1.2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diteliti pada judul penelitian ini adalah: Apakah pengalaman audit, tingkat stress kerja, pengetahuan dan
berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap independensi auditor BPK?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian ini adalah menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap
independensi auditor.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan audit keuangan daerah dan sebagai penggunaan praktis yang
dapat dimanfaatkan peneliti lain untuk mengembangkan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan pula oleh masyarakat.
Beberapa manfaat penelitian yang dapat digunakan adalah: 1. Perkembangan ilmu pengetahuan
Memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari yaitu untuk
memberikan sumbangan pemikiran atau menambah informasi bagi
Universitas Sumatera Utara
perkembangan ilmu akuntansi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis Sebagai peneliti dan dalam hal penyusunan skripsi ini sebagai penulis, dengan
melaksanakan penyusunan dan penelitian ini pastinya penulis mendapat pengetahuan dan pengalaman yang baru didalam prosesnya yang sangat
berguna bagi penulis untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kompetensi tentunya. Selain itu manfaat bagi penulis adalah sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Penggunaan praktis bagi peneliti lain Bagi kalangan akademis lainnya, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
acuan untuk kepentingan penelitian-penelitian berikutnya. 4. Penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam hal ini sebagai rakyat.
5. Masukan bagi lembaga pemeriksa keuangan yang diteliti Penelitian ini dapat bermanfaat bagi lembaga pemeriksa keuangan yang
diteliti sendiri yaitu BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan untuk memperbaiki
sistem maupun proses yang ada didalam lembaga tersebut agar lebih baik lagi dari segi independensi auditor.
Universitas Sumatera Utara
6. Sebagai referensi bagi entitas yang diaudit dalam proses pemeriksaan Bagi entitas yang diperiksa yakni dana yang bersumber dari APBD, pada
umumnya adalah Pemerintah Provinsi, Pemerintah KabupatenKota dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan
APBD tersebut nantinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Literatur
2.1.1 Independensi
Independensi menurut Wirakusumah dan Agoes 2003 : 8 merupakan pandangan yang tidak berprasangka dan tidak memihak dalam melakukan test-test
audit, evaluasi dan hasil-hasilnya, dan penerbitan laporan, dan merupakan alasan utama kepercayaan masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana
diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta
maupun dalam penampilan . Yang dimaksud dengan
independence in fact, yakni apabila auditor secara aktual mampu memelihara sikap tidak berprasangka dan tidak memihak selama seluruh proses audit.
Sedangkan independence in appearance tergantung dari tafsiran orang lain mengenai independensi itu dan dilihat juga dari tampilan di struktur organisasi.
Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan
penugasan audit. Hal ini berarti bahwa auditor harus memiliki kejujuran yang tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya dan dalam mempertimbangkan
fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian independen dalam fakta
Universitas Sumatera Utara
atauindependen dalam kenyataan harus memelihara kebebasan sikap dan senantiasa jujur menggunakan ilmunya Munawir:1995:35. Sedangkan
independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang dari pihak- pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang mengetahui
hubungan antara auditor dengan kliennya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut mempunyai hubungan tertentu misalnya
hubungan keluarga, hubungan keuangan dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau
tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak hanya harus bersikap bebas menurut faktanya, tapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang membuat
orang lain meragukan kebebasannya Munawir:1995:35.
2.1.2 Tipe Audit
Auditing umumnya digolongkan menjadi 3 golongan, yakni: a. Audit Laporan Keuangan
Auditor laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit.
Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.
Universitas Sumatera Utara
b. Audit Kepatuhan Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan. c. Audit Operasional
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit
operasional adalah untuk: •
Mengevaluasi kinerja •
Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan •
Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak
ketiga. Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.
2.1.3 Tipe Auditor
Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni:
• Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor,
calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah terutama instansi pajak. Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang
disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.
Profesi auditor independen ini mempunyai ciri yang berbeda dengan profesi lain seperti profesi dokter dan pengacara. Profesi dokter dan pengacara dalam
menjalankan keahliannya memperoleh honorarium dari kliennya, dan mereka berpihak kepada kliennya. Posisi auditor independen memperoleh honorarium dari
kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen harus independen, tidak memihak kepada kliennya. Pihak yang memanfaatkan jasa
auditor independen terutama adalah pihak selain kliennya. Oleh karena itu, independensi auditor dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang
pokok, meskipun auditor tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya tersebut.
•
Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan oleh
unit-unit organisasi
atau entitas
pemerintahan atau
pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun
Universitas Sumatera Utara
terdapat banyak auditor yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPKP dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK, serta instansi pajak. BPKP adalah instansi pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Auditor yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok melaksanakan audit atas laporan keuangan instansi pemerintahan, proyek-proyek pemerintah, Badan Usaha
Milik Negara BUMN, Badan usaha Milik Daerah BUMD, proyek pemerintah, dan perusahaan-perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai penyertaan
modal yang besar di dalamnya. BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan Presiden RI dan aparat di bawahnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah
Departemen Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah. Tugas pokok auditor yang bekerja di
instansi pajak adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak kepada pemerintah dengan tujuan untuk memverifikasi apakah kewajiban
pajak telah dihitung oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang pajak yang berlaku.
•
Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
Universitas Sumatera Utara
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,
menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Umumnya pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama perusahaan.
2.1.4 Tujuan Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Karena kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan integritas berbagai asersi
manjemen yang terkandung dalam laporan keuangan, maka hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 : Hubungan antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Umum Audit
Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada tanggal
tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya terjadi dalam periode tertentu.
Kelengkapan Semua transaksi dan akun yang seharusnya telah
disajikan dalam laporan keuangan. Hak dan kewajiban
Aktiva adalah hak entitas dan utang adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
Penilaian atau alokasi Komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
biaya telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, digambarkan, dan diungkapkan
secara semestinya. Sumber : Mulyadi.
. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Manfaat Independensi Auditor
Independensi seorang auditor sangat esensial karena merupakan satu- satunya alasan mengapa berbagai pihak pemakai mau menaruh kepercayaannya
kepada akuntan publik. Penilaian masyarakat atas independensi auditor independen bukan pada diri auditor secara keseluruhan. Oleh karenanya apabila
seorang auditor independen atau suatu Kantor Akuntan Publik lalai atau gagal mempertahankan sikap independensinya, maka kemungkinan besar anggapan
masyarakat bahwa semua akuntan publik tidak independen. Kecurigaan tersebut dapat berakibat berkurang atau hilangnya kredibilitas masyarakat terhadap jasa
audit profesi auditor independen. Supriyono
1988 membuat
kesimpulan mengenai
pentingnya independensi akuntan publik sebagai berikut :
1. Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan publik untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada
pemakai informasi. 2. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari
klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai laporan keuangan. 3. Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. 4. Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia berikan tidak
mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai. 5. Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang secara
berkesinambungan perlu dipertahankan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Independensi
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 empat hal yang mengganggu independensi akuntan publik yaitu:
1. Akuntan publik memiliki atau
dengan klien, 2. Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri,
3. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan 4. Bertindak sebagai penasihat
dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau
karyawan dengan kliennya. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu
dalam negeri maupun luar negeri. Lanvin 1976 meneliti 3 faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu : 1.Ikatan keuangan dan
hubungan usaha dengan klien, 2.Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada klien, dan 3.lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien. Shockley
1981 meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu 1.Persaingan antar akuntan publik, 2.Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien,
3.Ukuran KAP, dan 4.Lamanya hubungan audit. Sedangkan Supriyono 1988 meneliti 6 faktor yang mempengaruhi
independensi, yaitu: 1.Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
Universitas Sumatera Utara
klien, 2.Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, 3.Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, 4.Persaingan antar KAP, 5.Ukuran KAP, dan
6. . Adapun dalam penelitian ini, faktor-faktor yang yang akan dibahas
yang mempengaruhi independensi auditor adalah pengalaman audit, tingkat stres kerja, pengetahuan dan
2.1.6.1 Pengalaman Audit
Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama, benda
alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan. Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Seorang auditor menjadi ahli
terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki skema yang lebih baik dalam mendefinisikan
kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman. Libby dan Frederick 1990 dalam Kusharyanti 2003 menemukan bahwa
auditor yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik. Mereka juga
lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan. Selain itu mereka dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan
tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.
Universitas Sumatera Utara
Auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal : 1. Mendeteksi kesalahan, 2. Memahami kesalahan secara akurat, 3. Mencari
penyebab kesalahan. Semakin berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan, semakin peka dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin
memahami hal-hal lain yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan.
2.1.6.2 Tingkat Stress kerja
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan
psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis auditor karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri auditor yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Beban pekerjaan atau stress kerja seperti tekanan dari klien, tekanan personal, emosional atau keuangan dapat mengakibatkan independensi auditor
berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.3 Pengetahuan
Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Auditor akan semakin mempunyai banyak
pengetahuan mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu dengan ilmu pengetahuan
yang cukup luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks. Analisis audit yang kompleks membutuhkan spektrum yang
luas mengenai keahlian, pengetahuan dan pengalaman Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan umum dan khusus, pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri klien. Oleh karena itu dalam penelitian ini
pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki auditor yang meliputi pengauditan umum dan khusus, pengetahuan mengenai bidang auditing dan
akuntansi serta memahami industri klien. Sehingga indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahaun auditor adalah: a.Pengetahuan akan prinsip
Akuntansi dan standar auditing, b.Pengetahuan akan jenis industri klien, c.Pengetahuan tentang kondisi perusahaan klien, d.Pendidikan formal yang
sudah ditempuh,e.Pelatihan, kursus dan keahlian khusus.
2.1.6.4 Reward and Punishment imbalan dan sanksi
Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku etis auditor di samping faktor-faktor religiusitas, pendidikan, organisasional,
,
Universitas Sumatera Utara
lingkungan keluarga, pengalaman hidup, hukum, dan posisi atau kedudukan adalah imbalan yang diterima.
Faktor reward atau imbalan berupa hadiah maupun sanksi ataupun punishment yang diterima auditor dalam melakukan pemeriksaan bisa saja
mempengaruhi independensi auditor dalam memberikan opini atas hasil audit.
2.1.7 Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan RI BPK-RI
BPK merupakan satu lembaga Negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Secara hukum
kedudukan BPK diatur dalam UUD 1945 pada pasal 23E, 23F, dan 23G serta Undang-Undang UU No. 152006 tentang BPK. Untuk melaksanakan tugas dan
wewenangnya, BPK juga didukung oleh seperangkat UU di bidang keuangan Negara yaitu UU No. 172003 tentang keuangan Negara, UU No. 12004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No. 152004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan perundang-undangan tersebut,
secara bersama-sama menegaskan kedudukan dan peran BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan Negara yang bebas dan mandiri.
2.1.7.1 Undang-Undang Dasar 1945
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Bab VIIIA Badan Pemeriksa Keuangan
Pasal 23E
Universitas Sumatera Utara
1 Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2 Hasil pemeriksaan keuangan Negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai
dengan kewenangannya. 3 Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan danatau
badan sesuai dengan undang-undang.
Pasal 23F
1 Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden. 2 Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
1 Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota Negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
2 Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang.
2.1.7.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7.3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2.1.7.4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara.
2.1.7.5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
2.1.8 BPK dan Lingkungannya
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
Lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan Negara. Jenis pemeriksaan yang dilakukan BPK terdiri dari:
i Pemeriksaan Keuangan, dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah;
ii Pemeriksaan kinerja, meliputi aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan pemerintah; dan
iiiPemeriksaan dengan tujuan tertentu, yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Visi, Misi, Tujuan Srategis, Sasaran Strategis, Nilai-Nilai Dasar dan
Indikator Kerja Utama BPK-RI
2.1.9.1 Visi BPK-RI
Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong
terwujudnya tata kelola keuangan Negara yang akuntabel dan transparan.
