14
carrier dimodulasi dengan teknik modulasi tertentu pada rasio
symbol yang rendah. Teknik OFDM mendukung WLAN unutk dapat mencapai data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps
dengan menggunakan 52 sub-carrier yang berbeda dan ditransmisikan secara parallel. Teknik iini digunkan pada standar
802.11a dan 802.11g.
Teknologi High Rate Direct Sequence Spread Spectrum HRDSSS
HRDSSS merupakan penambahan dari sistem DSSS yang bekerja pada band frekuensi 2,4 GHz unutk mendukung data rate
5,5 Mbps dan 11 Mbps. Untuk mendapatkan data rate yang lebih tinggi maka ditambahkan CCK Complemetary Code Keying
pada pola modulasi. Teknik iini digunakan pada standar 802.11b.[7]
2.5. Arsitek WLAN
WLAN bekerja paa dua lapisan terbawah model OSI Open System Intercomention.
15
Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI. Pada gambar 2.1 dapat dlihat bahwa WLAN menggunakan arsitektur
logika physical layer dan data link layer yang dibagi menjadi dua bagian pada arsitektur WLAN yaitu LLC Logical Link Layer dan MAC Medium
Access Control, namun hanya MAC yang digunakan sebagai fungsi logika WLAN.
Sub layer medium access control Sub layer MAC memiliki tanggung
jawab untuk akses medium, pengalamatan, pembangkitan frame, dan mengecek deretan frame untuk konfigurasi pembagian media fisik. Standar
IEEE 802.11 menggunakan CSMACA Carrier Sense Multiple AccessCollision Avoidance
pada MAC. CSMACA dapat membuat sebuah grup perangkat wireless untuk berkomunikasi dengan membagi frekuensi
dan ruang yang sama. Sebuah client akan mengirimkan data maka terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan pada kanal transmisi untuk memastikan
tidak ada perangkat lain yang sedang mengirimkan data, apabila kondisi tersebut dipenuhi maka perangkat tersebut akan mengirimkan data.
16
Physical layer berfungsi untuk menjaga transmisi data yang dilakukan pada kanal komunikasi. Layer ini merupakan interface antara
media wireless dengan MAC layer.[8]
2.6. Model TCPIP
Arsitektur protocol
Transmission Control
ProtocolInternet Protocol
TCPIP merupakan
hasil dari
penelitian protocol
dan pengembangan dilakukan pada jaringan percobaan packet-switched,
ARPANET, yang didanai DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu set protokol TCPIP[14]. Set protocol ini terdiri atas sekumpulan besar
protocol yang telah diajukan sebagai standart internet oleh Internet Architectur Board
IAB. Model TCPIP terdiri atas lima layer yaitu:
1. Application Layer
, merupakan
layer program
aplikasi yang
menggunakan protokol TCPIP. Beberapa diantaranya adalah: Telnet, FTP File Transfer Protocol, SMTP Simple Mail transport Protocol,
SNMP Simple Network Management Protocol, HTTP Hypertext Transfer Protocol
, DHCP Dynamic Host Configuration Protocol dan DNS Domian Name System .
2. Transport Layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi antar dua komputer. Pada layer ini terdiri atas
dua protokol, yaitu: TCP Transport Control Protocol dan UDP User Datagram Protocol
.
17
3. Internet Layer, berfungsi untuk menangani pergerakan paket data dalam jaringan dari komputer pengirim ke komputer tujuan. Protokol yang
berada dalam fungsi ini antara lain: IPInternet Protocol,ICMPInternet Control Message Protocol
,dan IGMP Internet Group Management Protocol
. 4. Network Layer, merupakan layer paling bawah yang bertanggung jawab
mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik.[9]
2.6.1. TCP
Transmision Control Protocol TCP merupakan protokol yang berada pada layer transport dari layer TCPIP. TCP adalah
protokol yang bersifat byte stream, connection-oriented dan reliable dalam pengiriman data. TCP menggunakan komunikasi byte-stream,
yang berarti bahwa data dinyatakan sebagai suatu urutan-urutan byte. Connecton-oriented
berarti sebelum terjadi proses pertukaran data antar komputer terlebih dahulu harus dibentuk suatu hubungan. Hal
ini dapat doanalogikan dengan proses pendialan nomor telepon dan akhirnya terbentuk hubungan.
Kehandalan TCP dalam mengirimkan data didukung oleh mekanisme yang disebut Positive Acknowledgement with Re-
transmission PAR. Data yang dikirim dari layer aplikasi akan
dipecah-pecah dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan diberi nomor urut sebelum dikirim ke layer berikutnya. Unit data yang
sudah dipecah-pecah tadi disebut segment. TCP selalu meminta
18
konfirmasi setiap kali selesai mengirimkan data, apakah data tersebut sampai pada komputer tujuan dan tidak rusak. Jika data berhasil
sampai tujuan, TCP akan mengirimkan data urutan berikutnya. Jika tidak berhasil, maka TCP akan melakukan pengiriman ulang urutan
data yang hilang atau rusak tersebut. Dalam kenyataannya TCP menggunakan sebuah acknowledgement ACK sebagai suatu
pemberitahuan antara komputer pengirim dan penerima. Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan Three-
way Handshake . Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan
sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP
Window . Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP Three-way Handshake
Keterangan dari gambar 2.3 adalah sebagai berikut: Host pertama yang ingin membuat koneksi akan mengirimkan
sebuah segmen TCP dengan flag SYN diaktifkan kepada host kedua yang hendak diajak untuk berkomunikasi.
19
Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan segmen dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host pertama.
Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data dengan host
kedua. TCP menggunakan proses handshake yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua
host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses
transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima dengan baik. Itulah sebabnya, mengapa TCP disebut dengan
koneksi yang reliable.
