kita bicarakan lebih luas pada pembicaraan mengenai struktur sikap. Azwar, 1995 : 3. LaPierre 1934 dalam Azwar, 1995:5 mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Menurut Secord Backman 1964 dalam Azwar, 1995:5 sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu respon evaluatif, dikarenakan batasan seperti itu akan lebih mendekatkan kita kepada operasionalisasi sikap dalam kaitannya dengan penyusunan alat ungkapannya.

2.1.1.2.2 Indikator Sikap

Sikap mengandung tiga indikator yang membentuk sikap, yaitu: indikator kognitif, indikator afektif, indikator konatif Kothandapani dalam Azwar, 1995: 24. a. Kognitif Indikator kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu Mann dalam Azwar, 1995. 12 Indikator kognitif berisi kepercayaan seseorang terhadap apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap Azwar, 1995. b. Afektif Indikator afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai indikator sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang Azwar, 1995. c. Konatif Indikator konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang sedang dihadapinya Azwar, 1995. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan indikator sikap menurut Azwar, 1995 yang dapat membentuk struktur sikap dengan tiga indikator yaitu : kognitif, afektif, konatif. Terkait dengan indikator tersebut terdapat sikap yang positif favorable dan sikap yang negatif Unfavorable.

2.1.1.2.3 Ciri-ciri Sikap

Menurut Purwanto 1998 dalam Wawan Dewi M, 2010 : 34 mengemukakan sebagai berikut : 1 Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan obyeknya. 2 Sikap dapat berubah-ubah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 3 Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari berubah atau senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. 4 Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5 Sikap mempunyai segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecapakan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri sikap yaitu sikap dapat berubah-ubah dan sikap memiliki hubungan tertentu.

2.1.1.2.4 Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia sehari-hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap. Azwar 1995:30 mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah : 1 Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih membekas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 2 Kebudayaan Kebudayaan mempunyai pengaruh yang benar terhadap pembentukan sikap seseorang. Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. 3 Orang lain yang dianggap penting Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk dijadikan panutan. 4 Pengaruh faktor emosi Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang. 5 Media Masa Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media masa tidak kecil artinya. 6 Lembaga Pendidikan dan Agama Kedua lembaga ini mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian konsep moral dalam diri individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system 15 kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, pengaruh faktor emosi, media masa dan Lembaga Pendidikan dan Agama. 2.1.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif PPR 2.1.1.3.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif PPR Menurut Subagyo 2010:22 Pedagogi merupakan salah satu cara guru untuk mendampingi siswa dalam tumbuh kembangnya. Sedangkan reflektif menurut Subagyo 2010:7 adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, ataupun reaksi secara rasional dengan tujuan mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya. Menurut Subagyo 2008, menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi dan aksi. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah pembelajaran pengintergrasian pembelajaran bidang studi dan menekankan pada pengembangan nilai. Dalam pembelajaran bidang studi disesuaikan pada konteks siswa, sedangkan pada pengembangan nilai ditekankan pada suatu pengalaman, refleksi dan aksi. Dan nanti semua proses pembelajaran ini harus diakhiri dengan evaluasi. Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai ke dalam kehidupan sehari-hari. 16

2.1.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Dalam buku yang dikembangkan oleh Komunitas Studi dan Pengembangan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR Yogyakarta 2012 disebutkan bahwa tujuan dari Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah sebagai berikut : 1. Membentuk pria dan wanita untuk orang lain yang berarti kita bertujuan membentuk pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus. Pria dan wanita yang kompeten competence, dalam bidangnya, memiliki hati nurani yang benar conscience, dan memiliki kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama compassion 2. Membentuk pribadi secara penuh dan lebih mendalam, yaitu suatu proses pembentukan yang menuntut keunggulan yang meliputi bidang intelektual, akademik, dan lainnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu dapat membentuk pribadi seseorang menjadi lebih baik.

2.1.1.3.3 Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif PPR menurut Subagyo 2010 :

1. Pembelajaran Paradigma Pedagodi Reflektif PPR dapat diterapkan dalam semua kurikulum 2. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR fundamental untuk proses belajar mengajar 17 3. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR menjamin para pengajar menjadi pengajar yang lebih baik 4. Pembelajaran Paradigma Pedagodi Reflektif PPR mempribadikan proses belajar dan mendorong murid merefleksikan makna dan arti yang dipelajari Jadi, ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu pembelajaran yang dapat diterapkan dan pengajar dapat lebih kreatif.

2.1.1.3.4 Pola Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Pola Pembelajaran Pedagodi Reflektif PPR menurut Komunitas Studi dan Pengembangan Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR Yogyakarta 2012 :63 meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi. Menurut Komunitas Studi dan Pengembangan PPR Yogyakarta dalam bukunya Pembelajaran Pedagodi Reflektif 2012 menggambarkan pelaksanaan Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR yang dapat dilakukan guru sebagai berikut : Gambar 2.1 Dinamika PPR menurut Komunitas Studi dan Pengembangan Pembelajaran Pedagogi Reflektif PPR Yogyakarta 2012 :63 Pengalaman Refleksi Aksi Evaluasi Konteks PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

2.1.1.3.5 Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Menurut Subagyo 2008 kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah sebagai berikut : 1. Murah meriah Dalam pembelajaran tidak memerlukan atau penawaran khusus, kecuali yang dilakukan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling Menghargai, yang diperlukan adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi, evaluasi dalam belajar dengan kerjasama kelompok 2. Segala Kurikulum Paradigma Pedagogi Reflektif PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma Pedagogi Reflektif PPR ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada. 3. Cepat Kelihatan Hasilnya Kenyataanya sekolah yang sudah menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR sebagai model pembelajarannya membawa dampak yang baik terhadap siswa-siswinya. Contohnya seperti : siswa- siswa akan terlihat akrab satu sama lain, mau solider dan saling membantu dalam belajar, mau saling Menghargai satu sama lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 Dengan demikian pengelompokan kelas menjadi mudah, kenakalan berkurang. Secara garis besar dapat disimpulkan yaitu : 1 Dari segi integrasi a. Pembelajaran berpola Paradigma Pedagogi Reflektif PPR murah b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru c. Mengajarkan dan melatih nilai-nilai kristiani 2 Dari segi pengalaman a. Tidak memerlukan banyak aturan b. Penelitian yang otentik 3 Dari segi pendidikan kontekstual : a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan b. Menjadikan keunggulan sekolah yang tidak dapat diunggulkan sekolah lain Dari paparan di atas, kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu lebih murah dalam membuat media, selain itu dapat diterapkan dalam semua kurikulum, dan dapat menjadikan peserta didik lebih baik.

2.1.1.3.6 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR

Paradigma Pedagogi Reflektif PPR harus memperhatikan proses belajar maupun proses pedagoginya. Selain itu mereka juga harus menunjukkan cara-cara untuk mendukung keterbukaan pada pertumbuhan, juga setelah siswa menyelesaikan suatu siklus pembelajaran tertentu Subagyo, 2010. Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR : 20

a. Konteks