2.1.9.2 Misi BPK-RI
a. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara;
b. Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan Negara; dan c.
Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan Negara.
2.1.9.3 Tujuan Strategis BPK-RI
a. Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan Negara yang tertib, taat peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. b. Mewujudkan pemeriksaan yang bermutu untuk menghasilkan laporan hasil
pemeriksaan yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan.
c. Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK
Universitas Sumatera Utara
2.1.9.4 Sasaran Strategis BPK-RI
1. Meningkatkan efektifitas tindak lanjut hasil pemeriksaan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan;
2. Meningkatkan fungsi manajemen pemeriksaan 3. Meningkatkan mutu pemberian pendapat dan pertimbangan
4. Meningkatkan percepatan penetapan tuntutan perbendaharaan dan pemantauan penyelesaian ganti kerugian Negara
5. Meningkatkan efektivitas penerapan system pemerolehan keyakinan mutu. 6. Pemenuhan dan harmonisasi peraturan di bidang pemeriksaan keuangan Negara
7. Meningkatkan mutu kelembagaan dan ketatalaksanaan 8. Meningkatkan kompetensi SDM dan dukungan manajemen
9. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana dan prasarana 10. Meningkatkan pemanfaatan anggaran
2.1.9.5 Nilai-Nilai Dasar BPK-RI
a. Independensi Kami menjunjung tinggi independensi, baik secara kelembagaan, organisasi,
maupun individu. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, kami bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
pribadi, ekstern, danatau organisasi yang dapat mempengaruhi independensi. b. Integritas
Kami membangun nilai integritas dengan bersikap jujur, obyektif, dan tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
c. Profesionalisme Kami membangun nilai profesionalisme dengan menerapkan prinsip kehati-
hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.
2.1.9.6 Indikator Kinerja Utama BPK-RI
1. Persentase rekomendasi hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti 2. Persentase laporan tindak pidana yang ditindaklanjuti instansi penegak hukum
3. Indeks kepuasan pemangku kepentingan atas hasil pemeriksaan BPK 4. Jumlah LHP yang diterbitkan
5. Jumlah LHP kinerja yang diterbitkan 6. Ketepatan waktu proses pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan
7. Persentase pemenuhan quality assurance dalam pemeriksaan 8. Jumlah pendapat BPK yang diterbitkan
9. Persentase penyelesaian penetapan tuntutan perbendaharaan 10. Jumlah laporan pemantauan kerugian Negara yang diterbitkan
11. Persentase rekomendasi peer review yang ditindaklanjuti 12. Persentase pemenuhan penyusunan peraturan BPK
13. Persentase pemenuhan
ketersediaan perangkat
lunak pemeriksaannon
pemeriksaan 14. Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan
15. Persentase pemenuhan standar jam pelatihan pemeriksa 16. Indeks kepuasan kerja pegawai
17. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana kerja
Universitas Sumatera Utara
18. Persentase proses bisnis yang telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
19. Opini atas laporan keuangan BPK 20. Persentase pemanfaatan anggaran.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat diuraikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Penulis Judul
Masalah Variabel
Hasil
1 Lavin
1976 Ikatan Keuangan,
Hubungan usaha klien, Pemberian
jasa lain
selain jasa audit, dan Lamanya
hubungan audit
Faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi akuntan
publik meliputi
variabel-variabel dimaksud
2 Shockly
1981 Pemberian
jasa konsultasi manajemen
kepada klien, Persaingan antar KAP,
Besarnya KAP, Lamanya
hubungan Audit
Semua variabel
merupakan faktor-
faktor yang
mempengaruhi independensi akuntan
publik di Amerika
3 Supriyon
o 1988
Faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi
dalam penampilan
akuntan publik di Indonesia
1. Ikatan keluarga dan hubungan usaha
2. Persaingan antar KAP
3. Pemberian jasa selain jasa audit
4. Lamanya penugasan audit dan jumlah
yang besar Seluruhnya
berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
4 Ashton
1991 Menganalisis
berbagai tingkatan
auditor terhadap
pengetahuan auditor tentang
dampak frekuensi
kesalahan laporan
keuangan industri
manufaktur Keahlian Audit
Pengalaman Pengetahuan
Frekuensi Kesalahan Terdapat
perbedaan pengetahuan
auditor pada
berbagai tingkatan
pengalaman, tidak
dapat dijelaskan oleh lamanya pengalaman
atau pengalaman audit pada industri tertentu
atau jumlah klien yang sudah mereka audit.