2.6.2. UDP User Datagram Protocol
UDP merupakan protokol yang juga berada pada layer transport
selain TCP. Protokol ini bersifat connectionless dan unreliable
dalam pengiriman data. Connectionless berarti tidak diperlukannya suatu bentuk hubungan terlebih dahulu untuk
mengirimkan data. Unreliable berarti pada protokol ini tidak dijamin akan sampai pada tujuan yang benar dan dalam kondisi yang benar
pula. Kehandalan pengiriman data pada protokol ini menjadi tanggung jawab dari program aplikasi pada layer atasnya. Jika
dibandingkan dengan TCP, UDP adalah protokol yang lebih sederhana dikarenakan proses yang ada didalamnya lebih sedikit.
Dengan demikian aplikasi yang memanfaatkan UDP sebagai protokol transport dapat mengirimkan data tanpa melalui proses
pembentukan koneksi terlebih dahulu. Hal ini pun terjadi pada saat
20
mengakhiri suatu koneksi, sehingga dalam banyak hal proses yang terjadi sagatlah sederhana dibanding jika mengirimkan data melalui
protokol TCP. Protokol
UDP akan
melakukan fungsi
ultiplexing demultiplexing seperti yang dilakukan protokol TCP, bila
suatu program aplikasi akan memanfaatkan protokol DP untuk mengirimkan informasi dengan menentukan nomor port pengirim
source port dan nomor port penerima destination port, kemudian menambahkan sedikit fungsi koreksi kesalahan lalu meneruskan
segmen yang terbentuk ke protokol layer internet. Pada layer Internet segmen tersebut ditambahi informasi dalam bentuk datagram
IP dan keudian ditentukan cara terbaik untuk mengantarkan segmen tersebut ke sisi penerima. Jika segmen tersebut tiba pada sisi
penerima, protokol UDP menggunakan nomor port informasi IP pengirim dan penerima untuk mengantarkan data dalam segmen ke
proses program aplikasi yang sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu program aplikasi akan menggunakan protokol
UDP sebagai protokol transport: Tidak ada pembentukan koneksi. Protokol UDP hanya mengirim
informasi begitu saja tanpa melakukan proses awal sebelumnya. Tidak ada pengkondisian koneksi. Protokol UDP tidak
melakukan penentuan kondisi koneksi yang berupa parameter- parameter seperti buffer kirim dan terima, kontrol kemacetan,
nomor urutan segmen, dan acknowledgement.
21
Memiliki header kecil. Protokol UDP meiliki 8 byte header dibanding 20 header byte pada TCP.
Tidak ada pengaturan laju pengiriman. Protokol UDP hanya menekankan kecepatan kirim pada laju program aplikasi dalam
menghasilkan data, kemampuan sumber kirim berdasarkan CPU, laju pewaktuan, dan lain-lain dan bandwidth akses menuju
Internet. Jika terjadi kemacetan jaringan, sisi penerima tidak perlu menerima seluruh data yang dikirim. Dengan demikian laju
penerimaan data dibatasi oleh faktor kemacetan jaringan yang terjadi, walaupun pada sisi kirim tidak memperhatikannya.
2.6.3. IP InternetProtocol
IP merupakan protokol yang paling penting yang berada pada layer Internet
TCPIP. Semua protokol TCPIP yang berasal dari layer
atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini. Seluruh data harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP dan dikirimkan sebagai
datagram IP untuk sampai ke sisi penerima. Dalam melakukan pengiriman data, protokol IP ini bersifat unreliable, connectionless
dan datagram delivery service. Unreliable
berarti protokol IP tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tujuan. Protokol IP hanya melakukan cara
terbaik untuk menyampaikan datagram yang dikirim ke tujuan. Jika pada perjalanan datagram tersebut terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan putusnya jalur, kemacetan, atau sisi penerima yang
22
dituju sedang mati, protokol IP hanya memberikan pemberitahuan pada sisi kirim kalau telah terjadi permasalahan pengiriman data ke
tujuan melalui protokol ICMP. Connectionless berarti tidak melakukan pertukaran kontrol informasi handshake untuk
membentuk koneksi sebelum mengirimkan data. Datagram delivery service berarti setiap datagram yang
dikirim tidak tergantung pada datagram yang lainnya. Dengan demikian kedatangan datagram pun bisa jadi tidak berurutan. Metode
ini dipakai untuk menjamin sampainya datagram ketujuannya, walaupun salah satu jalur menuju tujuan mengalami masalah.
2.7. Membangun Wireless HotSpot
2.7.1. Hotspot Environment
A. Ukuran Fisik
Ukuran fisik lokasi adalah faktor kunci pertama untuk dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu unsur bersama
dengan kepadatan pengguna yang akan menentukan berapa banyak Access Point AP harus dipasang. Sebuah AP dapat
menjangkau area melingkar sekitar 300 meter ke segala arah. Beberapa AP diharapkan dapat mencangkup untuk area yang
luas.
B. Jumlah Pengguna
Faktor kunci berikutnya dalam menentukan tata letak HotSpot adalah jumlah pengguna dan kepadatan pengguna:
23
jumlah pengguna per area. Jumlah pengguna bersama dengan pola penggunaan mereka akan menentukan bandwidth yang
dibutuhkan untuk memberikan kepuasan pengguna. Target minimum untuk bandwidth 100Kbps per pengguna aktif. Anda
perlu menentukan dari model penggunaan berapa banyak pengguna
yang terhubung
aktif bersamaan.
Sebagai contoh,sebuah area dengan 5 pengguna aktif membutuhkan
500Kbps atau konektivitas internet yang lebih baik. Jumlah pengguna di daerah tertentu dapat mempengaruhi
jumlah AP yang di perlukan karena keterbatasan kemampuan dari AP. Pada area dengan banyak pengguna, seperti convention
hall, mungkin diperlukan lebih banyak AP untuk menangani beban, meskipun AP tunggal dapat menyediakan cakupan untuk
daerah fidik : pengguna 20-25 per AP adalah pedoman yang baik.
C. Model Penggunaan
Faktor kunci ketiga adalah jenis aplikasi pengguna yang akan berjalan saat terhubung ke HotSpot. Sebagai contoh, sebuah
kedai kopi yang pengguna biasa mungkin pemilik usaha kecil dan rumah dan mahasiswa, sementara hotel mungkin akan
memiliki lebih banyak kelas enterprise pelancong bisnis. Siswa akan lebih mungkin untuk menjalankan aplikasi seperti on-line
chat, game internet, dan audio streaming sementara pelancong bisnis lebih mungkin untuk terhubung ke internet perusahaan
untuk membaca email dan menjalankan aplikasi bisnis.
24
Perlu di tentukan adalah bandwidth minimum yang diperlukan untuk menyediakan pengguna menjalankan aplikasi
dilokasi, dengan kapasitas yang cukup untuk mendapatkan kualitas yang baik. Jumlah ini, dikalikan dengan jumlah
pengguna secara simultan, menentukan bandwidth internet minimum yang diperlukan. Sebagai contoh, jika anda
menentukan penggunaan di situs anda memerlukan 200Kbps bandwitdth untuk kinerja yang memadai dan anda berharap ada
pengguna lebih dari 5 secara aktif menggunakan bandwidth yang ini pada satu waktu dari populasi yang berpotensi besar
pengguna terhubung, seorang koneksi internet 1Mbps akan diperlukan [ 10 ]. 200Kbps X 5 pengguna simultan = 1,000Kbps
= 1,0 Mbps bandwidth yang dibutuhkan.
2.7.2. Site Coverage
A. Ukuran AP cell, tata letak, dan penempatan.
Banyak yang tergoda untuk memecahkan masalah cakupan situs dengan menambahkan lebih banyak Access Point,
perawatan harus selalu dilakukan sebelum membuat keputusan tersebut. Dalam banyak kasus, jaringan nirkabel yang digunakan
untuk mrnarik orang ke tempat usaha. Jika ini adalan strategi, menempatkan Access Point di dekat dinding eksterior atau
jendela dapat menyebabkan pengguna tidak diinginkan duduk di luar dan meggunakan, atau lebih buruk lagi, hacker jaringan.
Penempatan AccessPoint
perlu dipertimbangkan
dengan
25
pertimbangan keamanan untuk menempatkan Access point di tempat yang paling tepat.
Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels Ketika
menerapkan Access
Point anda
harus mempertimbangkan tata letak saluran dan ukuran cell. Karena
sifat membatasi band ISM hanya ada 3 non- interfering non- overlapping
saluran yang tersedia untuk penggunaan di 802.11b. pola yang dihasilkan perlu menyerupai gambar ada saluran yang
sama AP tumpang tindih. Dalam rangka menerapkan tata letak saluran yang sesuai anda harus terbiasa dengan bidang RF Radio
Frequency yang dipancarkan oleh Access Point yang diberikan.
B. AP density
Dalam lingkungan kecil seperti rumah, ukuran cell tidak menjadi perhatian utama, daerah penggunaan biasanya
tercangkup dengan baik dan backhaul yang paling sering menjadi faktor pembatas, bukan throughput AP. Dalam lingkungan
instalasi besar seperti hotel,bandara, dan kantor kepadatan AP
26
mungkin perlu ditingkatkan untuk memungkinkan lebih banyak AP untuk melayani lebih banyak pengguna. Ini harus selalu dicek
dua kali dalam survei situs dan implementasi. Dalam banyak kasus menurunkan output daya access point akan memungkinkan
peringatan jumlah AP di daerah tertentu, memungkinkan peningkatan jumlah AP didaerah tertentu, memungkinkan untuk
lebih banyak pengguna untuk dilayani dengan throughput yang lebih tinggi [ 10 ] .
2.7.3. Memilih Perangkat
A. RF Power
Dalam banyak Access Point fitur ini tersedia. Kurang fitur ini menyebabkan masalah dalam menerapkan lingkungan
multi-AP. Biasanya, sebuah AP Enterprise akan mendukung berbagai kekuatan 5-100 milliWatts.
B. Antena
Access Point harus mempunyai kenoektor antenna eksternal, sehingga bisa dipasang berbagai tipe antenna agar
sesuai dengan kebutuhan. Beberapa AP bahkan memiliki antena tertanam, sehingga mustahil untuk beralih ke antena model lain.
C. Power Over Ethernet PoE
PoE dapat menjadi perbedaan antara biaya yang efektif implementasi HotSpot dan satu tidak efektif. PoE memungkinkan
menyalurkan power secara langsung ke perangkat remote melalui kabel CAT5 Ethernet. Karena Access Points sering dimasukan ke
27
tempat dimana sulit untuk mendapat listrik langit-langit dan lorong-lorong panjang. PoE menjadi pilihan karena dengan
memasang kabel power menyebabkan biaya tinggi di sebabkan pemborosan kabel, karena tiap perangkat membutuhkan dua
kabel yaitu kabel UTP untuk data dan kabel listrik untuk powernya, lalu dengan adanya PoE cukup menggunakan satu
kabel yaitu kabel UTP dimana transfer data dan aliran listrik terjadi dalam satu kabel. Umumnya PoE yang di gunakan
mengacu ke standart IEEE 802.3af di mana maksimum power per port adalah 15.4W, kemudian standart ini di perbaharui oleh
IEEE 802.3at di mana maximum power per port adalah 34.2W, ini disebabkan banyak perangkat baru yang membutuhkan
supplay power lebih tinggi.
D. Long and Short Preamble Support
Generasi pertama darii 802.11 menunjukan penggunaan 144-bit preamble yang digunakan untuk membantu wireless
receiver memepersiapkan akuisisi wireless sinyal. Sebagai 802.11 ditujukan tingkat transmisi yang lebih tinggi dan model
penggunaan baru seperti VoIP, pendek, lebih efisien 56-bit basa- basi juga di perkrnalkan. Setelah pengenalan preambles pendek,
AP pertama dan NIC dipasar termasuk pilihan konfigurasi untuk menggunakan long dan short preambles. Hal ini menyebabkan
masalah interoperabilitas untuk pengguna Mobile station MS yang tidak menawarkan pilihan tersebut. Jika AP diaktifkan
28
menggunakan short preamble dan MS menggunakan long preamble maka keduanya tidak bisa terhubung. Maka dari itu di
ciptakan pilihan long atau short preamble, produsen hardware mengembangkan sistem yang secara otomatis bisa mendukung
baik pengaturan. Dalam proses ini, option untuk user menghilang dari interface konfigurasi perangkat. Saat ini masih ini ada
hardware yang dapat dikonfigurasi menggunakan long atau short preamble [10].
2.7.4. Otentifikasi
Jenis otentikasi terikat dengan Service Set Identifier SSID yang dikonfigurasi untuk access point. Jika anda ingin melayani
berbagai jenis perangkat klien dengan access point yang sama, mengkonfigurasi beberapa SSID.
Sebelum perangkat wireless client dapat berkomunikasi pada jaringan anda melalui access point, harus terotentikasi ke access
point dengan menggunakan otentikasi terbuka atau shared-key authrntication. Untuk kramanan maksimum, perangkat klien juga
harus otentikasi ke jaringan menggunakan MAC-address atau Extensible Authrntication Protocol EAP. Kedua jenis otentikasi ini
bergantung pada server otentikasi pada jaringan.
2.7.4.1. Open System Authentication
Pada open system authentication ini, bisa dikatakan tidak ada “ authentication ” yang terjadi karena client bisa
langsung terkoneksi dengan AP Access Point . Stelah
29
client melalui proses open system authentication dan association, client sudah di perbolehkan mengirim data
melalui AP namun data yang dikirim tidak akan dilanjutkan oleh AP kedalam jaringannya. Bila keamanan WEP
diaktifkan, maka data-data yang dikirim oleh Client haruslah dienkripsi dengan WEP key. Bila ternyata setting
WEP Key di client berbeda dengan setting WEP Key di AP Access Point maka AP tidak akan mengenal data yang
dikirim oleh client yang mengakibatkan data tersebut akan di buang hilang . Jadi walaupun client diijinkan untuk
mengirim data, namun data tersebut tetap tidak akan bisa melalui jaringan AP bila WEP key antara Client dan AP
ternyata tidak sama.
2.7.4.2. Shared Key Authentication WEP
Lain halnya open system authentication, Shared Key Autentication mengharuskan client untuk mengetahui
lebih dahulu kode rahasia passphare key sebelum mengijinkan terkoneksi dengan AP. Jadi apabila client tidak
mengetahui “key” tersebut maka client tidak akan bisa terkoneksi dengan Acces Point. Pada shared key
authentication, digunakan juga metode keamanan WEP. Pada proses authenticationnya, shared key akan
“meminjamkan” WEP key yang digunakan oleh level keamanan WEP, Client juga harus mengaktifkan WEP
30
untuk menggunakan Shared Key Authentication. WEP menggunakan algoritma enkripsi RC4 yang juga digunakan
oleh protokol https. Alogaritma ini terkenal sederhana dan mudah diimplementasikan karena tidak membutuhkan
perhitungan yang berat sehingga tidak membutuhkan hardware yang terlalu canggih. Pengecekan WEP Key pada
proses shared key authentication dilakukan dengan metode Challenge and response sehingga tidak ada proses transfer
password WEP Key. Metode yang dinamakan Challenge anda Response ini menggantikan pengiriman password
dengan pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan password yang diketahui.
Prosesnya adalah client meminta ijin kepada server untuk melakukan koneksi. Server akan mengirim sebuah
string yang dibuat secara acak dan mengirimkan kepada client. client akan melakukan enkripsi antara stringnilai
yang diberikan oleh server dengan password yang diketahhuinya. Hasil enkripsi ini kemudian dikirimkan
kembali ke server. Server akan melakukan proses deskripsi dan membandingkan hasilnya. Bila hasil dekripsi dari client
menghasilkan stringnilai yang sama dengan stringnilai yang dikirimkan oleh server, berarti client mengetahui
password yang benar.
31
2.7.4.3. WPA Pre-Shared key WPA Personal
Metode keamanan
WEP memiliki
banyak kelemahan sehingga badan IEEE meyadari permasalahan
tersebut dan membentuk gugus tugas 802.11i untuk menciptakan keamanan yang lebih baik dari WEP. Sebelum
hasil kerja dari 802.11i selesai,aliansi Wi-Fi membuat metode keamanan baru yang bisa bekerja dengan hardware
yang terbatas kemampuannya,maka munculah Wi-Fi Proteced Access WPA pada bulan april 2003. Standart
Wi-Fi ini unruk meningkatkan fitur keamanan pada WEP. Teknologi ini didesain untuk bekerja pada produk Wi-Fi
eksisting yang telah memiliki WEP semacam software upgrade .
Kelebihan WPA adalah meningkatkan enkripsi data dengan teknik Temporal Key Integrity Protocol TKIP .
Enkripsi yang digunakan masih sama dengan WEP yaitu RC4, karena pada dasarnya WPA ini merupakan perbaikan
dari WEP dan bukan suatu level keamanan yang benar- benar baru, walaupun beberapa device ada yang sudah
mendukung enkripsi AES yaitu enkripsi dengan keamanan yang paling tinggi. TKIP mengacak kata kunci
menggunakan “hashing algorithm” dan menambah intefgrity Cheeking Feature, untuk memastikan kunci
belum pernah digunakan secara tidak sah.
32
2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key WPA2 Personal
Group 802.11i akhirnya menyelesaikan metode keamanan yang awalnya ditugaskan dari IEEE. Level
keamanan ini kemudian dinamakan sebagai WPA2. WPA2 merupakan level keamanan yang paling tinggi. Enkripsi
utama yang digunakan pada WPA2 ini yaitu enkripsi AES. AES mempunyai kerumitan yang lebih tinggi daripada RC4
pada WEP sehingga para vendor tidak sekedar upgrade firmware seperti dari WEP ke WPA. Untuk menggunakan
WPA2 diperlukan hard ware baru yang mampu bekerja dengan lebih cepat dan mendukung perhitungan yang
dilakukan oleh WPA2. Sehingga tidak semua adapter mendukung level keamanan WPA2 ini.
2.7.4.5. WPA Enterprise RADIUS 802.1X EAP
Metode keamanan dan algoritma snkripsi pada WPA Radius ini sama saja dengan WPA Pre-Shares Key,
tetapi authentikasi yang digunakan berbeda. Pada WPA Enterprise ini menggunakan authentikasi yang diunakan
berbeda. Pada WPA Enterprise ini menggunakan authentikasi 802.1X atau EAP Extensible Authentication
Protocol. EAP merupakan protokol layer 2 yang menggantikan PAP dan CHAP. Spesifikasi yang dibuat
oleh IEEE 802.1X untuk keamanan terpusat pada jaringan hotspot Wi-Fi. Tujuan standart 8021X IEEE adalah untuk
33
menghasilkan kontrol akses autentikasi dan managemen kunci untuk wireless LANs. Spesifikasi ini secara umum
sebenarnya ditujukan
untuk jaringan
kabel yang
menentukan bahwa setiap kabel yang dihubungkan ke dalam switch harus melaui proses auntetikasi terlebih
dahulu dan tidak boleh langsung memperbolehkan terhubung kedalam jaringan.
Pada spesifikasi keamanan 802.1X, ketika login ke jaringan wireless maka server yang akan meminta user
name dan password dimana “network Key” yang digunakan oleh client dan AP akan diberikan secara otomatis sehingga
Key tersebut tidak perlu dimasukan lagi secara manual. Setting
security WPA
enterprisecorporate ini
membutuhkan sebuah server khusus yang berfungsi sebagai pusat auntentikasi seperti server RADIUS Remote
Autentication Dial-In Service. Dengan adanya Radius server ini,auntentikasi akan dilakukan perclient sehingga
tidak perlu lagi memasukan passphrase atau network key yang sama untuk setiap client. “network key” disini
diperoleh dan diproses oleh server radius tersebut. Fungsi Radius server adalah menyimpan user name dan password
secara terpusat yang akan melakukan autentikasi client yang hendak login kedalam jaringan.
34
Sehingga pada
proses authentikasi
clirnt menggunakan username dan password. Jadi sebelum
terhubung ke wireless LAN atau Internet , pengguna harus melakukan autentikasi terlebih dahulu ke server tersebut.
Proses authentikasi 802.1X EAP ini relatif lebih aman dan tidak tersedia di WEP [10].
2.8. Antenna WiFi
Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya
sebagai penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada
pesawat televisi, telepon genggam, radio, dan lain-lain. Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari
saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau
penyalur energi gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak berhingga panjangnya
menimbulkan gelombang berjalan yang uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubungsingkat maka akan muncul gelombang berdiri yang
disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan gelombang yang
dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni. Konsentrasi-
35
konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi listrik seluruhnya ke energi maknet total dua kali setiap periode gelombang itu.
2.8.1. Voltage Standing Wave RatioVSWR
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri standing wave maksimum |V|max dengan minimum
|V|min. Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan V
0+
dan tegangan yang direfleksikan V
0-
. Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan
г, yaitu :
Γ= =
di mana Z
L
adalah impedansi beban load dan Z adalah impedansi
saluran lossless . Koefisien refleksi tegangan г memiliki nilai
kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian
imajiner dari г adalah nol, maka : a.
: г = -1 refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.
b. : г = 0 tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan
matched sempurna. c.
: г = -1 refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.
Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah:
36
S=
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 S=1 yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching
sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan
untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤2.
2.8.2. Gain
Gain directive gain adalah karakter antena yang terkait
dengan kemampuan antena mengarahkan radiasisinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang
dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt,ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu,
satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel. Gain
dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil daripada penguatan 36ntenna tersebut yang
dapat dinyatakan dengan[11]
Gain=G=k.D
Di mana:
k =efisiensi antenna, 0 ≤k ≤ 1
Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada
main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi ataupun
dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena diukur dalam
37
dBd. “d” di sini mewakili dipole, jadi gain antena diukur relative terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi adalah sebuah
isotropic, jadi gain antena diukur relatif terhadap sebuah antena isotropic.
Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang
diketahui gainnya.Maka dapat dituliskan pada Persamaan
G=
Decibel dB merupakan satuan gain antena. Decibel adalah perbandingan dua hal. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu :
A. Ketika mengacu pada pengukuran daya.
X
dB
=10log
10
B. Ketika mengacu pada pengukuran tegangan.
X
dB
=20log
10
2.8.3. Polarisasi
Polarisasi antenna merupakan orientasi perambatan radiasi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena di mana arah elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai referensi
lain. Energi yang berasal dari antena yang dipancarkan dalam bentuk sphere, di mana bagian kecil dari sphere disebut dengan wave front.
Pada umumnya semua titik pada gelombang depan sama dengan jarak antara antena. Selanjutnya dari antena tersebut, gelombang
akan membentuk kurva yang kecil atau mendekati. Dengan
38
mempertimbangkan jarak, right angle ke arah di mana gelombang tersebut
dipancarkan, maka
polarisasi dapat
digambarkan sebagaimana Gambar:
Gambar2.7. Polarisasi Antenna Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal,
polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross 1. Polarisasi Vertikal
Radiasi gelombang elektromagnetik dibangkitkan oleh medan magnetik dan gaya listrik yang selalu berada di sudut
kanan. Kebanyakan gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasi linier. Arah dari polarisasi
searah dengan vektor listrik. Bahwa polarisasi tersebut adalah vertikal jika garis medan listrik yang disebut dengan garis E
berupa garis vertikal maka gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi vertikal.
39
Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal 2. Polarisasi Horizontal
Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika elemen antena horizontal terhadap permukaan tanah. Polarisasi
horizontal digunakan pada beberapa jaringan wireless.
Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal 3. Polarisasi Circular
Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan wireless. Dengan antena berpolarisasi circular, medan
electromagnet berputar secara konstan terhadap antena.
40
Gambar 2.10. Polarisasi Circular 4. Polarisasi Cross
Polarisasi cross
terjadi ketika
antena pemancar
mempunyai polarisasi horizontal, sedangkan antena penerima mempunyai polarisasi vertikal atau sebalikanya.
Gambar 2.11. Polarisasi Cross
2.8.4. Beamwidth
Beamwidth adalah besarnya sudut berkas pancaran
gelombang frekuensi radio utama main lobe yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe utama.[11] Besarnya beamwidth
adalah sebagai berikut :
41
B=
Di mana: B= 3dB beamwidthderajat
f= frekuensiGHz
d= diameter antennam Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi,
maka beamwidth dapat dirumuskan sebagai :
β = θ
2
- θ
1
Gambar 2.11 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama main lobe, nomor 1, lobe sisi samping side lobe, nomor
dua, dan lobe sisi belakang back lobe, nomor 3. Half Power Beamwidth HPBW adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik-
titik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. First Null beamwidth FNBW adalah besar sudut bidang
diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.
Gambar 2.12. Beamwidth Antenna
42
2.8.5. Tipe Antena
A. Antena Omnidirectional
Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional Antenna omni mempunyai sifat umum radiasi atau
pancaran sinyal 360º yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-12 dBi. Antena
ini akan melayani atau hanya memberi pancaran sinyal pada sekelilingnya atau 360 derjat, sedamgkan pada bagian atas antena
tidak memiliki sinyal radiasi.
Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni
43
B. Antena Grid
Gambar 2.15. Antenna Grid Antenna Grid Wifi 2,4 GHz dengan Gain 21 Db, sangat
cocok digunakan untuk Antenna Wifi. Bisa digunakan untuk Point to Point, atau Point to multi point. Antena grid memiliki
kekuatan sinyal hingga 24 dB, sementara antena parabolic hingga 18 dB. Menambah gain antena, namun akan membuat pola
pengarahan antena menjadi lebih sempit.[12]
Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid C. Antenna Parabolik
Antena Parabolik Dipakai untuk jarak menengah atau jarak jauh dan Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi.
44
Gambar 2.17. Antenna Parabolic
Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic D. Antena Sectoral
Gambar 2.19. Antena Sectoral
45
Antena sectoral
hampir mirip
dengan antenna
omnidirectional. Antena ini digunakan untuk access point to serve a Pont-to-Multi-Point P2MP. Antena sectoral mempunyai
gain jauh lebih tinggi dibanding omnidirectional antena di sekitar 10-19 dBi. Yang bekerja pada jarak atau area 6-8 km. Sudut
pancaran antenna ini adalah 45-180 derajat dan tingkat ketinggian pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat
kerugian dalam penangkapan sinyal. Pola pancaran yang horisontal kebanyakan memancar ke
arah mana antenna ini diarahkan sesuai dengan jangkauan dari derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang antenna
tidak memiliki sinyal pancaran. Antenna sectoral ini jika di pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan yang baik
pada suatu sector atau wilayah pancaran yang telah di tentukan.
Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral
46
2.9. Signal Strength
Semakin kuat sinyal maka semakin baik dan handal konektivitasnya. Satuan kekuatan sinyal WiFi ditunjukkan dengan satuan dBm. Rentang kuat
sinyal WiFi di antara -10 dBm sampai kurang lebih -99 dBm. Sinyal yang nilainya mendekati angka positif maka semakin kuat sinyal tersebut. Pada
buku “Cisco Aironet 802.11abg Wireless LAN Clienr Adapters CB21AG and PI21AG Installation and Configuration Guide” disebutkan kategori
sinya sebagai berikut[13]:
Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal
2.10. Satuan Kekuatan Sinyal
2.10.1. dB Decibel
Merupakan satuan perbedaan atau Rasio antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander
Graham Bell makanya huruf B merupakan huruf besar. Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah perangkat terhadap
kekuatan atau daya pancar suatu signal.
Category Signal Strength Colour Range
Percentage
Excellent Green -57 to -10 dBm 75
– 100 Good
Yellow -75 to -58 dBm 40
– 74 Fair
Orange -85 to -76 dBm 20
– 39 Poor
Red -95 to -86 dBm 0
– 19
47
2.10.2. dBm dB milliWatt
Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar Signal Strengh or Power Level. 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW
milliWatt beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka negatif
contoh: -90 dBm. Formula perhitungan dari mW ke dBM adalah sebagai
berikut:
mW = 10dBm10
milliwatt mW adalah satu per seribu watt W, atau 1000 milliwatts = 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari daya power. 1
watt = 1 joule energi per detik. Table Konversi dari dBm ke Watt milli Watt.
Rumus untuk menghitung dari dBm ke mWatt: dBm = log10 mW10
Rumus untuk menghitung dari mW ke dBm : mW =10dBm10 Berikut Tabelnya :
dBm Watts
dBm Watts
dBm Watts
1.0mW 16
40mW 32
1.6 W 1
1.3 mW 17
50 mW 33
2.0 W 2
1.6 mW 18
63 mW 34
2.5 W 3
2.0 mW 19
79 mW 35
3.2 W 4
2.5 mW 20
100 mW 36
4.0 W
48
5 3.2 mW
21 126 mW
37 5.0 W
6 4 mW
22 158 mW
38 6.3W
7 5 mW
23 200 mW
39 8.0W
8 6 mW
24 250 mW
40 10W
9 8 mW
25 316 mW
41 13W
10 10 mW
26 398 mW
42 16W
11 13 mW
27 500 mW
43 20W
12 16 mW
28 630 mW
44 25W
13 20 mW
29 800 mW
45 32W
14 25 mW
30 1.0 W
46 40W
15 32 mW
31 1.3 W
47 50W
Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt 36 dBm 4.00 watts batas maximum ERP yang diperbolehkan di
FCC di Amerika 23 dBm 200 miliwatts Daya keluaran yang umum pada WLAN
915 MHz 20 dBm 100 milliwatts Batas maximum ERP diperbolehkan
E.T.S.I. di Europe Daya kurang dari 0dBm:
dBm Watts
dBm Watts
-1 0,79 mW
-40 0,0001 mW
-5 0,32 mW
-50 0,00001 mW
-10 0,1 mW
-60 0,000001 mW
49
-20 0,01 mW
-70 0,0000001 mW
-30 0,001 mW
-80 0,00000001 mW
Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt
2.10.3. dBi dB isotropic
Satuan ini merupakan penguatan dari sebuah antenna terhadap suatu antenna standard imaginari isotropic antenna adalah
teori isotropic. Teori isotropic untuk antenna tidak dapat di wujudkan tetapi berguna untuk menghitung secara teoritis coverage
dan fade area. Penguatan Gain dari antenna di atas 1 Ghz
biasanya menggunakan satuan dBi. Sebuah Antenna Grid 24 dBi memiliki penguatan Gain sebesar 24 dBi terhadap antenna standard
imaginari 0 dBi isotropic antenna.
2.10.4. Effective Isotropic Radiated Power EIRP
EIRP Effective Isotropic Radiated Power. EIRP adalah energi efektif yang didapat pada main lobe dari antena pengirim.
Menghitung EIRP adalah dengan menjumlahkan penguatan antena dalam satuan dBi dengan level energi dalam satuan dBm pada
antena tersebut. Dalam sistem komunikasi radio, setara isotropically terpancar
daya EIRP atau, kalau tidak, efektif isotropically terpancar daya adalah jumlah daya yang teoritis Isotropic antena yang
mendistribusikan daya
merata di
seluruh penjuru
akan mengeluarkan untuk menghasilkan daya puncak kepadatan diamati
dalam arah maksimum mendapatkan antena. EIRP dapat
50
memperhitungkan kerugian yang di Jalur transmisi dan konektor dan termasuk mendapatkan dari antena. EIRP yang seringkali dinyatakan
dalam hal decibels atas referensi daya Emitter oleh Isotropic radiator setara dengan kekuatan sinyal. EIRP yang memungkinkan
perbandingan antara berbagai emitters berapapun jenis, ukuran atau bentuk. Dari EIRP, dan dengan pengetahuan yang nyata dari antena
mendapatkan itu, dimungkinkan untuk menghitung real bidang kuasa dan kekuatan nilai-nilai.
2.11. Parameter Performa Jaringan
Kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk menjamin tingkat
kinerja tertentu ke aliran data berbeda-beda. Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas packet dropping danatau bit error rate
BER dapat dijamin. Jaminan performa jaringan penting jika kapasitas
jaringan tidak cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara real-time
seperti voice iver IP, game online dan IP-TV, karena sering kali aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak memperbolehkan adanya
delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource-nya terbatas, misalnya
dalam komunikasi data seluler. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung performa jaringan dapat menyepakati sebuah kontrak traffic
dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya saat sesi fase pembentukan.
51
Beberapa alasan yang menyebabkan performa jaringan penting adalah :
Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan
Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive trehadap delay, seperti voice dan video.
Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan. Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika
ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut
dengan parameter-parameter performa jaringan. [3]
2.11.1. Troughput
Throughput adalah ukuran dari kecepatan di mana data dapat dikirim melewati jaringan dalam bit per second bps. Kemampuan
throughput dalam menopang hardware perangkat keras disebut dengan bandwidth. Ada kenyataannya, istilah bandwidth kadang-
kadang digunakan sebagai sinonim dari throughput. Jika tp adalah Throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah waktu
yang dibutuhkan, maka rumus untuk menentukan throughput adalah:
2.11.2. Jitter
Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi
52
beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket congestion yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan
akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar.
Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik,
nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin. Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter
sesuai dengan versi TIPHON Joesman 2008, dalam Fatoni, 2011, yaitu :
Kategori Degresi
Peak Jitter Indeks
Sangat Bagus 0 ms
4 Bagus
0 sd 75 ms 3
Sedang 75 sd 125 ms
2 Jelek
125 sd 225 ms 1
Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON
2.11.3. Packet loss
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket
IP mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan,
dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu: Terjadinya overload trafik didalam jaringan,
Tabrakan congestion dalam jaringan, Error yang terjadi pada media fisik,
53
Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer.
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat
empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai packet loss
sesuai standar THIPON, yaitu seperti tampak pada tabel berikut.
Kategori Besar Packet Loss
Sangat Bagus Bagus
1-3 Sedang
4-15 Jelek
16-25 Tabel 2.7. Standarisasi nilai p
acket loss versi THIPON
2.11.4. Delay
Delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan data atau informasi
tersebut dikirim. Delay pada suatu jaringan akan menentukan langkah apa yang akan kita ambil ketika kita memenejemen suatu
jaringan. Ketika Delay besar, dapat diketahui jaringan tersebut sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah kapasitas jaringan
tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi overload. Misalkan dengan memindahkan sebagian
aliran data ke jalur lain atau memperbesar kapasitas jaringan kita. [3]
54
Kategori Besar Delay
Sangat Bagus 150 ms
Bagus 150 sd 300 ms
Sedang 300 sd 450 ms
Jelek 450 ms
Tabel 2.6. Standarisasi nilai delay versi THIPON
2.11.5. Packet Drop
Packet drop berkaitan dengan antrin pada link. Jika ada paket
dating pada suatu antrian yang sudah penuh, maka paket akan didropbuang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.
2.11.6. Reliability
Relibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data
dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-
mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat
diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio dan saluran telepon.
2.11.7. Bandwidth
Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang
digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam kerangka ini, bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen
sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal
55
dapat diukur dalam satuan Hertz. Didalam jaringan komputer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk kecepatan
transfer data yaitu jumlah data yang dibawa dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu. Jenis bandwidth ini biasanya
diukur dalam bps bits per second.[3]
2.12. Alat Pengukuran
2.12.1. Network Stumbler
Network Stumbler atau NetStumbler merupakan tool yang
berfungsi untuk mendeteksi sinyal wireless yang berada dalam jangkauan device wireless kita, bahkan bisa menangkap sinyal yang
lebih jauh dari pada yang dapat ditangkap oleh device wireless standar. Umumnya tool ini dipergunakan untuk keperluan hacking,
pengujian konfigurasi jaringan, survey besarnya interferensi, menemukan tempat yang sepi dari jaringan wifi, dan memposisikan
ketepatan arah antena pointing. Di samping itu NetStumbler bisa melakukan monitoring channel-channel yang digunakan, kekuatan
sinyal wifi, menampilkan SSID yang terdeteksi. NetStumbler juga bisa disandingkan dengan perangkat GPS, alhasil kita bisa
memetakan jaringan wifi yang berada pada satu tempat, ini biasanya dilakukan sambil berjalan, juga melaporkan MAC Address akses
poin plus frekuensi operasinya, mencatat level noise, serta perbandingannya dengan level kekuatan sinyal.
56
Gambar 4. GUI Netstumbler [7]
2.12.2. Vistumbler
Vistumbler merupakan salah satu software yang tidak asing
lagi bagi pengguna yang berhubungan langsung dengan wireless. Vistumbler
menampilkan kekuatan sinyal live scanning berupa grafik. Selain itu Vistumbler juga mampu memberikan tampilan
informasi yang detail tentang channel yang digunakan, MAC Address dari access point, SSID, presentase sinyal, sinyal tertinggi High
RSSI, RSSI, Authentication, Encryption, Network Type, fungsi GPS,
dan Manufacturer.
57
Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler Pada penelitian ini difokuskan pada kolom RSSI untuk
mengetahui kekuatan sinyal sebuah access point yang didapat dari tempat tertentu untuk menentukan coverage access point tersebut.
Identitas access point sendiri dapat dilihat pada kolom SSID dan Mac Address.
2.12.3. Speedtest
Speedtest merupakan tools untuk mengecek kecepatan
internet yang digunakan. Dengan melakukan pengujian dengan speedtest
user akan mengetahui seberapa kecepatan internet yang didapatkan dari ISP Internet Service Proveder sesuai dengan yang
ditawarkan. Pengukuran
kecepatan internet
dilakukan dengan
menggunakan aplikasi speedtest. Membuka aplikasi speedtest melalui browser yang telah tersedia. Masukan alamat speedtest
“www.speedtest.net” pada kolom browser. Untuk memulai
58
menjalankan aplikasi speedtest klik button beginning test kemudian plikasi speedtest akan melakukan pengukuran terhadap parameter
download, upload, dan latency. Dari hasil pengukuran download,
upload, dan latency dengan aplikasi speedtest kita dapat
menyimpulkan apakah sudah sesuai atau belum dengan layanan yang ditawarkan oleh ISP Internet Service Provider. Seperti yang dapat
digambarkan pada Gambar 2.23.
Gambar 2.23. Screenshot Speedtest
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa langkah –
langkah penelitian. Langkah –langkah penelitian yang dilakukan mulai dari
pemetaan topologi fisik, logik, wifi dan pengukuran parameter jaringan. 1. Pemetaan topologi fisik
Dalam penelitian pemetaan topologi fisik dimulai dari melakukan wawancara terhadap staff IT Universitas Sanata Dharma Kampus III
Paingan selanjutnya melihat dan menganalisa model jaringan yang dipakai Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma untuk
saling berkomunikasi. Mengklasifikasikan menurut jenis topologi yang digunakan. Dan memetakan hasil topologi fisik dalam sebuah gambar.
2. Pemetaan Wifi Dalam penelitian pemetaan wifi dimulai dengan melihat
blueprint pemetaan wifi di lingkungan Gedung FST USD. Selanjutnya
menghitung kuat sinyal, pemilihan channel dan daerah coverage yang dapat dijangkau pada setiap access point yang berada di Gedung FST
Kampus III Universitas Sanata Dharma. 3. Pemetaan topologi logik
Dalam penelitian pemetaan topologi logik dimulai dari melihat hasil dari topologi fisik yang sebelumnya telah didapat dan menganalisa
60
aliran data yang terjadi dalam model jaringan yang digunakan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma. khususnya jaringan WLAN
untuk saling berkomunikasiserta mengklasifikasikan jenis topologi yang digunakan.
4. Pengukuran parameter jaringan Dalam penelitian pengukuran parameter jaringan dilakukan
dengan dua sekenario. Sekenario pertama untuk mengkur bandwidth apakah sesuai atau tidak dengan layanan yang diberikan ISP untuk
Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma dan sekenario kedua untuk menghitung throughput, latency , signal, noise dan SNR
dengan cara mengukur perfoma pada setiap access point dan jaringan WLAN yang berada di Gedung FST Kampus III Universitas Sanata
Dharma.
3.2. Rencana Pengujian