1.2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diteliti pada judul penelitian ini adalah: Apakah  pengalaman  audit,  tingkat  stress  kerja,  pengetahuan  dan
berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap independensi auditor BPK?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan  yang  ingin  dicapai  melalui  proses  penelitian  ini  adalah  menemukan faktor-faktor  yang  berpengaruh  secara  simultan  dan  secara  parsial  terhadap
independensi auditor.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di  lingkungan  audit  keuangan  daerah  dan  sebagai  penggunaan  praktis  yang
dapat  dimanfaatkan  peneliti  lain  untuk  mengembangkan  pengetahuan  yang dapat dimanfaatkan pula oleh masyarakat.
Beberapa manfaat penelitian yang dapat digunakan adalah: 1. Perkembangan ilmu pengetahuan
Memberikan sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada relevansinya  dengan  bidang  ilmu  yang  sedang  dipelajari  yaitu  untuk
memberikan  sumbangan  pemikiran  atau  menambah  informasi  bagi
Universitas Sumatera Utara
perkembangan  ilmu  akuntansi  tentang  faktor-faktor  yang  mempengaruhi independensi auditor.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis Sebagai peneliti dan dalam hal penyusunan skripsi ini sebagai penulis, dengan
melaksanakan  penyusunan  dan  penelitian  ini  pastinya  penulis  mendapat pengetahuan  dan  pengalaman  yang  baru  didalam  prosesnya  yang  sangat
berguna  bagi  penulis  untuk  menambah  pengetahuan,  wawasan  dan kompetensi  tentunya.  Selain  itu  manfaat  bagi  penulis  adalah  sebagai  salah
satu  syarat  untuk  menyelesaikan  program  Sarjana  Akuntansi  di  Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Penggunaan praktis bagi peneliti lain Bagi kalangan akademis lainnya, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
acuan untuk kepentingan penelitian-penelitian berikutnya. 4. Penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam hal ini sebagai rakyat.
5. Masukan bagi lembaga pemeriksa keuangan yang diteliti Penelitian  ini  dapat  bermanfaat  bagi  lembaga  pemeriksa  keuangan  yang
diteliti sendiri yaitu BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan untuk memperbaiki
sistem maupun proses yang ada didalam lembaga tersebut agar lebih baik lagi dari segi independensi auditor.
Universitas Sumatera Utara
6. Sebagai referensi bagi entitas yang diaudit dalam proses pemeriksaan Bagi  entitas  yang  diperiksa  yakni  dana  yang  bersumber  dari  APBD,  pada
umumnya  adalah  Pemerintah  Provinsi,  Pemerintah  KabupatenKota  dapat memanfaatkan  penelitian  ini  sebagai  bahan  masukan  dalam  pelaksanaan
APBD tersebut nantinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telaah Literatur
2.1.1   Independensi
Independensi  menurut  Wirakusumah  dan  Agoes  2003  :  8  merupakan pandangan yang tidak berprasangka dan tidak memihak dalam melakukan test-test
audit, evaluasi dan hasil-hasilnya, dan penerbitan laporan, dan merupakan alasan utama kepercayaan masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap  mental  independen  di  dalam  memberikan  jasa  profesional  sebagaimana
diatur  dalam  standar  profesional  akuntan  publik yang  ditetapkan  oleh  IAI.  Sikap mental  independen  tersebut  harus  meliputi  independen  dalam  fakta
maupun  dalam  penampilan .  Yang  dimaksud  dengan
independence  in  fact,  yakni  apabila  auditor  secara  aktual  mampu  memelihara sikap  tidak  berprasangka  dan  tidak  memihak  selama  seluruh  proses  audit.
Sedangkan  independence  in  appearance  tergantung  dari  tafsiran  orang  lain mengenai independensi itu dan dilihat juga dari tampilan di struktur organisasi.
Independen  dalam  fakta  adalah  independen  dalam  diri  auditor,  yaitu kemampuan  auditor  untuk  bersikap  bebas,  jujur,  dan  objektif  dalam  melakukan
penugasan  audit.  Hal  ini  berarti  bahwa  auditor  harus  memiliki  kejujuran  yang tidak  memihak  dalam  menyatakan  pendapatnya  dan  dalam  mempertimbangkan
fakta-fakta  yang  dipakai  sebagai  dasar  pemberian  independen  dalam  fakta
Universitas Sumatera Utara
atauindependen  dalam  kenyataan  harus  memelihara  kebebasan  sikap  dan senantiasa  jujur  menggunakan  ilmunya  Munawir:1995:35.  Sedangkan
independen  dalam  penampilan  adalah  independen  yang  dipandang  dari  pihak- pihak  yang  berkepentingan  terhadap  perusahaan  yang  di  audit  yang  mengetahui
hubungan  antara  auditor  dengan  kliennya.  Auditor  akan  dianggap  tidak independen  apabila  auditor  tersebut  mempunyai  hubungan  tertentu  misalnya
hubungan  keluarga,  hubungan  keuangan  dengan  kliennya  yang  dapat menimbulkan  kecurigaan  bahwa  auditor  tersebut  akan  memihak  kliennya  atau
tidak  independen.  Oleh  karena  itu,  auditor  tidak  hanya  harus  bersikap  bebas menurut  faktanya,  tapi  juga  harus  menghindari  keadaan-keadaan  yang  membuat
orang lain meragukan kebebasannya Munawir:1995:35.
2.1.2 Tipe Audit
Auditing umumnya digolongkan menjadi 3 golongan, yakni: a. Audit Laporan Keuangan
Auditor  laporan  keuangan  adalah  audit  yang  dilakukan  oleh  auditor  independen terhadap  laporan  keuangan  yang  disajikan  oleh  kliennya  untuk  menyatakan
pendapat  mengenai  kewajaran  laporan  keuangan  tersebut.  Dalam  audit  laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan  keuangan  tersebut  disajikan  dalam  bentuk  tertulis  berupa  laporan  audit.
Laporan  audit  ini  dibagikan  kepada  para  pemakai  informasi  keuangan  seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.
Universitas Sumatera Utara
b. Audit Kepatuhan Audit  kepatuhan  adalah  audit  yang  tujuannya  untuk  menentukan  apakah  yang
diaudit  sesuai  dengan  kondisi  atau  peraturan  tertentu.  Hasil  audit  kepatuhan umumnya  dilaporkan  kepada  pihak  yang  berwenang  membuat  kriteria.  Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan. c. Audit Operasional
Audit  operasional  merupakan  review  secara  sistematik  kegiatan  organisasi,  atau bagian  daripadanya,  dalam  hubungannya  dengan  tujuan  tertentu.  Tujuan  audit
operasional adalah untuk: •
Mengevaluasi kinerja •
Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan •
Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut Pihak  yang  memerlukan  audit  operasional  adalah  manajemen  atau  pihak
ketiga.  Hasil  audit  operasional  diserahkan  kepada  pihak  yang  meminta dilaksanakannya audit tersebut.
2.1.3 Tipe Auditor
Orang  atau  kelompok  orang  yang  melaksanakan  audit  dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni:
• Auditor Independen
Auditor  independen  adalah  auditor  profesional  profesional  yang  menyediakan jasanya  kepada  masyarakat  umum,  terutama  dalam  bidang  audit  atas  laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangan  yang  dibuat  oleh  kliennya.  Audit  tersebut  terutama  ditujukan  untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur, investor,
calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah terutama instansi pajak. Untuk  berpraktik  sebagai  auditor  independen,  seseorang  harus  memenuhi
persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor independen harus telah  lulus  dari  jurusan  akuntansi  fakultas  ekonomi  atau  mempunyai  ijazah  yang
disamakan,  telah  mendapat  gelar  akuntan  dari  Panitia  Ahli  Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.
Profesi  auditor  independen  ini  mempunyai  ciri  yang  berbeda  dengan  profesi lain  seperti  profesi  dokter  dan  pengacara.  Profesi  dokter  dan  pengacara  dalam
menjalankan  keahliannya  memperoleh  honorarium  dari  kliennya,  dan  mereka berpihak kepada kliennya. Posisi auditor independen memperoleh honorarium dari
kliennya  dalam  menjalankan  keahliannya,  namun  auditor  independen  harus independen,  tidak  memihak  kepada  kliennya.  Pihak  yang  memanfaatkan  jasa
auditor  independen  terutama  adalah  pihak  selain  kliennya.  Oleh  karena  itu, independensi  auditor  dalam  melaksanakan  keahliannya  merupakan  hal  yang
pokok,  meskipun  auditor  tersebut  dibayar  oleh  kliennya  karena  jasa  yang diberikannya tersebut.
•
Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang  tugas  pokoknya  melakukan  audit  atas  pertanggungjawaban  keuangan  yang
disajikan oleh
unit-unit organisasi
atau entitas
pemerintahan atau
pertanggungjawaban  keuangan  yang  ditujukan  kepada  pemerintah.  Meskipun
Universitas Sumatera Utara
terdapat  banyak  auditor  yang  bekerja  di  instansi  pemerintah,  namun  umumnya yang  disebut  auditor  pemerintah  adalah  auditor  yang  bekerja  di  Badan
Pengawasan  Keuangan  dan  Pembangunan  BPKP  dan  Badan  Pemeriksa Keuangan  BPK,  serta  instansi  pajak.  BPKP  adalah  instansi  pemerintah  yang
bertanggung  jawab  langsung  kepada  Presiden  Republik  Indonesia  dalam  bidang pengawasan  keuangan  dan  pembangunan  yang  dilaksanakan  oleh  pemerintah.