5 Choo
Trotman 1991
Menguji pengaruh
kompetensi dan
independensi terhadap
pengambilan keputusan
tentang kelangsungan
usaha Kompetensi dan
Independensi Kompetensi
dan independensi
adalah dua karakteristik yang
bersifat yang
berpengaruh terhadap pendapat
6 Kushary
anti 2003
Meneliti Faktor-faktor
kualitas audit menurut
De Angelo
dan Catanach
Walker Kualitas Audit,
Besaran KAP, Audit Tenure,
Audit Fee, Jasa Non Audit
Banyak faktor yang memainkan
peran penting
dalam mempengaruhi
kualitas audit
dari sudut pandang auditor
individual, auditor tim maupun KAP.
Universitas Sumatera Utara
7 Nurchasa
nah dan Rahmant
i 2003 Analisis
faktor-faktor penentu
kualitas audit Pengalaman melakukan
audit, memahami industri klien, respon
atas kebutuhan klien, taat pada standar
umum, keterlibatan pimpinan KAP,
independensi anggota tim audit, komunikasi
tim audit dan manajemen klien.
Hanya pengalaman
melakukan audit dan keterlibatan pimpinan
KAP yang
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
8 Sekar
Mayangs ari
2003 Pengaruh
keahlian audit dan
independensi terhadap
pendapat audit: sebuah
kuasieksperim en
Keahlian dan independensi sebagai
variabel bebas dan pendapat audit sebagai
variabel terikat Auditor
yang memiliki keahlian dan
independensi akan
memberikan pendapat tentang kelangsungan
hidup perusahaan
yang cenderung besar dibandingkan
yang hanya memiliki salah
satu karakteristik atau sama
sekali tidak
memiliki keduanya. 9
Teguh Harhinto
2004 Pengaruh
Keahlian dan Independensi
Terhadap Kualitas Audit
Studi Empiris Pada KAP di
Jawa Timur Keahlian diproksikan
dalam 2 sub variabel pengalaman dan
pengetahuan. Sedangkan
independensi diproksikan dalam
tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien
dan telaah rekanan auditor
Keahlian dan
independensi berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
10 Chen
dkk 2005
Independensi auditor
dan kualitas audit
dalam proses
negoisasi dengan klien
Jasa non audit servis; Lamanya auditor
mengaudit Tingkat independensi
dipengaruhi oleh jasa non audit servis.
Tingkat independensi auditor
tidak dipengaruhi
oleh lamanya
auditor mengaudit perusahaan
Auditor yang
memiliki spesialisasi industri
akan menghasilkan
audit yang berkualitas
Ukuran KAP tidak mempengaruhi
kualitas audit
11 Hexana
Sri Lastanti
2005 Tinjauan
Terhadap Kompetensi
dan Independensi
Akuntan Publik:
Refleksi Atas Skandal
Keuangan Kompetensi
diproksikan dalam strategi penentuan
keputusan, psikologis, pengetahuan,
kemampuan berpikir dan analisis tugas.
Sedangkan independensi
diproksikan dalam ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
pemberian jasa lainnya kepada klien, lamanya
hubunganpenugasan audit, ukuran KAP,
persaingan KAP dan besarnya fee audit
Kepercayaan masyarakat terhadap
laporan
keuangan auditan dan profesi
akuntan publik
ditentukan oleh
kompetensi dan
independensi akuntan publik
dalam melaksanakan proses
pengauditan.
Universitas Sumatera Utara
12 Frianty
Kartika Widhi
2006 Pengaruh
faktor-faktor keahlian
dan independensi
auditor terhadap
kualitas audit Studi empiris:
KAP
di Jakarta
Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel
pengalaman dan pengetahuan.
Sedangkan independensi
diproksikan dalam tekanan dari klien, lama
hubungan dengan klien dan telaah rekan
auditor. Keahlian
dan independensi
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
13 Adi
Purnomo 2007
Persepsi auditor tentang
pengaruh faktor-faktor
keahlian
dan Independensi
terhadap kualitas audit
Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel
pengalaman dan pengetahuan.
Sedangkan Independensi
diproksikan dalam tekanan dari klien, lama
hubungan dengan klien dan telaah rekan auditor
Menurut persepsi
auditor faktor-faktor
keahlian yaitu
pengalaman dan
pengetahuan berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Sedangkan faktor-
faktor independensi
menurut persepsi
auditor hanya tekanan klien
yang berpengaruh terhadap
kualitas audit.
14 Kasidi
2007 Faktor-faktor
yang mempengaruhi
independensi auditor
persepsi manajer
keuangan perusahaan
manufaktur di Jawa Tengah
1. Ukuran kantor KAP 2. Lamanya hubungan
audit dengan klien 3. Besarnya jasa audit
4. Konsultasi manajemen yang
dilakukan akuntan publik
5. Keberadaan komite audit pada perusahaan
klien 1. Tidak berpengaruh
2. Tidak mempengaruhi
3. Tidak berpengaruh 4. Tidak berpengaruh
5. Tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
15 Prabowo,
Deni, Samsudi
n 2009
Pengaruh tekanan
manajemen, klien dan audit
time
budget pressure
terhadap independensi
auditor 1. Intervensi
manajemen klien 2. Pemutusan hubungan
kerja dan penggantian auditor
3. 4. Tight audit time
budget 5. Sanksi atas audit
over time budget 1. Positif dan
signifikan 2. Tidak ada pengaruh
yang signifikan 3. Positif dan
signifikan 4. Tidak ada pengaruh
yang signifikan 5. Positif dan
signifikan
2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Pengalaman
Audit X
1
Tingkat Stress X
2
Pengetahuan X
3
Reward Punishment
X
4
Independensi Y
1
Universitas Sumatera Utara
Beberapa faktor-faktor yang diteliti apakah berpengaruh terhadap
independensi auditor adalah pengalaman audit, tingkat stress, pengetahuan, serta imbalan dan sanksi.
Hubungan pengalaman audit terhadap pertimbangan audit dengan independensi sebagai intervening. Semakin tinggi pengalaman audit seorang
auditor maka tingkat kematangan dalam mengambil pertimbangan semakin tinggi dengan independensi sebagai variabel yang memperkuat dan memperlemah
hubungan tersebut. Hubungan tingkat stress terhadap pertimbangan audit dengan independensi
sebagai intervening. Semakin tinggi pengalaman audit seorang auditor maka tingkat kematangan dalam mengambil pertimbangan semakin tinggi dengan
independensi sebagai variabel yang memperkuat dan memperlemah hubungan tersebut..
Hubungan tingkat pengetahuan terhadap pertimbangan audit dengan independensi sebagai intervening. Semakin tinggi tingkat pengetahuan auditor
seorang auditor maka tingkat kematangan dalam mengambil pertimbangan semakin tinggi dengan independensi sebagai variabel yang memperkuat dan
memperlemah hubungan tersebut. Hubungan reward and punishment imbalan dan sanksi terhadap
pertimbangan audit dengan independensi sebagai intervening. Semakin tinggi reward and punishment imbalan dan sanksi seorang auditor maka tingkat
kematangan dalam mengambil pertimbangan semakin tinggi dengan independensi sebagai variabel yang memperkuat dan memperlemah hubungan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis