Latar Belakang Masalah PERANAN PERSATUAN WANITA REPUBLIK INDONESIA (PERWARI) PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA.

Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lahirnya revolusi Indonesia dan keberhasilan dalam mengusir penjajah salah satunya adalah berkat adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat. Hal ini ditandai dengan lahirnya berbagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap kaum penjajah yang disalurkan lewat kelompoknya masing-masing. Kelompok-kelompok tersebut ikut berjuang bersama pemerintah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang akan direbut kembali oleh Belanda. Kelompok-kelompok tersebut tidak lain adalah para pemuda Indonesia yang mengalami euforia politik setelah hidup di bawah bayang-bayang penjajahan dan merasa terpanggil untuk menyelamatkan revolusi serta membela republik dengan membentuk beberapa gerakan yang sesuai dengan afiliasi politiknya. Ben Anderson 1988:78 menjelaskan bahwa kelompok-kelompok pemuda tersebut diantaranya adalah Angkatan Muda, yang dibentuk 25 Agustus 1945 oleh Soemarsono dan Ruslan Widjaja di Surabaya, Pemuda Republik Indonesia PRI, yang dibentuk tanggal 23 September 1945 di Surabaya, kemudian dibentuk juga di Bandung, Bukit Tinggi dan Bali. Selain itu ada juga Angkatan Pemuda Indonesia API terbentuk di Jakarta, Lampung dan Aceh. Tokohnya adalah Wikana. Barisan Rakyat Indonesia Bara terbentuk di Jakarta, Barisan Buruh Indonesia, terbentuk di Jakarta, Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia P3I, terbentuk di Bandung, Angkatan Muda Indonesia AMI, terbentuk di Jawa Tengah, Balai Penerangan Pemuda Indonesia, terbentuk di Padang, Pemuda Penyongsong Republik Indonesia, terbentuk di Kalimantan Barat, Persatuan Rakyat Indonesia, terbentuk Kalimantan Selatan, Persatuan Pemuda Indonesia, terbentuk di Ambon, Hizbullah dan Sabilillah yang berafiliasi ke Masyumi, Pemuda Protestan, Pemuda Katolik, Angkatan Muda Guru AMG, KRIS Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi Anderson, 1988:79. Di Surabaya, Bung Tomo membentuk Barisan Pemberontakan Republik Indonesia BPRI tanggal 13 Oktober 1945 yang memisahkan diri dari PRI. Angkatan Muda Pos, Telegraf dan Telephon AMPTT, Angkatan Muda Gas dan Listrik, Angkatan Muda Republik Indonesia AMRI Gerakan Pemuda Republik Indonesia GPRI, dibawah Lagiono pun ikut memberikan peran dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia Suryochondro, 1984: 69. Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Organisasi-organisasi pemuda Indonesia pada masa revolusi fisik tersebut, berjuang dengan jalannya masing-masing, banyak organisasi yang mengambil arah perjuangan dibidang politik, keagamaan, ekonomi dan sosial. Namun yang paling banyak adalah organisasi pemuda yang mengambil arah perjuangan dengan mengatasnamakan perjuangan sosial. Dari sekian banyak organisasi yang berjuang pada masa revolusi fisik tersebut, Nampak dominasi para pemuda atau kaum laki-laki yang berperan penting dalam perjuangan revolusi fisik ini. Lantas bagaimana dengan kaum perempuan atau organisasi pemudi lainnya, apakah wanita pada masa revolusi fisik tidak ikut membantu atau memberikan kontribusi terhadap perjuangan rakyat Indonesia pada masa itu. Memang terdapat kesenjangan antara peran kaum laki-laki pemuda dengan peran perempuan pada masa revolusi fisik, namun dengan kesenjangan tersebut, sejarah tidak bisa memungkiri bahwa kaum wanita pada masa revolusi fisik memiliki peran seperti halnya kaum laki-laki. Namun, kontribusi tersebut tidak seluas dan sebebas perjuangan kaum laki- laki. Perempuan memiliki keterbatasan dalam bergerak, keterbatasan tersebut antara lain, keterbatasan fisik dan keterbatasan sosial. Walaupun demikian, perjuangan kaum wanita hampir sama dengan perjuangan kaum laki-laki, seperti halnya kaum laki-laki pemuda yang melakukan perjuangan melalui organisasi-organisasi atau perkumpulan-perkumpulan, kaum wanita pun tidak jauh berbeda, mereka ikut berjuangan dalam perkumpulan-perkumpulan atau organisasi kewanitaan Suwondo, 1981: 159.. Organisai-organisasi wanita tersebut antara lain Di Jakarta terdapat organisasi WANI : Wanita Negara Indonesia 1945 yang dipimpin oleh sejumlah tokoh, seperti Suwarni Pringgodigdo istri Sedar, Sri Mangunsarkoro, dan Sujatin Kartowiyono. WANI bertugas mendistribusikan beras untuk tujuan perjuangan. Selain WANI, terdapat pula organisasi- organisasi buruh, seperti Barisan Wanita yang berhaluan kiri salah satu tokohnya adalah SK Trimurti, ada juga Lasykar Putri di Surakarta dan Barisan Wanita Surabaya. WANI Satuan perjuangan wanita lainnya adalah Laskar Wanita Indonesia LASWI yang didirikan oleh Aruji Kartawinata di Bandung tahun1945. Satuan ini mengangkat senjata dan berangkat ke garis depan medan petempuran, bergiat dalam melakukan perawatan perajurit yang menderita luka, menyelenggarakan dapur umum, dan menjahit seragam prajurit. Satuan semacam ini menyebar keseluruh Jawa , serta Sumatera Tengah dan Selatan Kowani, 1978: 29. Beragamnya organisasi wanita pada saat itu, ditambah dengan suasana revolusi fisik yang mencekam, maka wanita Indonesia dengan penuh tanggung jawab terhadap nusa dan bangsa serta menjawab tantangan penjajah yang ingin berkuasa kembali dengan membentuk suatu wadah yang bersifat nasional untuk mempersatukan tenaga dan kekuatan para wanita Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Indoensia. Wadah tersebut adalah PERWANI Persatuan Wanita Negara Indonesia. Selain Perwani, ternyata di Jakarta pun terbentuk WANI Wanita Negara Indonesia. Adanya Perwani dan Wani ternyata tidak mampu menampung segala aspirasi kaum wanita pada saat itu, wanita Indonesia memerlukan wadah yang lebih besar untuk menampung semua kekuatan wanita didalam menghadapi perang kemerdekaan. Maka oleh beberapa tokoh wanita di Yogyakarta dibentuklah satu panitia kongres wanita Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia. Kongres tersebut berlangsung di Klaten dibuka tanggal 16 Desember 1945 dan dikunjungi oleh banyak para utusan dari organisasi wanita seperti : Perwani, Wani, Muslimat, Aisyah, Pemuda Puteri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Taman Siswa dan beberapa pemimpin dan tokoh-tokoh wanita lainnya Noor, 1980:10. Informasi tersebut sesuai dengan sumber Kowani Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, 1978: 85. yang menyatakan bahwa: Maka pada tanggal 15-17 Desember 1945 diadakanlah Kongres Wanita Indonesia pertama paska kemerdekaan Indonesia yang diprakarsai oleh PERWANI yang diketuai oleh Ny. D. Susanto. “Hadir Pada Kongres tersebut ialah : a. PEWANI Persatuan Wanita Indonesia b. WANI Wanita Negara Indonesia c. PPI Pemuda Puteri Indonesia d. PB Aisyiyah e. PB Persatuan Wanita Taman Siswa. Kongres yang diselenggarakan dalam suasana perjuangan yang sangat genting dengan terdengarnya bunyi dentuman meriam dimana-mana Noor, 1980:10, tidak mematahkan semangat wanita-wanita Indonesia untuk menghentikan kongres tersebut. Kongres tetap berlangsung dengan ketua kongres Ibu S. Kartowiyono. Setelah kongres berjalan, ternyata kongres tidak berhasil menyatukan semua organisasi yang hadir dalam bentuk fusi, sebagai mana yang diharapkan. Sehingga satu organisasi besar sebagai wadah untuk kaum wanita bersatu dan melakukan perjuangan telah gagal dibentuk. Kongres telah berakhir, namun tujuan yang diharapkan belum tercapai juga. Namun dibalik kegagalan tersebut, ternyata terdapat setitik harapan yaitu, kesadaran dan keinginan Perwani dan Wani yang dianggap mempunyai azas dan tujuan yang sama melebur menjadi satu dalam satu organisasi yang bersifat nasional dengan nama PERWARI Persatuan Wanita Republik Indonesia dengan pancasila sebagai Ideologinya. Ai Rospirawati, 2013 Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia Perwari Pada Masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dari uraian tersebut, masalah pokok yang penting bagi penulis adalah kesadaran dan keinginan dari Perwani dan Wani untuk melebur menjadi satu organisasi wanita nasional bernama Perwari. Sedangkan organisasi wanita lainnya tidak mau berdifusi menjadi satu kekuatan perjuangan wanita pada saat itu dan memilih untuk berjuang masing-masing didalam kelompoknya. Dari masalah pokok tersebut penulis semakin ingin mengetahui dengan peranan atau kontribusi PERWARI Persatuan Wanita Republik Indonesia pada masa revolusi fisik tahun 1945-1949. Ketertarikan penulis mengenai Perwari ini akan penulis kembangkan dalam sebuah penelitian ilmiah berbentuk skripsi dengan permasalahan utama yaitu : “Bagaimana Peranan Persatuan Wanita Republik Indoensia Perwari pada masa Revolusi Fisik di Yogyakarta 1945-1949 ?” sebagai suatu kajian Sejarah Revolusi Indonesia dengan judul “Peranan Persatuan Wanita Republik Indonesia PERWARI Pada Masa Revolusi Fisik di Yogyakarta 1945-1949 ”.

1.2 Perumusan Masalah