Auditor yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok melaksanakan audit atas laporan keuangan instansi pemerintahan, proyek-proyek pemerintah, Badan Usaha
Milik Negara BUMN, Badan usaha Milik Daerah BUMD, proyek pemerintah, dan  perusahaan-perusahaan  swasta  yang  pemerintah  mempunyai  penyertaan
modal yang besar di dalamnya. BPK  adalah  lembaga  tinggi  negara  yang  tugasnya  melakukan  audit  atas
pertanggungjawaban  keuangan  Presiden  RI  dan  aparat  di  bawahnya  kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah
Departemen  Keuangan  yang  tugas  pokoknya  adalah  mengumpulkan  beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah. Tugas pokok auditor yang bekerja di
instansi pajak adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan masyarakat wajib pajak  kepada  pemerintah  dengan  tujuan  untuk  memverifikasi  apakah  kewajiban
pajak  telah  dihitung  oleh  wajib  pajak  sesuai  dengan  ketentuan  yang  tercantum dalam undang-undang pajak yang berlaku.
•
Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan perusahaan negara maupun  perusahaan  swasta  yang  tugas  pokoknya  adalah  menentukan  apakah
Universitas Sumatera Utara
kebijakan  dan  prosedur  yang  ditetapkan  oleh  manajemen  puncak  telah  dipatuhi, menentukan  baik  atau  tidaknya  penjagaan  terhadap  kekayaan  organisasi,
menentukan  efisiensi  dan  efektivitas  prosedur  kegiatan  organisasi,  serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Umumnya  pemakai  jasa  auditor  intern  adalah  Dewan  Komisaris  atau  Direktur Utama perusahaan.
2.1.4 Tujuan Audit
Tujuan  umum  audit  atas  laporan  keuangan  adalah  untuk  menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang  material,  sesuai  dengan  prinsip  akuntansi  berterima  umum  di  Indonesia. Karena  kewajaran  laporan  keuangan  sangat  ditentukan  integritas  berbagai  asersi
manjemen  yang  terkandung  dalam  laporan  keuangan,  maka  hubungan  antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 : Hubungan antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Umum Audit
Asersi Manajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaan atau keterjadian Aktiva  dan  kewajiban  entitas  ada  pada  tanggal
tertentu,  dan  transaksi  pendapatan  dan  biaya terjadi dalam periode tertentu.
Kelengkapan Semua  transaksi  dan  akun  yang  seharusnya  telah
disajikan dalam laporan keuangan. Hak dan kewajiban
Aktiva  adalah  hak  entitas  dan  utang  adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu.
Penilaian atau alokasi Komponen  aktiva,  kewajiban,  pendapatan,  dan
biaya  telah  disajikan  dalam  laporan  keuangan pada jumlah yang semestinya.
Penyajian dan pengungkapan  Komponen  tertentu  laporan  keuangan  telah digolongkan,  digambarkan,  dan  diungkapkan
secara semestinya. Sumber : Mulyadi.
. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Manfaat Independensi Auditor
Independensi  seorang  auditor  sangat  esensial  karena  merupakan  satu- satunya  alasan  mengapa  berbagai  pihak  pemakai  mau  menaruh  kepercayaannya
kepada  akuntan  publik.  Penilaian  masyarakat  atas  independensi  auditor independen  bukan  pada  diri  auditor  secara  keseluruhan.  Oleh  karenanya  apabila
seorang  auditor  independen  atau  suatu  Kantor  Akuntan  Publik  lalai  atau  gagal mempertahankan  sikap  independensinya,  maka  kemungkinan  besar  anggapan
masyarakat  bahwa  semua  akuntan  publik  tidak  independen.  Kecurigaan  tersebut dapat  berakibat  berkurang  atau  hilangnya  kredibilitas  masyarakat  terhadap  jasa
audit profesi auditor independen. Supriyono
1988 membuat
kesimpulan mengenai
pentingnya independensi akuntan publik sebagai berikut :
1. Independensi  merupakan  syarat  yang  sangat  penting  bagi  profesi  akuntan  publik untuk  memulai  kewajaran  informasi  yang  disajikan  oleh  manajemen  kepada
pemakai informasi. 2. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan dari
klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai laporan keuangan. 3. Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. 4. Jika  akuntan  publik  tidak  independen  maka  pendapat  yang  dia  berikan  tidak
mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai. 5. Independensi  merupakan  martabat  penting  akuntan  publik  yang  secara
berkesinambungan perlu dipertahankan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Independensi
Dalam Kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah sikap  yang  diharapkan  dari  seorang  akuntan  publik  untuk  tidak  mempunyai
kepentingan  pribadi  dalam  melaksanakan  tugasnya,  yang  bertentangan  dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Berkaitan  dengan  hal  itu  terdapat  4  empat  hal  yang  mengganggu independensi akuntan publik yaitu:
1. Akuntan publik memiliki atau
dengan klien, 2. Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri,
3. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan 4. Bertindak sebagai penasihat
dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya  jika  memiliki  hubungan  bisnis,  keuangan  dan  manajemen  atau
karyawan dengan kliennya. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu
dalam  negeri  maupun  luar  negeri.  Lanvin  1976  meneliti  3  faktor  yang mempengaruhi  independensi  akuntan  publik,  yaitu  :  1.Ikatan  keuangan  dan
hubungan  usaha  dengan  klien,  2.Pemberian  jasa  lain  selain  jasa  audit  kepada klien,  dan  3.lamanya  hubungan  antara  akuntan  publik  dengan  klien.  Shockley
1981  meneliti  4  faktor  yang  mempengaruhi  independensi,  yaitu  1.Persaingan antar  akuntan  publik,  2.Pemberian  jasa  konsultasi  manajemen  kepada  klien,
3.Ukuran KAP, dan 4.Lamanya hubungan audit. Sedangkan  Supriyono  1988  meneliti  6  faktor  yang  mempengaruhi
independensi, yaitu: 1.Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan
Universitas Sumatera Utara
klien,  2.Jasa-jasa  lainnya  selain  jasa  audit,  3.Lamanya  hubungan  audit  antara akuntan  publik  dengan  klien,  4.Persaingan  antar  KAP,  5.Ukuran  KAP,  dan
6. . Adapun dalam penelitian ini, faktor-faktor  yang  yang akan dibahas
yang mempengaruhi independensi auditor  adalah pengalaman  audit, tingkat stres kerja, pengetahuan dan
2.1.6.1 Pengalaman Audit
Pengalaman  merupakan  akumulasi  gabungan  dari  semua  yang  diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama, benda
alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan. Audit  menuntut  keahlian  dan  profesionalisme  yang  tinggi.  Keahlian
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Seorang auditor menjadi ahli
terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang auditor yang lebih berpengalaman  akan  memiliki  skema  yang  lebih  baik  dalam  mendefinisikan
kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman. Libby dan Frederick 1990 dalam Kusharyanti 2003 menemukan bahwa
auditor  yang  lebih  berpengalaman  mempunyai  pemahaman  yang  lebih  baik  atas laporan keuangan sehingga keputusan  yang diambil bisa lebih baik. Mereka juga
lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan.  Selain  itu  mereka  dapat  mengelompokkan  kesalahan  berdasarkan
tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.
Universitas Sumatera Utara
Auditor  yang  berpengalaman  memiliki  keunggulan  dalam  hal  :  1. Mendeteksi  kesalahan,  2.  Memahami  kesalahan  secara  akurat,  3.  Mencari
penyebab  kesalahan.  Semakin  berpengalaman  auditor,  mereka  semakin  peka dengan kesalahan, semakin peka dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin
memahami hal-hal lain yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan.
2.1.6.2 Tingkat Stress kerja
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir  dan  kondisi  seseorang.  Stress  yang  terlalu  besar  dapat  mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Stress  juga  dapat  diartikan  sebagai  suatu  kondisi  yang  menekan  keadaan
psikis  seseorang  dalam  mencapai  suatu  kesempatan  dimana  untuk  mencapai kesempatan  tersebut  terdapat  batasan  atau  penghalang.  Dan  apabila  pengertian
stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis auditor karena adanya tekanan dari
dalam  ataupun  dari  luar  diri  auditor  yang  dapat  mengganggu  pelaksanaan  kerja mereka.
Beban  pekerjaan  atau  stress  kerja  seperti  tekanan  dari  klien,  tekanan personal,  emosional  atau  keuangan  dapat  mengakibatkan  independensi  auditor
berkurang dan dapat mempengaruhi kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.3 Pengetahuan
Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas  mengenai  berbagai  hal.  Auditor  akan  semakin  mempunyai  banyak
pengetahuan  mengenai  bidang  yang  digelutinya,  sehingga  dapat  mengetahui berbagai  masalah  secara  lebih  mendalam.  Selain  itu  dengan  ilmu  pengetahuan
yang cukup luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin  kompleks.  Analisis  audit  yang  kompleks  membutuhkan  spektrum  yang
luas mengenai keahlian, pengetahuan dan pengalaman Untuk  melakukan  tugas  pengauditan,  auditor  memerlukan  pengetahuan
pengauditan  umum  dan  khusus,  pengetahuan  mengenai  bidang  auditing  dan akuntansi  serta  memahami  industri  klien.  Oleh  karena  itu  dalam  penelitian  ini
pengetahuan  diartikan  sebagai  pengetahuan  yang  dimiliki  auditor  yang  meliputi pengauditan  umum  dan  khusus,  pengetahuan  mengenai  bidang  auditing  dan
akuntansi  serta  memahami  industri  klien.  Sehingga  indikator  yang  digunakan untuk  mengukur  pengetahaun  auditor  adalah:  a.Pengetahuan  akan  prinsip
Akuntansi  dan  standar  auditing,  b.Pengetahuan  akan  jenis  industri  klien, c.Pengetahuan  tentang  kondisi  perusahaan  klien,  d.Pendidikan  formal  yang
sudah ditempuh,e.Pelatihan, kursus dan keahlian khusus.
2.1.6.4 Reward and Punishment imbalan dan sanksi
Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi sikap dan perilaku etis auditor di samping faktor-faktor religiusitas, pendidikan, organisasional,
,
Universitas Sumatera Utara
lingkungan  keluarga,  pengalaman  hidup,  hukum,  dan  posisi  atau  kedudukan  adalah imbalan yang diterima.
Faktor  reward  atau  imbalan  berupa  hadiah  maupun  sanksi  ataupun punishment  yang  diterima  auditor  dalam  melakukan  pemeriksaan  bisa  saja
mempengaruhi independensi auditor dalam memberikan opini atas hasil audit.
2.1.7 Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan RI BPK-RI
BPK  merupakan  satu  lembaga  Negara  yang  bebas  dan  mandiri  dalam memeriksa  pengelolaan  dan  tanggung  jawab  keuangan  Negara.  Secara  hukum
kedudukan  BPK  diatur  dalam  UUD  1945  pada  pasal  23E,  23F,  dan  23G  serta Undang-Undang UU No. 152006 tentang BPK. Untuk melaksanakan tugas dan
wewenangnya,  BPK  juga  didukung  oleh  seperangkat  UU  di  bidang  keuangan Negara yaitu UU No. 172003 tentang keuangan Negara, UU No. 12004 tentang
Perbendaharaan  Negara,  dan  UU  No.  152004  tentang  Pemeriksaan  Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan perundang-undangan tersebut,
secara  bersama-sama  menegaskan  kedudukan  dan  peran  BPK  sebagai  lembaga pemeriksa keuangan Negara yang bebas dan mandiri.
2.1.7.1 Undang-Undang Dasar 1945
Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Bab VIIIA Badan Pemeriksa Keuangan
Pasal 23E
Universitas Sumatera Utara
1 Untuk  memeriksa  pengelolaan  dan  tanggung  jawab  tentang  keuangan  Negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
2 Hasil  pemeriksaan  keuangan  Negara  diserahkan  kepada  Dewan  Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai
dengan kewenangannya. 3 Hasil  pemeriksaan  tersebut  ditindaklanjuti  oleh  lembaga  perwakilan  danatau
badan sesuai dengan undang-undang.
Pasal 23F
1 Anggota  Badan  Pemeriksa  Keuangan  dipilih  oleh  Dewan  Perwakilan  Rakyat dengan memperhatikan  pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan
oleh Presiden. 2 Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.
Pasal 23G
1 Badan  Pemeriksa  Keuangan  berkedudukan  di  ibu  kota  Negara  dan  memiliki perwakilan di setiap provinsi.
2 Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  Badan  Pemeriksa  Keuangan  diatur  dengan undang-undang.
2.1.7.2 Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  15  Tahun  2006
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Sebagai  pengganti  Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  5  Tahun  1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7.3 Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  15  Tahun  2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
2.1.7.4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang
Perbendaharaan Negara.
2.1.7.5
Undang-Undang  Republik  Indonesia  Nomor  17  Tahun  2003 Tentang Keuangan Negara.
2.1.8 BPK dan Lingkungannya
BPK  bertugas  memeriksa  pengelolaan  dan  tanggung  jawab  keuangan Negara  yang  dilakukan  Pemerintah  Pusat,  Pemerintah  Daerah,  Lembaga  Negara
Lainnya,  Bank  Indonesia,  Badan  Usaha  Milik  Negara,  Badan  Layanan  Umum, Badan  Usaha  Milik  Daerah,  dan  lembaga  atau  badan  lain  yang  mengelola
keuangan Negara. Jenis pemeriksaan yang dilakukan BPK terdiri dari:
i Pemeriksaan  Keuangan,  dalam  rangka  memberikan  pernyataan  opini  tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah;
ii Pemeriksaan  kinerja,  meliputi  aspek  ekonomi,  efisiensi,  dan  efektivitas  program dan kegiatan pemerintah; dan
iiiPemeriksaan dengan tujuan tertentu, yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Visi,  Misi,  Tujuan  Srategis,  Sasaran  Strategis,  Nilai-Nilai  Dasar  dan
Indikator Kerja Utama BPK-RI
2.1.9.1  Visi BPK-RI
Menjadi  lembaga  pemeriksa  keuangan  negara  yang  kredibel  dengan menjunjung  tinggi  nilai-nilai  dasar  untuk  berperan  aktif  dalam  mendorong
terwujudnya tata kelola keuangan Negara yang akuntabel dan transparan.
2.1.9.2  Misi BPK-RI
a. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara;
b. Memberikan  pendapat  untuk  meningkatkan  mutu  pengelolaan  dan  tanggung
jawab keuangan Negara; dan c.
Berperan  aktif  dalam  menemukan  dan  mencegah  segala  bentuk  penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan Negara.
2.1.9.3  Tujuan Strategis BPK-RI
a. Mendorong terwujudnya pengelolaan keuangan Negara yang tertib, taat peraturan perundang-undangan,  ekonomis,  efisien,  efektif,  transparan,  dan  bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. b. Mewujudkan  pemeriksaan  yang  bermutu  untuk  menghasilkan  laporan  hasil
pemeriksaan  yang  bermanfaat  dan  sesuai  dengan  kebutuhan  pemangku kepentingan.
c. Mewujudkan birokrasi yang modern di BPK
Universitas Sumatera Utara
2.1.9.4  Sasaran Strategis BPK-RI
1. Meningkatkan  efektifitas  tindak  lanjut  hasil  pemeriksaan  dan  memenuhi  harapan pemangku kepentingan;
2. Meningkatkan fungsi manajemen pemeriksaan 3. Meningkatkan mutu pemberian pendapat dan pertimbangan
4. Meningkatkan  percepatan  penetapan  tuntutan  perbendaharaan  dan  pemantauan penyelesaian ganti kerugian Negara
5. Meningkatkan efektivitas penerapan system pemerolehan keyakinan mutu. 6. Pemenuhan dan harmonisasi peraturan di bidang pemeriksaan keuangan Negara
7. Meningkatkan mutu kelembagaan dan ketatalaksanaan 8. Meningkatkan kompetensi SDM dan dukungan manajemen
9. Meningkatkan pemenuhan standar dan mutu sarana dan prasarana 10. Meningkatkan pemanfaatan anggaran
2.1.9.5  Nilai-Nilai Dasar BPK-RI
a. Independensi Kami  menjunjung  tinggi  independensi,  baik  secara  kelembagaan,  organisasi,
maupun  individu.  Dalam  semua  hal  yang  berkaitan  dengan  pekerjaan pemeriksaan,  kami  bebas  dalam  sikap  mental  dan  penampilan  dari  gangguan
pribadi, ekstern, danatau organisasi yang dapat mempengaruhi independensi. b. Integritas
Kami  membangun  nilai  integritas  dengan  bersikap  jujur,  obyektif,  dan  tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
c. Profesionalisme Kami  membangun  nilai  profesionalisme  dengan  menerapkan  prinsip  kehati-
hatian, ketelitian, dan kecermatan, serta berpedoman kepada standar yang berlaku.
2.1.9.6  Indikator Kinerja Utama BPK-RI
1. Persentase rekomendasi hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti 2. Persentase laporan tindak pidana yang ditindaklanjuti instansi penegak hukum
3. Indeks kepuasan pemangku kepentingan atas hasil pemeriksaan BPK 4. Jumlah LHP yang diterbitkan
5. Jumlah LHP kinerja yang diterbitkan 6. Ketepatan waktu proses pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan
7. Persentase pemenuhan quality assurance dalam pemeriksaan 8. Jumlah pendapat BPK yang diterbitkan
9. Persentase penyelesaian penetapan tuntutan perbendaharaan 10. Jumlah laporan pemantauan kerugian Negara yang diterbitkan
11. Persentase rekomendasi peer review yang ditindaklanjuti 12. Persentase pemenuhan penyusunan peraturan BPK
13. Persentase pemenuhan
ketersediaan perangkat
lunak pemeriksaannon
pemeriksaan 14. Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi yang dipersyaratkan
15. Persentase pemenuhan standar jam pelatihan pemeriksa 16. Indeks kepuasan kerja pegawai
17. Persentase pemenuhan standar sarana dan prasarana kerja
Universitas Sumatera Utara
18. Persentase  proses  bisnis  yang  telah  memanfaatkan  teknologi  informasi  dan komunikasi.
19. Opini atas laporan keuangan BPK 20. Persentase pemanfaatan anggaran.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat diuraikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Penulis Judul
Masalah Variabel
Hasil
1 Lavin
1976 Ikatan Keuangan,
Hubungan usaha klien, Pemberian
jasa lain
selain jasa audit, dan Lamanya
hubungan audit
Faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi  akuntan
publik meliputi
variabel-variabel dimaksud
2 Shockly
1981 Pemberian
jasa konsultasi  manajemen
kepada klien, Persaingan antar KAP,
Besarnya KAP, Lamanya
hubungan Audit
Semua variabel
merupakan faktor-
faktor yang
mempengaruhi independensi  akuntan
publik di Amerika
3 Supriyon
o 1988
Faktor-faktor yang
mempengaruhi independensi
dalam penampilan
akuntan  publik di Indonesia
1.  Ikatan keluarga dan hubungan usaha
2. Persaingan antar KAP
3. Pemberian jasa selain jasa audit
4. Lamanya penugasan audit dan jumlah
yang besar Seluruhnya
berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
4 Ashton
1991 Menganalisis
berbagai tingkatan
auditor terhadap
pengetahuan auditor  tentang
dampak frekuensi
kesalahan laporan
keuangan industri
manufaktur Keahlian Audit
Pengalaman Pengetahuan
Frekuensi Kesalahan Terdapat
perbedaan pengetahuan
auditor pada
berbagai tingkatan
pengalaman, tidak
dapat  dijelaskan  oleh lamanya  pengalaman
atau pengalaman audit pada  industri  tertentu
atau jumlah klien yang sudah mereka audit.
5 Choo
Trotman 1991
Menguji pengaruh
kompetensi dan
independensi terhadap
pengambilan keputusan
tentang kelangsungan
usaha Kompetensi dan
Independensi Kompetensi
dan independensi
adalah dua  karakteristik  yang
bersifat yang
berpengaruh  terhadap pendapat
6 Kushary
anti 2003
Meneliti Faktor-faktor
kualitas  audit menurut
De Angelo
dan Catanach
Walker Kualitas Audit,
Besaran KAP, Audit Tenure,
Audit Fee, Jasa Non Audit
Banyak  faktor  yang memainkan
peran penting
dalam mempengaruhi
kualitas audit
dari sudut  pandang  auditor
individual, auditor tim maupun KAP.
Universitas Sumatera Utara
7 Nurchasa
nah  dan Rahmant
i 2003 Analisis
faktor-faktor penentu
kualitas audit Pengalaman melakukan
audit, memahami industri klien, respon
atas kebutuhan klien, taat pada standar
umum, keterlibatan pimpinan KAP,
independensi anggota tim audit, komunikasi
tim audit dan manajemen klien.
Hanya pengalaman
melakukan  audit  dan keterlibatan  pimpinan
KAP yang
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
8 Sekar
Mayangs ari
2003 Pengaruh
keahlian  audit dan
independensi terhadap
pendapat audit: sebuah
kuasieksperim en
Keahlian dan independensi sebagai
variabel bebas dan pendapat audit sebagai
variabel terikat Auditor
yang memiliki  keahlian  dan
independensi akan
memberikan  pendapat tentang  kelangsungan
hidup perusahaan
yang  cenderung  besar dibandingkan
yang hanya  memiliki  salah
satu  karakteristik  atau sama
sekali tidak
memiliki keduanya. 9
Teguh Harhinto
2004 Pengaruh
Keahlian  dan Independensi
Terhadap Kualitas  Audit
Studi  Empiris Pada  KAP  di
Jawa Timur Keahlian diproksikan
dalam 2 sub variabel pengalaman dan
pengetahuan. Sedangkan
independensi diproksikan dalam
tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien
dan telaah rekanan auditor
Keahlian dan
independensi berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
10 Chen
dkk 2005
Independensi auditor
dan kualitas  audit
dalam proses
negoisasi dengan klien
Jasa non audit servis; Lamanya auditor
mengaudit Tingkat  independensi
dipengaruhi  oleh  jasa non audit servis.
Tingkat  independensi auditor
tidak dipengaruhi
oleh lamanya
auditor mengaudit perusahaan
Auditor yang
memiliki  spesialisasi industri
akan menghasilkan
audit yang berkualitas
Ukuran  KAP  tidak mempengaruhi
kualitas audit
11 Hexana
Sri Lastanti
2005 Tinjauan
Terhadap Kompetensi
dan Independensi
Akuntan Publik:
Refleksi  Atas Skandal
Keuangan Kompetensi
diproksikan dalam strategi penentuan
keputusan, psikologis, pengetahuan,
kemampuan berpikir dan analisis tugas.
Sedangkan independensi
diproksikan dalam ikatan kepentingan
keuangan dan hubungan usaha dengan klien,
pemberian jasa lainnya kepada klien, lamanya
hubunganpenugasan audit, ukuran KAP,
persaingan KAP dan besarnya fee audit
Kepercayaan masyarakat  terhadap
laporan
keuangan auditan  dan  profesi
akuntan publik
ditentukan oleh
kompetensi dan
independensi  akuntan publik
dalam melaksanakan  proses
pengauditan.
Universitas Sumatera Utara
12 Frianty
Kartika Widhi
2006 Pengaruh
faktor-faktor keahlian
dan independensi
auditor terhadap
kualitas  audit Studi  empiris:
KAP
di Jakarta
Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel
pengalaman dan pengetahuan.
Sedangkan independensi
diproksikan dalam tekanan dari klien, lama
hubungan dengan klien dan telaah rekan
auditor. Keahlian
dan independensi
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
13 Adi
Purnomo 2007
Persepsi auditor  tentang
pengaruh faktor-faktor
keahlian
dan Independensi
terhadap kualitas audit
Keahlian diproksikan dalam 2 sub variabel
pengalaman dan pengetahuan.
Sedangkan Independensi
diproksikan dalam tekanan dari klien, lama
hubungan dengan klien dan telaah rekan auditor
Menurut persepsi
auditor faktor-faktor
keahlian yaitu
pengalaman dan
pengetahuan berpengaruh  terhadap
kualitas audit.
Sedangkan faktor-
faktor independensi
menurut persepsi
auditor  hanya  tekanan klien
yang berpengaruh  terhadap
kualitas audit.
14 Kasidi
2007 Faktor-faktor
yang mempengaruhi
independensi auditor
persepsi manajer
keuangan perusahaan
manufaktur  di Jawa Tengah
1.  Ukuran kantor KAP 2. Lamanya hubungan
audit dengan klien 3. Besarnya jasa audit
4. Konsultasi manajemen yang
dilakukan akuntan publik
5. Keberadaan komite audit pada perusahaan
klien 1. Tidak berpengaruh
2. Tidak mempengaruhi
3. Tidak berpengaruh 4. Tidak berpengaruh
5. Tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
15 Prabowo,
Deni, Samsudi
n 2009
Pengaruh tekanan
manajemen, klien  dan  audit
time
budget pressure
terhadap independensi
auditor 1. Intervensi
manajemen klien 2. Pemutusan hubungan
kerja dan penggantian auditor
3. 4. Tight audit time
budget 5. Sanksi atas audit
over time budget 1. Positif dan
signifikan 2. Tidak ada pengaruh
yang signifikan 3. Positif dan
signifikan 4. Tidak ada pengaruh
yang signifikan 5. Positif dan
signifikan
2.3  Kerangka Konseptual Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Pengalaman
Audit X
1
Tingkat Stress X
2
Pengetahuan X
3
Reward Punishment
X
4
Independensi Y
1
Universitas Sumatera Utara
Beberapa  faktor-faktor yang  diteliti  apakah  berpengaruh  terhadap
independensi  auditor  adalah  pengalaman  audit,  tingkat  stress,  pengetahuan,  serta imbalan dan sanksi.
Hubungan  pengalaman  audit  terhadap  pertimbangan  audit  dengan independensi  sebagai  intervening.  Semakin  tinggi  pengalaman  audit  seorang
auditor maka tingkat kematangan dalam mengambil pertimbangan semakin tinggi dengan  independensi  sebagai  variabel  yang  memperkuat  dan  memperlemah
hubungan tersebut. Hubungan tingkat stress terhadap pertimbangan audit dengan independensi
sebagai  intervening.  Semakin  tinggi  pengalaman  audit  seorang  auditor  maka tingkat  kematangan  dalam  mengambil  pertimbangan  semakin  tinggi  dengan
independensi  sebagai  variabel  yang  memperkuat  dan  memperlemah  hubungan tersebut..
Hubungan  tingkat  pengetahuan  terhadap  pertimbangan  audit  dengan independensi  sebagai  intervening.  Semakin  tinggi  tingkat  pengetahuan  auditor
seorang  auditor  maka  tingkat  kematangan  dalam  mengambil  pertimbangan semakin  tinggi  dengan  independensi  sebagai  variabel  yang  memperkuat  dan
memperlemah hubungan tersebut. Hubungan  reward  and  punishment  imbalan  dan  sanksi  terhadap
pertimbangan  audit  dengan  independensi  sebagai  intervening.  Semakin  tinggi reward  and  punishment  imbalan  dan  sanksi  seorang  auditor  maka  tingkat
kematangan dalam mengambil pertimbangan semakin tinggi dengan independensi sebagai variabel yang memperkuat dan memperlemah hubungan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis