Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Indonesia LVRI Jawa Barat. Kantor Kesatuan Bangsa dan Linmas Kabupaten Bandung dan Kepala Perwari Pusat di Jakarta Pusat.
3.1.4 Proses Bimbingan
Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II dalam menyelesaikan permasalahan dalam
penelitian. Proses bimbingan dilakukan setelah peneliti memperoleh SK penunjukkan pembimbing pada tanggal 3 juli 2012 dengan nomor SK 033TPPSJPSPEM2012.
Berdasarkan SK tersebut, dosen pembimbing terdiri dari dua orang yaitu Bapak Wawan Darmawan S.Pd, M.Hum sebagai pembimbing I dan Bapak Moch. Eryk Kamsori S.Pd
sebagai pembimbing II. masih pada hari yang sama, yaitu pada tanggal 3 juli 2012 peneliti menyerahkan hasil revisi proposal kepada pembimbing I untuk ditindaklanjuti dalam proses
bimbingan selanjutnya. Namun ternyata pembimbing I tidak setuju dengan judul ”Peranan
Laskar Wanita Indonesia LASWI pada masa Revoluasi Fisik 1945- 1949”. Menurut beliau
kata ”Laskar” pada masa revolusi fisik itu bukan merupakan suatu organisasi, sehingga perjuangan mereka kurang jelas walaupun sama-sama berjuang mempertahankan
kemerdekaaan Indonesia, sehingga ditakutkan penelitian dengan judul tersebut sulit dalam menemukan sumber atau data-data yang valid.
Dengan pertimbangan tersebut akhirnya peneliti mengganti judul tersebut dengan judul
”Peranan Pemuda Puteri Indonesia PPI pada masa revolusi fisik 1945-1949”. Namun, judul itu pun ternyata kekurangan sumber penelitian sehingga harus ganti judul lagi.
Akhirnya disetujui judul baru yaitu ” Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia PERWARI Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta
”. Proses bimbingan ini sangat diperlukan oleh peneliti untuk membantu peneliti dalam
menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini memfasilitasi peneliti untuk berdiskusi dengan pembimbing I dan pembimbing
II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan. Manfaat yang penulis peroleh selama proses bimbingan adalah mengetahui kelemahan dan kekurangan
dalam penelitian skripsi ini serta diarahkan untuk konsisten terhadap fokus kajian.
3.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan oleh penulis dengan menempuh beberapa tahap yang diantaranya:
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3.2.1 Heuristik
Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Sama halnya dengan
pendapat Helius Sjamsuddin 2007:86, heuristik adalah suatu kegiatan mencari sumber- sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang
berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti. Pengumpulan sumber tersebut meliputi dua cara, yaitu pengumpulan sumber tertulis dan sumber lisan.
3.2.1.1 Sumber Tertulis
Pada tahap ini, penulis berusaha mencari berbagai sumber tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dikaji. Kegiatan yang penulis lakukan dalam mencari
sumber-sumber tertulis diantaranya penulis mengunjungi
1. Perpustakaan UPI, Jalan Setiabudhi No 229 Bandung. Penulis mendapatkan buku
yang berjudul Seminar Sejarah Nasional IV 1990 karya Gonggong, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakakat 1984 karya Nani Suwondo,
Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Metode Pengajaran Sejarah 1989 karya I Widja, Metodologi Sejarah 2005 karya Kuntowijoyo dan buku yang berjudul
Metodologi Penelitian Sejarah karya Dudung Amburahman 2007, buku yang berjudul Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid I 1997 karya Nasution dan
buku yang berjudul Mengerti Sejarah 1986 karya Gottchlak. 2.
Perpustakaan Legiun Veteran Republik Indonesia LVRI Bandung. Penulis mendapat buku yang berjudul Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita
Indonesia 1978 karya KOWANI, buku yang berjudul Seribu Wajah Perjuangan Dalam Kancah Revolusi 1945 Jilid 1 2 karya Hadi Soewito, I.H.N. 1995,
buku yang berjudul Politik Militer Indonesia 1945-1967 1986 karya Sundhaussen.
3. Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Barat. Di perpustakaan ini peneliti
menemukan buku sumber yang berhubungan dengan penulis kaji khususnya mengenai pergerakan wanita pada masa revolusi fisik. Buku itu berjudul Potret
Pergerakan Wanita di Indonesia 1984 karya Sukanti Suryochandro dan buku yang berjudul Pergerakan Nasional Mencapai dan mempertahankan
kemerdekaan 2002 karangan Sudiyo.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Perpustakan Gedung Sate. Di perpustakaan ini peneliti menemukan buku yang
berjudul Timbulnya dan Perkembangan Gerakan Wanita di Indonesia 1995 karya Ihromi, T.O, buku yang berjudul Krisis 45 Berjuang Membela Negara
1999 karya Waraouw. 5.
Perpustakaan Sri Baduga. Di perpustakaan ini peneliti menemukan buku yang berjudul Perkembangan Pergerakan Wanita Indonesia 1975 karya Ny Sujatin
Kartowijono. 6.
Perpustakaan Bank Indonesia Bandung. Di perpustakaan ini peneliti menemukan buku yang bejudul Revolusi Pemuda Pendudukan Jepang dan Perlawanan di
Jawa 1944-1946 1988 karya Anderson. 7.
Perpustakaan pusat PERWARI di Jln Menteng Raya Jakarta Pusat. Di perpustakaan ini penulis menemukan berbagai sumber buku-buku maupun
dokumen-dokumen. Penulis menemukan buku yang berjudul Revolusi Nasional Indonesia 1996 Karya Anthony J.S Reid, buku yang berjudul Aneka Perwari
1945-1980 1980 karya Yetty Rizal Noor, dokumen yang berjudul Kongres Perwari ke XI 1969, Selajutnya dokumen yang berjudul 5 Tahun PERWARI
1945 Desember sampai 1950 karya Koessoebjono, Selanjutnya penulis menemukan beberapa dokumen-dokumen mengenai PERWARI itu sendiri,
diantaranya yaitu Suara Perwari dalam majalah bulanan untuk wanita berdjoang, keputusan-keputusan kongres Persatuan Wanita Republik Indonesia
PERWARI, Buku kongres PERWARI di Yogyakarta dan dokumen-dokumen lainya.
Ada juga buku-buku koleksi pribadi peneliti diantaranya adalah buku karangan M.C Ricklef yang berjudul Sejarah Indonesia Modern 1998, karangan Kahin yang berjudul
Nasionalisme dan revolusi di Indonesia 1995, buku yang berjudul Metodologi Sejarah 2007 karya Sjamsuddin, buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2012, buku yang
berjudul Pengantar Ilmu Sejarah 2005 karya Ismaun. Seperti yang diungkapkan oleh Sjamsuddin 2007 bahwa sejarawan harus langsung
membuat catatan note taking pada alat tulis apapun untuk kemudahan dalam proses penulisan. Sumber tertulis yang telah kumpul kemudian dibaca, dipahami dan dikaji untuk
melihat kesesuaiannya dengan permasalahan dalam penelitian. Peneliti melakukan pencatatan terhadap berbagai temuan sumber, baik daftar pustaka maupun tema-tema penting yang
terdapat dalam sumber tertulis tersebut. Hal ini agar lebih mudah dalam proses penulisan sejarah.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3.2.1.2 Sumber Lisan
Untuk mendapat informasi yang lebih akhurat, maka penulis mencoba menelusuri para pelaku dan saksi sejarah yang mengetahui tentang organisasi Persatuan Wanita Republik
Indonesia PERWARI pada masa revolusi fisik. Mereka merupakan narasumber yang akan memberikan kelengkapan infomasi yang tidak penulis peroleh dari sumber tertulis. Adapun
kegiatan yang penulis lakukan dalam mencari sumber lisan diantaranya: 1.
Mendatangi kantor Legiun Veteran Republik Indonesia LVRI di Jawa Barat, sehingga dengan bantuan dari LVRI maka penulis dapat mengetahui informasi
tentang narasumber. 2.
Mendatangi Gedung Organisasi Wanita GOW, disini pun penulis dapat mengetahui informasi tentang narasumber.
3. Mendatangi gedung pusat Perwari di Jakarta dengan melampirkan Surat Izin Peneliti
dari Dekan FPIPS UPI, tidak jauh berbeda dengan kunjungan ke LVRI dan GOW penulis pun mendapat informasi tentang narasumber.
Adapun teknik peneliti yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah wawancara. Wawancara disini adalah percakapan dengan maksud untuk memperkuat
dari sumber tertulis mengenai peristiwa tersebut. Kuntowijoyo 2005: 74 mengemukakan bahwa
“teknik wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber sebagai pelengkap dari sumber tertulis”. Berdasarkan urain tersebut, tujuan
wawancara adalah mendapatkan informasi yang ada dari sumber tertulis. Teknik wawancara dilakukan antara pelaku atau saksi dan peneliti. Sebelum wawancara dilakukan disiapan
daftar pertanyaan terlebih dahulu. Dimana daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar. Pada pelaksanaannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan oleh peneliti sehingga
pembicaraan berjalan sesuai dengan pokok permasalahan yang dikaji. Apabila informasi yang diberikan oleh narasumber kurang jelas, maka peneliti mengajukan pertanyaan yang masih
terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam mengingat kembali peristiwa sehingga informasi
menjadi lebih lengkap dan akurat. Narasumber dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka benar-benar mengalami dan
mengetahui terjadinya permasalahan pada masa lampau sesuai dengan kajian peneliti. Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan penggunaan sejarah lisan oral history, seperti yang
diungkapkan oleh Widja 1989: 3 bahwa”sejarah lisan oral history dalam penyusunan ceritera sejarahnya terutama bertumpu pada sumber-sumber lisan informasi lisan.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Narasumber-narasumber yang peneliti kunjungi untuk melakukan wawancara adalah Ibu Hengky 84 tahun di jakarta, ibu Harun 84 tahun di Bandung, ibu Subriah Hati
Sucipto 85 tahun, ibu Toti 83 tahun, ibu Julaeha 82 tahun.
3.2.2 Kritik Sumber
Tahap kedua setelah peneliti mendapatkan sumber-sumber yang dianggapnya relevan dengan penelitian yang dikaji, tahap selanjutnya adalah tahap kritik sumber. Kritik sumber
atau yang biasa disebut verifikasi sumber merupakan tahap kedua yang dilakukan oleh peneliti setelah peneliti mendapatkan sumber-sumber pada tahap heuristik. Menurut Dudung
Abdurahman 2007:68, bahwa verifikasi atau kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian autentisitas
yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber kredibilitas yang ditelusuri melalui kritik intern. Kejelasan dan keabsahan sumber-sumber tersebut dapat
diperoleh melalui lima pertanyaan. Adapun lima pertanyaan menurut Sjamsudin 2007 : 104- 105 sebagai berikut :
a. Siapa yang mengatakan itu?
b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?
c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?
d. Apakah orang yang memberi kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten,
apakah ia mengetahui fakta itu? e.
Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu?
Sama halnya dengan pendapat di atas, Helius Sjamsuddin 2007:105 menambahkan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran. Pada
tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Kritik sumber terjadi dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Tahap kritik sangat
penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber untuk diuji tentang kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan. Dengan demikian dapat dibedakan yang
benar dan yang tidak benar, serta yang mungkin dan yang meragukan. Hal ini juga didasarkan atas penemuan dan penyelidikan bahwa arti sebenarnya kesaksian itu harus dipahami,
sehingga sumber yang diperoleh memiliki kreadibilitas yang tinggi. Adapun kritik yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
3.2.2.1 Kritik Eksternal
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sjamsudin 2007 : 105 menerangkan bahwa, kritik eksternal adalah suatu peneliti atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk
mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Kritik
eksternal penting dilakukan guna mengetahui otensitaskeaslian sumber dan perlu atau tidaknya untuk mendukung penulis. Sumber kritik eksternal harus menerangkan fakta dan
kesaksian bahwa: 1.
Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu autheticity atau otensitas.
2. Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, atau
penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang subtansial. Kritik eksternal dilakukan guna menilai kelayakan sumber tersebut sebelum menguji
isi sumber. Peneliti melakukan eksternal dengan cara melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai penulis sumber sebagai salah satu cara untuk melihat
karya-karya atau tulisan lain yang dihasilkannya. Hal tersebut dilakukan, sebagai dikatakan Sjamsudin 2007
: 106 bahwa ”mengidentifikasi penulis adalah langkah pertama dalam mengadakan otentitas” untuk meminimalisir subjektivitas dari keterangan narasumber maka
kritik sumber sangat dibutuhkan sehingga fakta-fakta historis akan tampak lebih jelas baik dari sumber tertulis maupun sumber lisan. Namun sayangnya, Penulis tidak melakukan kritik
eksternal terhadap sumber tertulis, karena Penulis tidak dapat menemukan sumber aslinya dari dokumen maupun arsip-arsip. Tetapi Penulis hanya melakukan kritik eksternal terhadap
sumber lisan saja dengan mempertimbangkan usia narasumber yang disesuaikan dengan tahun kajian peneliti yaitu antara tahun 1945-1949, kemudian kedudukannya pada saat itu,
terutama faktor kesehatan saat diwawancara apakah daya ingatnya masih kuat atau tidak. Proses ini dilakukan karena semua data yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sumber
lisan tingkat keberadaannya tidak sama. Kritik eksternal sumber lisan dari hasil wawancara yang penulis lakukan pada tahap
heuristik dilihat dari asal, usia narasumber, dan keterkaitan narasumber denga organisasi Perwari. Kritik eksternal sumber lisan pertama ditujukan kepada Ibu Hengki, beliau
dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1929 dan beliau masuk dalam anggota Perwari pada usia 18 tahun yaitu pada tahun 1947. Pada saat peneliti mewawancarai Ibu Hengki di
kediamannya Jl Kramat Raya No 47 Jakarta, jika dilihat dari faktor usia yang sudah tua, beliau tidak begitu mengikat apa yang terjadi pada penelitian penulis, namun karena beliau
merupakan salah satu anggota Perwari, maka penulis berasumsi bahwa Ibu Hengki adalah
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
narasumber yang dapat dipercaya. Ketika penulis mewawancarai Ibu Hengki, beliau berusia 84 tahun dan masih dalam keadaan sehat meskipun sedikit kurang dalam pendengaranya
kurang jelas dalam menyampaikan jawaban dan peneliti dalam wawancaranya lebih memfokuskan pada pengalamannya dalam organisasi Perwari pada masa kemerdekaan.
Selanjutnya kritik eksternal sumber lisan ditujukan kepada Ibu Suriah Hati Sucipto beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1928 dan beliau mulai bergabung dalam orgaisasi
Perwari di Yogyakarta pada usia 19 tahun yaitu pada tahun 1946 ketika itu beliau aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial. Kemudian pada tahun 1975 beliau pindah ke daerah
Ciparay Bandung. Pada saat peneliti mewawancarai Ibu Suriah di kediamannya Ciparay beliau masih dalam keadaan sehat, maka penulis berasumsi bahwa IbuSuriah Hati Sucipto
merupakan narasumber yang dapat dipercaya. Peneliti dalam wawancaranya lebih memfokuskan fungsi Perwari dalam pejuangan kemerdekaan.
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis. Penulis melakukan kritik terhadap latar belakang penulis buku, seperti Yetty Rizal Noor yang merupakan pengarang dari buku Aneka
Perwari. Beliau berasal dari kalangan menengah yang aktif dalam organisasi perempuan.
3.2.2.2 Kritik Internal
Kritik internal dilakukan terhadap aspek ”dalam” yaitu isi dari sumber atau kesaksian
sejarah. Setelah fakta kesaksian ditegakan melalui kritik eksternal. Selanjutnya diadakan evaluasi terhadap kesaksian tersebut. Melalui kritik internal ini, sejarawan memutuskan
tentang reliabilitas kesaksian tersebut. Arti sebenarnya dari kesaksian itu harus dipahami, karena bahasa tidak statis dan selalu berubah , serta kata-kata mempunyai dua pengertian arti
harfiah dan arti sesungguhnya. Selain itu, kredibilitas saksi juga harus ditegakan. Kritik internal untuk sumber tertulis dilakukan penelitian dengan melakukan
konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber lain yang membahas masalah serupa. Untuk sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan
antara hasil wawancara narasumber satu dengan narasumber lain cross checking dengan tujuan untuk mendapatkan dari fakta-fakta yang ada guna menimalisasi subjektivitas
narasumber. Selain itu, peneliti juga melakukan proses perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh peneliti. Tahap ini bertujuan untuk memilah-milih
data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan skunder yang diperoleh sesuai dengan judul peneilian. Dalam melakukan kritik internal, peneliti mendapat data-data yang
berhubungan dengan penelitian yaitu peranan Perwari pada masa revolusi fisik.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kritik internal yang dilakukan peneliti disini diawali dengan ketika peneliti memperoleh sumber, peneliti membaca keseluruhan isi sumber kemudian dibandingkan
dengan sumber-sumber lannya yang telah dibaca terlebih dahulu oleh peneliti. Pokok pokiran apasaja yang terkandung dalam setiap kajian dari perbandingan sumber tersebutlah, maka
akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut dapat digunakan karena sesuai dengan topik kajian.
Penulis melakukan penelitian internal ketika menemukaan buku yang berjudul Aneka Perwari 1945-1980, buku yang berjudul Kongres Perwari ke XI karangan Ny. Yetty Rizali
Noor dan Dokumen yang berjudul Suara Pewari, Penulis dari ketiga dokumen tersebut adalah seorang sejarawan wanita yang penah menjadi pimpinan Perwari pada dua periode
antara tahun 1976-1979, sehingga dalam karyanya telah membantu bagi penulis. Dilihat dari isi kedua buku yang berjudul dan dokumentasi yang berjudul Aneka
Perwari 1945-1949, Kongres Perwari ke XI dan Suara Perwari terdapat kesamaan dalam pembahasannya yaitu mengenai latar belakang pembentukan Perwari pada masa
kemerdekaan. Perwari merupakan organisasi peleburan dari Perwani dan Wani yang memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai peningkatan sederajat wanita dalam rangka
meningkatkan derajat bangsa dengan sasaran dan pelaksanaan pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan adanya persamaan hak dan kewajiban antara pria dan wanita
dimuka umum dan masyarakat. Selain adanya persamaan dari kedua buku dan dokumen tersebut terdapat pula perbedaan masing-masing buku dan dokumen tersebut, yaitu penulis
dokumen yang berjudul Aneka Perwari lebih condong terhadap sejarah perkembangan Perwari pada masa kemerdekaan, yaitu dibahas mengenai latar belakang pembentukan
Perwari sampai dengan peran-peran Perwari dalam melawan penjajah dan penulis dalam buku ini lebih kearah sosialnya. Sementara itu buku yang berjudul Kongres Perwari XI
penulis lebih condong kearah hasil keputusan-keputusan kongres serta tujuan-tujuan Perwari dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam dokumen yang berjudul Suara Perwari
disini penulis lebih condong kearah pembangunan Perwari setelah perang kemerdekaan berakhir, penulis dalam dokumen ini lebih kearah fungsi-fungsi Perwari dilihat dari
pendidikan, sosial, politik dan perekonomian dalam membenahkan seluruh rakyat Indonesia setelah perang kemerdeaan. Dengan adanya kesamaan dan perbedaan dari buku dan dokumen
tersebut, disisi lain dalam setiap buku dan dokumen saling menguatkan satu sama lain, karena dengan fakta-fakta yang didapat, peneliti menjadikan sumber tersebut dapat digunakan
sebagai sumber rujukan dalam penelitian ini.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kritik internal selanjutnya yaitu ketika peneliti melakukan perbandingan isi buku Salah satu contoh peneliti dalam melakukan kritik internal adalah ketika mencari data
mengenai jumlah cabang-cabang Perwari yang tersebar diseluruh Indonesia terdapat adanya perbedaan antara sumber buku yang berjudul Potret Pergerakan Wanita di Indonesia karya
Sukanti Suryochandro dengan buku yang berjudul Aneka Perwari 1945-1980 karangan Yetty Rizali Noor. Dalam buku karangan Yetty Rizali Noor cabang-cabang Perwari terbagi dalam
205 cabang di seluruh Indonesia, sementara itu didalam buku karangan Sukanti Suryochandro terdapat 225 cabang. Perbedaan ini membuat peneliti untuk objektif terhadap perbedaan data
tersebut, dengan mempertimbangkan beberapaaspek, salah satunya yaitu membandingkan dengan hasil wawancara. Kemudian sumber lain seperti dokumen-dokumen dan buku dari
KOWANI Kongres Wanita Indonesia. KOWANI merupakan organisasi wanita yang sejajar dengan perwari sehingga agar penelitian ini objektif maka peneliti mencoba membanding dan
menginterpretasikannya secara objektif pula.
3.2.3 Interpretasi
Menurut Kuntowijoyo 2005:101 interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai bidang subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah. Dikatakan
demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam
menafsirkan data-data tersebut. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis
sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh peneliti melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang
mendukung kajian peneliti. Menurut Kuntowijoyo dalam Dudung Abdurahman 2007: 73, interpretasi sejarah
atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana peneliti melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan
bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis dan sintesis.
Analisis berarti menguraikan sedangkan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama didalam interpretasi Kuntowijoyo, 1995:100.
Kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “Peranan Persatuan Wanita
Republik Indonesia PERWARI Pada Masa Revolusi Fisik 1945- 1949”. ini, interpretasi yang
peneliti lakukan adalah terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh kemudian ditafsirkan, karena kajian penelitian ini mengenai pergerakan nasional Indonesia pada masa
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
revolusi fisik, yang merupakan kajian pada masa lampau sehingga diperlukan data-data atau sumber-sumber yang memadai. Jikalau sumber-sumber yang diperlukan kurang memadai
setidaknya peneliti harus mampu membaca dan menginterpretasikan data yang sedikit menjadi cerita sejarah yang valid dan objektif. Penapsiran yang dilakukan oleh peneliti
berdasarkan data-data serta buku-buku yang berkaitan dengan Perwari dan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia atau biasa disebut masa revolusi fisik Indonesia.
Selanjutnya interpretasi yang penulis lakukan mengenai penelitian ini adalah bahwa latar belakang kondisi social budaya wanita Indonesia pada saat itu membuat wanita
Indonesia ikut bergabung dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Walaupun tidak menjadi pertahanan digaris depan tetapi ikut berjuang dengan cara dan kemampuan
yang dimiliki oleh kaum wanita saat itu. Meskipun sedikit dan kecil namun pengorbanan yang dilakukan kaum wanita saat itu sangat berharga.
3.2.4 Historiografi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari penelitian yang memaparkan dan melaporkan seluruh hasil penelitian dalam bentuk tertulis setelah melalui tahap interpretasi fakta. Menurut
Helius Sjamsuddin 2007:56, pada tahap ini seluruh daya fikiran dikerahkan bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan. Namun yang paling
utama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analitis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian dan penemuan dalam suatu penelitian utuh yang disebut
dengan historiografi. Menurut Dudung Abdurahman 2007:76, historiografi merupakan cara penulisan,
pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laopran penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran
yang jelas mengenai proses penelitian dari awal fase perencanaan sampai dengan akhir penarikan kesimpulan.
Sedangkan menurut Helius Sjamsuddin 2007:156 historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta
sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil.
Hubungannya dengan penelitian ini, bahwa tahap historiografi yang dilakukan oleh peneliti merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari
mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi sampai pada historiografi. Tahap historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun berdasarkan
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia UPI. Adapun tujuan dari laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah dilingkungan UPI tersebut, maka
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah yang di
memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti muncul dan penting diserta mengenai alasan atau ketertarikan peneliti memilih permasalahan itu diangkat ataupun yang selama ini
menjadi keresahan bagi peneliti. Pada bab ini juga berisi perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan
mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, penjelasan judul, metode dan teknik penelitian serta sistematika penulisan. Adapun yang menjadi uraian dari bab 1 ini yakni: Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Teknik Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini memaparkan berbagai sumber literatur yang peneliti anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji. didukung dengan
sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian pustaka ini, peneliti membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian
yang dikaji kemudian dihubungkan dengan masalah yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara permasalahan di lapangan dengan buku-buku
atau secara teoritis, agar keduanya bisa saling mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan permasalahan yang diteliti bisa berkaitan. sedangkan fungsi dari kajian pustaka
adalah sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan. Bab III Metodologi Penelitian, bab ini menjelaskan mengenai tahap-tahap, langkah-
langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan di bahas pada bab ini.
Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah peneliti dalam melakukan penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan penelitian, proses bimbingan
dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga peneliti mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama melaksanakan penelitian.
Bab IV Pembahasan, bab ini merupakan isi utama dari tulisan karya ilmiah ini mengenai permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan dan batasan masalah.
Selain itu terdapat penjelasan judul, memaparkan dengan rinci mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan memaparkannya dalam bab ini. Selain itu pada dasarnya
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Bab IV ini merupakan hasil pengolahan dan analisis terhadap fakta-fakta yang telah ditemukan dan diperoleh selama penelitian berlangsung. Dan pada bab IV ini peneliti akan
memaparkan hasil penelitiannya dengan gaya berceritanya sendiri. Bab V Kesimpulan, bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang merupakan
jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil akhir ini merupakan pandangan serta interpretasi peneliti
mengenai inti dari bab IV yakni mengenai pembahasan. Selain itu dalam Bab V disajikan penafsiran peneliti terhadap hasil analisis dan temuan, hasilnya disajikan dalam bentuk
kesimpulan penelitian.
Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan