Investigasi jaringan WLAN: study kasus hotspot gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma.

(1)

Salah satu teknologi yang berkembang dalam bidang informasi adalah perangkat

wireless. Khususnya gedung FST Universitas Sanata Dharma juga telah mengembangkan proses belajar mengajar menggunakan teknologi wireless tersebut. Untuk mengetahui performansi jaringan terhadap suatu trafik yang menggunakan perangkat wireless pada gedung FST Universitas Sanata Dharma dibutuhkan parameter peforma jaringan. Parameter tersebut antara lain adalah coverage, nilai SNR, throughput dan latency.

Dalam tugas akhir ini, pengukuran dilakukan pada perangkat wireless untuk mengetahui hubungan antara kuat sinyal, interferensi, coverage terhadap parameter-parameter peforma jaringan tersebut. Dalam hal ini penguji menggunakan aplikasi netstumbler, vistumbler dan

software speedtest dalam penerapannya. Pengujian yang telah dilakukan memberikan rekomendasi bahwa jarak antara perangkat wireless yang jauh menyebabkan kecepatan aktual atau throughput menurun akibat adanya redaman pada media transmisi yaitu udara. Hal tersebut juga mengindikasikan terjadinya latency. Diketahui juga bahwa faktor interferensi dalam hal penggunaan channel access point yang sama berpengaruh memperburuk kinerja jaringan.


(2)

One of the technologies developed in the field of information is a wireless device. Especially building FST Sanata Dharma University has also developed the learning process using the wireless technology. To determine the performance of the network traffic using a wireless device in the building FST needed Sanata Dharma Network Performance parameters. These parameters include the coverage, the value of SNR, throughput and latency.

In this thesis, measurements performed on the wireless device to determine the relationship between signal strength, interference, coverage of the Performance parameters of the network. In this case the examiner uses netstumbler applications, and software vistumbler speedtest in its application. Testing that has been done to give the recommendation that the distance between wireless devices away cause actual speed or throughput decreases due to attenuation in the transmission medium is air. It also indicates the occurrence of latency. Please also note that the interference factor in the use of the same access point channel effect worsens network performance.


(3)

Investigasi Jaringan WLAN: Study Kasus Hotspot

Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh : Christian Nugroho

105314014

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

iii

SKRIPSI

Investigasi Jaringan WLAN: Study Kasus Hotspot Gedung FST

Kampus III Universitas Sanata Dharma

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Christian Nugroho

NIM : 105314014

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 18 Maret 2015

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Bambang Soelistijanto, Ph.D ... Sekretaris : Puspaningtyas Sanjoyo Adi, ST., M.T. ... Anggota : Benedictus Herry Suharto, S.T., M.T. ...

Yogyakarta, ... Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma Dekan,


(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat dan menggunakan hasil karya atau sebagian dari hasil karya orang lain, kecuali yang tercantum dan disebutkan dalam kutipan serta daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 April 2015

Penulis


(7)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Christian Nugroho

NIM : 105314014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Investigasi Jaringan WLAN: Study kasus Hotspot Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma”

bersama perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 9 April 2015 Penulis


(8)

vi

ABSTRAK

Salah satu teknologi yang berkembang dalam bidang informasi adalah perangkat wireless. Khususnya gedung FST Universitas Sanata Dharma juga telah mengembangkan proses belajar mengajar menggunakan teknologi wireless

tersebut. Untuk mengetahui performansi jaringan terhadap suatu trafik yang menggunakan perangkat wireless pada gedung FST Universitas Sanata Dharma dibutuhkan parameter peforma jaringan. Parameter tersebut antara lain adalah

coverage, nilai SNR, throughput dan latency.

Dalam tugas akhir ini, pengukuran dilakukan pada perangkat wireless

untuk mengetahui hubungan antara kuat sinyal, interferensi, coverage terhadap parameter-parameter peforma jaringan tersebut. Dalam hal ini penguji menggunakan aplikasi netstumbler, vistumbler dan software speedtest dalam penerapannya. Pengujian yang telah dilakukan memberikan rekomendasi bahwa jarak antara perangkat wireless yang jauh menyebabkan kecepatan aktual atau

throughput menurun akibat adanya redaman pada media transmisi yaitu udara. Hal tersebut juga mengindikasikan terjadinya latency. Diketahui juga bahwa faktor interferensi dalam hal penggunaan channel access point yang sama berpengaruh memperburuk kinerja jaringan.


(9)

vii ABSTRACT

One of the technologies developed in the field of information is a wireless device. Especially building FST Sanata Dharma University has also developed the learning process using the wireless technology. To determine the performance of the network traffic using a wireless device in the building FST needed Sanata Dharma Network Performance parameters. These parameters include the coverage, the value of SNR, throughput and latency.

In this thesis, measurements performed on the wireless device to determine the relationship between signal strength, interference, coverage of the Performance parameters of the network. In this case the examiner uses netstumbler applications, and software vistumbler speedtest in its application. Testing that has been done to give the recommendation that the distance between wireless devices away cause actual speed or throughput decreases due to attenuation in the transmission medium is air. It also indicates the occurrence of latency. Please also note that the interference factor in the use of the same access point channel effect worsens network performance.


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Investigasi Jaringan WLAN: Study kasus Hotspot Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma” ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku ketua Program Studi Teknik Informatika.

4. Bapak Benedictus Herry Suharto, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing tugas akhir dari penulis.

5. Bapak Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D., dan bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T., selaku penguji tugas akhir ini. 6. Orangtua dan adik penulis yang telah memberi dukungan doa, materi,

serta semangat. Tanpa semua itu penulis tidak akan memperoleh kesempatan untuk menimba ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Teman-teman dari penulis di Teknik Informatika angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun mereka semua sangat berkesan bagi penulis.

8. Segenap keluarga, dosen, karyawan, dan semua teman-teman, serta barisan para mantan dari penulis yang sangat berperan dalam kehidupan penulis sehingga membantu penulis dalam menempuh studi dengan lancar.


(11)

ix

Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penulis juga meminta maaf kepada semua pihak bila ada kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan. Semoga Tuhan memberkati, Amin.

Yogyakarta, 9 April 2015 Penulis


(12)

x

MOTTO


(13)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... MOTTO... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ...

i ii iii iv v vi vii viii x xi xiii xv I PENDAHULUAN...

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Batasan Masalah ... 1.5 Metodologi Penelitian ... 1.6 Sistematika Penelitian ...

1 1 3 3 4 4 5 II LANDASAN TEORI ...

2.1Jaringan Wireless LAN ... 2.2Standart 802.11 a/b/g/n ... 2.3Model Jaringan WLAN ... 2.4Teknologi WLAN ... 2.5Arsitek WLAN ... 2.6Model TCP/IP ...

6 6 7 10 12 14 16


(14)

xii

2.7Membangun Wireless HotSpot ... 2.8Antenna WiFi ... 2.9Signal Strength ... 2.10Satuan Kekuatan Sinyal ... 2.11Parameter Performa Jaringan ... 2.12Alat Pengukuran ...

22 34 46 46 50 55 III METODOLOGI PENELITIAN ...

3.1Langkah-langkah Penelitian ... 3.2Rencana Pengujian ... 3.3Pengolahan Data dan Analisis Data ...

59 59 60 66 IV DATA DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN ...

4.1Topologi Jaringan ... 4.2Data Penelitian ... 4.3Analisis Signal, Noise, dan SNR ... 4.4Analisis Performa Jaringan dengan Speedtest ...

68 68 70 74 82 V PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

98 98 99 DAFTAR PUSTAKA ... 100


(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pembagian channel ... Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc ... Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure ... Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI ………... Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP ………. Gambar.2.6. Cell Layout for Three Channels ... Gambar 2.7. Polarisasi Antenna ... Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal ... Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal ... Gambar 2.10. Polarisasi Circular ... Gambar 2.11. Polarisasi Cross ... Gambar 2.12. Beamwidth Antenna ... Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional ... Gambar 2.14. Pola radiasi antenna omni ... Gambar 2.15. Antenna Grid ... Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid ... Gambar 2.17. Antenna Parabolic ... Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic ... Gambar 2.19. Antena Sectoral ... Gambar 2.20. Pola Radiasi Antenna Sectoral ... Gambar 2.21. GUI Netstumbler ... Gambar 2.22. Screenshot Vistumbler ... Gambar 2.23. Screenshot Speedtest ……… Gambar 3.1 Rencana pengujian kuat sinyal setiap Access Point ... Gambar 3.2 Rencana pengujian kualitas access point ...

10 11 12 15 18 25 38 39 39 40 40 41 42 42 43 43 44 44 44 45 56 57 58 63 64


(16)

xiv

Gambar 4.1. Topologi jaringan Gedung FST USD ... Gambar 4.1. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ... Gambar 4.2. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ... Gambar 4.3. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ... Gambar 4.4. mapping kuat sinyal dan coverage access point Wifi.USD ... Gambar 4.5 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 1) ... Gambar 4.7 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 2) ... Gambar 4.8 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 3) ... Gambar 4.9 Grafik SNR AP Wifi.USD (lantai 4) ... Gambar 4.10 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 1) .. Gambar 4.11 Grafik rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 1) ... Gambar 4.12 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 2) .. Gambar 4.13 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 2) ... Gambar 4.14 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 3) .. Gambar 4.15 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 3) ... Gambar 4.16 Grafik rata-rata throughput access point Wifi.USD (lantai 4) .. Gambar 4.17 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 4) ...

68 71 72 73 73 76 78 80 82 85 86 88 90 92 93 95 97


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International

Telecomunications Union) ... Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11 ... Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal ... Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt ... Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt ... Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON ... Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi THIPON ………. Tabel 2.6. Standarisasi nilai delay versi THIPON ... Tabel 3.1 Tabel data pengujian kualitas SNR ... Tabel 3.2 Tabel data pengujian throughput ... Tabel 3.3 Tabel data pengujian latency ... Tabel 4.1. Tabel Kategori Sinyal ……… Tabel 4.2 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 1) ... Tabel 4.3 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 2) ... Tabel 4.4 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 3) ... Tabel 4.5 Hasil Analisis SNR Wifi.USD (lantai 4) ... Tabel. 4.6 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 1) ... Tabel. 4.7 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 1) ... Tabel. 4.8 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 2) ... Tabel. 4.9 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 2) ... Tabel. 4.10 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 3) ... Tabel. 4.11 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 3) ... Tabel. 4.12 Rata-rata throughput access point WIFI.USD (lantai 4) ...

9 9 46 48 49 52 53 54 64 65 65 71 74 76 78 80 84 85 87 89 91 92 94


(18)

xvi


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan nirkabel merupakan salah satu alternatif dalam membangun sebuah jaringan komputer yang praktis. Salah satu teknologi penting dan menjadi trend dalam jaringan komputer adalah teknologi jaringan komputer nirkabel (Wireless Local Area Network). Teknologi ini adalah perkembangan dari teknologi jaringan komputer lokal (Local Area Network)

yang memungkinkan efisiensi dalam implementasi dan pengembangan jaringan komputer karena dapat meningkatkan mobilitas user dan mengingat keterbatasan dari teknologi jaringan komputer menggunakan media kabel. [1].

Universitas Sanata Dharma adalah suatu Universitas yang sangat memeperhatikan kualitas pembelajaran. Salah satunya dengan menyediakan jaringan WLAN yang baik dan nyaman. Untuk menyediakan suatu jaringan komputer yang baik bagi user dalam mengakses jaringan internet pada Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, maka harus dilakukan suatu peningkatan kinerja jaringan wireless yang ada. Pada gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma terdapat 4 (empat) lantai. Dan per lantai dipasang sebuah access point. Jaringan WLAN dibentuk atas dasar perencanaan dan instalasi awal.Adapun sumber perencanaan diambil dari denah atau tata letak gedung yang sudah didokumentasikan. Penempatan

access point juga menggunakan beberapa parameter yaitu daerah jangkauan 1


(20)

(coverage), jumlah pemakai, dan letak access point yang sedapat mungkin dapat dijangkau oleh kabel UTP sebagai uplink dari suatu access point yang terhubung ke switch khusus untuk wireless. Jangkauan suatu access point

dan banyaknya user mempengaruhi koneksi jaringan WLAN, karena semakin jauh jangkauan user dengan access point akan semakin buruk sinyal yang didapat. Kuat lemah sinyal sangat mempengaruhi kinerja jaringan wireless yang ada. Kinerja jaringan WLAN dapat kita lihat dari

throughput dan latency jaringan tersebut. Seperti yang ketahui, sinyal wifi yang dipancarkan oleh AP berpropagasi dalam bentuk tiga dimensi, memiliki panjang jangkauan, lebar jangkauan, dan tinggi jangkauan. Sinyal

wireless cukup sulit untuk diketahui dan diprediksi area-area mana saja yang dapat dijangkaunya. Melihat hal ini, sangatlah mungkin bagi sebuah jaringan

wireless untuk dapat melebarkan jangkauannya di luar dari batasan-batasan fisik yang dibutuhkan. Sehingga penempatan access point sangat mempengaruhi tingkat efektifitas jaringan internet wireless yang ada. Dan semakin banyak user pengakses jaringan wireless tersebutakan semakin banyak pula bandwidth yang terpakai dan membuat koneksi internet melambat.

Maka dalam penelitian ini akan dilakukan analisis jaringan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma. Analisis berkaitan dengan seberapa baik kualitas internet dan seberapa baik kuat sinyal dan kualitas jaringan wireless Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma. Penulis akan menganalisis scenario yang berkaitan dengan sinyal terkait jarak antar perangkat wireless untuk mengetahui pengaruhnya terhadap


(21)

parameter performa jaringan yaitu: signal, noise, SNR, throughput dan

latency. Hasil analisis diharapkan memberikan data yang dapat sebagai acuan untuk perbaikan jaringan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma. [2]

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dituliskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitiian ini, yaitu:

1. Seberapa baik pengaruh layanan kualitas WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma terhadap peforma jaringan?

2. Seberapa baik kualitas akses internet Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma menggunakan jaringan WLAN?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa baik layanan kualitas jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

2. Mengetahui seberapa baik kualitas akses internet Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma menggunakan jaringan WLAN.

3. Memberi rekomendasi kepada Universitas Sanata Dharma guna menambah efektifitas penggunaan jaringan WLAN sehingga kualitas layanan internet dapat tercapai.


(22)

1.4. Batasan Masalah

1. Pengambilan data difokuskan pada lingkungan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma Kondisi dan cuaca tidak diperhitungkan. 2. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan WLAN.

3. Parameter yang diuji hanya mencakup throughput, latency, coverage, signal, noise, SNR, dan kecepatan internet.

4. Pengambilan data menggunakan aplikasi Network Stumbler, Vistumbler dan Speedtest

5. Pengujian dilakukan pada pukul 07.00-17.00.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur:

a. Teori Wireless LAN (WLAN) b. Teori sinyal

c. Teori parameter peforma jaringan

2. Menentukan waktu pengukuran parameter kualitas layanan jaringan

Wireless LAN (WLAN). Pengukuran akan dilakukan berdasarkan interval waktu

3. Melakukan pengukuran dan monitoring terhadap parameter kualitas layanan jaringan Wireless LAN (WLAN) yang sudah ditentukan.

4. Evaluasi


(23)

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan judul/rumusan masalah di tugas akhir.

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA

Bab ini menjelaskan tentang spesifikasi alat yang digunakan dan metode dalam pengambilan data.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Bab ini berisi tentang pelaksanaan pengujian dan hasil pengujian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan atas analisa dan saran berdasarkan hasil yang telah dilaksanakan.


(24)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Wireless LAN

Jaringan wireless LAN adalah jaringan yang mengkoneksikan dua komputer atau lebih menggunakan sinyal radio, cocok untuk berbagi pakai file, printer, atau akses internet. Bila user ingin mengkoneksikan dua komputer atau lebih di lokasi yang sulit atau tidak mungkin untuk memasang kabel jaringan, sebuah jaringan wireless (tanpa kabel) mungkin cocok untuk diterapkan. Jaringan komunikasi wireless memberikan kemudahan dan fleksibilitas yang tinggi bagi para pemakainya untuk dapat mengadakan hubungan komunikasi dengan sesama pemakai jaringan wireless maupun dengan pemakai lain yang terhubung dengan jaringan yang memakai media transmisi kabel (wired network).

WirelessLAN (WLAN) menyediakan suatu alternative bagi LAN tradisional berbasis twisted pair, kabel koaksial, dan serat optik. Wireless

LAN melayani tujuan yang sama dengan jaringan kabel/optik LAN yaitu untuk menyampaikan/membawa informasi antara device yang berdekatan dengan LAN. Dengan mempergunakan perangkat radio maka dapat membuat LAN tanpa menggunakan kabel data yang umum dipakai dalam sebuah jaringan komputer. Melalui pemakaian gelombang elektromagnetik, Wireless LAN mengirim dan menerima data melalui


(25)

udara, dan meminimalkan penggunaan sambungan kabel. Jadi, Wireless

LAN memiliki fleksibelitas, mendukung mobilitas, memiliki teknik frequency reuse, selular dan handover, menawarkan efisiensi dalam waktu (penginstalan) dan biaya (pemeliharaan dan penginstalan ulang di tempat lain), mengurangi pemakaian kabel dan penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.

2.2. Standart 802.11 a/b/g/n

Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. Peralatan yang sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz, dn kecepatan transfer data (throughput) teoritis maksimal 2Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11. Kecepatan transfer data teoritis maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini sebanding dengan Ethernet

tradisional (IEEE 802.3 10 Mbps atau 10 Base-T). Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4Ghz. Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah kemungkinan terjadinya interfensi dengan cordless phone, microwave oven,

atau peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi sama.

Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yng menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5Ghz, dan mendukung kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54Mbps.


(26)

Gelombang radio yang dipancarkan oleh peralatan 802.11a relative sukar menembus dinding atau penghalang lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relative lebih pendek dibandingkan 802.11b. Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a. Namun saat ini cukup banyak pabrik hardware

yang membuat peralatan yang mendukung kedua staadar tersebut.

Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat menggabungkan kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi kode 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2,4 Ghz dengan kecepatan transfer data teoritis maksimal 54Mbps. Peralatan 802.11g kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan. Misalkan saja sebuah komputer yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat memanfaatkan

access point 802.11b, dan sebliknya. Channel yang dipakai untuk frekuensi 2,4Ghz ada 11 channel untuk Indonesia dan Amerika yaitu : [5]

802.11b/g/n menggunakan frekuensi 2,4GHz atau memiliki range mulai dari 2,4 GHz – 2,5 GHz. Frekuensi tercebut dibagi menjadi 13 channel mulai dari channel 1 yaitu 2,412GHZ sampai dengan channel 13 yaitu 2,472 GHz. Channel ke-14 sebelumnya digunakan di Jepang namun sudah tidak terpakai lagi.


(27)

Tabel 2.1. Pembagian channel menurut ITU (International

Telecomunications Union)

Tabel 2.2. Standart jaringan 802.11

Setiap channel memiliki lebar 22MHz, ini mengakibatkan sinyal dari sebuah channel masih akan dirasakan oleh channel lainnya yang bertetangga. Misalnya pada channel 1 masih akan terasa di channel 2,3,4, dan 5. Karena rentang frekuensi yang saling overlapping (tumpang tindih) maka penggunaan channel yang berdekatan akan mengakibatkan gangguan


(28)

interference. Secara lengkap gambaran interference yang akan terjadi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1. Pembagian channel

Berdasarkan gambar di atas bdapat dilihat bahwa interferensi channel akan terhindar jiga menggunakan aturan +5 atau -5 dengan frekuensi yang sudah digunakan. Sebagai contoh, channel 1 tidak akan overlapping dengan channel 5 dan 11.

2.3. Model Jaringan WLAN

Jaringan wireless dikonfigurasikan ke dalam dua jenis jaringan, yaitu mode Infrastruktur dan ad-hoc [6]. Konfigurasi infrastruktur adalah komunikasi antar masing-masing Personal Computer (PC). Komunikasi ad-hoc adalah komunikasi secara langsung antara masing-masing komputer dengan menggunakan piranti wireless. Penggunaan kedua mode tersebut tergantung dari kebutuhan untuk berbagi data atau kebutuhan lain dengan jaringan dengan menggunakan kabel.

2.3.1. AdHoc Mode

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana, karena pada ad-hoc ini tidak memerlukan access point untuk host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki


(29)

transmitter dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain seperti tampak pada gambar 2.2. Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang menggunakan kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer tersebut.

Gambar 2.2. Model Jaringan Ad-hoc

2.3.2. Infrastructure Mode

Jika komputer pada jaringan wireless ingin mengakses jaringan kabel atau berbagi printer misalnya, maka jaringan wireless tersebut harus menggunakan mode infrastruktur (gambar 2.2). Pada mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani komunikasi utama pada jaringan wireless. Access point mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan tertentu pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN[5].


(30)

Gambar 2.3. Model jaringan infrastructure

2.4. Teknologi WLAN

Dalam teknologi WLAN memiliki beberapa jenis antara lain: Teknologi Narrowband

Sebuah system radio narrowband (narrow bandwith)

menyampaikan dan menerima infirmasi dari pengguna di dalam pita frekuensi radio yang spesifik dan sempit, tetapi mempunyai performa lenih baik dari pada wideband.

Teknologi Spread Spectrum

Kebanyakan system wireless LAN menggunakan teknologi spread spectrum. Sebuah teknik radio frekuensi wideband yang dikembangkan oleh militer untuk digunakan pada system keamanan dan sebuah system komunikasi militer. Teknik spread spectrum memungkinkan transmisi data dilakukan dengan menggunakan transmission power transmission power yang rendah, namun dengan frekuensi yang lebar. Dalam teknologi


(31)

a). Teknologi Frenquency-Hoping Spread Spectrum (FHSS)

Cara kerja dari teknik ini juga tidak berbeda jauh dari namanya. Teknik ini memodulasi sinyal data dengan sinyal pembawa

(carrier) dengan kanal freuensi yang melompat-lompat seiring dengan fungsi waktu. Dengan kata lain, setiap satu satuan waktu akan terjadi proses transfer paket data dengan dimodulasi atau dibungkus dalam suatu kanal frekuensi carrier.

b). Teknologi Direct-Sequence Spread Spectrum (DSS)

Teknik spread spectrum yang satu ini sebagai yang paling banyak dan paling umum digunakan di dunia jaringan wireless.

Perangkat WIFI yang menggunakan standar 802.11b dan 802.11n menggunakan teknik ini adalah sebuauh kode penyebaran yang disisipkan ditengah-tengah proses pengiriman. Proses pengiriman data menggunakan teknologi ini melibatkan serangkaian kode penyebran yang seiring disebut dengan itilah chipping code.

Teknologi Infrared

Teknologi ini jarang digunakan dalam WLAN komersil.

Infrared menggunakan frekuensi tinggi dibawah cahaya yang dapat dilihat di dalam spectrum elektromagnetik cahaya untuk membawa atau mengirimkan data.

Teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

OFDM merupakan teknik transmisi menggunakan beberapa frekuensi yang salng tegak lurus. Masing-masing


(32)

sub-carrier dimodulasi dengan teknik modulasi tertentu pada rasio symbol yang rendah. Teknik OFDM mendukung WLAN unutk dapat mencapai data rate 6, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 54 Mbps dengan menggunakan 52 sub-carrier yang berbeda dan ditransmisikan secara parallel. Teknik iini digunkan pada standar 802.11a dan 802.11g.

Teknologi High Rate Direct Sequence Spread Spectrum (HR/DSSS)

HR/DSSS merupakan penambahan dari sistem DSSS yang bekerja pada band frekuensi 2,4 GHz unutk mendukung data rate

5,5 Mbps dan 11 Mbps. Untuk mendapatkan data rate yang lebih tinggi maka ditambahkan CCK (Complemetary Code Keying)

pada pola modulasi. Teknik iini digunakan pada standar 802.11b.[7]

2.5. Arsitek WLAN

WLAN bekerja paa dua lapisan terbawah model OSI (Open System Intercomention).


(33)

Gambar 2.4. Arsitektur IEEE 802.11 berdasarkan model OSI.

Pada gambar 2.1 dapat dlihat bahwa WLAN menggunakan arsitektur logika physical layer dan data link layer yang dibagi menjadi dua bagian pada arsitektur WLAN yaitu LLC (Logical Link Layer) dan MAC (Medium Access Control), namun hanya MAC yang digunakan sebagai fungsi logika WLAN.

Sub layer medium access control Sub layer MAC memiliki tanggung jawab untuk akses medium, pengalamatan, pembangkitan frame, dan mengecek deretan frame untuk konfigurasi pembagian media fisik. Standar IEEE 802.11 menggunakan CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access/Collision Avoidance) pada MAC. CSMA/CA dapat membuat sebuah grup perangkat wireless untuk berkomunikasi dengan membagi frekuensi dan ruang yang sama. Sebuah client akan mengirimkan data maka terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan pada kanal transmisi untuk memastikan tidak ada perangkat lain yang sedang mengirimkan data, apabila kondisi tersebut dipenuhi maka perangkat tersebut akan mengirimkan data.


(34)

Physical layer berfungsi untuk menjaga transmisi data yang dilakukan pada kanal komunikasi. Layer ini merupakan interface antara media wireless dengan MAC layer.[8]

2.6. Model TCP/IP

Arsitektur protocol Transmission Control Protocol/Internet Protocol(TCP/IP) merupakan hasil dari penelitian protocol dan pengembangan dilakukan pada jaringan percobaan packet-switched, ARPANET, yang didanai DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu set protokol TCP/IP[14]. Set protocol ini terdiri atas sekumpulan besar protocol yang telah diajukan sebagai standart internet oleh Internet Architectur Board (IAB).

Model TCP/IP terdiri atas lima layer yaitu:

1. Application Layer, merupakan layer program aplikasi yang menggunakan protokol TCP/IP. Beberapa diantaranya adalah: Telnet, FTP (File Transfer Protocol), SMTP (Simple Mail transport Protocol),

SNMP (Simple Network Management Protocol), HTTP (Hypertext Transfer Protocol), DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) dan DNS (Domian Name System) .

2. Transport Layer, berisi protokol yang bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi antar dua komputer. Pada layer ini terdiri atas dua protokol, yaitu: TCP (Transport Control Protocol) dan UDP (User Datagram Protocol).


(35)

3. Internet Layer, berfungsi untuk menangani pergerakan paket data dalam jaringan dari komputer pengirim ke komputer tujuan. Protokol yang berada dalam fungsi ini antara lain: IP(Internet Protocol),ICMP(Internet Control Message Protocol),dan IGMP (Internet Group Management Protocol).

4. Network Layer, merupakan layer paling bawah yang bertanggung jawab mengirim dan menerima data dari dan ke media fisik.[9]

2.6.1. TCP

(Transmision Control Protocol) TCP merupakan protokol yang berada pada layer transport dari layer TCP/IP. TCP adalah protokol yang bersifat byte stream, connection-oriented dan reliable

dalam pengiriman data. TCP menggunakan komunikasi byte-stream, yang berarti bahwa data dinyatakan sebagai suatu urutan-urutan byte.

Connecton-oriented berarti sebelum terjadi proses pertukaran data antar komputer terlebih dahulu harus dibentuk suatu hubungan. Hal ini dapat doanalogikan dengan proses pendialan nomor telepon dan akhirnya terbentuk hubungan.

Kehandalan TCP dalam mengirimkan data didukung oleh mekanisme yang disebut Positive Acknowledgement with Re-transmission (PAR). Data yang dikirim dari layer aplikasi akan dipecah-pecah dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan diberi nomor urut sebelum dikirim ke layer berikutnya. Unit data yang sudah dipecah-pecah tadi disebut segment. TCP selalu meminta


(36)

konfirmasi setiap kali selesai mengirimkan data, apakah data tersebut sampai pada komputer tujuan dan tidak rusak. Jika data berhasil sampai tujuan, TCP akan mengirimkan data urutan berikutnya. Jika tidak berhasil, maka TCP akan melakukan pengiriman ulang urutan data yang hilang atau rusak tersebut. Dalam kenyataannya TCP menggunakan sebuah acknowledgement (ACK) sebagai suatu pemberitahuan antara komputer pengirim dan penerima.

Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan Three-way Handshake . Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP

Window. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.5. Proses Pembuatan koneksi TCP

(Three-way Handshake)

Keterangan dari gambar 2.3 adalah sebagai berikut:

Host pertama (yang ingin membuat koneksi) akan mengirimkan sebuah segmen TCP dengan flag SYN diaktifkan kepada host


(37)

Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan segmen dengan acknowledgment dan juga SYN kepada host pertama.  Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data dengan

host kedua. TCP menggunakan proses handshake yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua

host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima dengan baik. Itulah sebabnya, mengapa TCP disebut dengan koneksi yang reliable.

2.6.2. UDP (User Datagram Protocol)

UDP merupakan protokol yang juga berada pada layer transport selain TCP. Protokol ini bersifat connectionless dan

unreliable dalam pengiriman data. Connectionless berarti tidak diperlukannya suatu bentuk hubungan terlebih dahulu untuk mengirimkan data. Unreliable berarti pada protokol ini tidak dijamin akan sampai pada tujuan yang benar dan dalam kondisi yang benar pula. Kehandalan pengiriman data pada protokol ini menjadi tanggung jawab dari program aplikasi pada layer atasnya. Jika dibandingkan dengan TCP, UDP adalah protokol yang lebih sederhana dikarenakan proses yang ada didalamnya lebih sedikit. Dengan demikian aplikasi yang memanfaatkan UDP sebagai protokol transport dapat mengirimkan data tanpa melalui proses pembentukan koneksi terlebih dahulu. Hal ini pun terjadi pada saat


(38)

mengakhiri suatu koneksi, sehingga dalam banyak hal proses yang terjadi sagatlah sederhana dibanding jika mengirimkan data melalui protokol TCP.

Protokol UDP akan melakukan fungsi

ultiplexing/demultiplexing seperti yang dilakukan protokol TCP, bila suatu program aplikasi akan memanfaatkan protokol DP untuk mengirimkan informasi dengan menentukan nomor port pengirim (sourceport) dan nomor port penerima (destination port), kemudian menambahkan sedikit fungsi koreksi kesalahan lalu meneruskan segmen yang terbentuk ke protokol layer internet. Pada layer

Internet segmen tersebut ditambahi informasi dalam bentuk datagram IP dan keudian ditentukan cara terbaik untuk mengantarkan segmen tersebut ke sisi penerima. Jika segmen tersebut tiba pada sisi penerima, protokol UDP menggunakan nomor port informasi IP pengirim dan penerima untuk mengantarkan data dalam segmen ke proses program aplikasi yang sesuai. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu program aplikasi akan menggunakan protokol UDP sebagai protokol transport:

 Tidak ada pembentukan koneksi. Protokol UDP hanya mengirim informasi begitu saja tanpa melakukan proses awal sebelumnya.  Tidak ada pengkondisian koneksi. Protokol UDP tidak

melakukan penentuan kondisi koneksi yang berupa parameter-parameter seperti buffer kirim dan terima, kontrol kemacetan, nomor urutan segmen, dan acknowledgement.


(39)

 Memiliki header kecil. Protokol UDP meiliki 8 byte header dibanding 20 headerbyte pada TCP.

 Tidak ada pengaturan laju pengiriman. Protokol UDP hanya menekankan kecepatan kirim pada laju program aplikasi dalam menghasilkan data, kemampuan sumber kirim (berdasarkan CPU, laju pewaktuan, dan lain-lain) dan bandwidth akses menuju Internet. Jika terjadi kemacetan jaringan, sisi penerima tidak perlu menerima seluruh data yang dikirim. Dengan demikian laju penerimaan data dibatasi oleh faktor kemacetan jaringan yang terjadi, walaupun pada sisi kirim tidak memperhatikannya.

2.6.3. IP (InternetProtocol)

IP merupakan protokol yang paling penting yang berada pada

layer Internet TCP/IP. Semua protokol TCP/IP yang berasal dari

layer atasnya mengirimkan data melalui protokol IP ini. Seluruh data harus dilewatkan, diolah oleh protokol IP dan dikirimkan sebagai datagram IP untuk sampai ke sisi penerima. Dalam melakukan pengiriman data, protokol IP ini bersifat unreliable, connectionless

dan datagram deliveryservice.

Unreliable berarti protokol IP tidak menjamin datagram yang dikirim pasti sampai ke tujuan. Protokol IP hanya melakukan cara terbaik untuk menyampaikan datagram yang dikirim ke tujuan. Jika pada perjalanan datagram tersebut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (putusnya jalur, kemacetan, atau sisi penerima yang


(40)

dituju sedang mati), protokol IP hanya memberikan pemberitahuan pada sisi kirim kalau telah terjadi permasalahan pengiriman data ke tujuan melalui protokol ICMP. Connectionless berarti tidak melakukan pertukaran kontrol informasi (handshake) untuk membentuk koneksi sebelum mengirimkan data.

Datagram delivery service berarti setiap datagram yang dikirim tidak tergantung pada datagram yang lainnya. Dengan demikian kedatangan datagram pun bisa jadi tidak berurutan. Metode ini dipakai untuk menjamin sampainya datagram ketujuannya, walaupun salah satu jalur menuju tujuan mengalami masalah.

2.7. Membangun Wireless HotSpot 2.7.1. Hotspot Environment

A. Ukuran Fisik

Ukuran fisik lokasi adalah faktor kunci pertama untuk dipertimbangkan. Hal ini merupakan salah satu unsur (bersama dengan kepadatan pengguna) yang akan menentukan berapa banyak Access Point (AP) harus dipasang. Sebuah AP dapat menjangkau area melingkar sekitar 300 meter ke segala arah. Beberapa AP diharapkan dapat mencangkup untuk area yang luas.

B. Jumlah Pengguna

Faktor kunci berikutnya dalam menentukan tata letak HotSpot adalah jumlah pengguna dan kepadatan pengguna:


(41)

jumlah pengguna per area. Jumlah pengguna (bersama dengan pola penggunaan mereka) akan menentukan bandwidth yang dibutuhkan untuk memberikan kepuasan pengguna. Target minimum untuk bandwidth 100Kbps per pengguna aktif. Anda perlu menentukan dari model penggunaan berapa banyak pengguna yang terhubung aktif bersamaan. Sebagai contoh,sebuah area dengan 5 pengguna aktif membutuhkan 500Kbps atau konektivitas internet yang lebih baik.

Jumlah pengguna di daerah tertentu dapat mempengaruhi jumlah AP yang di perlukan karena keterbatasan kemampuan dari AP. Pada area dengan banyak pengguna, seperti convention hall, mungkin diperlukan lebih banyak AP untuk menangani beban, meskipun AP tunggal dapat menyediakan cakupan untuk daerah fidik : pengguna 20-25 per AP adalah pedoman yang baik. C. Model Penggunaan

Faktor kunci ketiga adalah jenis aplikasi pengguna yang akan berjalan saat terhubung ke HotSpot. Sebagai contoh, sebuah kedai kopi yang pengguna biasa mungkin pemilik usaha kecil dan rumah dan mahasiswa, sementara hotel mungkin akan memiliki lebih banyak kelas enterprise pelancong bisnis. Siswa akan lebih mungkin untuk menjalankan aplikasi seperti on-line chat, game internet, dan audio streaming sementara pelancong bisnis lebih mungkin untuk terhubung ke internet perusahaan untuk membaca email dan menjalankan aplikasi bisnis.


(42)

Perlu di tentukan adalah bandwidth minimum yang diperlukan untuk menyediakan pengguna menjalankan aplikasi dilokasi, dengan kapasitas yang cukup untuk mendapatkan kualitas yang baik. Jumlah ini, dikalikan dengan jumlah pengguna secara simultan, menentukan bandwidth internet minimum yang diperlukan. Sebagai contoh, jika anda menentukan penggunaan di situs anda memerlukan 200Kbps bandwitdth untuk kinerja yang memadai dan anda berharap ada pengguna lebih dari 5 secara aktif menggunakan bandwidth yang ini pada satu waktu (dari populasi yang berpotensi besar pengguna terhubung), seorang koneksi internet 1Mbps akan diperlukan [ 10 ]. 200Kbps X 5 pengguna simultan = 1,000Kbps = 1,0 Mbps bandwidth yang dibutuhkan.

2.7.2. Site Coverage

A. Ukuran AP cell, tata letak, dan penempatan.

Banyak yang tergoda untuk memecahkan masalah cakupan situs dengan menambahkan lebih banyak Access Point, perawatan harus selalu dilakukan sebelum membuat keputusan tersebut. Dalam banyak kasus, jaringan nirkabel yang digunakan untuk mrnarik orang ke tempat usaha. Jika ini adalan strategi, menempatkan Access Point di dekat dinding eksterior atau jendela dapat menyebabkan pengguna tidak diinginkan duduk di luar dan meggunakan, atau lebih buruk lagi, hacker jaringan. Penempatan AccessPoint perlu dipertimbangkan dengan


(43)

pertimbangan keamanan untuk menempatkan Access point di tempat yang paling tepat.

Gambar.2.6 Cell Layout for Three Channels

Ketika menerapkan Access Point anda harus mempertimbangkan tata letak saluran dan ukuran cell. Karena sifat membatasi band ISM hanya ada 3 non- interfering (non- overlapping) saluran yang tersedia untuk penggunaan di 802.11b. pola yang dihasilkan perlu menyerupai gambar ada saluran yang sama AP tumpang tindih. Dalam rangka menerapkan tata letak saluran yang sesuai anda harus terbiasa dengan bidang RF (Radio Frequency) yang dipancarkan oleh Access Point yang diberikan. B. AP density

Dalam lingkungan kecil seperti rumah, ukuran cell tidak menjadi perhatian utama, daerah penggunaan biasanya tercangkup dengan baik dan backhaul yang paling sering menjadi faktor pembatas, bukan throughput AP. Dalam lingkungan instalasi besar seperti hotel,bandara, dan kantor kepadatan AP


(44)

mungkin perlu ditingkatkan untuk memungkinkan lebih banyak AP untuk melayani lebih banyak pengguna. Ini harus selalu dicek dua kali dalam survei situs dan implementasi. Dalam banyak kasus menurunkan output daya access point akan memungkinkan peringatan jumlah AP di daerah tertentu, memungkinkan peningkatan jumlah AP didaerah tertentu, memungkinkan untuk lebih banyak pengguna untuk dilayani dengan throughput yang lebih tinggi [ 10 ] .

2.7.3. Memilih Perangkat A. RF Power

Dalam banyak Access Point fitur ini tersedia. Kurang fitur ini menyebabkan masalah dalam menerapkan lingkungan multi-AP. Biasanya, sebuah AP Enterprise akan mendukung berbagai kekuatan 5-100 milliWatts.

B. Antena

Access Point harus mempunyai kenoektor antenna eksternal, sehingga bisa dipasang berbagai tipe antenna agar sesuai dengan kebutuhan. Beberapa AP bahkan memiliki antena tertanam, sehingga mustahil untuk beralih ke antena model lain. C. Power Over Ethernet ( PoE)

PoE dapat menjadi perbedaan antara biaya yang efektif implementasi HotSpot dan satu tidak efektif. PoE memungkinkan menyalurkan power secara langsung ke perangkat remote melalui kabel CAT5 Ethernet. Karena Access Points sering dimasukan ke


(45)

tempat dimana sulit untuk mendapat listrik (langit-langit dan lorong-lorong panjang). PoE menjadi pilihan karena dengan memasang kabel power menyebabkan biaya tinggi di sebabkan pemborosan kabel, karena tiap perangkat membutuhkan dua kabel yaitu kabel UTP untuk data dan kabel listrik untuk powernya, lalu dengan adanya PoE cukup menggunakan satu kabel yaitu kabel UTP dimana transfer data dan aliran listrik terjadi dalam satu kabel. Umumnya PoE yang di gunakan mengacu ke standart IEEE 802.3af di mana maksimum power per port adalah 15.4W, kemudian standart ini di perbaharui oleh IEEE 802.3at di mana maximum power per port adalah 34.2W, ini disebabkan banyak perangkat baru yang membutuhkan supplay power lebih tinggi.

D. Long and Short Preamble Support

Generasi pertama darii 802.11 menunjukan penggunaan 144-bit preamble yang digunakan untuk membantu wireless receiver memepersiapkan akuisisi wireless sinyal. Sebagai 802.11 ditujukan tingkat transmisi yang lebih tinggi dan model penggunaan baru seperti VoIP, pendek, lebih efisien 56-bit basa-basi juga di perkrnalkan. Setelah pengenalan preambles pendek, AP pertama dan NIC dipasar termasuk pilihan konfigurasi untuk menggunakan long dan short preambles. Hal ini menyebabkan masalah interoperabilitas untuk pengguna Mobile station (MS) yang tidak menawarkan pilihan tersebut. Jika AP diaktifkan


(46)

menggunakan short preamble dan MS menggunakan long preamble maka keduanya tidak bisa terhubung. Maka dari itu di ciptakan pilihan long atau short preamble, produsen hardware mengembangkan sistem yang secara otomatis bisa mendukung baik pengaturan. Dalam proses ini, option untuk user menghilang dari interface konfigurasi perangkat. Saat ini masih ini ada hardware yang dapat dikonfigurasi menggunakan long atau short preamble [10].

2.7.4. Otentifikasi

Jenis otentikasi terikat dengan Service Set Identifier (SSID) yang dikonfigurasi untuk access point. Jika anda ingin melayani berbagai jenis perangkat klien dengan access point yang sama, mengkonfigurasi beberapa SSID.

Sebelum perangkat wireless client dapat berkomunikasi pada jaringan anda melalui access point, harus terotentikasi ke access point dengan menggunakan otentikasi terbuka atau shared-key authrntication. Untuk kramanan maksimum, perangkat klien juga harus otentikasi ke jaringan menggunakan MAC-address atau Extensible Authrntication Protocol (EAP). Kedua jenis otentikasi ini bergantung pada server otentikasi pada jaringan.

2.7.4.1. Open System Authentication

Pada open system authentication ini, bisa dikatakan tidak ada “ authentication ” yang terjadi karena client bisa langsung terkoneksi dengan AP ( Access Point ). Stelah


(47)

client melalui proses open system authentication dan association, client sudah di perbolehkan mengirim data melalui AP namun data yang dikirim tidak akan dilanjutkan oleh AP kedalam jaringannya. Bila keamanan WEP diaktifkan, maka data-data yang dikirim oleh Client haruslah dienkripsi dengan WEP key. Bila ternyata setting WEP Key di client berbeda dengan setting WEP Key di AP ( Access Point) maka AP tidak akan mengenal data yang dikirim oleh client yang mengakibatkan data tersebut akan di buang ( hilang ). Jadi walaupun client diijinkan untuk mengirim data, namun data tersebut tetap tidak akan bisa melalui jaringan AP bila WEP key antara Client dan AP ternyata tidak sama.

2.7.4.2. Shared Key Authentication ( WEP )

Lain halnya open system authentication, Shared Key Autentication mengharuskan client untuk mengetahui lebih dahulu kode rahasia (passphare key) sebelum mengijinkan terkoneksi dengan AP. Jadi apabila client tidak mengetahui “key” tersebut maka client tidak akan bisa terkoneksi dengan Acces Point. Pada shared key authentication, digunakan juga metode keamanan WEP.

Pada proses authenticationnya, shared key akan “meminjamkan” WEP key yang digunakan oleh level keamanan WEP, Client juga harus mengaktifkan WEP


(48)

untuk menggunakan Shared Key Authentication. WEP menggunakan algoritma enkripsi RC4 yang juga digunakan oleh protokol https. Alogaritma ini terkenal sederhana dan mudah diimplementasikan karena tidak membutuhkan perhitungan yang berat sehingga tidak membutuhkan hardware yang terlalu canggih. Pengecekan WEP Key pada proses shared key authentication dilakukan dengan metode Challenge and response sehingga tidak ada proses transfer password WEP Key. Metode yang dinamakan Challenge anda Response ini menggantikan pengiriman password dengan pertanyaan yang harus dijawab berdasarkan password yang diketahui.

Prosesnya adalah client meminta ijin kepada server untuk melakukan koneksi. Server akan mengirim sebuah string yang dibuat secara acak dan mengirimkan kepada client. client akan melakukan enkripsi antara string/nilai yang diberikan oleh server dengan password yang diketahhuinya. Hasil enkripsi ini kemudian dikirimkan kembali ke server. Server akan melakukan proses deskripsi dan membandingkan hasilnya. Bila hasil dekripsi dari client menghasilkan string/nilai yang sama dengan string/nilai yang dikirimkan oleh server, berarti client mengetahui password yang benar.


(49)

2.7.4.3. WPA Pre-Shared key ( WPA Personal )

Metode keamanan WEP memiliki banyak kelemahan sehingga badan IEEE meyadari permasalahan tersebut dan membentuk gugus tugas 802.11i untuk menciptakan keamanan yang lebih baik dari WEP. Sebelum hasil kerja dari 802.11i selesai,aliansi Wi-Fi membuat metode keamanan baru yang bisa bekerja dengan hardware yang terbatas kemampuannya,maka munculah Wi-Fi Proteced Access ( WPA ) pada bulan april 2003. Standart Wi-Fi ini unruk meningkatkan fitur keamanan pada WEP. Teknologi ini didesain untuk bekerja pada produk Wi-Fi eksisting yang telah memiliki WEP ( semacam software upgrade ) .

Kelebihan WPA adalah meningkatkan enkripsi data dengan teknik Temporal Key Integrity Protocol ( TKIP ). Enkripsi yang digunakan masih sama dengan WEP yaitu RC4, karena pada dasarnya WPA ini merupakan perbaikan dari WEP dan bukan suatu level keamanan yang benar-benar baru, walaupun beberapa device ada yang sudah mendukung enkripsi AES yaitu enkripsi dengan keamanan yang paling tinggi. TKIP mengacak kata kunci menggunakan “hashing algorithm” dan menambah intefgrity Cheeking Feature, untuk memastikan kunci belum pernah digunakan secara tidak sah.


(50)

2.7.4.4. WPA2 Pre-Shared Key ( WPA2 Personal )

Group 802.11i akhirnya menyelesaikan metode keamanan yang awalnya ditugaskan dari IEEE. Level keamanan ini kemudian dinamakan sebagai WPA2. WPA2 merupakan level keamanan yang paling tinggi. Enkripsi utama yang digunakan pada WPA2 ini yaitu enkripsi AES. AES mempunyai kerumitan yang lebih tinggi daripada RC4 pada WEP sehingga para vendor tidak sekedar upgrade firmware seperti dari WEP ke WPA. Untuk menggunakan WPA2 diperlukan hard ware baru yang mampu bekerja dengan lebih cepat dan mendukung perhitungan yang dilakukan oleh WPA2. Sehingga tidak semua adapter mendukung level keamanan WPA2 ini.

2.7.4.5. WPA Enterprise / RADIUS ( 802.1X / EAP )

Metode keamanan dan algoritma snkripsi pada WPA Radius ini sama saja dengan WPA Pre-Shares Key, tetapi authentikasi yang digunakan berbeda. Pada WPA Enterprise ini menggunakan authentikasi yang diunakan berbeda. Pada WPA Enterprise ini menggunakan authentikasi 802.1X atau EAP (Extensible Authentication Protocol). EAP merupakan protokol layer 2 yang menggantikan PAP dan CHAP. Spesifikasi yang dibuat oleh IEEE 802.1X untuk keamanan terpusat pada jaringan hotspot Wi-Fi. Tujuan standart 8021X IEEE adalah untuk


(51)

menghasilkan kontrol akses autentikasi dan managemen kunci untuk wireless LANs. Spesifikasi ini secara umum sebenarnya ditujukan untuk jaringan kabel yang menentukan bahwa setiap kabel yang dihubungkan ke dalam switch harus melaui proses auntetikasi terlebih dahulu dan tidak boleh langsung memperbolehkan terhubung kedalam jaringan.

Pada spesifikasi keamanan 802.1X, ketika login ke jaringan wireless maka server yang akan meminta user name dan password dimana “network Key” yang digunakan oleh client dan AP akan diberikan secara otomatis sehingga Key tersebut tidak perlu dimasukan lagi secara manual. Setting security WPA enterprise/corporate ini membutuhkan sebuah server khusus yang berfungsi sebagai pusat auntentikasi seperti server RADIUS ( Remote Autentication Dial-In Service). Dengan adanya Radius server ini,auntentikasi akan dilakukan perclient sehingga tidak perlu lagi memasukan passphrase atau network key yang sama untuk setiap client. “network key” disini diperoleh dan diproses oleh server radius tersebut. Fungsi Radius server adalah menyimpan user name dan password secara terpusat yang akan melakukan autentikasi client yang hendak login kedalam jaringan.


(52)

Sehingga pada proses authentikasi clirnt menggunakan username dan password. Jadi sebelum terhubung ke wireless LAN atau Internet , pengguna harus melakukan autentikasi terlebih dahulu ke server tersebut. Proses authentikasi 802.1X / EAP ini relatif lebih aman dan tidak tersedia di WEP [10].

2.8. Antenna WiFi

Pada sistem komunikasi radio diperlukan adanya antena sebagai pelepas energi elektromagnetik ke udara atau ruang bebas, atau sebaliknya sebagai penerima energi itu dari ruang bebas. Antena merupakan bagian yang penting dalam sistem komunikasi sehari-hari. Antena kita jumpai pada pesawat televisi, telepon genggam, radio, dan lain-lain.

Antena adalah suatu alat yang mengubah gelombang terbimbing dari saluran transmisi menjadi gelombang bebas di udara, dan sebaliknya. Saluran transmisi adalah alat yang berfungsi sebagai penghantar atau penyalur energi gelombang elektromagnetik. Suatu sumber yang dihubungkan dengan saluran transmisi yang tak berhingga panjangnya menimbulkan gelombang berjalan yang uniform sepanjang saluran itu. Jika saluran ini dihubungsingkat maka akan muncul gelombang berdiri yang disebabkan oleh interferensi gelombang datang dengan gelombang yang dipantulkan. Jika gelombang datang sama besar dengan gelombang yang dipantulkan akan dihasilkan gelombang berdiri murni. Konsentrasi-


(53)

konsentrasi energi pada gelombang berdiri ini berosilasi dari energi listrik seluruhnya ke energi maknet total dua kali setiap periode gelombang itu. 2.8.1. Voltage Standing Wave Ratio(VSWR)

VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave) maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0+) dan tegangan yang

direfleksikan (V0-). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan

dengan yang dikirimkan disebut sebagai koefisien refleksi tegangan (г), yaitu :

Γ= =

di mana ZL adalah impedansi beban ( load ) dan Z0 adalah impedansi

saluran lossless. Koefisien refleksi tegangan (г) memiliki nilai

kompleks, yang merepresentasikan besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian imajiner dari г adalah nol, maka :

a. : г = -1 refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat.

b. : г = 0 tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.

c. : г = -1 refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.


(54)

S=

Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi antena adalah VSWR ≤2.

2.8.2. Gain

Gain (directive gain) adalah karakter antena yang terkait dengan kemampuan antena mengarahkan radiasisinyalnya, atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada umumnya seperti watt,ohm, atau lainnya, melainkan suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk gain adalah decibel.

Gain dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang besarnya lebih kecil daripada penguatan 36ntenna tersebut yang dapat dinyatakan dengan[11]

Gain=G=k.D Di mana:

k=efisiensi antenna, 0 ≤k ≤ 1

Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur power pada main lobe dan membandingkan powernya dengan power pada antena referensi. Gain antena diukur dalam desibel, bisa dalam dBi ataupun dBd. Jika antena referensi adalah sebuah dipole, antena diukur dalam


(55)

dBd. “d” di sini mewakili dipole, jadi gain antena diukur relative terhadap sebuah antena dipole. Jika antena referensi adalah sebuah isotropic, jadi gain antena diukur relatif terhadap sebuah antena isotropic.

Gain dapat dihitung dengan membandingkan kerapatan daya maksimum antena yang diukur dengan antena referensi yang diketahui gainnya.Maka dapat dituliskan pada Persamaan

G=

Decibel (dB) merupakan satuan gain antena. Decibel adalah perbandingan dua hal. Decibel ditetapkan dengan dua cara, yaitu : A. Ketika mengacu pada pengukuran daya.

XdB=10log10( )

B. Ketika mengacu pada pengukuran tegangan. XdB=20log10( )

2.8.3. Polarisasi

Polarisasi antenna merupakan orientasi perambatan radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu antena di mana arah elemen antena terhadap permukaan bumi sebagai referensi lain. Energi yang berasal dari antena yang dipancarkan dalam bentuk sphere, di mana bagian kecil dari sphere disebut dengan wave front. Pada umumnya semua titik pada gelombang depan sama dengan jarak antara antena. Selanjutnya dari antena tersebut, gelombang akan membentuk kurva yang kecil atau mendekati. Dengan


(56)

mempertimbangkan jarak, right angle ke arah di mana gelombang tersebut dipancarkan, maka polarisasi dapat digambarkan sebagaimana Gambar:

Gambar2.7. Polarisasi Antenna

Ada empat macam polarisasi antena yaitu polarisasi vertikal, polarisasi horizontal, polarisasi circular, dan polarisasi cross

1. Polarisasi Vertikal

Radiasi gelombang elektromagnetik dibangkitkan oleh medan magnetik dan gaya listrik yang selalu berada di sudut kanan. Kebanyakan gelombang elektromagnetik dalam ruang bebas dapat dikatakan berpolarisasi linier. Arah dari polarisasi searah dengan vektor listrik. Bahwa polarisasi tersebut adalah vertikal jika garis medan listrik yang disebut dengan garis E berupa garis vertikal maka gelombang dapat dikatakan sebagai polarisasi vertikal.


(57)

Gambar 2.8. Polarisasi Vertikal

2. Polarisasi Horizontal

Antena dikatakan berpolarisasi horizontal jika elemen antena horizontal terhadap permukaan tanah. Polarisasi horizontal digunakan pada beberapa jaringan wireless.

Gambar 2.9. Polarisasi Horisontal

3. Polarisasi Circular

Polarisasi circular pernah digunakan pada beberapa jaringan wireless. Dengan antena berpolarisasi circular, medan electromagnet berputar secara konstan terhadap antena.


(58)

Gambar 2.10. Polarisasi Circular

4. Polarisasi Cross

Polarisasi cross terjadi ketika antena pemancar mempunyai polarisasi horizontal, sedangkan antena penerima mempunyai polarisasi vertikal atau sebalikanya.

Gambar 2.11. Polarisasi Cross 2.8.4. Beamwidth

Beamwidth adalah besarnya sudut berkas pancaran gelombang frekuensi radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe utama.[11] Besarnya beamwidth adalah sebagai berikut :


(59)

B=

Di mana:

B= 3dB beamwidth(derajat)

f= frekuensi(GHz) d= diameter antenna(m)

Apabila beamwidth mengacu kepada perolehan pola radiasi, maka beamwidth dapat dirumuskan sebagai :

β = θ2-θ1

Gambar 2.11 menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama (main lobe, nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor dua), dan lobe sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power Beamwidth (HPBW) adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titik-titik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. First Null beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.


(60)

2.8.5. Tipe Antena

A. Antena Omnidirectional

Gambar 2.13. Antenna Omnidirectional

Antenna omni mempunyai sifat umum radiasi atau pancaran sinyal 360º yang tegak lurus ke atas. Omnidirectional antena secara normal mempunyai gain sekitar 3-12 dBi. Antena ini akan melayani atau hanya memberi pancaran sinyal pada sekelilingnya atau 360 derjat, sedamgkan pada bagian atas antena tidak memiliki sinyal radiasi.


(61)

B. Antena Grid

Gambar 2.15. Antenna Grid

Antenna Grid Wifi 2,4 GHz dengan Gain 21 Db, sangat cocok digunakan untuk Antenna Wifi. Bisa digunakan untuk Point to Point, atau Point to multi point. Antena grid memiliki kekuatan sinyal hingga 24 dB, sementara antena parabolic hingga 18 dB. Menambah gain antena, namun akan membuat pola pengarahan antena menjadi lebih sempit.[12]

Gambar 2.16. Pola radiasi antenna grid

C. Antenna Parabolik

Antena Parabolik Dipakai untuk jarak menengah atau jarak jauh dan Gain-nya bisa antara 18 sampai 28 dBi.


(62)

Gambar 2.17. Antenna Parabolic

Gambar 2.18. Pola radiasi antenna parabolic D. Antena Sectoral


(63)

Antena sectoral hampir mirip dengan antenna omnidirectional. Antena ini digunakan untuk access point to serve a Pont-to-Multi-Point (P2MP). Antena sectoral mempunyai gain jauh lebih tinggi dibanding omnidirectional antena di sekitar 10-19 dBi. Yang bekerja pada jarak atau area 6-8 km. Sudut pancaran antenna ini adalah 45-180 derajat dan tingkat ketinggian pemasangannya harus diperhatikan agar tidak terdapat kerugian dalam penangkapan sinyal.

Pola pancaran yang horisontal kebanyakan memancar ke arah mana antenna ini diarahkan sesuai dengan jangkauan dari derajat pancarannya, sedangkan pada bagian belakang antenna tidak memiliki sinyal pancaran. Antenna sectoral ini jika di pasang lebih tinggi akan menguntungkan penerimaan yang baik pada suatu sector atau wilayah pancaran yang telah di tentukan.


(64)

2.9. Signal Strength

Semakin kuat sinyal maka semakin baik dan handal konektivitasnya. Satuan kekuatan sinyal WiFi ditunjukkan dengan satuan dBm. Rentang kuat sinyal WiFi di antara -10 dBm sampai kurang lebih -99 dBm. Sinyal yang nilainya mendekati angka positif maka semakin kuat sinyal tersebut. Pada buku “Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Clienr Adapters (CB21AG and PI21AG) Installation and Configuration Guide” disebutkan kategori sinya sebagai berikut[13]:

Tabel 2.3 Kategori Kekuatan Sinyal

2.10.Satuan Kekuatan Sinyal 2.10.1.dB (Decibel)

Merupakan satuan perbedaan (atau Rasio) antara kekuatan daya pancar signal. Penamaannya juga untuk mengenang Alexander Graham Bell (makanya huruf "B" merupakan huruf besar). Satuan ini digunakan untuk menunjukkan efek dari sebuah perangkat terhadap kekuatan atau daya pancar suatu signal.

Category Signal Strength Colour Range Percentage

Excellent Green -57 to -10 dBm 75 – 100% Good Yellow -75 to -58 dBm 40 – 74% Fair Orange -85 to -76 dBm 20 – 39% Poor Red -95 to -86 dBm 0 – 19%


(65)

2.10.2.dBm (dB milliWatt)

Merupakan satuan kekuatan signal atau daya pancar (Signal Strengh or Power Level). 0 dbm didefinisikan sebagai 1 mW (milliWatt) beban daya pancar, contohnya bisa dari sebuah Antenna ataupun Radio. Daya pancar yang kecil merupakan angka negatif (contoh: -90 dBm).

Formula perhitungan dari mW ke dBM adalah sebagai berikut:

mW = 10dBm/10

milliwatt (mW) adalah satu per seribu watt (W), atau 1000 milliwatts = 1 watt. watt adalah Standar Unit International dari daya (power). 1 watt = 1 joule energi per detik.

Table Konversi dari dBm ke Watt (milli Watt).

Rumus untuk menghitung dari dBm ke mWatt: dBm = log10 (mW)*10

Rumus untuk menghitung dari mW ke dBm : mW =10^(dBm/10) Berikut Tabelnya :

dBm Watts dBm Watts dBm Watts

0 1.0mW 16 40mW 32 1.6 W

1 1.3 mW 17 50 mW 33 2.0 W

2 1.6 mW 18 63 mW 34 2.5 W

3 2.0 mW 19 79 mW 35 3.2 W


(66)

5 3.2 mW 21 126 mW 37 5.0 W

6 4 mW 22 158 mW 38 6.3W

7 5 mW 23 200 mW 39 8.0W

8 6 mW 24 250 mW 40 10W

9 8 mW 25 316 mW 41 13W

10 10 mW 26 398 mW 42 16W

11 13 mW 27 500 mW 43 20W

12 16 mW 28 630 mW 44 25W

13 20 mW 29 800 mW 45 32W

14 25 mW 30 1.0 W 46 40W

15 32 mW 31 1.3 W 47 50W

Tabel 2.4 Konversi dB ke Watt

 36 dBm 4.00 watts (batas maximum ERP yang diperbolehkan di FCC di Amerika)

 23 dBm 200 miliwatts (Daya keluaran yang umum pada WLAN 915 MHz)

 20 dBm 100 milliwatts (Batas maximum ERP diperbolehkan E.T.S.I. di Europe)

Daya kurang dari 0dBm:

dBm Watts dBm Watts

-1 0,79 mW -40 0,0001 mW

-5 0,32 mW -50 0,00001 mW


(67)

-20 0,01 mW -70 0,0000001 mW

-30 0,001 mW -80 0,00000001 mW

Tabel 2.5 Konversi dB ke Watt

2.10.3.dBi (dB isotropic)

Satuan ini merupakan penguatan dari sebuah antenna terhadap suatu antenna standard imaginari (isotropic antenna) adalah teori isotropic. Teori isotropic untuk antenna tidak dapat di wujudkan tetapi berguna untuk menghitung secara teoritis coverage dan fade area. Penguatan (Gain) dari antenna (di atas 1 Ghz) biasanya menggunakan satuan dBi. Sebuah Antenna Grid 24 dBi memiliki penguatan (Gain) sebesar 24 dBi terhadap antenna standard imaginari 0 dBi (isotropic antenna).

2.10.4.Effective Isotropic Radiated Power (EIRP)

EIRP (Effective Isotropic Radiated Power). EIRP adalah energi efektif yang didapat pada main lobe dari antena pengirim. Menghitung EIRP adalah dengan menjumlahkan penguatan antena (dalam satuan dBi) dengan level energi (dalam satuan dBm) pada antena tersebut.

Dalam sistem komunikasi radio, setara isotropically terpancar daya (EIRP) atau, kalau tidak, efektif isotropically terpancar daya adalah jumlah daya yang teoritis Isotropic antena (yang mendistribusikan daya merata di seluruh penjuru) akan mengeluarkan untuk menghasilkan daya puncak kepadatan diamati dalam arah maksimum mendapatkan antena. EIRP dapat


(68)

memperhitungkan kerugian yang di Jalur transmisi dan konektor dan termasuk mendapatkan dari antena. EIRP yang seringkali dinyatakan dalam hal decibels atas referensi daya Emitter oleh Isotropic radiator setara dengan kekuatan sinyal. EIRP yang memungkinkan perbandingan antara berbagai emitters berapapun jenis, ukuran atau bentuk. Dari EIRP, dan dengan pengetahuan yang nyata dari antena mendapatkan itu, dimungkinkan untuk menghitung real bidang kuasa dan kekuatan nilai-nilai.

2.11.Parameter Performa Jaringan

Kemampuan untuk memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk menjamin tingkat kinerja tertentu ke aliran data berbeda-beda. Sebagai contoh, laju bit yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas packet dropping dan/atau bit error rate (BER) dapat dijamin. Jaminan performa jaringan penting jika kapasitas jaringan tidak cukup, terutama untuk aplikasi streaming multimedia secara

real-time seperti voice iver IP, game online dan IP-TV, karena sering kali aplikasi-aplikasi ini memerlukan bit rate dan tidak memperbolehkan adanya

delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource-nya terbatas, misalnya dalam komunikasi data seluler. Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung performa jaringan dapat menyepakati sebuah kontrak traffic

dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan, misalnya saat sesi fase pembentukan.


(69)

Beberapa alasan yang menyebabkan performa jaringan penting adalah :

 Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis  Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan

 Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive trehadap delay,

seperti voice dan video.

 Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang pengirim atau penerima, dan sering disebut dengan parameter-parameter performa jaringan. [3]

2.11.1. Troughput

Throughput adalah ukuran dari kecepatan di mana data dapat dikirim melewati jaringan dalam (bit per second bps). Kemampuan throughput dalam menopang hardware (perangkat keras) disebut dengan bandwidth. Ada kenyataannya, istilah bandwidth kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari throughput. Jika tp adalah Throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah waktu yang dibutuhkan, maka rumus untuk menentukan throughput adalah:

2.11.2.Jitter

Jitter merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi


(70)

beban trafik dan besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum mungkin. Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan versi TIPHON (Joesman 2008, dalam Fatoni, 2011), yaitu :

Kategori Degresi

Peak Jitter Indeks

Sangat Bagus 0 ms 4

Bagus 0 s/d 75 ms 3

Sedang 75 s/d 125 ms 2 Jelek 125 s/d 225 ms 1

Tabel 2.6. Standarisasi nilai Jitter versi THIPON

2.11.3.Packet loss

Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan transmisi paket

IP mencapai tujuannya. Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinkan, diantaranya yaitu:  Terjadinya overload trafik didalam jaringan,

 Tabrakan (congestion) dalam jaringan,  Error yang terjadi pada media fisik,


(71)

 Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena overflow yang terjadi pada buffer.

Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai

packet loss sesuai standar THIPON, yaitu seperti tampak pada tabel berikut.

Kategori Besar Packet Loss

Sangat Bagus 0%

Bagus 1-3%

Sedang 4-15%

Jelek 16-25%

Tabel 2.7. Standarisasi nilai packet loss versi THIPON

2.11.4.Delay

Delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan data atau informasi tersebut dikirim. Delay pada suatu jaringan akan menentukan langkah apa yang akan kita ambil ketika kita memenejemen suatu jaringan. Ketika Delay besar, dapat diketahui jaringan tersebut sedang sibuk atau kemungkinan yang lain adalah kapasitas jaringan tersebut yang kecil sehingga bisa melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi overload. Misalkan dengan memindahkan sebagian aliran data ke jalur lain atau memperbesar kapasitas jaringan kita. [3]


(72)

Kategori Besar Delay Sangat Bagus <150 ms

Bagus 150 s/d 300 ms

Sedang 300 s/d 450 ms

Jelek >450 ms

Tabel 2.6. Standarisasi nilai delay versi THIPON

2.11.5.Packet Drop

Packet drop berkaitan dengan antrin pada link. Jika ada paket dating pada suatu antrian yang sudah penuh, maka paket akan didrop/buang sesuai dengan jenis antrian yang dipakai.

2.11.6.Reliability

Relibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data dalam jaringan internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-mail, dan pengaksesan internet jaringan internet harus dapat diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio dan saluran telepon.

2.11.7.Bandwidth

Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal dalam medium transmisi. Dalam kerangka ini, bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal


(73)

dapat diukur dalam satuan Hertz. Didalam jaringan komputer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk kecepatan transfer data yaitu jumlah data yang dibawa dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu. Jenis bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second).[3]

2.12.Alat Pengukuran

2.12.1.Network Stumbler

Network Stumbler atau NetStumbler merupakan tool yang berfungsi untuk mendeteksi sinyal wireless yang berada dalam jangkauan device wireless kita, bahkan bisa menangkap sinyal yang lebih jauh dari pada yang dapat ditangkap oleh device wireless

standar. Umumnya tool ini dipergunakan untuk keperluan hacking, pengujian konfigurasi jaringan, survey besarnya interferensi, menemukan tempat yang sepi dari jaringan wifi, dan memposisikan ketepatan arah antena (pointing). Di samping itu NetStumbler bisa melakukan monitoring channel-channel yang digunakan, kekuatan sinyal wifi, menampilkan SSID yang terdeteksi. NetStumbler juga bisa disandingkan dengan perangkat GPS, alhasil kita bisa memetakan jaringan wifi yang berada pada satu tempat, ini biasanya dilakukan sambil berjalan, juga melaporkan MAC Address akses poin plus frekuensi operasinya, mencatat level noise, serta perbandingannya dengan level kekuatan sinyal.


(74)

Gambar 4. GUI Netstumbler [7] 2.12.2.Vistumbler

Vistumbler merupakan salah satu software yang tidak asing lagi bagi pengguna yang berhubungan langsung dengan wireless.

Vistumbler menampilkan kekuatan sinyal (live scanning) berupa grafik. Selain itu Vistumbler juga mampu memberikan tampilan informasi yang detail tentang channel yang digunakan, MAC Address

dari access point, SSID, presentase sinyal, sinyal tertinggi (High RSSI), RSSI, Authentication, Encryption, Network Type, fungsi GPS,


(1)

4.3.1.1.2 Latency

Tabel 4.13 menunjukan data berupa rata-rata dari latency

terhadap kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00. Gambar 4.17 menunjukan latency berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi pukul 07.00-17.00.

Kuat Sinyal

Latency (ms)

07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00

Excellent 58,732 69,3 93,74 73,944 66,9

Good 140,792 79,1624 151,572 156,698 111,11

Fair 188,676 154,4 187,858 220,312 192,126

Poor 229,872 177,3 185,126 233,086 214,8

Tabel. 4.13 Rata-rata latency access point WIFI.USD (lantai 4)

Sesuai dengan standart THIPON latency access point

WIFI.USD (lantai 4) terhadap kualitas sinyal excellent, dan good

pada kondisi pukul 07.00-17.00 dalam kategori sangat bagus karena kurang dari 150 ms. Hasil latency terhadap kualitas sinyal good pada pukul 11.00-15.00 serta kualitas fair, dan poor pada kondisi pukul 07.00-17.00 termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 300 ms dan lebih dari 150 ms, Trendline latency access point WIFI.USD (lantai 4) pada Gambar 4.17 menunjukan bahwa semakin rendah kualitas sinyal dan traffic jaringan saat pengujian berlangsung. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal dan banyaknya traffic jaringan


(2)

97

menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion,

sehingga nilai latency akan semakin besar.

Gambar 4.17 Grafik rata-rata latency access point Wifi.USD (lantai 4)


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari perhitungan dan analisa kinerja jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) di Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut : 1. Kualitas jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata

Dharma memiliki kondisi performansi yang sudah baik.

2. Kualitas sinyal dan Coverage dari masing-masing access point

Wifi.USD lantai 1, lantai 2, lantai 3, lantai 4 sudah baik karena dapat menjangkau bagian setiap lantai di lingkungan Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma

3. Kualitas SNR jaringan WLAN Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma yang dilakukan pada kualitas sinyal Excellent memiliki kualitas SNR outstanding (bagus sekali). Pada kondisi kualitas sinyal

Good memiliki kualitas SNR excellent (bagus). Pada kondisi kualitas sinyal fair, dan Poor memiliki kualitas yang sudah baik (good).

4. Throughput pada tiap access point dalam kategori baik. Pada pukul 07.00-09.00 throughput lebih besar dari pada pukul 09.00-17.00.

5. Rata-rata Latency untuk semua masing-masing access point pada

kualitas sinyal excellent dan good termasuk dalam kategori sangat bagus sesuai standar latency THIPON. Kualitas latency pada masing-masing


(4)

99

access point berada dibawah 150 ms dan itu menunjukan bahwa latency

sangat bagus.

5.2. Saran

Terdapat beberapa saran dari penulis agar penelitian selanjutnya dapat memperhatikan hal-hal dibawah ini, guna perbaikan kearah yag lenih baik. Adapun saran tersebut adalah :

1. Penguatan sinyal access point karena belum dapat mencakup seluruh Gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma.

2. Perbaikan penempatan access point sesuai dengan pedoman penempatan dan tata letak access point yang baik dan benar untuk mendapatkan daerah coverage dan kuat sinyal yang bagus. Serta penambahan bandwidth bagi pengguna sehingga tercapailah efektifitas penggunaan jaringan WLAN gedung FST Kampus III Universitas Sanata Dharma


(5)

1. Purwanto, T. D., & Cholil, W. (2013). Analisa Kinerja Wireless Radius Server Pada Perangkat Access Point 802.11 g (Studi Kasus di Universitas Bina Darma). Semantik 2013, 3(1), 371-376.

2. Yudha, Andri, 2013, Analisis Unjuk Kerja Wireless Distribution System

(WDS) “Studi Kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta”,

Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Dhani, Thomas, 2012, Analisis Unjuk Kerja Wireless LAN, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

4. S,to.2007.”Wireless Kung Fu :Networking & Hacking”. Jasakom

5. Adi Kusuma, Dominikus, 2013, Analisis Perbandingan Kinerja Standar IEEE 802.11b dengan standar IEEE 802.11g Pada Teknologi Wireless LAN,

Skripsi, Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

6. Setiaji, Yohanes, 2013, PERBANDINGAN IPV4 DAN IPV6 TERHADAP PENGARUH BESAR PAKET DAN JUMLAH HOP PADA ROUTER CISCO 1941, Skripsi, Teknik Informatika Uiversitas Sanata Dharma, Yogyakarta..

7. Yanto. 2013, Analisis QOS(Quality Of Service) pada jaringan Internet (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura), Skripsi, Teknik Informatika Tanjungoura, Pontianak.

8. Sukadarmika, Gede. 2010, Analisis Coverage WLAN (Wireless Local Area Network) 802.11a Menggunakna Opnet Modeler, Skripsi, Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Bali.


(6)

ci

9. Kusmayadi,Dede.2012.”Perancangan dan Implementasi PC router dengan

sistem pengaturan berbasis web”. Skripsi. Teknik Komputer. Unikom.

10. Hammond, John, 2003, Wireless Hotspot Deployment Guide,. Mobile Platforms Group-WVP. Intel in Communication.

11. Wibowo, Yohanes Tri Joko. 2008. “Antena Wireless Untuk Rakyat”.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

12. Tiphon. “Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over

Network (TIPHON) general aspect of Quality of Service”. DTR/TIPHON

-05006 (cb0010cs.PDF).1999.

13. Cisco. 2006. Cisco Aironet 802.11a/b/g Wireless LAN Client Adapters (CB21AG and PI21AG) Installation adn Configuration Guide, USA.

14. Mark Gate, et al, “Iperf User Docs”, Maret 2003,

Http://www.netcheif.com/downloads/iperf.pdf,


Dokumen yang terkait

STUDI TERHADAP PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Pada Bangunan Kampus III Universitas Sanata Dharma STUDI TERHADAP PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Pada Bangunan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

0 2 14

PENDAHULUAN STUDI TERHADAP PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Pada Bangunan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

0 3 4

TINJAUAN PUSTAKA STUDI TERHADAP PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Pada Bangunan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

0 3 8

PENUTUP STUDI TERHADAP PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Pada Bangunan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta).

0 2 27

Analisis cakupan sinyal jaringan wlan (wireless local area network) kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (studi kasus: gedung Fakultas Sains Dan Teknologi).

0 9 75

Investigasi jaringan internet Wifi untuk akses video youtube 144p MP4 : studi kasus Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 88

Investigasi jaringan internet Wifi untuk akses video youtube 144p MP4 studi kasus Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

0 4 86

Perancangan ulang sistem perpipaan hidran gedung laboratorium unit IV kampus III Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 71

Perancangan ulang sistem perpipaan hidran gedung laboratorium unit V Kampus III Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 75

Simulasi jaringan menggunakan network simulator 2 : studi kasus jaringan komputer Kampus III Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 70